PENDAHULUAN
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid
dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faali
dasar yang perlu diingat kembali. Partama bahwa hormon yang aktif adalah free-
hormon, bahwa metabolisme sel didasarkan adanyafree- bukan free- , ketiga
bahwa distribusi enzim deyonisasi I, II, III (DI, DII, DIII) di berbagai organ
tubuh berbeda, di mana DI banyak ditemukan di hepar ,ginjal, dan tiroid, DII
utamanya di otak, hipofisis, dan DIII hampir seluruhnya di temukan di jaringan
fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang diterima oleh PTU. Definisi lama bahwa
hipotiroidisme disebabkan oleh faal tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi. Kini
dianut keadaan di mana efek hormon tiroid berkurang. (contoh pada defisiensi
yodium tiroid justru bekarja keras). Secara klinis dikenal 1. Hipotiroid Sentral,
karena kerusakan hipofisis/hipotalamus; 2. Hipotiroidisme Primer apabila yang
rusak kelenjar tirod dan 3.karena sebab lain: sebab farmakologis, defisiensi
yodium dan resistensi perifer. Yang paling banyak ditemukan ialah
hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosia ditegakkan
berdasarkan ata TSH meningkat dan turun.
1.1.2 Hipertiroid
PEMBAHASAN
Tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti atau kurang
memproduksi hormon tiroksin. (Semiardji, Gatut, 2003 : 14)
1. Hipotiroid primer
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary
atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap
hormone tiroid.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh:
2.3 Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
1. Kulit dan rambut
Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
Tidak tahan dingin
Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
Volume otot bertambah, glossomegali
Kejang otot, kaku, paramitoni
Artralgia dan efusi sinovial
Osteoporosis
Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologik
Letargi dan mental menjadi lambat
Aliran darah otak menurun
Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
Ataksia (serebelum terkena)
Gangguan saraf ( carfal tunnel)
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
Bradikardi, disritmia, hipotensi
Curah jantung menurun, gagal jantung
Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
Penyakit jantung iskemic
Hipotensilasi
Efusi pleural
Dispnea
5. Gastrointestinal
Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
Retensi air (volume plasma berkurang)
Hipokalsemia
7. Hematologi
Anemia normokrom normositik
Anemia mikrositik/makrositik
Gangguan koagulasi ringan
8. Sistem endokrin
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
Gangguan fertilitas
Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
9. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula (moon face), wajah
kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.
E. Klasifikasi Hipotiroid
Pada anak anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau
disgenensis kelenjer tiroid ataua gangguan sintesis hormon tiroid. Disgennesis kelenjear tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAXS dan thyroid transcriptionfactor 1 dan 2 ( Gillam &
Kopp, 2001)
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan efek pada kelenjar tiroid itu
sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sentral
berhubungan dengan penyakit-penyakit yang mempengaruhi produksi hormon thyrotropin
releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin (TSH) oleh hipofisis
(Roberts & Landeson,2004).
Selain itu pasien dinyatakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
( TSH 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique, peningkatan BB, gangguan sikus haid,
konstipasi, intolerasni dingin, rambut dan kuku rapuh (Wiseman, 2011)
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai
berikut:
Serum rendah
Peningkatan kolesterol
G. Pengobatan
Hipotiroidisme yang perlu diperhatikan ialah a). dosis awal, b). cara menaikkan dosis
tiroksi. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1). Meringankan keluhan dan gejala, 2).
Menormalkan TSH, 3). Menormalkan metabolism, 4). Membuat T3 dan T4 normal, 5).
Menghindarkan komplikasi risiko. Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan
subtitusi.: a). makin berat hipotiroidisme, makin rendah dan dosis awal dan makin landai
peningkatan dosis, b). geriatri dengan dengan angina prektoris, CHF, gangguan irama, dosis
harus hati-hati.
Prinsip subtitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid endogen pasien.
Indikator kecukupan optimal sel adalah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak dianjurkan, sebab
ada resiko gangguan jantung dan densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-tirodotironin (T3),
maupun pulvus tiroid. Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak
digunakan sebagai subtitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa kali
sehari. Obat oral terbaik adalah T4. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kombinasi pengobatan T4
dengan T3 (50 ug T4 diganti 12,5 ug T3) memperbaiki mood dan faal neuropsikologis.
Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama
bahan lain yang menggangu serapan dari usus. Dosis rerata subtitusi L-T4 ialah 112 ug/hari atau
1,6 ug/kg BB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T3 25-50. Kadar TSH 20 uU/ml butuh 50-75
tiroksin sehari, TSH 44-75 uU/ml butuh 100-150 ug. Sebagian besar kasus butuhkan 100-200 ug
L-T4 sehari.
A. Definisi Hipertiroidisme
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid,
kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Sindrom klinis yang
terjadi merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena.
(Greenspan, 2004)
Hipertiroid adalah Suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara fisik maupun mental seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis.
(Bararah, 2009)
B. Etiologi Hipertyroid
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi
hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena
uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering
daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH
receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata
dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
C. Patofisiologi
Hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam
sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
D. Manifestasi Klinis
Hipertensi sistolik
2. Gangguan gastrointestinal
Malabsorpsi
Emosi labil
Rasa gelisah
Susah tidur
Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan lemak
di sekitar mata.
4. Kelainan kulit
Sering ditemukan menstruasi tidak teratur, infertilitas akan tetapi setelah hipertiroidisme
terkendali lagi sistem reproduksi bisa kembali normal.
E.Klasifikasi
Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu
sendiri, contohnya :
- Penyakit grave
- Functioning adenoma
- Tiroiditis
Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,
contohnya :
- Tumor hipofisis
Klasifikasi struma
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) menurut American society for Study of
Goiter membagi :
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik.
Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma
diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non
toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium
yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid
yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut
struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme
F. Pemeriksaan
Untuk fase awal penentuan diagnosis, perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada pemantauan
cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan membaik . Hal ini
karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon tiroid sehingga lamban pulih. Untuk
memeriksa mata disamping klinis digunakan alat eksoftalmometer Herthl. Karena hormon tiroid
berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan pada semua organ kita.
Pada kelompok usia lanjut gejala dan tanda-tanda tidak sejelas pada usia muda, tetapi
dalam beberapa hal sangat berbeda. Perbadaan ini antara lain dalam hal : a). Berat badan
menurun mencolok (usia muda 20% justru naik ); b). Nafsu makan menurun, mual, muntah dan
sakit perut : c). Fibrilasi atrium, payah jantung, blok jantung sering merupakan gejala awal dari
occult hyperthyroidism, takiaritmia; d). Lebih jarang dijumpai takikardia ( 40%); e). Eye signs
tidak nyata atau tidak ada; f). Bukannya gelisah atau justru apatis (memberi gambaran masked
hyperthyroidism dan apathetic form).
G. Pengobatan
Prinsip pengobatan pada hipertiroid tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia
pasien, riwayat alamiah penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi pasien,
e).resiko pengobatan, dsb.
· Sebagai terapi yang bertujuan untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien-pasien muda dari struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis
· Sebagai obat tirotoksikosis pada fase sebelum pengobtan, atau sesudah pengobatan pada
pasien yang mendapat yodium radioaktif
Perbaikan klinis pasien hipertiroid dengan menggunakan OAT tergantung pada jumlah
hormon tiroid yang tersimpan kelenjar. Lamanya pemberian OAT umumnya sekitar 18-24 bulan.
Efek samping OAT ditemukan sebanyak 1,5-4 % dari jumlah pasien, barupa hipesensitif dan
agranulositosis.
Pada pengobatan ini kemungkinan terjadi hipotiroidisme besar sekali. Digunakan Y131
dengan dosis 5-12 mCi per oral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis dalam 3 bulan,
namun kira-kira 1/3 dari jumlah pasien menjadi hipotiroid dalam tahun pertama. Efek samping
dari pengobatan ini adalah hipotiroidisme, eksaserbasi, hipertiroidisme dan tiroiditis.
3. Operasi
· Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar.
· Pada penyakir Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Setiap pasien pasca operasi perlu dipantau apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau resudif.
Operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik membawa resiko terjadinya krisis tiroid dengan
mortalitas amat tinggi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Kesimpulan
Hipotiroid dan Hipertiroid adalah suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang di sebabkan oleh
beberapa faktor. Hipotiroid terjadi karena kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi
kelenjar tiroid. sedangkan hipertiroidisme suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan
akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Pada hipotiroid penyakit yang dapat terjadi
yaitu kretinisme, sedangkan pada hipertiroid yaitu penyakit Graves,.
Prisip pengobatan pada hipotiroid yang perlu diperhatikan ialah
a). dosis awal,
b). cara menaikkan dosis tiroksi.
Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah:
1). Meringankan keluhan dan gejala,
2). Menormalkan TSH,
3). Menormalkan metabolism,
4). Membuat T3 dan T4 normal,
5). Menghindarkan komplikasi risiko.
II. Saran
Agar pembaca sadar bahwa Hipotiroid dan Hipertiroid berbahaya bagi kesehatan manusia
karena hormon tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan
pada semua organ kita. Sehingga pembaca lebih memperhatikan kesehatan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ranakusuma, A. B. 1992. Buku Ajar Praktis Metabolik Endokrinologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Price, S,A; Wilson, L,M. 1993. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Klinis Penyakit,
Bagian 2. Jakarta: EGC.
Barbara, C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan).Bandung: Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Corwin, E,J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Healthy Enthusiast. 2012. Hipertiroid, Hipotiroid. http://www.HealthyEnthusiast.com (Diakses
tanggal 11 Maret 2013).
Sudoyo Aru W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
M.W. Haznam. 1991. Endokrinologi. Bandung: Penerbit Angkasa Offset Merdeka.