19
AnaLiSiS AnTiBiOtIk
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk uji kualitas,
tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain menentukan adanya suatu
zat dalam sediaan dan menentukan seberapa besar kandungan zat aktifnya.
Analisa kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa obat yang diproduksi sangat
penting untuk dilakukan, karena obat-obat yang beredar dipasaran harus diketahui
kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau bahan kimia obat harus sesuai
bermanfaat. Hal ini dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas sediaan obat, apakah
dalam sediaan tablet dengan menggunakan metode Titrasi Netralisasi, yaitu Titrasi
Bebas Air.
organoleptis yang meliputi warna, bau, rasa, bentuk, dan kelarutan yang dilanjutkan
dengan uji reaksi kimia dengan pereaksi tertentu berdasarkan terbentuknya gas,
kalium dikromat dalam lingkungan asam dengan penambahan kalium iodida sebagai
katalisator dan dititrasi kembali dengan larutan baku natrium tiosulfat, dengan
menggunakan indikator kloroform atau kanji untuk menentukan titik akhir titrasi.
3. Penetapan kadar Ciprofloksasin dalam sediaan tablet dengan metode Titrasi Bebas
Air dimana sampel ditambahkan asam asetat glasial dan dititrasi dengan larutan
baku asam perklorat dengan penambahan indikator Kristal violet, dimana titik akhir
dalam sediaan tablet dengan menggunakan metode Titrasi Netralisasi, yaitu Titrasi
Bebas Air.
organoleptis yang meliputi warna, bau, rasa, bentuk, dan kelarutan yang dilanjutkan
dengan uji reaksi kimia dengan pereaksi tertentu berdasarkan terbentuknya gas,
kalium dikromat dalam lingkungan asam dengan penambahan kalium iodida sebagai
katalisator dan dititrasi kembali dengan larutan baku natrium tiosulfat, dengan
menggunakan indikator kloroform atau kanji untuk menentukan titik akhir titrasi.
3. Penetapan kadar Ciprofloksasin dalam sediaan tablet dengan metode Titrasi Bebas
Air dimana sampel ditambahkan asam asetat glasial dan dititrasi dengan larutan
baku asam perklorat dengan penambahan indikator Kristal violet, dimana titik akhir
TINJAUAN PUSTAKA
oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat sintetik yang dalam
kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau lebih spesies
mikroorganisme.
Penetapan antibiotik secara kimia makin sering digunakan sebab mempunyai
ketelitian yang tinggi, waktu analisis yang lebih cepat, dan lebih obyektif sehingga
bisa menggantikan penetapan secara hayati. Dengan mempelajari sifat kimia dan
rumus bangun dari suatu antibiotik maka dapat disusun penetapan secara kimiawi
yang secara kuantitiatif tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain
yang mempunyai sifat kimia yang serupa. Penetapan secara kimia diharapkan lebih
berkembang dengan menetapkan jumlah zat dalam berat dan tidak lagi dalam unit,
walaupun demikian beberapa antibiotik masih diukur dalam aktivitas unit dan ini
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol mempunyai rasa sangat pahit karena itu untuk sediaan sirup
digunakan bentuk ester palmitat atau suksinat supaya rasanya tidak pahit.
nitrobenzaldehid, 4-nitrosobenzoat,
4-nitrosobenzoat, dan asam 4,4’-asam
4,4’ -asam benzoate. (1)
Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator
2. β- Laktam
2.1 Penisilin
COOH dapat diganti dengan kation anorganik atau organik membentuk suatu
garam. Kation yang digunakan biasanya natrium, kalium, aluminium, prokain, dan
penisilinase. Penisilin mudah sekali terurai baik oleh asam atau basa. (1)
sintesis dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan
menghasilkan efek bakteriosid pada mikroba yang sedang aktif membelah. (2)
2.2 Sefalosporin
mikroba. (2)
3. Kuinolon
flurokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisidal. (2)
4. Tetrasiklin
menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses
dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif, pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua iialah sistem transpor aktif. Setelah
masuk maka, antibiotik berikatan dengan ribosom 305 dan menghalangi masuknya
5. Metronidazol
Kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Metronidazol
memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai saat ini belum ditemukan amuba
1. Analisis gravimetri
3. Analisis gasometri
3. Reaksi pengendapan
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang
pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Bila asam/ basa bersifat lemah seperti
berair ini tidak dapat dilakukan karena disamping sukar larut air, juga kurang reaktif
dalam air. Titrasi dalam lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungan-
keuntungan misalnya zat-zat yang dapat larut dalam ai r, terutama basa-basa organik
dapat dititrasi dalam pelarut dimana zat itu dapat segera akan larut. Senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat basa yang sangat lemah, yang tidak dapat dititrasi
dalam air, masih memberikan titik akhir yang cukup tajam dalam berbagai pelarut
Banyak senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, bila dilarutkan dalam
pelarut organik akan menaikkan sifat asam atau basanya. Dengan demikian perlu
pemilihan pelarut yang sesuai untuk menentukan berbagai macam senyawa dengan
penambahan raksa (II) asetat yang dapat merubah ion halida menjadi raksa (II)
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut air dapat bersifat asam lemah dan
basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan
asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi
proton.
Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat
diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium
bebas air. Dalam TBA biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrida dengan
maka penghilangan anion yang berasal dari asam kurang, begitu penting. Akan
tetapi, jika basa dalam bentuk garam klorida atau bromida, maka bromida atau
dilakukan dengan penambahan merkuri asetat. Adanya asam klorida atau bromida
dan asam-asam kuat lain harus dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan
kadar tidak kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan
Pada pelaksanaan titrasi dalam pelarut bebas air sebenarnya tidak berbeda
dengan titrasi dalam larutan air. Titik akhir dalam hal ini dapat kembali ditentukan
secara elektometri atau dengan bantuan indikator. Harus diperhatikan bahwa larutan
asam asetat menunjukkan pemuaian termik yang besar. Berdasarkan ini maka harus
bekerja dengan larutan dengan suhu sama atau volume pentitrasi harus dikoreksi.
Pada penggantian indikator atau pelarut, faktor larutan pengukur harus ditentukan
kembali. Dapat dimengerti, bahwa juga larutan volumetrik dan indikator serta larutan
Pada penentuan yang sering dalam lingkungan bebas air lebih baik
digunakan buret automatik. Untuk penentuan tunggal digunakan buret yang lazim.
Untuk wadah persediaan larutan pengukur dan larutan indikator digunakan wadah
sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah
utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi (II) dalam asam klorida. (7)
Dikromatometri termasuk ke dalam titrasi redoks, karena dalam reaksinya
diketahui bahwa kemungkinan terjadinya reaksi redoks dapat dilihat dari 2 hal
berikut:
2. Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium dikromat selain
Reaksi:
Karena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO 4 dan Ce (IV).
Maka hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat K 2Cr 2O7
dalam jumlah besar tidak mempengaruhi titer ini. Suatu cara tidak langsung untuk
dititrasi dengan standar Dikromat. Maka cara ini dipakai untuk penentuan NO3-, ClO3-
yaitu dapat diperoleh murni, stabil sampai titik leburnya dan karenanya merupakan
suatu standar primer yang sangat baik. Larutan standar dengan kekuatan yang
diketahui tepat dapat disiapkan dengan menimbang garam keringnya yang murni
dan kelarutannya dalam volume air yang sesuai. Lebih jauh larutannya dalam air
adalah stabil tanpa batas waktu jika dilindungi dengan memadai terhadap
penguapan. Kalium Dikromat (K2Cr 2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan
direduksi dengan cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang
hijau. Ia tak direduksi oleh Asam Klorida (HCl) dingin, asalkan konsentrasi asam itu
dibanding larutan-larutan Permanganat dan juga stabil terhadap cahaya. Karena itu,
Kalium Dikromat berharga khusus dalam penetapan besi dalam bijih besi: Bijih besi
itu biasanya dilarutkan dalam Asam Klorida, Besi (III) direduksi menjadi Besi (II), dan
Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr 3+ yang terbentuk oleh reduksi
Kalium Dikromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi dengan Dikromat
hanya dengan meneliti larutan secara visual sehingga harus digunakan suatu
indikator redoks yang memberi perubahan warna yang kuat dan tak bisa
meliputi asam 2 N-Fenilan Tranilat (larutan 0,1 % dalam NaOH 0,005 M) dan
% dalam air). Indikator ini hanya digunakan dalam suasana Asam Sulfat-Asam
Fosfat. (8)
II.2. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
: Sebagai pelarut
RM / BM : C2H4O2/60,05
: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk, rasa yang tajam
: Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam
4. Amilum (9)
: Amilum solani
: Pati kentang
: Sebagai indikator
: Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam asam
8. Kloramfenikol (9)
: Chloramphenicolum
: C11H12Cl2N2O5/323,12
: Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih, tidak berbau, rasa
sangat pahit.
: Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95% P, sukar
: Antibiotikum
: Sebagai sampel
dar : Mengandung tidak kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5%.
: Ciprofloxacin Hydrochloride
: C12H18FN3O3.HCl / 367,8
: Larut dalam air, sedikit larut dalam metanol, sangat mudah larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam aseton, etil asetat dan metilen klorida
: Dalam tempat kedap udara, terlindung dari cahaya
: Cairan, mudah menguap ; tidak berwarna ; bau khas ; rasa manis dan membakar
: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air ; mudah larut dalam etano mutlak P,
dalam eter P dalam sebagian besar pelarut organik dalam minyak atsiri dan dalm
minyak lemah
: Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara lembab
meleleh basah ; dalam hampa udara pada suhu di atas 33° merapuh
: Larut dalam 0,5 bagian air ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P
RM/BM : KI / 166,00
: Hablur heksahedral ; transparan atau tidak berwarna, opak dan putih ; atau serbuk
: Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih ; larut dalam
A. Uji Kuantitatif
1. Kloramfenikol
jam. Saring melalui kapas, cuci 3 kali, tiap kali dengan 5 mL air. Dinginkan hingga
suhu 15° , tambahkan lebih kurang 30 g es. Titrasi perlahan-lahan dengan natrium
nitrit 0,1 M hingga 1 tetes larutan segera menghasilkan warna biru pada kertas kanji
iodida P. titrasi dianggap selesai jka titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan
etanol 90 %, lalu ditambahkan 5 mL HCl pekat. Larutan ini diuapkan di penangas air
sampai kering. Sisanya dikeringkan lagi pada 105°C selama 15 menit, didinginkan,
raksa (II) asetat 120 mL dioksan, larutan dititrasi dengan 0,25 N asam perklorat
(1/20 mmol) sampai timbul warna biru ; indikator 5 tetes larutan ungu Kristal. (11)
- Metode titrasi bebas air : lebih kurang 150 mg kloramfenikol yang ditimbang
seksama dilarutkan dalam 2 mL alkohol 90% dan ditambah 5 mL asam klorida pekat
lalu dipanaskan di atas penangas air sampai kering. Residu dikeringkan pada suhu
105° C selama 15 menit. Setelah dingin, residu dilarutkan dalam 10 mL asam asetat
glasial dan ditambah 5 mL raksa (II) asetat 5 % dalam asam asetaat dan 20 mL
dioksan serta 5 tetes indikator Kristal violet. Larutan dititrasi dengan asam perklorat
dilarutkan dalam 20 mL asam klorida pekat lalu ditambah 500 mg debu seng sedikit
demi sedikit. Campuran ditambahkan 15 mL asam klorida pekat lagi dan dibiarkan
selama satu jam. Campuran disaring melalui kapas, dicuci 3 kali, tiap kali dengan 5
mL air, didinginkan hingga suhu 15° C, dan diletakkan pada bejana berisi es. Filtrat
dan hasil cuciannya dititrasi perlahan-lahan dengan baku natrium nitrit 0,1 M hingga
satu tets larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida. Titrasi
dianggap selesai jika titik akhir titrasi dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan
dipijarkan bersama dengan 500 mg kalium karbonat hingga tidak ada warna hitam.
Larutan dinetralkan dengan asam nitrat encer, ditambah 15 mL asam nitrat encer
lagi, dan 25,0 mL perak nitrat 0,1 N. larutan dititrasi dengan larutan baku amonium
tiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat sebanyak 1 mL. (1)
mL kalium dikromat 0,2 N dan dicampur lalu dipanaskan dalam water bath selama 2
dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100 mL. sebanyak 5,0 mL larutan dipipet ke
dan 15 mL air. Larutan lalu ditambah 1 mL asam klorida 1 N dan 10 mL iodium 0,01
N, dibiarkan selama 20 menit dan terlindung dari cahaya. Larutan dititrasi dengan
baku natrium tiosulfat 0,01 N menggunakan indikator kanji. Dilakuka-n titrasi blanko
dengan cara : diambil 5,0 mL larutan yang sama dan dimasukkan ke dalam labu
iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit dan terlindung dari cahaya. Larutan
dititrasi dengan baku natrium tiosulfat 0,01 N menggunakan indikator kanji. Selisih
volume larutan baku tiosulfat blanko dengan volume tiosulfat awal setara dengan
tersebut dengan 10 mL air yang mengandung 0,2 mL merah fenol. Lebih kurang 50
0,2 mL, indikator merah fenol. pH larutan diatur dengan membandingkan terhadap
pada suhu kamar lalu dititrasi dengan natrium hidroksida 0,01 N sampai warna
merahnya sama dengan warna pembanding, didiamkan beberapa saat dan jika perlu
dititrasi lagi.
kemudian larutan ini dititrasi dengan 0,02 N NaOH sampai timbul warna merah
dalam Erlenmeyer. 6 mL dari asam klorida 5 M dan 2 tetes metal orang sebagai
Kelebihan iodine dititrasi dengan 0,03 N natrium tiosulfat dengan indikator kanji
mL larutan NaOH 1 M, kocok larutan dan biarkan selama 10 menit diatas penangas
air. Dinginkan dan tambahkan 10 mL larutanHCl 2 N dan 25,0 mL larutan baku I 2 0,1
N, biarkan selama 15 menit di tempat gelap. Titrasi dengan larutan baku Natrium
tiosulfat 0,1 N sampai berwarna kuning, lalu ditambahkan indikator kanji. Lanjutkan
mL larutan NaOH 1 N, kocok larutan dan biarkan selama 10 menit diatas penangas
air. Dinginkan dan tambahkan 15 mL HCl 2 N dan indikator kanji. Titrasi dengan
- Larutkan 0,250 g dalam campuran 5,0 mL 0,01 M asam perklorat dan 50 mL alkohol.
3. Sefadroksil
Erlenmeyer yang berisi iodine dan tambahkan 0,1 mol/L NaOH, sebanyak 2 mL.
kocok dan biarkan bereaksi (panaskan pada suhu 80° di water bath dengan panas
yang terkontrol selama 10-15 menit. Setelah dibiarkan bereaksi, campuran tersebut
didinginkan pada suhu ruangan. Kemudian tambahkan 0,3 mL HCl 1,0 mol/ L dan 5
mL karbon tetraklorida. Titrasi campuran dengan 0,01 mol/L KIO 3 sambil dikocok
- Timbang setara tablet 0,1 g , 0,2 g atau 0,3 g ciprofloksasin hidroklorida. Larutkan
dengan 15 mL asam aseta glasial dan juga tambahkan raksa (II) asetat (0,5 mL, 1,0
mL, dan 1,5 mL) dan tambahkan dengan asetat anhidrat (2 mL, 4 mL, dan 5 mL).
Titrasi larutan dengan 0,1 M asam perklorat 0,5 % w/v dan gunakan Kristal violet
5. Doksisiklin Hyclate
- Metode Iodometri : timbang setara tablet doksisiklin hyclate sebanyak 1-8 mg.
dengan baik dan diamkan selama 20 menit. Cuci dengan air sebanyak 5 mL dan 5
Tambahkan 2 tetes Kristal violet sebagai indikator dan titrasi dengan asam perklorat
0,01 M dengan titik akhir titrasi berwarna biru. Lakukan titrasi blanko.
6. Metronidazol
asam klorida. Tambahkan 0,5 g serbuk zink dan kocok hingga terjadi reaksi komplit.
Campuran reaksi di saring dengan menggunakan filter whatman dengan kertas
ukuran no.41 dan pindahkan endapan, residu tersebut kemuidan dicuci dengan 10
mL air sebanyak 3 kali. Dinginkan larutan dengan suhu 5-10° C. Tambahkan 0,5 g
kalium bromide dan titrasi dengan 0,1 natrium nitrit dan gunakan kertas kanji iodida
sebagai indikato.
penyaring kaca masir, saring 6 kali, tiap kali dengan 10 mL aseton P. titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 2 tetes lrutan hijau berlian P 1 % b/v
dalam asam asetat glasial P hingga warna hijau kekuningan. Lakukan penetapan
blanko. (9)
anhidrat, panaskan sebentar. Dinginkan dan tambahkan 1 tetes hijau malakit dan
titrasi dengan 0,1 N asam perklorat. Dan titik akhir berwarna kuning-kehijauan.
B. Uji Kualitatif
1. Kloramfenikol
- Sejumlah 10 mg zat dan 2,0 g NaOH ditambahkan 3 ml air, lalu dipanaskan samapi
mendidih, larutan berwarna kuning kuat. (11)
- Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 3 ml etanol 70 %, ditambahkan 7 ml air dan
200 mg bubuk Zink. Dipanaskan dipenangas air selama 10 menit, kemudian
disaring. Ke dalam 2 ml filtrate ditambahkan dua tetes benzoiklorida, dikocok 1
menit, lalu ditambahkan 3 tetes larutan besi (III) klorida, terbentuk warna merah
jingga. Filtrate yang diasamkan dengan asam nitrat dan ditambah AgNO3,
membentuk endapan perak klorida. (11)
2. Ampisilin
- Ke dalam suspensi 10 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 2 ml larutan Fehling encer
(2:6), timbul warna ungu (faksin). (11)
- Reaksi asam hidroksamat : ke dalam larutan (5 mg zat dalam 2 ml NaOH)
ditamahkan 0,3 g Hidroksilamin hidroklorida dan biarkan selama 5 menit. Larutan di
asamkan dengan beberapa tetes 6 N HCl, kemudian ditambahkan 1 ml
besi(III)klorida 1 %, timbul warna ungu merah kotor. (11)
- Reaksi iodazida : positif. (11)
- Teteskan 0,1 ml larutan ninhidrina P 0,1 % b/v di atas kertas saring, keringkan pada
suhu 105oC, lapiskan 0,1 ml larutan uji 0,2 b/v, panaskan pada suhu 105 oC selama 5
menit, biarkan hingga dingin, terjadi warna lembayung muda. (9)
- Suspensikan 10 mg dalam 1 ml air, tambahkan 2 ml larutan kalium tembaga (II)
tartrat P dan 6 ml air, segera terjadi warna violet. (9)
3. Tetrasiklin
- Kira-kira 0,5 mg zat direaksikan dengan 2 ml asam sulfat pekat, terbentuk warna
ungu. Setelah ditambah 1 tetes larutan besi (III) klorida 1 %, warna berubah menjadi
coklat/merah coklat. (11)
4. Doksisiklin
- 2 mg sampel ditambahkan 5 ml asam sulfat. Warna kuning. (10)
C. Prosedur Preparatif
1. Kloramfenikol
Dua kapsul setara dengan 300 mg kloramfenikol ditimbang seksama, dilarutkan
dalam alcohol 95% v/v dan disaring endapan yang tidak larut. Endaan tersebut
kemudian dikeringkan di water bath. Material yang telah kering kemudian dilarutkan
di air hangat, disaring jika perlu, dan buat volume hinga 500 ml.
3. Sefadroksil
- Larutan Injeksi:
Larutan dilarutkan dengan air 1 mg/ml larutan dan ikuti prosedur yang telah
disarankan tanpa modifikasi.
- Kapsul:
Timbang dan campurkan 4 kapsul. Timbang setara 250 mg sefalosforin dan larutkan
dengan air. Kocok larutan, saring residu dengan whatmann no.1 kertas saring dan
cuci dengan air.
4. Ciprofloksasin
Timbang setara tablet 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g ciprofloxacin murni tablet.
5. Doksisklin hyclate
20 tablet setara dengan 100 mg DCH ditimbang seksama dan dipindahkan ke
erlenmeyer 100 ml, kemudian kocok dengan 70 ml air selama 20 menit. Disaring
dengan whatmann no.42 filter paper. 10 ml larutan pertama dibuang dan 5 ml
diambil untuk dilakukan analisis.
6. Metronidazol
Timbang 20 tablet setara 0,1 g metronidazol dan serbukkan.
BAB III
METODE KERJA
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, batang pengaduk, botol
semprot, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, timbangan analitk, pipet tetes, dan pipet
III.1.2 Bahan
kapsul kloramfenikol dan tablet ciprofloksasin, reagen seperti asam asetat glasial,
indikator kanji atau indikator kloroform, indikator Kristal violet, larutan baku asam
perklorat, dan larutan baku natrium tiosulfat, larutan baku kalium dikromat.
III.2 Cara Kerja
- Diambil 10 ml sampel
- Dikocok dan dipanaskan hingga 10 – 15 menit pada suhu 80o C dan dinginkan.
- Ditambahkan 5 ml kloroform
IV.1 Tabel
Kel Sampel Metode Berat Volume Normalitas Persen
Sampel Titran Titran (N) Kadar
(mg) (mL) (%)
1 Kloramfenikol Dikromatometri 50 V1 : 20 N1 : 0,134 102,61
V2 : 10,5 N2 : 0,098
Cyprofloksasin TBA 100 2,6 0,0539 51,54
2 Doksisiklin TBA 100 Vblanko 0,0539 17,44
:0,4
Vtitran :
1,8
3 Ampisilin Iodometri 100 V1 : 10 N1:0,1006 93,96
V2 : 7,5 N2:0,1005
Doksisiklin TBA 150 V1: 10 0,0539 19,10
V2 :7,7
4 Amoksisilin Bromometri 100 V1 :10 N1:0,1070 15,74
V2 : 8 N2:0,1005
Amoksisilin Iodimetri 100 9 0,1505 79,10
5 Doksisiklin TBA 100 5,9 0,0539 51,09
6 Ampisilin Iodometri 100 V1 : 15 N1:0,1006 64,2
V2:13,3 N2:0,1005
Data Kualitatif
Pereaksi Y3 W5 W2 Q3 Z7
Zat + 2 g NaOH Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
+ 3 mL air kuat (+) muda muda (+) kuat (+) muda
(+) (+)
Zat + fehling A & _ _ _ Hijau (-) _
B
Zat + Kuning (+) Kuning Kuning Kuning Kuning
formaldehid + (+) (+) (+) (+)
H2SO4
Zat + H2SO4 Kuning _ _ Kuning _
pekat muda (+) muda
(+)
Zat + pereaksi _ Jingga Jingga (-) Kuning Jingga
marquis (-) (+) (-)
FeSO4 + HNO3 _ Jingga Jingga (-) _ Jingga
(-) (-)
Zat + NaoH Jingga (+) _ _ Jingga Jingga
(panaskan) (+) (+)
Keterangan :
+ Amoxicilin
W5= + kloramfenikol
+ ampicillin
W2= + kloramfenikol
+ ampicillin
Q3= + Kloramfenikol
Z7= + Kloramfenikol
+ Cefadroxil
BAB V
PEMBAHASAN
oleh organism hidum termasuk struktur analognya yang dibuat sintetik yang dalam
kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau lebih spesies
mikroorganisme.
Penetapan antibiotik secara kimia makin sering digunakan sebab mempunyai
ketelitian yang tinggi, waktu analisis yang lebih cepat, dan lebih obyektif sehingga
menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase
kuman-kuman tertentu.
kerja enzim DNA girase pada kuman yang merupakan bagian esensial dalam proses
sistesa DNA bakteri. Karena mekanisme kerjanya spesifik, maka tidak terjadi
resistensi parallel dengan antibiotika lain yang bukan golongan kuinolon karboksilat.
lebih lemah dari permanganate. Kalium dikromat digunakan hanya hanya dalam
larutan asam dan direduksi dengan cepat pada temperature biasa menjadi garam
kromium (III) yang hijau. Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr 3+ yang
terbentuk oleh reduksi kalium dikromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi
dengan dikromat hanya dengan meniliti larutan secara visual sehingga harus
ini untuk membuat lingkungan sampel menjadi asam. Larutan sampel dipanaskan
selama 15 menit diatas kompor listrik, kemudian didinginkan segera. Larutan sampel
kanji dan titrasi dengan natrium tiosulfat. Diamati perubahan warna yang terjadi pada
titrasi bebas air. Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Dalam metode titrasi bebas
air, tidak boleh ada air, sebab air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-
basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton. Asam perklorat
dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat diantara asam-asam
umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium bebas air. Dalam
titrasi bebas air biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrida dengan tujuan
untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat. Dalam percobaan ini juga
ditambahkan raksa (II) asetat yang bertujuan untuk menghilangkan bromide atau
klorida, karena adanya asam klorida/bromida dan asam-asam kuat lain harus
dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan kadar tidak kuantitatif karena asam-
asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa sampel yang bersifat basa.
Ciprofloksasin ditimbang setara 100 mg dan ditambahkan 10 mL asam asetat
glasial dan 1 mL raksa (II) asetat dan dititrasi dengan HClO 4 dengan penambahan
Pada percobaan ini diperoleh hasil persen kadar kloramfenikol yaitu 102, 61
memenuhi persyaratan sesuai dalam literatur yaitu Farmakope Indonesi Edisi III
yaitu tidak kurang dari 92,5 % dan tidak lebih dari 107,5 %. Sedangkan persen kadar
Pharmacopeia yaitu tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0 %.
Pada uji kualitatif, dilakukan uji terhadap sampel Y3, W5, W2, Q3, dan Z7.
Pada sampel Y3 dan Q3, ketika sampel direaksikan NaOH dan air, menghasilkan
warna kuning kuat. Dan pada sampel W5, W2, dan Z7 menghasilkan warna kuning
muda. Lalu, sampel Y3, W5, W2, Q3, dan Z7 ketika direaksikan dengan formaldehid
pereaksi Marquis menghasilkan warna kuning. Dan untuk sampel Q3 dan Z7, ketika
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini antara lain
: reagen atau pereaksi yangkurang baik kualitasnya, serta larutan baku yang kurang
tidak kuantitatif.
BAB VI
PENUTUP
VI. Kesimpulan
%. Hasil ini sesuai dengan persentase kadar pada literature (FI.III) yaitu tidak kurang
dari 92,5 % dan tidak lebih dari 107,5 % untuk kloramfenikol dan tidak sesuai
dengan persentase kadar pada literature (British Pharmacopeia) yaitu tidak kurang
VI.2 Saran
1. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
108, 119, 121
2. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV . Jakarta : Universitas
Indonesia. 622, 651
3. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif . Makassar :
UNHAS. 1, 29,30, 70, 71, 74. 75, 144, 151, 196-198
4. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4.
Jakarta : EGC. 259
8. Budiman, Melisa. 2011. Oksidasi dengan Kalium Dikromat dan Metode Titrasi
Dikromatometri . Diakses dari http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/dikromatometri/metode-titrasi-
dikromatometri/ . Diakses tanggal 16 November 2011
9. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 42, 47, 48, 58,
94, 96, 151, 316, 598, 651, 698, 724
10. The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery Office
on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
1381, 3954
11. Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 90, 141
12. Officers of the USP convention. 2007.US Pharmacopeia 30 – NF 25 . United States :
The United States Pharmacopeial Convention.
antibiotika dan analisisnya
ANTIBIOTIKA
I.Pengertian
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki aktivitas mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan
toksisitasntya bagi manusia rel;atif kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semisintesis
termasuk kelompok ini. Begitu pula yang dibuat secara sintesis dengan khasiat antibakterinya
lazimnya disebut antibiotika.
Kegiatan antibiotis pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Flemmings (
Inggris, 1928, penisilin ).Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada
permulaan perang dunia II di tahun 1941, ketika obat-obatan antibakteri sangat diperlukan
untuk pengobatan antiinfeksi.
Kemudian para peneliti memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Akan teapi
karena sifat toksisnya pada manusia hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai obat. Yang
penting diantaranya adalah steptomisin ,kloramfenikol, eritromisin, rifampisin.
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologis yaitu fungi dibiakkan dalam tangki besar
bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan keda;am media pembiakan
guna mempercepat petumbuhan fungi dan meningkat pertumbuhan antibiotiknya. Setelah
diisolasi dari cari cairan kulturnya antibiotik dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan.
1. Larut dalam air dan tidak memberi warna ( penisilin, streptomisin, kloramfeikol )
2. Larut dalam air dan memberi warna kuning sampai kuning tua ( tetrasiklin )
penggolongan Antibiotika
a.Penisilin
Penisilin diperoeh dari jamur penicillium chrysogenum dari berbagai macam jenis
yang dihasilkan perbedaannya terletak pada gugus samping R saja, diantaranya yang paling
alktif adalah Benzilpenisilin (pen-G). Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephalorium
acremonium yang berasal dari Sicilia.
Kedua kelompok antibiotik ini memiliki rumus bangun serupa keduanya memiliki cincin
bangun beta-laktam.Cincin ini merupakan syarat utama untuk aktivitasnya.
Mekanisme kerja : dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptodoglikan, yaitu dari
senyawa amino dangula yang saling terikat satu sama lain dan demilkian memberi kekuatan
mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosporin menghindarkan sintesa lenkap dari polimer
ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah
atau menyerap air dengan jalan osmosis maka dinding sel itu akan pecah. Dinding sel
manusia dan hewan tidak terdiri dari murein sehingga antibiotika tidak toksis .
Contoh : benzilpenisilin, fenoksi metil penisilin, kloksasilin, ampisilin, amoksisilin
b.Sefalosporin
Sefalosporin termasuk antibiotik betqa laktam dengan struktur dan aktivitas yang
mirip dengan penisilin. Diperoleh secara semisintetis dari sefalosporin C yang dihasilkan
jamur Cephalorium acremonium. Inti senyawa ini adalah 7-ACA (7- amino-sephalosporic-
acid) yang mirip inti penisilin.
Contoh : sefaleksin, sefamandol, sefuroksim, sefotaksim, seftazidim
c. Aminoglikosida
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis fungi Steptomyces dan micromonospora. Semua
senyaw dan turunan semisintetis mengandung dua atau tiga gula amino dalam molekulnya
yang saling terikat secara glukosidis. Denganadanya gugus amino zat-zat ini bersifat basa
lemah dan garam sulfat yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam ai r.
Contoh : steptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, paromomisin
d.Tetrasiklin
Senyawa tetrasiklin semula ditemukan pada Steptomyces aureofaciens dan
Steptomyces rimosus. Khasiatnya bersifart bakteriostatis hanya melalui injeksi intravena
dapat dicapai kadar plasma yang rendah. Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa
protein kuman.
Contoh : tetrasiklin, doksisilin
e. Makrolida dan Linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terutama terhadap bakteri Gram positif dan
spektrumkerja mirip penisilin-G. Mekaniosme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada
ribosom kuman sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau
sering dapat terjadi resistensi. Absorpsinya tidak teratur agak sering menimbulkan efek
samping lambung. Sedangkan waktu paruhnya singkat.
Contoh : Eritromisin, roksitromisin,azitromiosin, spiramisin, linkomisin, klindamisin
f.Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaan dan kemampuan untuk
melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dasn
akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung dari keadaan membelah tidaknya kuman
maka dapat dikombinasikan dengan antibiotika bakteriostatis.
Contoh : polimiksin B, basitrasin, gramisidin
g.Antibiotika lainnya
1. kloramfenikol
2. vankomisin
3. asam fusidat
4. mupirosin
5. spektinomisin
V.Reaksi Identifikasi
a. secara mikrobiologis
Umumnya secara kimia antibiotik sukar ditentukan atau dibedakan seperti missalnya penisilin
dan streptomisin semua reaksi kimia negatif.Dengan melihat sifat antimikroba baru dapat
ditentukan.
b.organoleptis
c.reaksi pendahuluan
sifat higroskopis
keasaman
bentuknya : penicillin garam N dan K, tetrasiklin garam HCl
reaksi warna :
3. 2cc lart. + 1 tetes NaOH 10% panaskan, netralkan dengan HCl + 1tetes FeCl3
5. reduksi dengan Zn + HCl panaskan + NaOH 10% kocok + ureum + naphtol dalam NaOH
reaksi kristal ; yang paling baik adalah reaksi krista dengan aceton air
1. tetrasiklin HCl
2. Penisilin
Bau spesifik
Dalam perdagangan :
Pen-G : benzyl-pen
Pen- K : N-heptyl-pen
3. Steptomisin
Nessler : hitam
3. Kloramfenikol
4. Erithromisin