SKENARIO
1.1 Pengertian
Diartikan sebagai suatu derajat panas yang berada dalam tubuh. Suhu tubuh adalah suatu indikasi
sehat atau sakit yang digambarkan derajat panas yang diproduksi tubuh. Suhu untuk metabolisme
sel-sel ditetapkan 37 0C. Normal individu 36-37 0C. Suhu kulit tidak sama dengan suhu organ
internal.
Pelepasan Panas
RADIASI à pemindahan panas dari suatu permukaan ke permukaan lain tanpa kontak.
KONVEKSI à pergerakan udara dari dekat tubuh yang panas dipindahkan dengan cara
mengganti dengan udara dingin.
EVAPORASI à pelepasan panas dengan cara penguapan, misal : saluran pernafasan, keringat, air
ketuban.
1.
2. Suhu turun.
3. Possible dehidrasi.
Intervensi
2. Denyut Nadi
2.1 Pengertian
Denyut nadi adalah ketukan / dorongan ringan yang dapat diraba atau dirasakan pada arteri
akibat mengembangnya aorta. Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di dinding
sistem aorta jika diraba, dirasakan sebagai dorongan atau ketukan ringan disebut denyut.
Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh
dinding arteri dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung. Pusat pengatur
denyut adalah NODUS SINOATRIAL atau NODUS SINOAURICULER yang letaknya pada
serambi kanan jantung.
1. Irama denyut normal adalah selang waktu antara denyut yang satu dengan berikutnya
sama.
2. Arrhytmia adalah irama denyut tak teratur.
3. Pulsus Intermittens, adalah denyut yang mengalami periode irama normal kemudian tak
teratur.
4. Dicrotic Pulse (Denyut nadi kembar), gelombang denyut terasa 2 denyut waktu diraba.
5. Bigeminal Pulse adalah dua kontraksi teratur disusul berhenti.
6. Denyut Prematur, kontraksi jantung yang terjadi sebelum adanya denyut normal,
dimanifestasikan berdebar-debar.
Adalah darah yang terasa mengalir melalui pembuluh darah. Denyut mudah dihilangkan dengan
tekanan diatas arteri. Bounding atau denyut terbatas adalah bila volume darah sulit
menghilangkan denyut. Denyut mudah hilang disebut denyut lemah atau feeble atau pulsus
filiformis.
Arteri temporalis, Arteri karotis, Arteri apikal, Arteri brachialis, Arteri radialis, Arteri ulnaris,
Arteri femoralis, Arteri poplitea, Arteri posterior tibial,Arteri dorsalis pedis.
3. PERNAFASAN
1. Ventilasi pulmoner, gerakan nafas untuk menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, CO2 dan darah ke paru-paru.
3. Difusi gas menembus membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dengan
O2.
4. Distribusi arus udara dan arus darah à mencapai semua bagian tubuh.
1. TAHANAN PERIFER: Arteri mempunyai sistem tekanan tinggi, vena dan kapiler
mempunyai sistem tekanan rendah. Arteriola menguncup kecil darah yang mengalir
berkurang.
2. GERAKAN MEMOMPA DARAH JANTUNG: Semakin banyak darah di pompa ke
arteri (isi sekuncup bertambah) lebih menggelembung à TD meningkat. Sedikit darah di
pompa isi sekuncup berkurang à TD turun.
3. VOLUME DARAH: Volume darah rendah akibat perdarahan à TD turun.
4. VIKOSITAS DARAH: Semakin kental darah à semakin tinggi TD, karena semakin
banyak tenaga untuk mendorong
5. ELASTISITAS DINDING PEMBULUH DARAH: Arteri mengandung sejumlah besar
jaringan elastis yang lentur. Jantung istirahat à dinding arteri mengerut. Pembuluh yang
elastisitasnya sedikit memberikan banyak penolakan di banding dengan pe,buluh yang
elastisitasnya besar. Contoh : pada arteriosklerosis TD bertambah.
Alat untuk mengukur TD adalah : Spignomanometer, Manometer Aneroid dan Stateskop. Suara
yang didengarkan oleh perawat waktu mengukur TD disebut suara KOROTKOFF, dimana ada 5
yaitu :
1. Suara KOROTKOFF I, adalah bunyi pertama terdengar dicatat sebagai tekanan sistolik,
sifatnya lemah, nada tinggi terdengar : tek, tek …
2. Suara KOROTKOFF II, adalah bunyi seperti K I disertai bising; teksst, teksst …atau
tekrrd, tekrrd.
3. Suara KOROTKOFF III, adalah bunyi berubah keras, nada rendah, bising; deg, deg …
4. Suara KOROTKOFF IV, adalah saat pertama kali bunyi jelas melemah; de:g, de:g …,
deg, deg…
5. Suara KOROTKOFF V, dicatat sebagai tekanan diatolik adalah saat bunyi hilang.
Catatan :
Nilai sistolik diambil dari suara KOROTKOFF I. Nilai diastolik diambil dari suara
KOROTKOFF V. Kecuali Pada anak kecil pada keadaan suara K V terus terdengar walaupun
permukaan air raksa sudah sampai angka 0 (Nol), pada keadaan diatas digunakan K IV untuk
pencatatan nilai diastolik.
1 Gejala Kardinal
1.1 Jenis Gejala Kardinal
1.1.1 Temperatur / Suhu Tubuh
1.1.1.1 Pengertian
Diartikan sebagai suatu derajat panas yang berada dalam tubuh. Suhu tubuh adalah suatu
indikasi sehat atau sakit yang digambarkan derajat panas yang diproduksi tubuh. Suhu untuk
metabolisme sel-sel ditetapkan 37 0C. Normal individu 36-37 0C. Suhu kulit tidak sama dengan suhu
organ internal.
KECUALI
Pada keadaan suara K V terus terdengar walaupun permukaan air raksa sudah sampai angka 0 (Nol),
pada keadaan diatas digunakan K IV untuk pencatatan nilai diastolik.
Kesadaran merupakan keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan eferen.
Gangguankesadaran, yaitu keadaan dimana tidak terdapat aksi dan reaksi, walaupun diransang secara
kasar.
PEMERIKSAAN KESADARAN /
MENGUKUR GCS
Posted by ramzkesrawan on 2010/07/13
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam
lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah
ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini
bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat
menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti
pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada
keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol,
keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke,
tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera
kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran
dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang
menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik
(alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau
pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri
(unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih
sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),
bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon
(unresponsiveness).
Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan
motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6
tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
TAHAP KERJA
MENGUKUR SUHU AKSILA
Perawat mencuci tangan dan memekai sarung tangan
Menurunkan air raksa sampai reservoir
Bila perlu baju pasien dibuka jika ketiak pasien basah harus dikeringkan
Termometer dipasang tepat pada tangan ketiak dijepitkan lengan pasien dilipat didada
Setelah 10 menit termometer diangkat langsung dibaca dengan teliti & dicatat dibuku catatan suhu
Termometer dibersihkan dengan larutan sabun, memekai tissue/kas kmd dimasukkan kedalam
larutan desinfektan 5% selama 3 menit lalu bersihkan dengan tissue, masukkan kedalam air
bersih & dikeringkan dengan tissue lagi
Air raksa diturunkan dan dimasukkan kedalam tempatnya
MENGUKUR DENYUT NADI & PERNAFASAN
Pengaturan posisi pasien berbaring/duduk
Menentukan tempat pengukuran nadi dengan menggunakan 3 jari (telunjuk,tengah dan manis)
Menghitung denyut nadi dalam 1 menit (dengan jam jarum detik)
Kemudian menghitung pernafasan tanpa diketahui pasien selama 1 menit
Adanya komunikasi dengan pasien
MENGUKUR TEKANAN DARAH
Mengatur posisi tidur terlentang/semi fowler
Lengan baju dibuka/digulung
Manset transmeter dipasang pada lengan atas 3 jari dari siku/2,5 cm dari arteri brachialis: pipa
karet berada diluar lengan
Manset dipasang tidak terlalu kuat/longgar(masih bias dimasukkan 1 jari)
Pompa manometer dipasang
Meraba denyut nadi brachialis
Meletakkan stetoskop pada daerah arteri brachialis
Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka
Memompa balon karet pelan-pelan sampai denyut nadi brachialis tidak terdengar kemudian
menaikkan air raksa sekitar 20 mmHg
Sekrup balon dibuka perlahan-lahan (2-3 mmHg tiap denyutan pandangan mata sejajar dengan
tinggi air raksa) sambil mendengar bunyi khorotkof untuk menentukan systole dan diastole
Manset dibuka & digulung, air raksa ditutup, transmater ditutup dengan rapi
Lengan baju ditutup kembali
Desinfeksi bagian ear piece & diafragma stetoskop dengan kapas alkhohol
VI. TAHAP TERMINASI
Merapikan alat-alat
Lepas sarung tangan dan mencuci tangan
VII. DOKUMANTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan