PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
tersebut?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Virus HIV
3
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan
sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS
disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak
dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS.
Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun
untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum
maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV
penyebab penyakit AIDS.
4
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu.
HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap
HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat
menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan
5
menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita
AIDS :
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
6
serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang
merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
7
pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
8
- Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada
bayinya, baik selam hamil, saat melahirkan ataupun
setelah melahirkan.
2. Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air
susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti
frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi
pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain.
Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang
baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah
memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
3. Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar,
bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat
diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat
ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.
9
Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak
berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan
hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung
virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan
virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor
darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato,
tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
Penanganan HIV/AIDS
- Penanganan Umum
10
menemukan obat penyembuhannya. Pengobatan-
pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu
memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.
Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada
zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti
biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus
seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi
agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
- Penanganan Khusus
Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian
dilakukan atas permintaan pasien dimana setelah proses
konseling risiko PMS dan hubungannya dengan HIV, yang
bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.
1. Upayakan ketersediaan uji serologic
2. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV,
terutama yang berkiatan dengan kehamilan da risiko
yang dihadapi
3. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian
negative lakukan konseling untuk upaya preventif
(penggunaan kondom)
4. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi
infeksi oportunistik.
5. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama
bila konsentrsi virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml
atau jika CD4 menurun secara dratis
6. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan
kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau
perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan
infeksi).
11
2.3.3 Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh
- Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi
genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi.
Di dalam sel, Virus berkembng biak pada akhirnya menghancurkan
sel serta melepaskan pertikel virus yang baru. Partikel virus yang baru
kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
- Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang
memiliki reseptor biasanya, disebut sel CD4+ atu disebut limfosit T
penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T stitostik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
- Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga
teradi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infksi dan kanker.
- Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong
melalui 3 tahap selama beberpa bulan atau tahun.
- Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300
sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV
12
sejumlah sel menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak
partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun tubuh
berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
- Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai
kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar
partikel virus yang tinggi dak kadar Limfosit CD4+ yang rendah
membantu dokter mendapati orang-orang yang berisiko tinggi
menderita AIDS.
- 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya
menurun drastis. Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
- Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B.
Limfosit B adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali
HIV meyebabkan produksi antibodi berlebihan. Antibodi yang
diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
- Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh
dalam mengenali dan sasaran baru yang harus diserang.
13
lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau negatif-
palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat
ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan. Hal ini
dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang sedang berkembang
(sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau
pada reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2
atau HTLV-1. Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada
tahap ini, dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk
mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk
mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada
tidaknya virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot
dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus,
pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang
menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma.
Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis,
sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan
neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi
anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung
apakah mereka terinfeksi atau tidak.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15