Anda di halaman 1dari 68

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.

03
RUMAH SAKIT TK IV.02.07.04

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


TINDAKAN FISIOTERAPI

RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04


BANDAR LAMPUNG
PROSEDUR PENGGUNAAN COLD THERAPY

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan Cold therapy


PENGERTIAN
mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, pengoperasian
cold therapy terhadap pasien sampai selesai.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penggunaan cold therapy


2. Mengetahui tahapan-tahapan operasional cold therapy.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
Cold pack therapy terlebih dahulu diambil di freezer
Dilapisi handuk untuk kemudian di letakkan pada area
tubuh yang akan di terapi.
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
- Daerah yang akan diterapi harus bebas dari pakaian
- Dilakukan tes sensibilitas
PROSEDUR PENGGUNAAN COLD THERAPY

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
PROSEDUR
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan, manfaat dan tindakan
yang akan diberikan.
b. Pada area tubuh yang akan mendapat tindakan cold
therapy harus terbebas dari pakaian dan accesoris, serta
benda lainnya.
c. Metode pemberian cold therapy yakni : cold pack therapy
terlebih dahulu diambil di freezer,dilapisi handuk untuk
kemudian di letakkan pada area tubuh yang akan di terapi.
d. Pada area tubuh yang dibungkus tadi, diamkan selama 15
menit agar rasa dingin tetap berada di dalam bungkus
handuk kering. Kemudian lepaskan handuk dan cold
pack therapy pada area tubuh yang diterapi
e. Pada akhir tindakan, area tubuh yang diterapi dibersihkan.
f. Setelah cold therapy selesai, dilakukan evaluasi
3. Dosis
a. 15-20 menit,
b. Interval: 3x seminggu
c. Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN INFRA MERAH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571
Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan kerja pemakaian
PENGERTIAN
sinar elektromagnetik infra merah mulai dari persiapan alat,
pengoperasian infra merah sampai selesai penggunaan infra
merah.

1. Sebagai acuan penggunaan infra merah


TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan operasional penggunaan
infra merah.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR a. Alat
- Voltase lampu infra merah harus sesuai dengan voltase
arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan filamen lampu, kabel-kabel, apakah
keadaannya baik
- Mengukur jarak (meter line)

PROSEDUR PENGGUNAAN INFRA MERAH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
b. Penderita
PROSEDUR
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
- Daerah yang akan diterapi harus bebas dari pakaian
- Dilakukan tes sensibilitas
2. Pelaksanaan
a. Jarak antara lampu ke jaringan kulit yang diterapi 30-60
cm. Jarak ini bukan merupakan jarak yang mutlak tapi
masih dipengaruhi oleh voltase lampu serta toleransi
pasien
b. Penyinaran dilakukan dari bagian proksimal menuju
bagian distal
c. Setelah penyinaran selesai, dilakukan evaluasi
3. Dosis
- 15-20 menit,
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PENGGUNAAN FARADIC

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan kerja penggunaan


PENGERTIAN
Faradic mulai dari persiapan alat, persiapan pasien,
pengoperasian faradic terhadap pasien sampai selesai
penggunaan faradic.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penggunaan faradic


2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam operasional faradic.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan faradic harus sesuai dengan voltase
arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
- Daerah yang akan diterapi harus bebas dari pakaian
PROSEDUR PENGGUNAAN FARADIC

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan, manfaat dan tindakan
PROSEDUR
yang akan diberikan
b. Pada area tubuh yang akan mendapat tindakan faradic
harus terbebas dari pakaian dan accesoris.
c. Posisi otot yang akan diberikan stimulasi ini diletakkan
pada posisi serileks mungkin
d. Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara yaitu:
pemasangan katode dan anode
e. Lama stimulasi diberikan berkisar antara 15 menit dan
masing-masing otot berkontraksi sebanyak 20-30
kontraksi kemudian berpindah pada otot yang lain.
f. Setelah selesai pemberian galvanic semua kontrol pada
mesin dikembalikan pada posisi nol, kemudian mesin
dimatikan
3. Dosis
- 15 menit
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN INTERFERENTIAL


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Proses ini mengatur tentang penggunaan Interferential mulai


PENGERTIAN
dari persiapan alat, persiapan pasien, proses pengoperasian
Interferential kepada pasien sampai selesai.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penggunaan Interferential


2. Mengetahui tahapan-tahapan operasional penggunaan
interferential.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR a. Alat
- Voltase peralatan Interferential harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
- Daerah yang akan diterapi harus bebas dari pakaian

PROSEDUR PENGGUNAAN INTERFERENTIAL


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Dijelaskan kepada pasien tujuan dan manfaat
PROSEDUR
Interferential serta dampaknya selama pengobatan
dilakukan.
b. Sebelum pemasangan Interferential dinyalakan sponge
harus dibasahi terlebih dahulu, electrode disesuaikan
c. Metode pemasangan electrode dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
Countinous, keempat electrode bekerja secara bersamaan
terus menerus pada daerah yang diobati.
Intermitten, keempat electrode bekerja diselingi fase rileks/
istirahat pada daerah yang diobati
Cross, keempat electrode bekerja selang seling antar
electrode.
Shift cross, keempat electrode bekerja tidak bersamaan
tetapi bersamaan pada saat rileks atau istirahat
d. Intensitas dinaikkan secara pelan-pelan sampai
didapatkan intensitas yang sesuai dengan kondisi pasien
e. Setelah pengobatan selesai semua tombol dikembalikan
pada posisi nol kemudian power dimatikan.
3. Dosis
- 10 – 15 menit
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN TENS


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Proses ini mengatur tentang penggunaan TENS mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, persiapan pasien, proses pengoperasian TENS
kepada pasien sampai selesai.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penggunaan TENS


2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam operasional TENS.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan Alat
PROSEDUR
- Voltase peralatan TENS harus sesuai dengan voltase
arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
2. Persiapan Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
- Daerah yang akan diterapi harus bebas dari pakaian
3. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan manfaat TENS

PROSEDUR PENGGUNAAN TENS


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
serta dampaknya selama pengobatan dilakukan
b. Sebelum pemasangan TENS dinyalakan sponge harus
PROSEDUR
dibasahi terlebih dahulu
c. Pilih posisi vacum cable dan vacum electrode sesuai
dengan kondisi/area yang diobati, setelah itu mesin
dinyalakan.
d. Metode pemasangan vacuum cable dan vacuum electrode
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1) Countinous
Keempat electrode bekerja secara bersamaan terus
menerus pada daerah yang diobati
2)Intermitten
Keempat electrode bekerja diselingi fase rileks/istirahat
pada daerah yang diobati
3)Cross
Keempat electrode bekerja selang seling antara vacum
cable dan vacum electrode.
4)Shift cross
Keempat electrode bekerja tidak bersamaan tetapi
bersamaan pada saat rileks atau istirahat.
e. Intensitas dinaikkan secara pelan-pelan sampai
didapatkan intensitas yang sesuai dengan kondisi pasien
4. Dosis
- 10 – 15 menit sesuai kondisi atau penyakit pasien
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN MICRO WAVE DIATHERMY


(M W D)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571
Prosedur ini mengatur tentang proses kerja penggunaan alat
PENGERTIAN
micro wave diathermy mulai dari persiapan alat, pengoperasian
alat kepada pasien sampai selesai penggunaan micro wave
diathermy.

1. Sebagai acuan penggunaan MWD


TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam operasional micro
wave diathermy (MWD)

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Alat
- Voltase peralatan MWD harus sesuai dengan voltase
arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable) dan
disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap

PROSEDUR PENGGUNAAN MICRO WAVE DIATHERMY


(M W D)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Area yang disinari Micro Wave Diathermy harus terbebas
PROSEDUR
dari pakaian
b. Menjelaskan ke pasien tujuan dan manfaat dilakukan
penyinaran micro wave diathermy serta dampak yang
timbul selama penyinaran.
c. Pasien senantiasa diberikan penjelasan kalau timbul
perasaan tidak enak atau terlalu panas segera memberi
tahukan petugas fisioterapi.
d. Senantiasa dilakukan kontrol pasien untuk mencegah
terjadinya kepanasan/burn
e. Pemasangan electrode harus sejajar dengan daerah yang
di obati dan jarak electrode ke area yang di obati kira-kira
15 cm setelah itu alat dioperasikan
f. Intensitas dinaikkan sedikit demi sedikit sampai
didapatkan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi pasien
yaitu rasa hangat
3. Dosis
- 10 – 20 menit sesuai kondisi atau penyakit pasien
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali
4. Setelah pengobatan selesai semua tombol dikembalikan
pada posisi nol kemudian power dimatikan.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN SHORT WAVE DIATHERMY


(S W D)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan pemakaian Short Wave


PENGERTIAN
Diathermy mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, proses
pengoperasian terhadap pasien sampai selesai penggunaan
Short Wave Diathermy.

1. Sebagai acuan penggunaan


TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam operasional SWD.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan SWD harus sesuai dengan voltase arus
listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- disesuaikan dengan daerah yang akan diterapi, dapat
duduk, setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap
PROSEDUR PENGGUNAAN SHORT WAVE DIATHERMY
(S W D)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/3
Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat dan tujuan
PROSEDUR
serta tindakan terapi short wave diathermy
b. Pada daerah tubuh yang akan diberikan short wave
diathermy harus terbebas dari pakaian dan accesoris
c. Berikan penjelasan kepada pasien jika terasa terlalu
panas atau menyengat segera beritahukan kepada
fisioterapis
d. Sebelum short wave diathermy dinyalakan terlebih dahulu
dilakukan pengaturan spasing electrode kemudian
pemasangan electrode pada area yang diobati
e. Posisi electrode dipasang sedemikian rupa menempel dan
merata pada area yang diterapi agar arus short wave
diathermy merata masuk pada daerah yang diterapi.
f. Metode pemasangan electrode dapat dilakukan dengan
cara :
Contra Planar, yaitu Kedua electrode dipasang pada
samping yang berlawanan dari bagian tubuh yang diobati
sehingga kedua electrode saling berhadapan. Metode
kontra planar digunakan untuk mengobati struktur yang
letaknya dalam.
Co-Planar yaitu Kedua electrode dipasang berdampingan
pada permukaan tubuh yang sama dimana kedua
electrode tidak boleh menempel langsung dengan tubuh
yang diterapi. Metode ini digunakan untuk mengobati
struktur yang letaknya agak superficial
g. Panjang kedua kabel – kabel harus sejajar dan minimal
berjarak sama dengan kedua jarak stecker pada mesin.
PROSEDUR PENGGUNAAN SHORT WAVE DIATHERMY
(S W D)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 3/3
Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
h. Kedua kabel juga harus jauh dari kulit minimal sejauh
jarak spacing (jarak antara electrode dan kulit). Apabila
PROSEDUR
berdekatan akan menyebabkan rasa panas pada kulit
pasien
i. Pemakaian arus dinaikkan sedikit demi sedikit sampai
didapatkan tuning yang tepat yang bertujuan untuk
peningkatan vasodilatasi daerah yang diterapi
j. Lama pemberian short wave diathermy berkisar antara 10-
20 menit tergantung indikasi penyakit
k. Setelah selesai pemberian short wave diathermy semua
control pada mesin dikembalikan pada posisi nol, mesin
dimatikan
3. Dosis
- 10 – 20 menit sesuai kondisi atau penyakit pasien
- Interval: 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PENGGUNAAN NEBULAIZER

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan kerja nebulizer


PENGERTIAN
mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, proses
pengoperasian nebulizer sampai selesai.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penggunaan nebulaizer


2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan nebulaizer.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi

PROSEDUR 1. Persiapan
a. Alat
- Voltase peralatan nebulaizer harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Dapat duduk, setengah duduk, tidur terlentang

PROSEDUR PENGGUNAAN NEBULAIZER


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan manfaat inhalasi
PROSEDUR
serta proses yang akan terjadi saat dilakukan inhalasi
b. Fisioterapi selalu mengontrol/mengawasi pasien selama
proses inhalasi berlangsung
c. Fisioterapi menjelaskan kepada pasien apabila ada rasa
tidak enak/tidak nyaman segera memberi tahukan
fisioterapis
d. Inhalasi dilakukan dengan cara memasukkan obat-obatan
ke dalam tabung obat sesuai dengan umur dan penyakit
atau kondisi pasien
e. Nebulizer dinyalakan kemudian out put dinaikkan pelan-
pelan sampai uap keluar
f. Inhalasi dilakukan dengan cara inspirasi melalui hidung
dan ekspirasi melalui mulut atau sebaliknya tergantung
kondisi/penyakit pasien
3. Dosis
- 10 – 15 menit sesuai kondisi atau penyakit pasien
- Interval: setiap hari atau 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN PARAFIN BATH


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan parafin bath mulai


PENGERTIAN
dari persiapan alat, persiapan pasien, pengoperasian parafin
bath terhadap pasien sampai selesai.
1. Sebagai acuan penggunaan parafin bath
TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan parafin bath.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan nebulaizer harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Dapat duduk, setengah duduk, tidur terlentang
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan, manfaat dan tindakan
yang akan diberikan
b. Area yang akan diparafin cuci terlebih dahulu

PROSEDUR PENGGUNAAN PARAFIN BATH


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
c. Pada area tubuh yang akan mendapat tindakan parafin
bath harus terbebas dari pakaian dan accesoris, dan
PROSEDUR
sebelumnya area yang akan diparafin sebaiknya dicuci
terlebih dahulu
d. Metode pemberian paraffin bath bisa dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
1). Dicelup yaitu pada area tubuh yang diterapi dicelup
pada cairan parafin sebanyak 8 – 12 kali celupan
hingga terbentuk suatu lapisan parafin yang tebal.
Setiap kali dilakukan dicelup, lakukan pendinginan
selama beberapa saat sampai terlihat cairan parafin
berwarna putih kemudian dilakukan celupan berikutnya
2). Disiram yaitu pada area tubuh yang diterapi disiram
dengan cairan parafin sebanyak 8 – 12 kali siraman
hingga terbentuk suatu lapisan parafin yang tebal.
Setiap kali dilakukan siraman, lakukan pendinginan
selama beberapa saat sampai terlihat cairan parafin
berwarna putih kemudian dilakukan dengan siraman
berikutnya
e. Pada area tubuh yang disiram atau dicelup dengan parafin
tadi dibungkus dengan plastik satu lapis sehingga lapiran
parafin tertutup semua, kemudian dibungkus kembali
menggunakan handuk kering.
f. Pada area tubuh yang dibungkus tadi, diamkan selama 15
menit agar tetap hangat.
g. Pada area tubuh yang dibungkus tadi, diamkan selama 15
menit agar rasa hangat tetap berada di dalam bungkus
handuk kering. Kemudian lepaskan handuk dan plastik
tersebut di atas.

PROSEDUR PENGGUNAAN PARAFIN BATH


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 3/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
h. Lepaskan lapisan parafin pada area tubuh yang diterapi,
hal ini dilakukan pengulangan sebanyak 8-12 kali
PROSEDUR
i. Pada akhir tindakan paraffin bath, area tubuh yang diterapi
dibersihkan
3. Dosis
- 10 – 15 menit sesuai kondisi atau penyakit pasien
- Interval: setiap hari atau 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN TRAKSI CERVICAL


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan kerja pemakaian traksi


PENGERTIAN
cervical mulai dari persiapan alat,persiapan pasien,proses
pengoperasian traksi cervical kepada pasien sampai selesai
penggunaan traksi cervical.

1. Sebagai acuan penggunaan traksi cervical


TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan operasional traksi cervical.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi

1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan nebulaizer harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Dapat duduk, tidur terlentang
PROSEDUR PENGGUNAAN TRAKSI CERVICAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2. Pelaksanaan
a. Pada daerah leher harus terbebas dari accessories pasien
b. Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan,manfaat dan
PROSEDUR
tindakan traksi cervical yang akan diberikan
c. Sebelum traksi cervical diberikan, harus diperhatikan
adanya rasa nyeri, status neurology dan hasil radiology
d. Metode Traksi cervical yang digunakan ada 2 cara, yaitu :
(Intermittent Traction dan Continous Traction)
e. Posisi : pasien duduk tegak lurus dengan kepala
menghadap ke depan atau sedikit fleksi kepala 0-30
derajat, beban tarikan 1/5 berat badan atau disesuaikan
f. Sebelum alat mulai dioperasikan, pasien diberikan tombol
pengaman (safety patient)
g. Lama traksi cervical berkisar antara 10 – 15 menit
tergantung dari indikasi penyakit
h. Selama terapi, fisioterapis harus selalu mengontrol
keadaan umum pasien
i. Setelah Traksi cervical selesai, Cervical harness dilepas
dari kepala pasien lalu wire dikembalikan pada posisi
semula
j. Pasien dianjurkan untuk istirahat beberapa saat setelah
dilakukan Traksi cervical
3. Dosis
- Interval: setiap hari atau 3x seminggu
- Evaluasi : setelah 10 kal
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN TRAKSI LUMBAL


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pemakaian traksi lumbal mulai


PENGERTIAN
dari perisapan alat, persiapan pasien, proses pengoperasian
traksi lumbal kepada pasien sampai traksi lumbal selesai.
1. Sebagai acuan penggunaan traksi lumba
TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan traksi lumbal.

1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan nebulaizer harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Posisi penderita tidur terlentang dan kedua lutut dalam
posisi menekuk disangga stool
2. Pelaksanaan
a. Fisioterapis menjelaskan kepada pasien tujuan dan
manfaat serta tindakan yang akan dilakukan

PROSEDUR PENGGUNAAN TRAKSI LUMBAL


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
b. Pada daerah pinggang/ lumbal harus terbebas dari
pakaian
PROSEDUR
c. Metode traksi lumbal yang digunakan ada dua cara yaitu
1) Intermitten traksi
Sangat efektif digunakan apabila ada keluhan ketegangan
otot dan ligamen daerah paralumbal serta mengurangi
kompresi atau iritasi akar syaraf.
2) Countinous traksi
Sangat efektif digunakan pada pasien yang immobilisasi
lama. Posisi pasien dalam keadaan lurus sesuai posisi
anatomis
d. Metode pemasangan traksi lumbal dengan cara shoulder
harness pada kedua bahu dan lumbal harness dipasang
pada kedua sacroiliaca anterior superior
e. Beban tarikan disesuaikan dengan berat badan pasien
yaitu ½ dari berat badan pasien
f. Sebelum alat-alat dioperasikan, pasien diberikan tombol
pengamanan atau safety patient
g. Setelah traksi selesai shoulder harness dilepas dari kedua
sendi bahu dan lumbal harness dilepas dari pinggang
kemudian wire dikembalikan pada posisi awal dan arus
listrik dimatikan.
h. Setelah semua alat traksi dilepas pasien dianjurkan untuk
istirahat beberapa saat. Menanyakan : apakah ada
keluhan, seperti nyeri atau pusing
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PENGGUNAAN ULTRASOUND


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan kerja penggunaan


PENGERTIAN
ultra sound mulai dari persiapan alat, persiapan pasien,
pengoperasian ultra sound sampai selesai.
1. Sebagai acuan penggunaan ultrasound
TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan dlm operasional ultrasound.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
a. Alat
- Voltase peralatan ultrasound harus sesuai dengan
voltase arus listrik yang digunakan
- Periksa keadaan alat, kabel-kabel, dalam keadaan baik
b. Penderita
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Posisi penderita disesuaikan dengan daerah yang akan
diterapi, dapat duduk, setengah duduk, tidur terlentang,
tidur tengkurap
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan, manfaat dan proses
tindakan yang akan diberikan

PROSEDUR PENGGUNAAN ULTRASOUND


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
b. Pada area tubuh yang akan mendapat tindakan ultra
sound harus terbebas dari pakaian dan accesoris
PROSEDUR
a. Mesin ultrasound dinyalakan kemudian area tubuh yang
akan diterapi diberi gel atau dicelup ke dalam air
tergantung indikasi penyakit dan kondisi pasien
b. Metode pemberian ultrasound dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
1) Kontak langsung
Area tubuh yang diterapi diberi gel dan tranduser
digerakkan secara horizontal dan sirkuler
2) Metode Under Water Bath
Area yang diterapi dan tranduser dimasukkan ke
dalam bak air pada jarak antara 1 – 2,5 cm.
Permukaan tranduser diusahakan tegak lurus dengan
permukaan area yang diterapi
c. Tindakan terapi mulai dilakukan setelah tranduser kontak
langsung dengan bagian tubuh yang diberi gel atau
tranduser dimasukkan ke dalam bak air
d. Selama tindakan terapi tranduser harus selalu digerakkan
e. Lama pemberian ultrasound tergantung dari luasnya area
penyakit dan diameter area
3. Dosis
a. Waktu diseuaikan dengan luas area yang diterapi
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PELAKSANAAN PIJAT BAYI


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan Pijat Bayi mulai dari


PENGERTIAN
persiapan pasien, dan penjelasan tentang manfaat dan tujuan
yang berkaitan dengan breathing exercise kepada pasien
sampai selesai.
1. Menjadi acuan pelaksanaan pijat baji
TUJUAN 2. Mengatur dan mengetahui tahapan-tahapan dalam proses
pelaksanaa pijat bayi.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
URUTAN PEMIJATAN
PROSEDUR
Mulailah memijat bayi anda mulai dari bagian kaki. Kaki adalah
salah satu tempat terbaik dimana anda bisa memulai pijatan
anda karena kaki adalah bagian yang paling tidak sensitif pada
bayi dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Pijat
dengan teknik seperti sedang memerah susu dan lakukan
dengan lembut dan bergantian antara kaki kanan dan kiri.
Kemudian, lanjutkan pijatan-pijatan tersebut ke bagian telapak
kaki, jari kaki, lengan, telapak tangan, jari tangan, dada dan
yang terakhir adalah punggung.

PROSEDUR PELAKSANAAN PIJAT BAYI


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
1. Kaki
Mulailah memijat bayi Anda dari kaki. Pegang pergelangan
PROSEDUR
kaki dengan satu tangan dan usapkan kaki dengan tangan
yang lainnya dari pergelangan hingga pangkal paha. Pijat
perlahan dari bawah hingga atas tanpa putus.
Manfaat: Bagi anak-anak yang sedang belajar berjalan,
pijatan di bagian ini berguna untuk menguatkan otot dan
saraf motorik di bagian kaki. Selain itu, pijat kaki juga bisa
meredakan rasa pegal usai bayi belajar berjalan.
2. Perut
Buat gerakan pijat “I Love You “ dengan membentuk huruf
“I”, “L”, dan “U”.
Gerakan “I” dimulai tegak lurus dari rusuk bawah sebelah
kiri hingga ke bawah perut.
Gerakan “L”, tangan Ibu bergeser dari rusuk bawah
sebelah kanan ke kiri lalu turun ke perut bawah.
Sedangkan gerakan "U" dimulai dari perut bawah bagian
kanan naik ke atas lalu ke rusuk kiri dan berakhir di perut
bawah sebelah kiri.
Manfaat : Gerakan ini akan membantu bayi yang sulit
buang air besar dan mengatasi perut kembung
3. Dada
Lakukan gerakan butterfly (kupu-kupu), di mana kedua
telapak tangan ibu berdampingan di tengah dada bayi.
Pijat dada dengan gerakan memutar dari dalam ke luar.
Manfaat : Gerakan ini baik untuk membantu pernapasan
bayi, terutama jika bayi sedang flu atau batuk.
PROSEDUR PELAKSANAAN PIJAT BAYI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 3/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
4. Telapak Kaki
- Pijat punggung kaki dengan gerakan memutar dari
pangkal jari hingga ke pergelangan kaki.
- Pijat telapak kaki dengan gerakan memutar dimulai dari
tumit hingga ke pangkal jari.
Manfaat: Sama seperti kegunaan pada pijat di bagian kaki,
pijat di bagian telapak kaki juga bisa menyembuhkan rasa
pegal usai belajar berjalan. Pasalnya, beban tubuh bayi
ditopang telapak kaki.
5. Dosis
a. Waktu disesuaikan dengan luas area yang diterapi
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap Anak
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN BREATHING EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan breathing exercise mulai


PENGERTIAN
dari persiapan pasien, dan penjelasan tentang manfaat dan
tujuan yang berkaitan dengan breathing exercise kepada
pasien sampai selesai.
1. Menjadi acuan pelaksanaan breathing exercise
TUJUAN 2. Mengatur dan mengetahui tahapan-tahapan dalam proses
breathing exercise.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Posisi penderita disesuaikan dengan daerah/ lobus paru
paru yang akan breathing exercise, dapat duduk,
setengah duduk, tidur terlentang, tidur tengkurap, miring
2. Pelaksanaan breathing exercise.
a. Dijelaskan tujuan dan manfaat breathing exercise
kepada pasien
b. Posisikan pasien dalam posisi nyaman, rileks dan
stabil
c. Pasien dianjurkan memakai pakaian yang longgar.
PROSEDUR PELAKSANAAN BREATHING EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
d. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam secara
pelan-pelan, kemudian menghembuskan nafas
perlahan-lahan.
e. Pasien diminta menarik nafas melalui hidung dan
menghembuskan nafas melalui mulut.
f. Berikan instruksi kepada pasien selama latihan
breathing exercise.
g. Berikan tapotement pada regio/ lobus yang diterapi
h. Perhatikan apabila ada tanda-tanda kelelahan pasien
PROSEDUR (sehingga pasien tidak kelelahan).
i. Setelah latihan selesai, anjurkan pasien untuk
beristirahat sebentar, periksakan kembali tanda-tanda
vital dan keadaan umum pasien.
j. Rapikan kembali alat dan tempat yang telah digunakan.
3. Dosis
a. Waktu 20 – 30 menit
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN GERAK AKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan latihan aktif mulai dari


PENGERTIAN
persiapan pasien, persiapan alat dan penjelasan tentang
manfaat dan tujuan yang berkaitan dengan latihan aktif kepada
pasien sampai selesai
1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan gerakan aktif
TUJUAN 2. Mengatur dan mengetahui tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan latihan gerakan aktif.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Posisi penderita disesuaikan dengan gerak aktif atau
area yang akan dilatih secara aktif.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan aktif
a. Sebelum melakukan latihan selalu
periksaka tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien
b. Jelaskan kepada pasien tentang
latihan aktif yang akan dilakukan dan tujuan serta
manfaat tersebut.
c. Jelaskan teknik gerakan yang
dalam latihan
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN GERAK AKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Teknik latihan gerak aktif
1) Active-assisted exercise
PROSEDUR
Latihan aktif yang dilakukan secara rileks dengan
gerakan yang teratur yang merupakan perpaduan
antara kekuatan otot pasien sendiri dan bantuan
kekuatan dari fisioterapis sampai pada batas lingkup
gerak sendi
2) Free exercise
Latihan aktif yang dilakukan oleh pasien sendiri atas
dasar instruksi dan pengawasan fisioterapis serta home
program exercise.
3) Active resisted exercise
Latihan aktif yang dilakukan dengan memberikan
tahanan dari luar terhadap otot-otot yang sedang dilatih
dalam melakukan suatu gerakan
4) Active-assisted exercise
Latihan aktif yang dilakukan secara rileks dengan
gerakan yang teratur yang merupakan perpaduan
antara kekuatan otot pasien sendiri dan bantuan
kekuatan dari fisioterapis sampai pada batas lingkup
gerak sendi
5) Free exercise
Latihan aktif yang dilakukan oleh pasien sendiri atas
dasar instruksi dan pengawasan fisioterapis serta home
program exercise.
d. Lakukan latihan aktif pada setiap
gerakan baik anggota gerak atas maupun anggota gerak
bawah sebanyak 10 kali hitungan atau tergantung kondisi
pasien.
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN GERAK AKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 3/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
e. Setelah latihan aktif selesai, periksa
kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
f. Setelah latihan aktif selesai rapikan
kembali alat dan tempat yang telah digunakan
3. Dosis
a. Waktu 20 – 30 menit sesuai denganb kondisi pasien
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN GERAK PASIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur proses pelaksanaan latihan gerak pasif


PENGERTIAN
mulai dari persiapan fisioterapis, persiapan pasien sampai
proses pelaksanaan latihan pasif selesai.
1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan gerak pasif
TUJUAN 2. Mengatur dan mengetahui tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan latihan gerak pasif.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan
PROSEDUR
- Posisi penderita senyaman mungkin (comfortable)
- Posisi penderita disesuaikan dengan gerak pasif atau
area yang akan dilatih secara pasif.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan pasif
a. Sebelum latihan pasif dilakukan terlebih dahulu periksa
tanda-tanda vital pasien dan kondisi umum pasien.
b. Bebaskan area sendi anggota gerak yang akan dilatih
ari pakaian dan accessoris.
c. Dijelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan serta tujuan dan manfaat diberikannya
latihan

PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN GERAK PASIF


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
d. Teknik gerakan yang digunakan dalam gerakan pasif
1) Pasif rileksasi
PROSEDUR
Harus dilakukan pada saat pasien rileks dan
sebatas rasa nyeri otot atau sendi. Latihan ini
bertujuan untuk mempertahankan jarak gerak sendi
yang ada.
2) Pasif disertai penguluran
Harus dilakukan saat pasien rileks disertai
penguluran otot selama gerakan dilakukan dan
pada akhir gerakan lakukan penguluran sebatas
toleransi pasien.
e. Lakukan latihan pasif pada satu sendi atau lebih baik
sendi anggota gerak atas maupun anggota gerak
bawah, dilakukan 10 kali hitungan setiap gerakan atau
tergantung kondisi umum pasien.
f. Lakukan latihan pasif selama 30-60 menit tergantung
kondisi pasien.
g. Setelah latihan pasif selesai periksa kembali tanda-
tanda vital dan keadaan umum pasien.
h. Rapikan kembali alat dan tempat yang telah digunakan.
3. Dosis
d. Waktu 30-60 menit tergantung kondisi pasien.
e. Interval setiap hari atau 3x/minggu
f. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan latihan berjalan mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, persiapan pasien, proses pelaksanaan latihan
jalan sampai selesai.
TUJUAN 1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan berjalan
2. Mengatur dan mengetahui tahapan – tahapan proses
pelaksanaan latihan jalan.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
1) Pasien diposisikan berdiri dan dalam keadaan penderita
senyaman mungkin (comfortable)
2) Pasien diposisikan berdiri dan rileks di parallel bar
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan berjalan
a. Jelaskan kepada pasien tentang manfaat, tujuan, dan
cara latihan berjalan.
b. Sebelum latihan jalan dilakukan, periksa tanda-tanda
vital pasien dan keadaan umum pasien.
c. Selalu dampingi pasien dan berikan perhatian penuh
terhadap pasien saat latihan yang sedang dilakukan
d. Perhatikan tanda-tanda kelelahan pasien.

PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN JALAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
e. Pada pasien dengan ketahanan yang kurang maka
berikan periode istirahat lebih sering (tergantung kondisi
PROSEDUR
pasien)
f. Rapikan alat dan tempat yang telah digunakan untuk
latihan jalan.
3. Dosis
a. Waktu 30-60 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN LINGKUP GERAK
SENDI (RANGE OF MOTION)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Rumah Sakit Tk IV A 1/3
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan latihan Lingkup


PENGERTIAN
Gerak Sendi mulai dari persiapan pasien serta penjelasan
tentang manfaat dan tujuan yang berkaitan dengan Latihan
Lingkup Gerak Sendi/ Range of Motin kepada pasien sampai
selesai.
1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan Lingkup Gerak Sendi
TUJUAN 2. Mengatur dan mengetahui tahapan tahapan pelaksanaan
latihan lingkup gerak sendi (range of motion)
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable) dan
memungkinkan bagi terapis untuk menggerakkan
segmen tubuh sepanjang lingkup gerak sendi yang
diinginkan.
b. Pasien bebas dari asesoris bebaskan regio yang dilatih
dari pakaian yang ketat, splint dan lain-lain.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan lingkup gerak sendi
a. Dijelaskan tujuan dari latihan lingkup gerak sendi.

PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN LINGKUP GERAK


SENDI (RANGE OF MOTION)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
b. Teknik latihan lingkup gerak sendi
PROSEDUR
1) Posisikan diri dengan memperhatikan biomekanika
tubuh pasien
2) Kontrol gerakan dengan menggunakan tangan yang
dipangkal sendi sebagai fiksasi dan tangan di ujung
sebagai penggerak yang menentukan arah gerakan
3) Berikan kekuatan yang tidak melebihi lingkup gerak
sendir yang ada (anggota gerak yang digerakkan
sepanjang lingkup gerak sendi bebas nyeri)
4) Lakukan gerakan dengan arah gerakan halus dan
ritmik dengan pengulangan sebanyak 5 – 10
gerakan, jumlah pengulangan tergantung, kondisi
pasien
c. Lakukan teknik lingkup gerak sendi dalam
1) Bidang anatomik lingkup gerak sendi
2) Arahkan gerakan sesuai dengan gerakan (frontal,
sagital, transversal) bertujuan untuk menjaga
lingkup gerak sendi dan kordinasi gerakan.
3) Batas pemanjangan otot (antagonis terhadap garis
tarikan otot)
4) Lakukan pada pasien dengan keterbatasan gerakan
baik yang disebabkan oleh pemendekan otot atau
ligament bertujuan untuk menambah jarak gerak
sendi.
5) Pola kombinasi, merupakan gabungan dari gerakan
bidang anatomic dan pemanjangan otot.
6) Pola fungsional, lakukan pada pasien dengan
kekuatan minimal nilai 3 bertujuan untuk melatih
gerakan fungsional dan menambah kekuatan otot.
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN LINGKUP GERAK
SENDI (RANGE OF MOTION)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Rumah Sakit Tk IV A 3/3
02.07.04
d. Latihan lingkup gerak sendi pasif
1) Lakukan kekuatan gerak oleh terapis. Jika
memungkinkan, pasien dapat melakukan sendiri
dengan ekstremitas normal.
2) Tidak ada tahanan aktif atau bantuan yang
dilakukan oleh otot yang melewati sendi tersebut.
3) Lakukan latihan lingkup gerak sendi aktif atau aktif
assisted
4) Demonstrasikan kepada pasien mengenai gerakan
yang diinginkan dengan cara lingkup gerak sendi
pasif, kemudian minta pasien untuk melakukan
gerakan tersebut. Tangan terapis dalam posisi
PROSEDUR
mengarahkan atau membantu pasien jika
dibutuhkan.
5) Berikan bantuan hanya jika diperlukan gerakan
yang halus. Jika ada kelemahan, berikan bantuan
hanya pada saat permulaan atau akhir lingkup
gerak sendi
e. Setelah latihan selesai, periksa tanda-tanda vital dan
keadaan umum
3. Dosis
a. Waktu 30-60 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAKSANAAN Mc. KENZIE EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/4

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan latihan Mc.


PENGERTIAN
Kenzie mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, dan proses
pelaksanaan latihan Mc. Kenzie sampai selesai
TUJUAN 1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan Mc. Kenzie
2. Mengetahui tahapan-tahapan dan latihan Mc. Kenzie
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
a. Pasien posisikan senyaman mungkin
(comfortable) dan memungkinkan bagi fisioterapis untuk
pelaksanaan latihan Mc. Kenzie
b. Pasien bebas dari asesoris bebaskan
regio yang dilatih dari pakaian yang ketat, corset dan
lain-lain.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan Mc. Kenzie
a. Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dan
manfaat dari latihan Mc. Kenzie
1) Posisi berdiri
a) Posisikan pasien berdiri dengan posisi tegak
dengan kaki sedikit terbuka

PROSEDUR PELAKSANAAN Mc. KENZIE EXERCISE


No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/4

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
b) Letakkan tangan pasien pada pinggang
PROSEDUR
dengan jari-jari mengarah ke belakang/
punggung.
c) Kemudian, tuntunlah pasien melakukan
ekstensi punggung / bungkuk ke belakang
(dari pinggang) sejauh mungkin, memakai
tangan sebagai fulkrum. Pertahankan lutut
tetap lurus.
d) Pertahankan posisi tersebut selama 1-2 detik,
kemudian pasien kembali ke posisi semula
2) Side-Gliding :
a) Posisikan pasien berdiri tegak dengan kaki
sedikit terbuka.
b) Letakkan tangan pasien pada pinggang
dengan jari-jari mengarah ke belakang /
punggung
c) Kemudian, arahkan pasien untuk melakukan
fleksi lateral ke kiri (dari pinggang) sejauh
mungkin, memakai tangan sebagai fulcrum.
Pertahankan lutut lurus.
d) Pertahankan posisi tersebut selama 1-2 detik,
kemudian pasien kembali ke posisi semula.
e) Lakukan juga fleksi lateral ke kanan
3) Passive Extension While Prone
a) Baringkan pasien dengan muka menghadap
ke bawah (tengkurap), dengan tangan
diposisikan di bawah bahu.
b) Kemudian lakukan “pushes up” perlahan-lahan
dengan cara mengekstensikan siku, dng tetap
mempertahankan pelvis, hip & tungkai rileks.
PROSEDUR PELAKSANAAN Mc. KENZIE EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 3/4

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04

PROSEDUR c) Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik,


kemudian perlahan-lahan menurunkan tubuh
bagian atas ke lantai.
4) Knee -To-Chess While Supine
a) Pasien terlentang dengan lutut fleksi dan kaki
datar pada lantai atau tempat tidur.
b) Letakkan tangan pasien di sekitar lutut, dan
perlahan-lahan menarik kedua lutut ke atas ke
arah dada sejauh mungkin.
c) Pertahankan posisi tersebut selama 1-2 detik,
kemudian pasien perlahan-lahan menurunkan
tungkai kembali ke posisi semula. (Saat
melakukan latihan ini, pasien tidak boleh
mengangkat kepala atau meluruskan tungkai
saat menurunkannya).
5) Prone Lateral Movement With Extension
a) Baringkan pasien dengan muka menghadap
ke bawah, lengan pada sisi tubuh.
b) Lakukan gerakan pinggul menjauhi dari sisi
nyeri dan pertahankan posisi tersebut untuk
beberapa detik
c) Dengan pinggul tidak di pusat, kemudian
letakkan siku pasien di bawah bahu dan
bersandar pada lengan bawah. Pastikan
pasien rileks pada posisi ini selama 3-4 detik.
d) Kemudian arahkan pasien untuk dapat
melakukan manuver “extension while lying
prone” dengan mempertahankan pinggul tidak
di pusat.
PROSEDUR PELAKSANAAN Mc. KENZIE EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 4/4

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04

PROSEDUR 6) Flexion While Sitting


a) Dudukan pasien pada kursi, dengan kaki
terbuka dan tangan bersandar pada lutut.
b) Arahkan pasien untuk membungkuk ke depan
dari pinggang untuk menyentuh lantai dengan
tangan.
c) Pertahankan posisi tersebut selama 1-2 detik,
dan kemudian perlahan-lahan kembali ke
posisi tegak.
3. Dosis
a. Waktu 10 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PELAKSANAAN STRETCHING


(PEREGANGAN)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur pelaksanaan stretching / peregangan


PENGERTIAN
mulai dari persiapan pasien dan penjelasan tentang manfaat,
tujuan yang berkaitan dengan Stretching/ peregangan kepada
pasien sampai selesai.
1. Sebagai acuan pelaksanaan stretching /
TUJUAN
peregangan
2. Mengatur dan mengetahui tahapan-
tahapan dalam proses pelaksanaan stretching /
peregangan.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin
(comfortable) dan memungkinkan bagi fisioterapis untuk
pelaksanaan latihan pelaksanaan stretching /
peregangan
b. Pasien bebas dari asesoris bebaskan
regio yang dilatih dari pakaian yang ketat, splint dan lain
lain.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan stretching
a. Jelaskan tujuan dan manfaat
streching ke pasien.
b. Pasien dalam posisi nyaman, rileks
dan stabil, disesuaikan dengan bidang gerak
peregangan dan kondisi pasien.

PROSEDUR PELAKSANAAN STRETCHING


(PEREGANGAN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/3
Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
c. Bila perlu lakukan terapi
PROSEDUR
pemanasan atau latihan pemanasan pada jaringan
lunak yang akan diregang.
d. Mulai peregangan
1) Gerakkan ekstremitas perlahan-lahan sampai batas
keterbatasan lingkup gerak sendi.
2) Kemudian genggam secara “firm” di bagian
proksimal dan distal sendi dimana gerakan terjadi.
Jika perlu, gunakan bantalan pada area dengan
jaringan subkutan minimal, di atas tonjolan tulang
atau area dengan sensitifitas kurang.
3) Stabilisasikan segmen proksimal secara “firm” dan
gerakan segmen distal.
4) Renggangkan otot multi-sendi dengan memberikan
stabilisasi baik pada segmen proksimal atau distal
dimana otot yang memendek melekat.
5) Regangkan otot pada satu sendi pada satu saat,
kemudian pada semua sendi secara bersamaan
sampai panjang optimum tecapai.
6) Untuk meminimalkan kekuatan kompresif pada
sendi kecil, regangkan pertama-tama diberikan
pada sendi distal, kemudian sendi proksimal.
7) Berikan kekuatan regangan secara “gentle”,
perlahan dan terus menerus.
8) Kekuatan harus cukup untuk meregangkan jaringan
lunak, tapi tidak terlalu besar sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan.
9) Pada posisi peregangan, arahkan pasien untuk
mengalami perasaan tarikan atau ketegangan
struktur yang sedang diregang, tapi tidak nyeri.

PROSEDUR PELAKSANAAN STRETCHING


(PEREGANGAN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 3/3
Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
10) Hindari peregangan balistik.
11) Tahan pada posisi peregangan minimal 15 – 30
detik atau lebih lama.
12) Selama saat ini, harus perlahan-lahan menurunkan
ketegangan jaringan
13) Jika ketegangan menurun, gerakan ekstremitas /
sendi lebih jauh sedikit.
14) Secara bertahap lepaskan kekuatan regangan
e. Setelah peregangan
1) Arahkan pasien untuk dapat melakukan latihan aktif
dan fungsional yang menggunakan atau
meningkatkan lingkup gerak sendi tersebut.
PROSEDUR 2) Tingkatkan keseimbangan dan kekuatan pada otot
antagonis, sehingga saat fleksibilitas meningkat,
terdapat kontrol dan stabilisasiIstirahatkan
sementara, kemudian peregangan
f. Setelah latihan selesai dilakukan,
periksa kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum
pasien
g. Rapikan alat dan tempat yang telah
digunakan untuk latihan.
3. Dosis
a. Waktu 10 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PELAKSANAAN WILLIAM BACK EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan latihan william


PENGERTIAN
back exercise mulai dari persiapan fisioterapis, persiapan alat,
persiapan pasien dan proses pelaksanaan latihan william back
exercise sampai selesai.
1. Sebagai acuan pelaksanaan latihan william back exercise
TUJUAN 2. Mengetahui tahapan-tahapan latihan william back exercise
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin
(comfortable)
b. Pasien bebas dari asesoris bebaskan
regio yang dilatih dari pakaian yang ketat, splint, corset
dan lain lain.
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan william back exercise
a. Dijelaskan kepada pasien tentang tujuan dan manfaat
dari william back exercise.
b. Latihan dimulai dengan :
Fase 1 (satu) :
1) Lakukan pelvic tilt, pasien berbaring telentang pada
permukaan datar dan “firm”. Ratakan punggung pasien
melawan lantai, tahan 5 detik, rileks.

PROSEDUR PELAKSANAAN WILLIAM BACK EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
2) Lakukan pelvic tilt dan angkat kepala, pasien
PROSEDUR
diposisikan telentang, angkat kepala, tahan 5 detik,
rileks.
3) Pelvic tilt dengan angkat kepala dan lutut satu tungkai
ke arah dada, tahan 5 detik, rileks. Kemudian lakukan
dengan tungkai yang lain.
4) Pelvic tilt dengan angkat kepala dan kedua lutut ke
dada, tahan 5 detik, rileks.
5) Ulangi setiap latihan 10 (sepuluh) kali 2 (dua) kali
sehari, sampai dapat melakukan 50 (lima puluh)
repetisi setiap kali latihan, 2 (dua) kali sehari.
Fase 2 (Dua) :
1) Membungkuk dari kursi.
2) Tungkai bawah dibuka, bungkuk ke depan, lengan di
antara tungkai, tapak tangan pada lantai, tahan 5
detik, rileks .
3) Bicycling :
Pelvic tilt dengan angkat kepala, kedua lutut ke dada
dan posisi seperti mengayuh sepeda, tahan 10 detik,
rileks .
4) Postur untuk mengoreksi berdiri dan berjalan.
Arahkan pasien untuk berdiri dengan punggung
menghadap dinding, tekan tumit, bahu dan kepala
melawan dinding.
Gerakan kaki ke depan, tekuk lutut sehingga
punggung bergeser ke bawah beberapa inci.
Kencangkan otot abdominal sehingga punggung
bawah mendatar terhadap dinding, rileks .

PROSEDUR PELAKSANAAN WILLIAM BACK EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 3/3

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
5) Koreksi “sway back”
PROSEDUR
Arahkan pasien untuk berdiri tegak, menjauhi dinding,
lengan diregang ke arah luar, kaki terbuka kira-kira
1(satu) feet.
6) Arahkan pasien untuk berjongkok, Tahan 5 detik, rileks.
3. Dosis
a. Waktu 10 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN AXILLA CRUTCHES

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pemakaian axilla crutches mulai


PENGERTIAN
dari persiapan alat, persiapan pasien, dan proses pemakaian
crutches sampai selesai.
TUJUAN 1. Sebagai acuan pemakaian axilla crutches
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan axilla crutches.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan berdiri dengan crutches
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan william back
exercise
a. Dijelaskan kepada pasien tentang manfaat, tujuan, dan
cara latihan jalan dengan menggunakan crutches
b. Sebelum latihan jalan dengan crutches dilakukan,
periksa tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
c. Selalu mendampingi dan berikan perhatian penuh
terhadap pasien saat latihan jalan dengan crutches
sedang dilakukan.
d. Perhatikkan dan ketahui tanda-tanda kelelahan pada
pasien.
PROSEDUR PEMAKAIAN AXILLA CRUTCHES

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
e. Khusus pada pasien dengan ketahanan yang kurang
PROSEDUR
maka berikan periode istirahat lebih sering.
f. Setelah latihan jalan dengan crutches selesai dilakukan,
periksa kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum
pasien.
g. Rapikan kembali tempat dan peralatan yang telah
dipergunakan.
3. Dosis
a. Waktu 10 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN MIROR EXERCISE
(PEMAKAIAN CERMIN KOREKSI)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Rumah Sakit Tk IV A 1/2
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan pemakaian cermin


PENGERTIAN
koreksi mulai dari persiapan alat, persiapan fisioterapis,
persiapan pasien, dan proses pelaksanaan latihan dengan
cermin koreksi sampai selesai.
TUJUAN 1. Sebagai acuan pemakaian cermin koreksi
2. Mengetahui tahap-tahap penggunaan cermin koreksi.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
a. Pasien posisikan senyaman mungkin
(comfortable)
b. Pasien diposisikan duduk atau berdiri
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan cermin koreksi
a. Dijelaskan kepada pasien tentang
tujuan, manfaat, dan proses pelaksanaan penggunaan
cermin koreksi.
b. Sebelum latihan dengan cermin
koreksi dilakukan, periksakan terlebih dahulu tanda-
tanda vital dan keadaan umum pasien.
c. Lakukan latihan dengan
menggunakan cermin koreksi terbagi atas 2 bagian,
yaitu :
PROSEDUR PEMAKAIAN MIROR EXERCISE
(PEMAKAIAN CERMIN KOREKSI)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Rumah Sakit Tk IV A 2/2
02.07.04
yaitu :
PROSEDUR
1) Posisi statis, lakukan latihan pada posisi statis yang
berfungsi untuk mengoreksi postur dan mimik pada
saat diam.
2) Posisi dinamis, lakukan latihan ini yang berfungsi
untuk mengoreksi postur, keseimbangan dan
koordinasi pada saat berjalan atau bergerak.
d. Setelah latihan selesai anjurkan
pasien untuk istirahat sebentar kemudian periksa tanda-
tanda vital dan keadaan umum pasien
e. Setelah latihan selesai rapikan
kembali alat dan tempat yang telah digunakan
3. Dosis
a. Waktu 10 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN/ PENGGUNAAN DUMBLE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan dumble mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, persiapan pasien, proses penggunaan dumble
sampai selesai.
1. Sebagai acuan penggunaan/ pemakaian
TUJUAN
dumble
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam
penggunaan dumble.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan dengan area yang akan diterapi
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan penggunaan
dumble
a. Dijelaskan kepada pasien tujuan, manfaat dari tindakan
yang akan diberikan
b. Sebelum latihan penguatan dilaksanakan, terlebih
dahulu periksakan tanda-tanda vital dan keadaan umum
pasien.
c. Metode penggunaan dumble terdiri atas dua cara,
tergantung tujuan penggunaan dumble yaitu :
PROSEDUR PEMAKAIAN/ PENGGUNAAN DUMBLE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
yaitu :
PROSEDUR
1) Penguatan otot, sebelum latihan penguatan
dilakukan, carilah terlebih dahulu repetisi maksimal
sebagai patokan untuk latihan penguatan. Untuk
latihan penguatan otot, berikan pembebanan
maksimal berdasarkan pengulangan maksimal yang
telah didapatkan, dengan pengulangan 10 kali
hitungan tanpa terikat dengan waktu.
2) Ketahanan otot, latihan ketahanan sangat berbeda
caranya dengan latihan penguatan. Untuk latihan
ketahanan otot, berikan pembebanan minimal tanpa
batasan waktu dan banyaknya pengulangan.
d. Selalu dampingi pasien selama untuk memberikan
instruksi latihan.
e. Perhatikan dan ketahui tanda-tanda kelelahan pasien,
sehingga pasien tidak kelelahan
f. Setelah latihan selesai anjurkan pasien untuk
beristirahat sebentar, fisioterapis memeriksa kembali
tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
g. Rapikan kembali alat dan tempat yang telah digunakan
3. Dosis
a. Waktu 15 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN FISIO BALL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)

dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An


Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan fisio ball mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, proses penggunaan fisio ball terhadap pasien
sampai selesai.
1. Sebagai acuan penggunaan fisio ball.
TUJUAN
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan fisio ball.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan dengan area yang akan diterapi
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan fisio ball
a. Dijelaskan kepada pasien tujuan,
manfaat dan tindakan yang akan diberikan dan cara
pemakaian fisio ball.
b. Sebelum latihan, terlebih dahulu
periksa tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
c. Metode penggunaan fisio ball terdiri
atas 3 cara tergantung tujuan penggunaan fisio ball
yaitu :
PROSEDUR PEMAKAIAN FISIO BALL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Yaitu :
PROSEDUR
1) Penguatan otot, sebelum latihan penguatan
dilakukan carilah terlebih dahulu repetisi maksimal
sebagai patokan untuk latihan penguatan. Untuk
latihan penguatan otot, berikanlah pembebanan
maksimal berdasarkan pengulangan maksimal yang
telah didapatkan dengan pengulangan 10 kali
hitungan tanpa terikat dengan waktu
2) Ketahanan otot, latihan ketahanan berbeda caranya
dengan latihan penguatan. Untuk latihan ketahanan
otot, berikanlah pembebanan minimal tanpa
batasan waktu dan tanpa memperhitungkan
banyaknya pengulangan.
3) Keseimbangan, untuk latihan keseimbangan
berikan gerakan-gerakan tertentu dari level ringan
sampai dengan berat sesuai dengan kondisi pasien
tanpa batasan waktu dan banyaknya pengulangan
d. Selama latihan, selalu dampingi
pasien untuk memberikan instruksi.
e. Perhatikan dan ketahui tanda-tanda
kelelahan pasien, sehingga pasien tidak kelelahan.
f. Setelah latihan selesai anjurkan
pasien untuk beristirahat sebentar, dan periksalah
kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
3. Dosis :
Waktu 15 menit tergantung kondisi pasien
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN SAND BAG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)

dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An


Mayor Ckm NRP. 11000003530571
Prosedur ini mengatur tentang penggunaan sand bag mulai
PENGERTIAN
dari persiapan alat, proses penggunaan sand bag terhadap
pasien sampai selesai.
1. Sebagai acuan latihan pemakaian
TUJUAN
sand bag
2. Mengetahui tahapan-tahapan
penggunaan sand bag
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan dengan area yang akan diterapi
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan pemakaian sand bag
a. Dijelaskan kepada pasien tujuan,
manfaat dan tindakan yang akan diberikan dan cara
pemakaian sand bag
b. Sebelum latihan, periksalah terlebih
dahulu tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
c. Metode penggunaan sand bag
terdiri atas 2 cara tergantung tujuan penggunaan sand
bag yaitu :
PROSEDUR PEMAKAIAN SAND BAG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Yaitu :
PROSEDUR
1) Penguatan otot, sebelum latihan penguatan
dilakukan carilah terlebih dahulu repetisi maksimal
sebagai patokan untuk latihan penguatan. Untuk
latihan penguatan otot, berikanlah pembebanan
maksimal berdasarkan pengulangan maksimal yang
telah didapatkan (RM Dutta) dengan pengulangan
10 kali hitungan tanpa terikat dengan waktu.
2) Ketahanan otot, latihan ketahanan berbeda caranya
dengan latihan penguatan. Untuk latihan ketahanan
otot, berikanlah pembebanan minimal tanpa
batasan waktu dan tanpa memperhitungkan
banyaknya pengulangan
d. Selama latihan, selalu dampingi
pasien untuk memberikan instruksi
e. Perhatikan dan ketahui tanda-tanda
kelelahan pasien, sehingga pasien tidak kelelahan.
f. Setelah latihan selesai anjurkan
pasien untuk beristirahat sebentar, fisioterapis
memeriksa kembali tanda-tanda vital dan keadaan
umum pasien.
g. Rapikan kembali alat dan tempat
yang telah digunakan
3. Dosis
a. Waktu 15 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record

PROSEDUR PEMAKAIAN TRIPOD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan tripod mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, persiapan fisioterapis, persiapan pasien, dan
proses pelaksanaan penggunaan tripod sampai selesai.
TUJUAN 1. Sebagai acuan latihan pemakaian tripod
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan
tripod.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan dengan area yang akan diterapi
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan pemakaian tripod
a. Dijelaskan kepada pasien tentang
manfaat, tujuan, dan cara penggunaan tripod
b. Pasien berdiri dengan tripod harus
dalam keadaan stabil, nyaman dan rileks
c. Sebelum latihan harus diperiksa
tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien
d. Diperhatikan tanda tanda kelelahan
pada pasien, apabila keadaan umum yang masih lemah
maka periode istirahat harus sering dilakukan.
PROSEDUR PEMAKAIAN TRIPOD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
e. Setelah selesai latihan jalan
PROSEDUR
dengan menggunakan tripod, periksa kembali tanda-
tanda vital dan keadaan umum pasien
f. Rapikan kembali tempat dan
peralatan yang habis digunakan
3. Dosis
a. Waktu 15 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PEMAKAIAN WALKER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang penggunaan walker mulai dari


PENGERTIAN
persiapan alat, persiapan fisioterapis, persiapan pasien, dan
proses pelaksanaan penggunaan walker sampai selesai.
TUJUAN 1. Sebagai acuan latihan penggunaan walker
2. Mengetahui tahapan-tahapan penggunaan
walker.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Persiapan pasien
PROSEDUR
a. Pasien posisikan senyaman mungkin (comfortable)
b. Pasien diposisikan berdiri relaks dan stabil
2. Pelaksanaan pelaksanaan latihan penggunaan
walker
a. Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat, tujuan,
dan cara penggunaan walker
b. Sebelum latihan dengan penggunaan walker, diperiksa
tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
c. Pada saat pasien saat latihan jalan dengan walker
harus selalu didampingi/ diawasi
d. Diperhatikan tanda-tanda kelelahan pada pasien,
khusus pada pasien dengan keadaan umum yang
masih lemah maka ada fase istirahat
PROSEDUR PEMAKAIAN WALKER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 2/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
e. Fase latihan dan fase istirahat disesuaikan dengan
PROSEDUR
kondisi/ keadaan umum pasien
f. Rapikan kembali tempat dan peralatan yang habis
digunakan
3. Dosis
a. Waktu 15 menit tergantung kondisi pasien.
b. Interval setiap hari atau 3x/minggu
c. Evalusi setelah 10 kali
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Medical Record
PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI
PASIEN RAWAT JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A 1/2
Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
Tanggal Terbit Ditetapkan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
SPO (STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
dr.Djoko Sulistyo Purwodarminto, Sp.An
Mayor Ckm NRP. 11000003530571

Prosedur ini mengatur tentang pelayanan pasien rawat jalan


PENGERTIAN
mulai dari penerimaan pasien, pelaksanaan tindakan fisioterapi
dan proses administrasi.
TUJUAN 1. Sebagai acuan pelayanan pasien fisioterapi rawat jalan
2. Membantu kelancaran pelayanan pasien rawat jalan di
bagian fisioterapi sehingga fisioterapi dapat memberikan
pelayanan secara professional.
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes RI Nomor 417/Menkes/II/2011Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1363/ Menkes/ SK/ XII/
2001 Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapi
1. Pasien dengan atau tanpa rujukan dokter datang mendaftar
PROSEDUR di bagian pendaftaran (registrasi).
2. Bila pasien baru pertama kali datang maka ia akan diminta
untuk mengisi formulir pendaftaran di bagian admission
centre untuk mendapatkan medikal record
3. Pasien lama diminta untuk menyerahkan kartu berobat
untuk dicatat dibuku pendaftaran
4. Selanjutnya kartu berobat diserahkan kembali ke pasien
5. Pasien yang menggunakan BPJS diwajibkan melengkapi
berkas SJP dan SEP di loket BPJS
6. Pasien dipersilahkan menunggu di ruang tunggu Fisioterapi

PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI


PASIEN RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 1/2

Rumah Sakit Tk IV
02.07.04
7. Setiap pasien yang membutuhkan pelayanan Rehabilitasi
Medik harus melalui pemeriksaan Dokter Penggung Jawab
PROSEDUR
Pelayanan
8. Pasien yang telah diberikan program Rehabilitasi Medik
oleh Dokter Penggung Jawab Pelayanan dapat langsung
menuju meja administrasi untuk menyerahkan surat konsul
fisioterapi
9. Petugas administrasi menyerahkan surat konsul fisioterapi
ke fisioterapis, selanjutnya pasien ke ruangan fisioterapi
untuk diberikan tindakan fisioterapi
10. Setelah pasien selesai menjalani tindakan Fisioterapi maka
pasien ke counter untuk mengambil charge bill. Bila pasien
ingin membuat perjanjian untuk kunjungan selanjutnya,
maka petugas administrasi akan membantu menentukan
jadwal kunjungan selanjutnya
11. Setelah menerima charge bill, pasien ke kasir untuk
menyelesaikan administrasi
12. Pasien kembali untuk menyerahkan kwitansi bukti
pembayaran pelayanan fisioterapi
13. Jika pasien memerlukan evaluasi / konsultasi Dokter atas
beberapa kali tindakan fisioterapi sebelumnya yang telah
dilakukan fisioterapi, maka fisioterapis akan memberikan
surat rujukan ke Dokter Penggung Jawab Pelayanan atau
dokter lain yang merujuk
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Medical Record

Anda mungkin juga menyukai