Di dalam rencana alokasi pemanfaatan ruang Kota Pontianak tahun 2002-2012, aktivitas-
aktivitas
yang dapat berkembang di kawasan jasa perdagangan antara lain meliputi :
-Perdagangan berskala lokal, regional, dan internasional, baik dalam bentuk pasar, ruko, mal,
supermarket, dan lain-lain.
-Jasa-jasa (keuangan, konsultan, wisata, lainnya)
-Tempat tinggal (rumah), baik berupa ruko, rukan, maupun unit rumah sendiri.
- Aktivitas lainnya seperti tempat hiburan, taman, hotel, ruang terbuka.
Perdagangan sudah berkembang di sekitar pusat kota (Kecamatan Pontianak Barat,
Kecamatan PontianakKota dan Kecamatan Pontianak Selatan), tepatnya di sepanjang koridor
Jalan Jendral Sudirman, Jalan Diponegoro, Jalan Gusti Sulung Lelanang, Jalan Patimura,
Jalan Tanjungpura, Jalan Gajah Mada.
Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang
melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional dengan wilayah Pelayanan Seluruh Kota
atau ditambah beberapa kabupaten atau seluruh Provinsi. Kebijakan dasar
pengembangannya adalah modifikasi antara urban renewal dan urban development. Pusat
Pelayanan Kota diarahkan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. perdagangan dan jasa
b. perkantoran
c. pariwisata skala regional
d. simpul transportasi regional
e. perumahan kepadatan tinggi
Adapun Kawasan yang direncanakan sebagai kawasan Pusat Pelayanan Kota meliputi:
a. Kawasan mulai jalan Pak Kasih, jalan A. Rachman, jalan Tanjung Pura dan jalan
gajahmada dan sekitarnya meliputi Kelurahan Mariana, Tengah, Darat Sekip,
sebagian Kelurahan Benua Melayu Darat dan Benua Melayu Laut dengan fungsi
utama sebagai pusat perdagangan grosir, pusat perdagangan dan jasa komersial skala
kota dan pusat wisata kota serta pusat pemerintahan kota;
b. Koridor A. Yani yang meliputi Kelurahan Akcaya, sebagian Kelurahan Benua Melayu
Darat dan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan, sebagian Kelurahan Bansir
Laut, Bansir Darat, Bangka Belitung Laut, dan Bangka Belitung Darat Kecamatan
Pontianak Tenggara dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan eceran skala
kota, pusat pendidikan tinggi dan pusat pemerintahan propinsi.
c. Kawasan Pasar Siantan di Kelurahan Siantan Tengah dan Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara pusat perdagangan dan jasa skala kota
Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi
yang melayani sebagian wilayah kota atau beberapa kecamatan. Kebijakan dasar
pengembangannya adalah modifikasi antara urban renewal dan urban development. Sub
Pusat Pelayanan Kota diarahkan dengan kegiatan sebagai berikut:
Pasar skala bagian wilayah kota seperti Pasar Tradisional, Pertokoan dan
supermarket dan atau
Pemerintahan dan perkantoran skala kota atau bagian wilayah kota dan atau
Jasa umum dan atau
Fasilitas peribadan dan olahraga skala kota
Dilengkapi dengan Lahan Parkir umum dan taman yang memadai
Adapun Kawasan yang direncanakan sebagai kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota
adalah
sebagai berikut:
a. Sub PPK I di Kelurahan Benua Melayu Darat dan Benua Melayu Laut (Koridor Imam
Bonjol ) Kecamatan Pontianak Selatan dan Kelurahan Bansir Laut Kecamatan
Pontianak Tenggara, memiliki fungsi-fungsi yang meliputi;
1. pusat perdagangan skala kota,
2. pusat pemerintahan kecamatan
3. simpul transportasi regional
4. pendidikan menengah - tinggi
5. pelayanan kesehatan skala regional
6. perumahan kepadatan padat - sedang
b. Sub PPK II di Kelurahan Sungai Bangkong Kecamatan Pontianak Kota dan Kelurahan
Akcaya dan Kota Baru (Koridor Sutan Syahrir) Kecamatan Pontianak Selatan, memiliki
fungsi-fungsi yang meliputi;
1. pusat perdagangan skala kota
2. perkantoran
3. budaya dan olah raga
4. pendidikan menengah dan tinggi
5. pelayanan kesehatan
6. perumahan kepadatan sedang-tinggi
Rencana struktur jaringan jalan meliputi rencana pengembangan jaringan jalan arteri
primer,
arteri sekunder, kolektor primer, dan kolektor sekunder dan lokal primer. Jaringan jalan
sebagai prasarana transportasi darat yang paling utama untuk ditinjau dalam pengembangan
wilayah perkotaan. Rencana pengembangan jaringan jalan didasari oleh penentuan fungsi
hirarki jaringan jalan, baik untuk jalan yang sudah ada maupun jaringan jalan baru yang
direncanakan. Klasifikasi fungsi jalan berdasarkan UU No. 38/2004 tentang Jalan dan PP No.
34/2006 tentang Jalan adalah sebagai berikut:
1. Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti rancana tata ruang dan memperhatikan
keterhubungan antar kawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat kegiatan sebagai
berikut;
a. Menghubungkan secara terus menerus PKN (pusat kegiatan nasional), PKW (pusat
kegiatan wilayah), PKL (pusat kegiatan lokal) sampai ke PK-Ling (pusat kegiatan
lingkungan),
b. Menghubungkan antar-PKN.
2. Kawasan yang mempunyai fungsi primer adalah kawasan perkotaan yang mempunyai
fungsi pelayanan, baik untuk kawasan perkotaan maupun untuk wilayah di luarnya.
3. Kawasan yang mempunyai fungsi sekunder adalah kawasan perkotaan yang mempunyai
fungsi pelayanan hanya dalam wilayah kawasan perkotaan yang bersangkutan.
4. Kawasan fungsi sekunder kesatu adalah kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi
pelayanan seluruh wilayah kawasan perkotaan yang bersangkutan.
5. Kawasan fungsi sekunder kedua adalah kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi
pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan kawasan fungsi sekunder kesatu.
6. Kawasan fungsi sekunder ketiga adalah kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi
pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan
Rencana jaringan jalan di Kota Pontianak berdasarkan status dan fungsi adalah sebagai
berikut:
a. Jaringan Primer, meliputi:
1. Jaringan jalan arteri primer meliputi Jalan Pak Kasih, Jalan Rahadi Usman, Jalan
Tanjungpura, Jalan Pahlawan, Jalan Sultan Hamid II, Jalan Gusti Situt Mahmud,
Jalan Khatulistiwa, Jalan Veteran, sebagian Jalan Ahmad Yani, Jalan Ya’ M.
Sabran dan Jalan Kom. Yos Sudarso;
2. Jaringan jalan kolektor primer yaitu ruas Jalan H.R.A Rachman – Jalan Husein
Hamzah, ruas Jalan Imam bonjol – Adi Sucipto, dan ruas Jalan Tanjung Raya II;
3. Peningkatan ruas jalan Tanjungpura – jalan Imam Bonjol – Jalan Adisucipto
untuk meninggkatkan aksesibilitas angkutan barang skala regional.
Dermaga Sheng Hie berfungsi sebagai pelabuhan Pengumpan yang melayani Kota
Pontianak dan wilayah kabupaten lainnya di provinsi Kalimantan Barat. Pelabuhan
Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam
negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan
bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.
Dermaga ini merupakan tempat bongkar-muat orang dan barang untuk Transportasi Sungai
dan Laut antara Pontianak-Ketapang, Pontianak-Sukadana dan Pontianak- Teluk Melano
Dermaga Sheng Hie berfungsi sebagai pelabuhan Pengumpan yang melayani Kota Pontianak
dan wilayah kabupaten lainnya di provinsi Kalimantan Barat. Pelabuhan Pengumpan adalah
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat
angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan
utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Dermaga
ini merupakan tempat bongkar-muat orang dan barang untuk Transportasi Sungai dan Laut
antara Pontianak-Ketapang, Pontianak-Sukadana dan Pontianak- Teluk Melano
Monografi Kelurahan Benua Melayu laut tahun 2017
DI/II 92 45 47
DIII 261 114 147
DIV/S1 503 284 219
SII 20 10 10
SIII 2 2 0
SLTA 3249 1697 1552
SLTP 1476 771 705
TAMAT SD 1534 638 896
TIDAK/BELUM 2015 1016 999
TAMAT SD
TIDAK/BELUM 988 499 489
SEKOLAH
10140 5076 5064
Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain.
Mobilitas penduduk akan berpengaruh kepada kepadatan penduduk pada suatu wilayah
tertentu. Hal ini mengakibatkan kepadatan penduduk yang tidak sama antar satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Terjadinya mobilitas penduduk di Kelurahan Benua Melayu Laut
karena pindah antar kelurahan, datang, lahir dan mati dengan data sebagai berikut:
Struktur Nafkah
Berdasarkan data di atas menunjukkan 70% pekerjaan sebagai buruh karena sebagian
besar pemilik toko adalah etnis Cina sehingga merekrut karyawan dari etnis yang sama untuk
pekerjaan administrasi sedangkan untuk pekerjaan kasar ditempatkan orang-orang pribumi.
Sebagian besar pemilik toko tidak tinggal di daerah tersebut sehingga data hanya
menunjukkan 98 pengusaha yang berada di kelurahan. Pengusaha yang tinggal di wilayah
kelurahan merupakan pengusaha yang menengah. Bagi pemilik toko yang besar akan
bertempat tinggal di kompleks perumahan elit Kota Pontianak.
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 tahun 2013 Tentang Perencanaan Tata
Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033
Pasal 7
(1) Rencana sistem pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
a, meliputi:
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi Kelurahan Mariana, Tengah,
Darat Sekip, sebagian Kelurahan Benua Melayu Darat di Kecamatan Pontianak Kota,
sebagian Kelurahan Benua Melayu Laut, Kelurahan Akcaya, sebagian Kelurahan Parit
Tokaya di Kecamatan Pontianak Selatan, serta sebagian Kelurahan Siantan Tengah Di
Kecamatan Pontianak Utara dan Kelurahan Dalam Bugis di Kecamatan Pontianak Timur
yang memiliki fungsi-fungsi yang meliputi :
a.perdagangan dan jasa;
b.perkantoran;
c. pariwisata skala regional;
d.simpul transportasi regional;dan
e. perumahan kepadatan tinggi.
(3) Sub pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Sub PPK I di Kelurahan Benua Melayu Darat dan Benua Melayu Laut Kecamatan
Pontianak Selatan dan Kelurahan Bansir Laut Kecamatan Pontianak Tenggara, memiliki
fungsi-fungsi yang meliputi;
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a,
meliputi :
1. Jaringan jalan;
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) huruf a angka 1, meliputi :
a. Jaringan Primer, meliputi:
1. Jaringan jalan arteri primer meliputi Jalan Pak Kasih, Jalan Rahadi Usman, Jalan
Tanjungpura, Jalan Pahlawan, Jalan Sultan Hamid II, Jalan Gusti Situt Mahmud, Jalan
Khatulistiwa, Jalan Veteran, sebagian Jalan Ahmad Yani, Jalan Ya’ M. Sabran dan Jalan
Kom. Yos Sudarso;
2. Jaringan jalan kolektor primer yaitu ruas Jalan H.R.A Rachman – Jalan Husein Hamzah –
Jalan Hassanuddin, ruas Jalan Imam bonjol – Adi Sucipto, dan ruas Jalan Tanjung Raya II;
3. Peningkatan ruas jalan Tanjungpura – Jalan ImamBonjol – Adi Sucipto untuk
meningkatkan aksesibilitas angkutan barang skala regional.
(10) Jalur Angkutan barang regional sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf b, meliputi:
a. Jalur angkutan barang dari pelabuhan ke wilayah Regional seperti:
1. Jalan Kom Yos. Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi Usman – Jl. Tanjung Pura –
Jalan Imam Bonjol – Jalan Adi Sucipto – Jembatan Kapuas II.
2. Jalan Kom Yos Sudarso – Jalan Karet – Jalan Berdikari – Jalan Ampera _ Jalan Harapan
jaya – Rencana Jalan Lingkar Selatan (Purnama-Sungai Raya Dalam) – Jalan Sungai Raya
Dalam II.
b. Jalur Angkutan barang dari pelabuhan ke kawasan industri dan pergudangan seperti :
1. Jalan Kom Yos. Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi Usman – Jl. Tanjung Pura –
jalan parallel Tol – Jalan Ya’ M Sabran – Jalan Tritura – Jalan Selat Panjang – Jalan Gusti
Situt Mahmud – Jalan Khatulistiwa.
2. Jalan Kom Yos. Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi Usman – Jl. Tanjung Pura –
Jalan imam Bonjol – Jalan Adi Sucipto.
(11) Sistem jaringan sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
(12) Rencana jaringan jalan akan diusulkan ke Gubernur selambat-lambatnya 1 tahun setelah
raperda ditetapkan.
(6) Prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e,
meliputi :
a. Peningkatan jalur pejalan kaki di sisi jalan yang meliputi Jalan MT haryono dan jalan A.
Yani
b. Pengembangan dan peningkatan jalur pejalan kaki di sisi sungai dan parit meliputi:
1. Pengembangan kawasan pendidikan (kampus UPB dan SMK 1);
2. Pengembangan kawasan tepian sungai; alun-alun sampai pelabuhan Seng Hie;
3. Peningkatan kawasan permukiman tepian sungai, SengHie sampai kawasan permukiman di
sisi sungai jembatan Kapuas I;
4. Pengembangan kawasan tepian sungai di kawasan tugu Khatulistiwa dan Makam Batu
Layang;
c. Peningkatan jalur pejalan kaki di kawasan komersial dan perkantoran yang meliputi jalan
A.Yani, jalan Tanjung Pura, jalan Gusti Situt Mahmud.
Pasal 20
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d meliputi:
a. Keraton Kadriah Pontianak di Kelurahan Dalam Bugis;
b. Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrachman di Kelurahan Dalam Bugis;
c. Makam Kesultanan Pontianak di Kelurahan Batulayang;
d. Tugu Khatulistiwa di Kelurahan Batu Layang;
e. Masjid Baitannur di Kelurahan Dalam Bugis;
f. Sekolah Dasar Negeri 14 Pontianak di Kelurahan Tengah;
g. Vihara Bodhisatva di Kelurahan Darat Sekip;
h. Kantor Pos di Kelurahan Tengah;
i. Lapangan Keboen Sajoek di Kelurahan Darat Sekip;
j. Rumah Adat Betang/Panjang di Kelurahan Parit Tokaya;
k. Sumur Bor di Kelurahan Sungai Bangkong;
l. Pelabuhan Seng Hie di Kelurahan Benua Melayu Laut;
m. Kantor Bappeda Kota Pontianak di Kelurahan Tengah.
Pusat perbelanjaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Peningkatan Pusat perdagangan grosir di pusat kota di Jalan Pasar Tengah, sekitar
Jalan Tanjungpura
sesuai dengan tata guna lahan pada tahun 2018 sekarang bahwa kawasan ini sudah menjadi
pusat kawasan komersial tingkat kota
Pada dasarnya letak geografis Kota Pontianak berada pada lokasi yang strategis
karena dekat dengan Pusat Pertumbuhan Nasional dan dekat dengan Negara Asean
berkembang. Letaknya pada garis equator memiliki dampak positif dan negative. Dampak
negative dari lokasi yang berada pada garis equator menyebabkan suhu udara di Kota
Pontianak Tinggi dan mudah terjadi kebakaran. Kebakaran juga terjadi akibat sistem lahan
Kahayan dan mendawai yang mengandung gambut yang mudah terbakar seperti yang terjadi
di kecamatan Pontianak Selatan, Pontianak Utara dan Pontianak Tenggara. Akan tetapi
sistem lahan Kahayan merupakan jenis tanah yang baik dan bisa ditanami berbagai tanaman
seperti nanas dan aloevera yang didukung dengan kondisi topografi yang datar dan terbuka.
Kondisi topografi yang datar dan terbuka dapat memicu adanya bencana angin puting
beliung. Dampak positif lainnya dari kondisi topografi yang datar adalah kemudahan dalam
pembangunan.
Sebagai Kota yang dilalu Singai Kapuas, tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan
hidupnya dari potensi Sungai. Sungai menjadi sumber air baku, tempat berkembangnya aneka
ikan air tawar dan aneka jenis transportasi sungai baik yang melayani kawasan perkotaan,
antar kabupaten di Kalimantan Barat atau pelayaran nasional dan internasional. Kultur
masayarakat tepian sungai tergambarkan sebagai potensi sosial dan budaya yang khas sebagai
kota ekuator di Pinggiran Sungai.
Arahan rencana pengembangan pada Zona Cagar budaya meliputi Kawasan Kota Lama
Sekitar Tanjungpura dan Tepian Sungai Kapuas, Kawasan Keraton Kadriah dan kampung
Beting. Rencana zona cagar budaya meliputi pelestarian dan perawatan terhadap bangunan
dan kawasan cagar budaya dan melalukan registrasi ulang bangunan cagar budaya.
Adapun arahan konsep pengembangan rencana pengembangan prasarana dan sarana ruang
evakuasi bencana adalah sebagai berikut:
Perlu kesadasaran masyarakat, terutama di titik rawan bencana untuk menyisakan
ruang ruang terbuka sebagai taman kota multifungsi yang signifikan.
Taman yang dapat menjadi ruang evakuasi bencana, tempat bermain dan belajar alam
bagi anak-anak dan tempat berolahraga (nilai sosial, budaya dan edukatif) serta
tempat tujuan wisata kota (nilai ekonomis).
Pengoptimalan ruang terbuka dalam kota wasapada bencana adalah ruang terbuka
yang dirancang sebagai ruang-ruang evakuasi bencana dan menciptakan lingkungan
hidup yang lebih baik untuk memitigasi bencana.
Lapangan olahraga (lapangan bola) menjadi tempat ideal penampungan darurat dan
posko penanggulangan bencana yang aman.
Pendukung Kegiatan di Sepanjang JaringanJalan seperti Perdagangan dan Jasa
Arteri Jl. A. Yani, Jl. Gajah Mada, Jl. Hasanudin, Jl.Teuku Umar, Jl. Gusti Sulung Lelanang,
Jl.Pattimura, Jl.Kom.Yos Sudarso, Jl.Pak Kasih, Jl. Tanjung Pura, Jl. Pahlawan, Jl. Gusti
Situt Mahmud, Jl. Veteran, Jl. Khatulistiwa, Jl. Imam Bonjol, Jl. Adi Sucipto, Jl. M. Sohor,
Jl. Parit H. Husein II, Jl. Johan Idrus, Jl. Purnama
Lebar jalur pedestrian minimal 1,8 m
Dibutuhkan pada kedua sisi jalan
Tempat pemberhentian dan halte bus 1,5 x 2,4 m
Diperbolehkan untuk aktivitas bersepeda apabila memiliki lebar minimal 5 meter atau jalur
sepeda bisa dikembangkan di badan jalan
Standar minimal tingkat pelayanan C