Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat

dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup,

angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat (Depkes RI,

2008).

Berdasarkan data WHO Pada tahun 2015 diperkirakan ada 10,4 juta kasus

baru tuberkulosis di seluruh dunia. 60% dari kasus tuberkulosis di seluruh

dunia banyak terjadi dalam 6 Negara yaitu China, India, Indonesia, Nigeria,

Pakistan dan Afrika Selatan. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal akibat

tuberkulosis pada tahun 2015 (termasuk 0,4 juta orang dengan HIV).

Tuberkulosis adalah 1 dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia pada tahun

2015. (World Health Organization. Global tuberculosis report 2015).

WHO memperkirakan setiap tahun di Indonesia terdapat 583.000 kasus

baru Tuberkulosis. Dari jumlah tersebut 262.000 adalah BTA positif yang

dapat menularkan kepada orang lain. Dengan jumlah penduduk yang banyak,

kepadatan yang tinggi di beberapa daerah serta penyakit Tuberkulosis mudah

menular mengakibatkan Indonesia menduduki ranking ketiga jumlah penderita

Tuberkulosis terbanyak setelah China dan India.

( www.depkes.go.id/development diakses hari kamis tanggal 24 maret 2011)

1
2

Dari data Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi didapatkan jumlah

pasien Tuberkulosis Paru tahun 2016 berjumlah 313 orang atau dengan rata –

rata perbulan 24 orang sedangkan pada tahun 2017 jumlah pasien

Tuberkulosis Paru pada bulan April dan Mei yaitu 60 orang diantaranya 42

orang pasien laki – laki dan 18 orang pasien perempuan. (Rekam Medik

RSUD Raden Mattaher Jambi, 2017)

Gejala penyakit tuberkulosis berupa gejala umum dan khusus, keadaan ini

disesuaikan dengan organ tubuh yang terserang oleh penyakit. Tanda secara

klinis tidak terlalu khas terutama pasien pasien yang baru awal menderita

tuberkulosis. Adapun gejala umum meliputi batuk-batuk selama 3 minggu,

biasanya berupa batuk darah disertai demam dan keringat dingin pada malam

hari,bisa disertai demam influenza yang sifatnya hilang timbul, penurunan

nafsu makan yang akan menyebabkan berat badan turun, sedangkan gejala

khususnya tergantung pada bagian mana tubuh terkena, pada sebagian

tuberkulosis mengalami gangguan pada jalan nafas, bila terjadi sumbatan pada

daerah bronkus maka akan menyebabkan penekanan pada kelenjar getah

bening, dan menimbulkan suara mengi, suara nafas akan melemah dan dada

sesak. (Meidiana,2015)

Pasien Tuberkulosis Paru biasanya akan mengalami gangguan bersihan

jalan nafas(penumpukan sekret), pengobatan secara medis tidak dapat

menyembuhkan secara tuntas 100%, untuk mengencerkan mukus biasanya

diberikan inhalasi atau nebulizer, melalui latihan fisioterapi dada antara lain :

perkusi, vibrasi, postural drainage, nafas dalam dan batuk efektif. Upaya ini
3

dapat memudahkan pengeluaran sekret sehingga jalan nafas menjadi lancar.

(Aditama,2003 dalam journal Parta Suhanda dan Maman Rusmana,2013)

Dalam penelitian yang dilakukan Parta Suhanda dan Maman Rusmana

dalam jurnal Efektifitas Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Pasca Nebulasi

Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSU

Tanggerang Tahun 2013 di dapatkan hasil sebagian besar bersihan jalan napas

sebelum dilakukan fisioterapi dada pada pasien Tuberkulosis Paru adalah

bersih (7%). Sedangkan sesudah dilakukan fisioterapi dada pada pasien

Tuberkulosis Paru adalah bersih menjadi (50%), Pada bersihan jalan nafas

sebelum dilakukan batuk efektif pada pasien Tuberkulosis Paru adalah bersih

(0%), sedangkan setelah dilakukan batuk efektif adalah bersih menjadi

(43%).sehingga dapat ditemukan kesimpulan bahwa fisioterapi dada dan batuk

efektif pasca nebulasi sangat efektif terhadap bersihan jalan nafas pada pasien

Tuberkulosis paru di RSU Tangerang.

Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik terapi atau tindakan

pengeluaran sekret yang dapat digunakan, baik secara mandiri maupun

kombinasi agar tidak terjadi penumpukan sekret yang mengakibatkan

tersumbatnya jalan nafas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan

fungsi ventilasi paru-paru. Fisioterapi dada meliputi perkusi, vibrasi,dan

postural drainage. Tujuan fisioterapi dada adalah mempertahankan ventilasi,

melepaskan dan mengeluarkan sekret dari bronkus dan bronkiolus, dan

mencegah kolaps dari paru-pau yang disebabkan oleh tersumbatnya sekret

yang keluar.(Ratna Hidayat dkk, 2014:48 )


4

Dari hasil Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Ruang Paru RSUD

Raden Mattaher Jambi bulan Mei 2017 pada 2 pasien Tuberkulosis Paru di

dapatkan hasil pasien Tuberkulosis Paru menyatakan kesulitan dalam

mengeluarkan dahak yang menyebabkan pasien sulit untuk bernafas dan

menimbulkan ketidaknyamanan. Pasien Tuberkulosis Paru menyatakan belum

pernah diberikan terapi fisioterapi dada maupun batuk efektif .

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

“ Penerapan Fisioterapi Dada Pada Pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Paru

RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2017”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas rumusan masalah pada studi kasus ini adalah

Bagaimana Penerapan Fisioterapi Dada Pada Pasien Tuberkulosis Paru di

Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2017.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Fisioterapi Dada Pada Pasien

Tuberkulosis Paru di Ruang Paru RSUD. Raden Mattaher Jambi Tahun 2017.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dalam menerapkan fisioterapi dada

pada Tuberkulosis Paru.

1.4.2 Bagi pendidikan

Menambah ilmu pengetahuan tentang penerapan fisioterapi dada pada

pasien Tuberkulosis Paru.


5

1.4.3 Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

fisioterapi dada pada pasien Tuberkulosis Paru.

Anda mungkin juga menyukai