A
Nama: Nely Masruroh
NIM: 142011101061
Hipokalsemia adalah salah satu komponen sistem penilaian yang dilakukan untuk
menilai tingkat keparahan pankreatitis. Berbagai penelitian tentang model hewan telah
menunjukkan bahwa hipokalsemia merupakan penanda prognostik yang buruk pada pasien
dengan pankreatitis. Beberapa jurnal melaporkan bahwa hipokalsemia lebih sering terjadi
selama serangan berat dibandingkan dengan serangan pankreatitis ringan (86% vs 39%, P
<0,001). Prevalensi hipokalsemia berkisar antara 15% dan 88% pada pasien sakit kritis
tergantung pada pengaturan dan cutoff yang digunakan.
Mekanisme pasti hipokalsemia pada pankreatitis akut hingga kini belum diketahui.
Mekanisme hipokalsemia selama tahap awal (dalam 1 minggu) berbeda dari hipokalsemia
yang berkembang pada fase lanjut penyakit. Beberapa mekanisme yang diusulkan untuk
hipokalsemia terlihat pada fase awal adalah autodestestasi lemak mesenterika oleh enzim
pankreas dan pelepasan asam lemak bebas, yang membentuk garam kalsium,
hipoparatiroidisme transien, dan hipomagnesaemia.
Kemampuan untuk memobilisasi kalsium dari tulang bergantung pada tingkat
kecukupan PTH. Penurunan kadar PTH kemungkinan diakibatkan dari jenis pertama atau
kedua dari hipoparatiroidisme. Pengurangan pengeluaran PTH bisa juga terjadi ketika kadar
vitamin D meningkat. Kekurangan magnesium mencegah pengeluaran PTH dan merusak
kemampuan PTH pada penyerapan tulang.
Sumber : buku ajar gastroenterohepatologi IDAI,
- Vitamin B1 (Thiamin)
Tiamin adalah koenzim dalam jalur pentosa fosfat, yang merupakan langkah penting dalam
sintesis asam lemak, steroid, asam nukleat dan prekursor asam amino aromatik ke berbagai
neurotransmitter dan senyawa bioaktif lainnya dan penting untuk fungsi otak. Tiamin
berperan sebagai neuro-modulatory dalam sistem neurotransmitter asetilkolin, berbeda dari
aksinya sebagai kofaktor selama proses metabolisme dan berkontribusi pada struktur dan
fungsi seluler membran, termasuk neuron dan neuroglia.
- Vitamin B2 (Riboflavin)
Dua koenzim flavoprotein yang berasal dari riboflavin, FMN dan FAD adalah faktor
pembatas laju yang sangat penting dalam sebagian besar proses enzimatik seluler. Sebagai
contoh, mereka sangat penting untuk sintesis, konversi dan daur ulang niasin, folat dan
vitamin B6, dan untuk sintesis semua protein heme, termasuk hemeglobin, nitric oxide
synthases, enzim P450, dan protein yang terlibat dalam transfer elektron dan transportasi dan
penyimpanan oksigen. Flavoprotein juga merupakan faktor pendamping dalam metabolisme
asam lemak esensial dalam lipid otak, penyerapan dan pemanfaatan zat besi, dan regulasi
hormon tiroid. Disregulasi salah satu dari proses ini dengan defisiensi riboflavin berdampak
pada penurunan fungsi otak. Turunan riboflavin juga memiliki sifat antioksidan langsung dan
meningkatkan status antioksidan endogen sebagai kofaktor penting
- Vitamin B3 (Niasin)
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang
berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut dalam makanan. Asam nikotinat merupakan
derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin adalah Nikotinamida
Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+).
Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan untuk sintesis NAD+ dan NADP+ oleh
enzim-enzim yangterdapat pada sitosol sebagian besar sel.Karena itu,setiap nikotinamida
dalam makanan, mula-mula mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Dalam sitosol nikotinat
diubah menjadidesamido NAD+ melalui reaksi yang mula-mula dengan 5- fosforibosil –1-
pirofosfat ( PRPP ) dan kemudian melalui adenilasi dengan ATP.Gugus amido pada glutamin
akan turut membentuk koenzim NAD +. Koenzim ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut
sehingga terbentuk NADP+.
Nukleotida nikotinmida mempunyai peranan yang luas sebagai koenzim pada banyak
enzim dehidrogenase yang terdapat di dalam sitosol ataupun mitokondria. Dengan demikian
vitamin niasin merupakan komponen kunci pada banyak lintasan metabolic yang mengenai
metabolisme karbohidrat, liid serta asam amino.NAD+ dan NADP+ merupakan koenzim
pada banyak enzim oksidorduktase. Enzimenzim dehidrogenase yang terikat dengan NAD
mengkatalisis reaksi oksidoreduksi dalam lintasan oksidatif misalnya siklus asam
sitrat,sedangkan enzim-enzim dehidrogenase yang terikat dengan NADP ditemukan dalam
lintasan yang berhubungan dengan sintesis reduktif misalnya lintasan pentosa fosfat.
Bengkuang merupakan liana tahunan yang dapat mencapai panjang 4-5m, sedangkan akarnya
dapat mencapai 2m. Batangnya menjalar dan membelit, dengan rambut-rambut halus yang
mengarah ke bawah. Daun majemuk menyirip beranak daun 3; bertangkai 8,5-16 cm; anak
daun bundar telur melebar, dengan ujung runcing dan bergigi besar, berambut di kedua belah
sisinya; anak daun ujung paling besar, bentuk belah ketupat, 7-21 × 6–20 cm.
Bunga berkumpul dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau berkelompok 2-4
tandan, panjang hingga 60 cm, berambut coklat. Tabung kelopak bentuk lonceng, kecoklatan,
panjang sekitar 0,5 cm, bertaju hingga 0,5 cm. Mahkota putih ungu kebiru-biruan, gundul,
panjang lk. 2 cm. Tangkai sari pipih, dengan ujung sedikit menggulung; kepala putik bentuk
bola, di bawah ujung tangkai putik, tangkai putik di bawah kepala putik
berjanggut. Buah polong bentuk garis, pipih, panjang 8–13 cm, berambut, berbiji 4-9 butir.
Furosemid adalah diuretik jenis hipotonis. Furosemid bekerja di lengkung Henle. Bekerja
terutama dengan merintangi transpor Cl- dan reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga
diperbanyak. Di bagian lengkung henle kurang lebih 25 % dari semua ion cl- yang telah
difiltrasi dan direbsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi
tanpa air, sehingga filtrat menjadi hipotonis.
Kini konsep 4 sehat 5 sempurna dirasakan tidak cocok lagi karena masyarakat Indonesia
menghadapi masalah kegemukan dan obesitas, sehingga mulai dipikirkan konsep baru yaitu
Pedoman Gizi Seimbang, yaitu masyarakat harus memperhatikan sendiri kebutuhan gizinya
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan nutrisi harian, yang akan berbeda untuk setiap orang.
Yang harus diperhatikan dari Pedoman Gizi Seimbang ini adalah:
Variasi makanan
Pentingnya pola hidup bersih
Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga
Memantau berat badan ideal
Jika dikelompokkan, sumber makanan dalam Pedoman Gizi Seimbang terbagi tiga, yaitu:
Dan untuk bisa mengatur keseimbangan gizi yang didapat dari makanan, perlu diperhatikan
13 prinsip dasar, yaitu:
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior tanpa
adanya rangsangan normal untuk melepaskan ADH. Pengeluaran ADH yang berlanjut
menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler
meningkat dengan hiponatremi. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan rennin dan
sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan
normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila osmolalitas menurun mekanisme Feed back
akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi
cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal. Pada SIADH
osmolalitas plasma terus berkurang akibat ADH merangsang reabsoprbsi air oleh ginjal.
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini
menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan
duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi.Dimana akan terjadi
penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin
tetap,akibatnya urin menjadi pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum
menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu
1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak
adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik – hipofisis ,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-
macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat
tersebut termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen
kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan
empat anti neoplastic : sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.
Manifestasi Klinik
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
1. Hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi sensitive koma, mobilitas
gastrointestinal menurun (Anorexia).
2. Takhipnea.
3. Kelemahandan Letargi
4. Peningkatan BB
5. Sakit kepala
6. Mual dan muntah
7. Kekacauan mental dan Kejang.
8. Penurunan keluaran urine
Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung pada derajat
lamanya retensi air dan hiponatremia misalnya:
1. Na serum >125 mEq/L.
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan nutrisi.
c. Kram otot.
2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.
a. Sakit kepala,
b. Perubahan kepribadian.
c. Kelemahan dan letargia.
d. Mual dan muntah.Kram abdomen
3. Na serum < 1115 mEq/L.
a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
Pemeriksaan Penunjang
1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
3. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.Osmolalitas urin,dapat
turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi
osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.
4. Hematokrit (Ht dan Hb), tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan
cairan melawan dehidrasi.
5. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum
menurun sampai 170 M Eq/L.
6. Prosedur khusus : tes fungsi ginjal (nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN,
atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin).
13. Berapa dosis profilaksis Isoniazid pada profilaksis primer atau sekunder?
- Profilaksis primer untuk mencegah tertular/infeksi pada kelompok yang mengalami kontak
erat dengan pasien TB dewasa dengan uji BTA positif
- Profilaksis sekunder untuk mencegah terjadinya sakit TB pada kelompok yang telah
terinfeksi TB tapi belum sakit TB
Konsep dasar profilaksis primer dan sekunder berbeda, namun obat dan dosis yang digunakan
sama, yaitu INH mg/kgbb/hari. Profilaksis primer diberikan selama kontak masih ada,
minimal selama 3 bulan. Pada akhir 3 bulan dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika hasilnya
negatif, dan kontak tidak ada, profilaksis dihentikan. Jika terjadi konversi tuberkulin menjadi
positif, dievaluasi apakah hanya terinfeksi atau sudah sakit TB. Jika hanya infeksi profilaksis
primer dilanjutkan sebagai profilaksis sekunder. Profilaksis sekunder diberikan selama 6-12
bulan yang merupakan waktu risiko tertinggi terjadinya sakit TB pada pasien yang baru
terinfeksi TB.