ADMINISTRASI PENDIDIKAN
tentang
OTONOMI PENDIDIKAN
OLEH
KELOMPOK 12
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ahmad Sabri, M.Pd
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti sendiri,
dan “nomos” yang berarti hokum atau aturan. Dalam konteks etimologi otonomi
diartikan sebagai “perundangan sendiri”. Menurut Syarif Saleh, otonomi sebagai hak
mengatur dan memerintahkan daerah sendiri, hak mana yang diperoleh dari
pemerintah pusat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dari otonomi pendidikan?
2. Bagaimana konsep dari manajemen berbasis sekolah ?
3. Bagaimana konsep dari pendidikan berbasis masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang latar belakang otonomi pendidikan
2. Untuk mengetahui tentang konsep manajemen berbasis sekolah
3. Untuk mengetahui konsep dari pendidikan berbasis masyarakat.
2
BAB II
OTONOMI PENDIDIKAN
Nim : 1714080050
3
Otonomi pengelolaan pendidikan ditujukan agar dapat diwujudkan pemenuhan
kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidiikan yang lebih cepat dan tepat, efektif
dan efesien, bersih darikorupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Seiring dengan itu
otonomi pendidikan berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan yang selama ini
ditentukan oleh pusat dilimpahkan menjadi wewenang kabupaten dan kota.
Menurut Sidi dalam Mulyasa (2003: 6-7) ada empat isu kebijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu:
1. Peningkatan mutu
2. Peningkatan efesien
3. Peningkatan relevansi
4. Pemerataan pembelajaran
Kebijakan tersebut serinf disebut dengan “link and match” yaitu adanya
keterkaitan antara pendidikan dan dunia industri dan dunia usaha. Program ini harus
4
tertuang secra matang dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan sertifikasi
pendidikan dalam pelatihan yang relevan.
Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan supaya sekolah lebih tanggap dalam
wilayahnya. Masyarakat juga dituntut berpartisipasidalam memahami kompleksitas
pendidikan, membantu, serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan. Adapun
kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintahan harus pula mendapat
perhatian oleh sekolah. Dengan demikian sekolah dituntut mengikuti akuntabilitas
yang baikterhadap masyarakat maupun pemerintah, karena keduanya merupakan
penyelenggara pendidikan disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
1
Hasnawir, Dasar-dasar Administrasi pendidikan (Padang: IAIN Press, 2003), hal. 216-219
2
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta; Rajawali Press, 2010), hal.5
5
NAMA : VIRA KISWANDA
NIM : 1714080064
1. Pengertian
Menurut pendapat Slamet P.H.(2000) istilah manajemen berbasis sekolah
berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah
pengoordinasian dan penyerasaian sumber daya melalui sejumlah unit manajemen
untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti
‘’berdasarkan pada’’ atau ‘’berfokus pada’’. Sekolah adalah suatu organisasi
terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas
memberikan bekal ‘’kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-
ketentuan yang bersifat legalistic (makro,meso, dan mikro) dan profesionalistik
(kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifik untuk barang/jasa, dan prosedur-
prosedur kerja).
3
Daryanto,2013, Administrasi dan Manajemen Sekolah,Jakarta: PT RINEKA CIPTA,hlm. 215
6
Eman Suparman (2001) mengatakan , MBS dapat didefenisikan dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.
7
Menurut Puslitbang Pendidikan Agama RI, hal-hal yang melatarbelakangi
perlunya MBS dilandasi oleh:
4
Ibid, hlm. 218
8
Kondisi sekolah di Indonesia pada saat krisis sekarang ini sangat bervariasi
dilihat dari segi kualitas, lokasi besar, dan partisipasi masyarakat (orang tua).
Kualifikasi sekolah bervariasi dari sekolah yang sangat maju sampai sekolah yang
sangat ketinggalan, sedangkan lokasi sekolah sangat bervariasi dari sekolah yang
terletak didaerah terpencil. Demikian pula partisipasinya tinggi sampai yang kurang
bahkan tidak berpatisipasi sama sekali. Oleh karena itu, agar MBS dapat
diimplementasikan secara optimal, baik di era krisis maupun pasca krisis di masa
mendatang, perlu adanya pengelompokkan sekolah berdasarkan tingkat kemampuan
manajemen masing-masing. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mempermudah
pihak-pihak terkait dalam memberikan dukungan.
a) Pengelompokkan Sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan MBS, perlu dilakukan pengelompokkan
sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi
lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga kategori
sekolah, yaitu baik, sedang, kurang, yang tersebar dilokasi-lokasi maju, sedang, dan
ketinggalan. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat dilihat pada table. Pada
tabel tersebut setiap kelompok sekolah, menggambarkan juga tingkat kemampuan
manajemen.
9
barangkali memerlukan dukungan-dukungan tambahan dari penelitian agar dapat
menerapkan paradigma baru tersebut. dengan mempertimbangkan kemampuan
sekolah kewajiban dan kewenangan sekolah terhadap pelaksanaan MBS, dapat
dibedakan antara satu sekolah dengan sekolah lain. Pemerintahan berkewajiban
melakukan upaya-upaya maksimal bagi sekolah-sekolah yang kemampuan
manajemennya kurang untuk mempersiapkan melaksanakan MBS.
10
2) Pengalokasian dana langsung kesekolah merupakan prioritas utama dalam
pelaksanaan otonomi sekolah.
3) Pelaksanaan MBS memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan yang
memadai, minimal mampu mengelolah dan mengerti prinsip-prinsip MBS.
4) Rekomendasi bank dunia juga merujuk pada dua hal diatas, yaitu kurangnya
otonomi kepala sekolah dan mengelolah keuangan sekolah disatu pihak, dan
kurangnya kemampuan manajemen kepala sekolah dilain pihak.
Secara garis besar, Fattah (2000) membaginya menjadi tiga tahap yaitu
sosiolisasi, piloting,dan deserminasi.
1) Tahap Sosialisasi
Tahap ini merupakan tahapan penting mengingat luasnya wilayah nusantara
terutama daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh media informasi, baik cetak
maupun elektronik
2) Tahap piloting
Merupakan tahap uji coba agar penerapan konsep manajemen berbasis sekolah
tidak mengandung risiko.
11
Keberhasilan impelementasi manajemen berbasis sekolah sangat bergantung
pada kemampuan dan kemauan politik pemerintah (political will) sebagai
penanggung jawab pendidikan.
12
menyebutkan, tujuan utama MBS adalah meningkatkan kinerja sekolah dan terutama
meningkatkan kinerja belajar siswa menjadi lebih baik.5
b. Manfaat
Eman suparman (2001) mengatakan, dengan menerapkan MBS, beberapa manfaat
yang bisa diraih, yaitu:
1) Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan,peluang dan ancaman bagi dirinya dibanding dengan
lembaga-lembaga lain.
2) Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
3) Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input
pendidikan yang akan dikembangkan serta didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.
4) Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-
masing pada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang
telah direncanakan.
5) Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
4. Urgensi MBS
Seperti dilaporkan Drury dan Eric Digest (1995), MBS mampu mewujudkan
tata kerja yang lebih baik dalam empat hal berikut:
a) Meningkatkan efisiensi penggunaan daya dan penugasan staf.
5
Ibid, hlm. 226
13
b) Meningkatkan profesionalisme guru.
c) Munculnya gagasan-gagasan baru dalam implementasi kurikulum
d) Meningkatkan mutu partisipasi masyarakat.
Dalam buku Dachel Kammars (2002) sampai pada kesimpulan bahwa
keberhasilan MBS hendaklah melalui strategi berikut:
a) Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, pertama dimilikinya
kekuasaan dan kewenangan. Kedua, pengembangan pengetahuandan
berkesinambungan. Ketiga akses informasi kesegala bagian. Keempat,
pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil.
b) Adanya peran masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan dalam proses
pengambilan keputusab kurikulum.
c) Adanya kepemimpinan kepala sekolah
d) Adanya proses pengambilan keputusan secara demokratis
e) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya.
f) Adanya guidelines (garis pedoman) dari departemen
g) Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas
h) Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS6
5. Komite Sekolah
Fungsi dari komite sekolah menurut Djam’an Satori yaitu:
a) Penyusunan perencanaan strategi sekolah yaitu strategi pengembangan
sekolah dalam perspektif 3-4 tahun mendatang. Tekait visi, misi,analisis
tantangan yang dihadapi, kekuatan, kelemahan,dll
b) Penyusunan perencanaan tahunan sekolah, yang merupakan elaborasi dari
perencanaan strategi sekolah.
6
Ibid, hlm. 231
14
c) Mengadakan pertemuan untuk menampung dan membahas berbagai
kebutuhan, masalah, aspirasi serta ide-ide yang disampaikan oleh anggota
komite sekolah.
d) Memikirkan upaya-upaya untuk memajukan sekolah, terutama yang
menyangkut kelengkapan fasilitas sekolah, fasilitas pendidikan, pengadaan
biaya pendidikan bagi pengembangan keunggulan kompetitif dan komparatif
sekolah sesuai dengan aspirasi stakeholder sekolah.
e) Mendorong sekolah untuk melakukan internal monitoring (school self-
assessment) dan melaporkan hasilnya untuk dibahas dalam forum komite
sekolah.
f) Membahas hasil hasil tes standar yang dilakukan oleh lembaga institusi
eksternal dalam upaya menjaga jaminan mutu serta memelihara kondisi
pembelajaran sekolah.
g) Membahas laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh penerimaan komite
sekolah.
h) Memantau kinerja sekolah , yang meliputi manajemen sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah,mutu belajar-mengajar, termasuk kinerja guru,
hasil belajar siswa, dll.
Anggota komite itu terdiri dari : kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan
murid, perwakilan orang tua murid, perwakilan tokoh masyarakat setempat, dan
perwakilan dari unsure pengendali mutu pendidikan yaitu pengawas sekolah.
b) Tidak Efisien
15
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya
menimbulkan frustasi dan sering kali lebih lamban dari cara-cara yang
otokratis.
c) Pikiran Kelompok
d) Memerlukan pelatihan.
e) Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru
f) Kesulitan koordinasi7
7. Prinsip MBS
a) Kekuasaan
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain:
1) Melibatkan semua pihak
2) Membentuk tim tim kecil dilevel sekolah yang diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.
3) Menjalin kerja sama dengan organisasi diluar sekolah.
b) Pengetahuan
Pengetahuan yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
1) Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah.
2) Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self assessment,
school review, bencmarking, SWOT
7
Rivai Veithzal,dkk,2009, Education Management, Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
hlm. 145
16
DAFTAR PUSTAKA
NIM :1714080068
8
Nurhatati fuad, Manajemen Berbasis Masyarakat Konsep dan Strategi Implementasi, (Depok: raja
grafindo persada, 2014), hlm.55-56
17
dan dana atau anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan lain
sebagainya.
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup dalam hubungan secara akrab
satu sama lainnyaa (Fasli jalal dan Dedi Supriyadi, 2001:176). Dengan demikian
pendidikan berbasiskan masyarakat adalah pendidikan yang dikelola secara langsung
oleh masyarakat, di mana pengelolaan pendidikan didasarkan atas inisiatif
masyarakat, termasuk pemanfaatan segala fasilitas yang ada dalam masyarakat
mencapai tujuan tertentu. Masyarakat sebagai salah satu basis pendidikan dan juga
sekaligus akan merasakan manfaat atau faedah dari out-put yang dihasilkan oleh
pendidikan tersebut.9
2. Latar Belakang Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Ada beberapa factor yang melatar belakangi lahirnya konsep pendidikan
berbasiskan masyarakat sebagaimana yang dijelaskan oleh Fasli jalal dan Dedi
supriadi(2001:179).
9
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi PendidikaN, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm. 227-228
18
berbasis masyarakat diubah dan diperbaiki agar lebih sesuai dengan
tantangan dan kebutuhan yang berkembang cepat.10
3. Hakikat Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Pendidikan Berbasis Masyarakat memiliki pengertian yang beragam namun
memiliki esensi yang sama yaitu merupakan model pendidikan yang berorientasi
pada pengembangan masyarakat (community development), yang memfokuskan pada
upaya perekayasaan sosial.
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan proses suatu proses pendidikan
dimana individu dalam hal ini orang dewasa menjadi lebih kompeten dalam
keterampilan , sikap, dan konsep dalam upaya mengahayati, memanfaatkan dan
mengontrol atas aspek-aspek local dalam masyarakat melalui proses partisipasi yang
demokratik.
Pendidikan berbasis masyarakat, berada dimasyarakat untuk menjawab
kebutuhan belajar masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan memanfaatkan fasilitas
yang ada dimasyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada
setiap kegiatan belajar maupun bermasyarakat.
Dari uuraian diatas, pendidikan masyarakat merupakan istilah teknis
operasional yang dipergunakan untuk membedakan dari konsep pendidikan berbasis
pemerintah. Pendidikan berbasis msyarakat secara implicit mengandung makna
merujuk pada derajat kepemilikan dan partisipasi masyarakat yang
mengimplementasikan bahwa pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pendidikan merupakan otoritas sepenuhnya masyarakat.11
4. Tujuaan Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Faisal jalal dan Dedi Supriadi (2001:200) mengemukakan tujuan dari program
pendidikan berbasiskan masyarakat antara lain untuk membantu pemerintah dalam
mobilisasi sumber dana local dn meningkatkan pelayanan masyarakat untuk
10
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi PendidikaN, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm.229-230
11
Nurhatati fuad, Manajemen Berbasis Masyarakat Konsep dan Strategi Implementasi, (Depok: raja
grafindo persada, 2014), hlm. 84-87
19
mengambil bagian yang lebih dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dengan
jalan:
12
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi PendidikaN, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm. 230-231
20
c. Mendukung inisiatif pemerintah dalam penguatan dukungan
masyakatkepada sekoah.
d. Mendukung peran masyarakat untuk mengembangkan lembaga
inovatif dalam upaya melengkapi memperbaiki dan mengganti sistem
sekolah formal serta meningkatkan kualitas, relevan, dan efisiensi.13
13
Nurhatati fuad, Manajemen Berbasis Masyarakat Konsep dan Strategi Implementasi, (Depok: raja
grafindo persada, 2014), hlm. 88-89
21
c. Sikap birokasi yang cendrung berperilaku sebagai penentu, yang selalu
ingin dihormati dan berkuasa, karena merekaa memiiki dana.
d. Sistem perencanaan yang masih bertumpu dari atas, sedangkan
karakteristik kebutuhan beraneka ragam. Hal ini akan dapat
menurunkan gairah beelajar masyarakat.
e. Pola piker masyarakat yang masih bertumpu pada kebutuhan yang
bersifat fisik.
f. Budaya menunggu, budaya statis, dan merasa puas dengan apa yang
ada.
g. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang
pendidikan masih kurang.14
DAFTAR PUSTAKA
14
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi PendidikaN, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm.231-232
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis yang dihadapi oleh bangsa Indonesia disebabkan oleh sistem
perekonomian yang tidak kuat sehingga belum mampu mandiri dan terlalu banyak
menguntungkan kepihak asing. Hal ini berpengaruh terhadap sendi kehidupan bangsa
yang sangat mudah di infiltrasi oleh pihak-pihak tertentu, sehingga disana sini timbul
kesemerautan (chaos). Hal ini dipengaruhi oleh SDM ( sumber daya manusia) yang
masih rendah, serta sikap yang lebih mementingkan kelompok daroipada kepentingan
bangsa dan Negara.
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup dalam hubungan secara akrab
satu sama lainnyaa (Fasli jalal dan Dedi Supriyadi, 2001:176). Dengan demikian
pendidikan berbasiskan masyarakat adalah pendidikan yang dikelola secara langsung
oleh masyarakat, di mana pengelolaan pendidikan didasarkan atas inisiatif
masyarakat, termasuk pemanfaatan segala fasilitas yang ada dalam masyarakat
mencapai tujuan tertentu.
B. Saran
Dalam makalah ini jika ada penulisan yang tidak berkenan kepada pembaca,
penulis memintah maaf sebesar-besarnya. Dan disarankan kepada pembaca untuk
merujuknya kembali ke buku sumber.
23
DAFTAR PUSTAKA
24