Tahun 2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rakhmat dan karunia Nya, buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan di Daerah Perbatasan telah dapat diselesaikan sesuai
rencana.
Buku Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi/ Kabupaten/ Kota maupun Pusat
dalam proses pelaksanaan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di daerah perbatasan.
Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi untuk
penyempurnaan buku pedoman ini.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR KONTRIBUTOR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. KEADAAN DAN MASALAH 6
C. TUJUAN 7
D. PENGERTIAN 7
DAFTAR PUSTAKA 42
DAFTAR SINGKATAN 43
DAFTAR LAMPIRAN 44
TIM PENYUSUN PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN DI DAERAH PERBATASAN
Daftar Kontributor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cakupan wilayah perbatasan darat dan laut berada pada beberapa Provinsi
sebagaimana daftar dibawah ini.
JUMLAH 34 58
Sumber Data : Perpres 78 Tahun 2005, DKP (12 Februari 2007), propinsi disesuaikan data terbaru
C. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
a. Terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di
Daerah Perbatasan.
b. Tersedianya Sarana dan Prasarana yang Memadai untuk
mendukung pengelolaan obat di Daerah Perbatasan.
D. Pengertian
A. Bentuk Organisasi
B. SARANA
Ketersediaan sarana yang ada di Instalasi Farmasi Provinsi/ Kabupaten/ Kota
bertujuan untuk mendukung jalannya organisasi. Adapun sarana yang
sebaiknya tersedia adalah :
a. Gedung, dengan luas 300 m2 – 600 m2
b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1 – 3 unit
c. Komputer + Printer, dengan jumlah 1 – 3 unit
d. Telepon & Facsimile, dengan jumlah 1 unit
e. Sarana penyimpanan :
Rak : 10 – 15 unit
Pallet : 40 – 60 unit
Lemari : 5 - 7 unit
Lemari Khusus : 1 unit
1. Tingkat Pusat
Departemen Kesehatan R.I :
a. Menyiapkan, mengirimkan dan mensosialisasikan berbagai Keputusan
Menteri Kesehatan ke unit – unit terkait antara lain :
1) Daftar Harga Obat PKD, Obat Program dan Obat
Generik
2) Pedoman Teknis Perencanaan Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
3) Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
4) Pedoman Supervisi dan Evaluasi Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
5) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
b. Menyediakan Obat Buffer Stok Nasional,
c. Menyediakan Obat untuk masyarakat miskin
d. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi maupun Kabupaten/Kota,
dengan prioritas Kabupaten/Kota bentukan baru
e. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
f. Menyediakan Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas
g. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat
publik dan perbekalan kesehatan.
h. Menyediakan Pedoman Advokasi Penyediaan Anggaran
Kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
2. Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi :
a. Menyediakan dan mengelola obat buffer stok Provinsi
b. Melakukan kompilasi rencana kebutuhan obat Kabupaten/ Kota
c. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Kabupaten/Kota
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Kabupaten/Kota
e. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan
perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota maupun Puskesmas
f. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Provinsi
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Perencanaan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
disusun oleh tim perencanaan obat terpadu berdasarkan system
“bottom up”
b. Perhitungan rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran
disusun dengan menggunakan pola konsumsi dan atau epidemiologi.
c. Mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan obat dari beberapa
sumber dana, agar jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan dan tidak tumpang tindih.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan rencana
kebutuhan obat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pusat, Provinsi
dan sumber lainnya.
e. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Puskesmas
f. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Puskesmas
g. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap pen-
distribusian obat kepada unit pelayanan kesehatan dasar.
i. Dinas Kesehatan Kab/Kota bertanggungjawab terhadap penanganan
obat dan perbekalan kesehatan yang rusak dan kadaluwarsa.
j. Dinas Kesehatan Kab/Kota bertanggungjawab terhadap jaminan mutu
obat yang ada di IFK dan UPK.
A. PERENCANAAN
a. Metoda Konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya, dimana untuk menghitung jumlah obat yang
dibutuhkan berdasarkan metoda konsumsi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi
dana
b. Metoda Morbiditas
Metoda morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan
dan waktu tunggu (lead time). Langkah-langkah dalam
metoda ini adalah :
1) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekwensi penyakit.
3) Menyediakan standar/ pedoman pengobatan yang
digunakan.
4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat.
5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
B. PENYIMPANAN
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik
yang dapat merusak mutu obat.
2. Kapsul.
• Perubahan warna isi kapsul
• Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya
3. Tablet salut.
• Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
• Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
• Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan
fisik
4. Cairan.
• Menjadi keruh atau timbul endapan
• Konsistensi berubah
• Warna atau rasa berubah
• Botol-botol plastik rusak atau bocor
5. Salep.
• Warna berubah
• Konsistensi berubah
• Pot atau tube rusak atau bocor
• Bau berubah
6. Injeksi.
• Kebocoran wadah (vial, ampul)
• Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
• Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan
• Warna larutan berubah
C. DISTRIBUSI
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin
keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan.
Tujuan distribusi
1. Terlaksananya distrubusi obat secara merata dan teratur
sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
2. Terjaminnya kecukupan persediaan obat di unit pelayanan
kesehatan.
Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
terdiri dari :
1. Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk
kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan
2. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat
program dan obat pelayanan kesehatan dasar (PKD) diluar
jadwal distribusi rutin.
Kegiatan Distribusi Rutin
a. Perencanaan Distribusi.
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merencanakan dan
melaksanakan pendistribusian obat-obatan ke unit pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya.
Fungsi :
a. Sebagai lembar kerja bagi pencatatan penerimaan obat
b. Sebagai sumber data dalam melakukan kegiatan distribusi ke
unit pelayanan
c. Sebagai sumber data untuk mengitung persentase realisasi
kontrak pengadaan obat.
Pencatatan Harian Pengeluaran Obat
Obat-obatan yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan
dibukukan pada Buku Harian Pengeluaran Obat mengenai data
obat dan dokumen obat tersebut.
Fungsi :
Sebagai dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran,
baik mengenai data obatnya maupun dokumen yang menyertai
pengeluaran obat tersebut.
Isi LPLPO
• Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan
• Nama Puskesmas yang bersangkutan
• Nama Kecamatan dari wilayah kerja Puskesmas
• Nama Kabupaten/Kota dari wilayah Kecamatan yang
bersangkutan
• Nama Provinsi dari wilayah kerja Kabupaten/Kota
• Tanggal pembuatan dokumen
• Bulan pelaporan dari Puskesmas
• Bulan permintaan Puskesmas
• Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat
diisi dengan nama bulan bersangkutan
• Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk
pelaporan data obat) diisi dengan periode distribusi
bersangkutan
Petunjuk Pengisian :
Kolom pada Formulir Laporan Kegiatan Distribusi diisi dengan
data yang diperoleh dari dokumen LPLPO.
Kolom 1 : diisi dengan nomor urut
Kolom (2 s/d 3) : diisi sesuai dengan dokumen LPLPO
Kolom 4 diisi dengan stok pada awal bulan
Kolom 5 diisi dengan penerimaan obat
Kolom 6 diisi dengan jumlah persediaan atau sama dengan kolom
4+5
Kolom 7 diisi dengan pemakaian selama satu tahun
Kolom 8 diisi dengan kolom 7 dibagi 12
Kolom 9 diisi dengan sisa stok pada akhir bulan Desember
Kolom 10 diisi dengan kolom 9 dibagi dengan kolom 8
Kolom total kunjungan resep (11 s/d 13) : diisi dengan data
kunjungan yang mendapat resep satuan kerja bersangkutan
selama satu tahun.
Fungsi :
Mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di Daerah
Kabupaten/Kota selama satu tahun anggaran.
Manfaat Informasi
1) Untuk pelaksanaan tindak lanjut peningkatan dan
penyempurnaan pengelolaan obat di Kabupaten/Kota
2) Bahan masukan dalam penyusunan profil kesehatan
Kabupaten/ Kota
G. ANGGARAN
Anggaran merupakan salah satu hal yang sangat penting guna
berjalannya suatu organisasi, demikian pula halnya dengan
Instalasi Farmasi di Provinsi/Kabupaten/Kota yang berada di
daerah perbatasan sangat membutuhkan dukungan dana untuk
melaksanakan aktivitas sehari – hari.
1. Pembinaan
Pembinaan pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan di daerah perbatasan dan terpencil dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/
Kota sampai tingkat Puskesmas baik dalam aspek
administrasi maupun teknis pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan, antara lain melalui :
a Pertemuan koordinasi pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan daerah perbatasan dan terpencil di
tingkat Provinsi yang dapat dihadiri oleh narasumber
Pusat, dan pertemuan tingkat Kabupaten/ Kota yang dapat
dihadiri narasumber Provinsi.
b Konsultasi dari Puskesmas ke Kabupaten/ Kota,
Kabupaten/ Kota ke Provinsi dan Provinsi ke Pusat.
c Kunjungan lapangan berupa bimbingan teknis, monitoring
dan evaluasi ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
sampai dengan UPK di daerah perbatasan terpencil yang
diikuti tim Puskesmas, tim Kabupaten dan tim Provinsi
secara bersama-sama.
d Pelatihan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten dan Provinsi
sebagai upaya peningkatan kemampuan dan mutu
sumberdaya manusia.
2. Pengendalian
Untuk memantau dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di daerah
perbatasan terpencil dapat dimanfaatkan instrumen-instrumen
pencatatan dan pelaporan yang telah ada seperti LPLPO dll.
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan serta koreksi sangat kami
harapkan untuk perbaikan pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan di daerah perbatasan pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pengelolaan - 42