Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, peneliti perlu mendeskripsikan
keadaan data dari setiap variabel ukur. Deskripsi data berisi serangkaian data
yang berhasil dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang
lembaga/instansi yang diteliti,
Pembahasan hasil penelitian adalah sub-bab yang paling orisinal dalam
laporan penelitian. Peneliti wajib mengulas hasil penelitian yang diperolehnya
secara panjang lebar dengan mengguanakan pandangan orisinal dalam
kerangka teori dan kajian empiric yang terdahulu.
Keterbatasan penelitian tidak memaparkan keterbatasan waktu dan logistik
yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian. Kesimpulan penelitian
merupakan pernyataan singkat mengenai hasil analisis deskripsi dan
pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis (jika penelitiannya
menggunakan pendekatan kuantitatif).
Implikasi adalah akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang tertuang
di dalam kesimpulan. Setelah selesai implikasi maka peneliti harus member
saran. Rekomendasi adalah hal-hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh pihak –
pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
Deskripsi data, pembahasan, keterbatasan, implikasi dan saran merupakan
bagian dari bab iv dan bab v dalam membuat skripsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan deskripsi data?
2. Apa yang dimaksud dengan analisis data?
3. Bagaimana cara membuat pembahasan?
4. Apa yang dimaksud dengan keterbatasan penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan kesimpulan?
6. Apa yang dimaksud dengan implikasi?

1
7. Apa yang dimaksud dengan saran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi data?
2. Untuk mengetahui analisis data?
8. Untuk mengetahui membuat pembahasan?
9. Untuk mengetahui keterbatasan penelitian?
10. Untuk mengetahui dengan kesimpulan?
11. Untuk mengetahui dengan implikasi?
12. Untuk mengetahui dengan saran?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, peneliti perlu mendeskripsikan
keadaan data dari setiap variabel ukur. Deskripsi data berisi serangkaian data yang
berhasil dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang lembaga/instansi
yang diteliti, struktur organisasi dan sebagainya, serta data utama yang diperlukan
untuk pengujian hipotesis. Yang dimaksud dengan mendeskripsikan data adalah
menggambarkan data yang berguna untuk memperoleh bentuk nyata dari responden,
sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil
penelitian yang dilakukan.
Pada bagian ini memuat penjelasan tentang apa, bagaimana, dan mengapa
hasil penelitian ini diperoleh. Fungsi deskripsi data adalah untuk mengadministrasi
dan menampilkan ringkasan yang ada sehingga memudahkan pembaca lain mengerti
substansi dan makna dari tampilan data tersebut. Data-data tersebut harus
dideskripsikan secara sistematis.
1. Teknik Penyajian Deskripsi Data
Secara umum, ada dua macam cara untuk mendeskripsikan suatu
variabel penelitian yang dapat digunakan, yakni penyajian dalam bentuk tabel
dan grafik (Kurnaiawan, 2016: 229-230).
a. Penyajian dalam Bentuk Tabel
Penyajian dalam bentuk tabel relatif lebih mudah dan sering
digunakan untuk menyajikan variabel penelitian yang akan dideskripsikan.
Dalam hal ini, data pada variabel penelitian dirangkum dan disajikan
dalam tabel (yang berkomposisi baris dan kolom). Secara teknis,
penyajian data dalam bentuk tabel dimaksudkan untuk memudahkan
dalam perbandingan data numerik. Meskipun tidak ada aturan standarnya,
kolom-kolom pada tabel sebaiknya adalah item yang ingin
diperbandingkan. Biasanya, jika dianggap relevan, tabel ditutup dengan

3
jumlah pada kolom dan/atau baris. Hasil pengolahan data yang berupa
numerik atau dalam bentuk angka dapat disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi dan tabel silang.
b. Penyajian Data dalam Bentuk Grafik/Diagram
Penyajian data dengan menggunakan grafik atau gambar lebih
menarik jika dibandingkan penyajian data menggunakan tabel frekuensi
maupun tabel silang. Namun, penyajian data menggunakan data atau
grafik juga memiliki kelemahan, yaitu adanya informasi yang hilang.
Pembuatan grafik harus memerhatikan tingkat pengukuran yang
dipergunakan.

2. Teknik Penulisan Narasi Deskripsi Data


Setelah data yang akan dideskripsikan disajikan dalam bentuk tabel
atau grafik, tugas berikutnya adalah menuangkan deskripsi data dalam
bentuk paragraf. Menuriut Wekke (2018: 87-89) ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan narasi deskrispi statistik variabel
penelitian ini, yaitu :
a. Narasi seharusnya tidak bersifat redundant
Yang dimaksud dengan redundant disini adalah penulisan kembali
data numerik yang terdapat dalam tabel atau grafik. Penyajian
deskripsi variabel penelitian dalam bentuk paragraf-paragraf
seharusnya tidak menunjukkan sifat redundant. Artinya, data numerik
variabel penelitian tidak perlu dituangkan dalam teks paragraf
sehingga informasi yang diberikan bersifat efisien dan tidak berulang-
ulang.
Sebenarnya, jika ditelaah lebih dalam, sifat redundant ini memang
tidak perlu terjadi. Seseorang yang melakukan redundancy perlu
memilih apakah dia sebaiknya menyajikan deskripsinya dalam bentuk
tabel/grafik atau narasi paragraf. Tentunya, untuk maksud efisiensi dan

4
efektifitas penyajian data, bentuk tabel atau grafik sangat sesuai.
Sebagai gantinya, narasi perlu difokuskan pada pergerakan (tren) data
dan kecenderungan statistik yang relevan, seperti diuraikan pada poin-
poin berikut ini.
b. Berfokus pada pergerakan data
Salah satu cara efisien dan efektif dalam menarasikan
deskrispsi data dari variabel penelitian adalah dengan mengajak
pembaca untuk menyimak atau memfokuskan pada informasi yang
secara implisit disajikan dalam tabel atau grafik. Informasi yang secara
implisit ini berkaitan dengan pergerakan (tren) data, baik secara time
series atau cross section. Informasi yang berkaitan dengan tren ini
terkait dengan apakah data variabel penelitian cenderung meningkat,
menurun, atau berfluktuasi dari waktu ke waktu atau cenderung
homogen atau bervariasi (heterogen) antar reponden. Tren ini relatif
lebih mudah dibaca jika data disajikan dalam bentuk diagram garis
(polygon). Alternatifnya, perhitungan rata-rata pertumbuhan data
dalam variabel penelitian ini dapat dilakukan (secara implisit)
sehingga tren data dapat juga secara lebih mudah dibaca.

c. Menggunakan Parameter Statistik


Untuk melengkapi narasi pada poin (2), parameter statistik
perlu dituangkan dalam tabel atau grafik. Yang perlu diperhatikan
dalam hal ini adalah apa dan bagaimana memaknai parameter statistik
tersebut.
Contoh Deskripsi Data (Ananda, 2019: :
a. Pembelajaran di kelas eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dimulai dengan kegiatan

absensi, pemberian apersepsi, motivasi, dan tujuan pembelajaran oleh

5
peneliti. Selanjutnya peneliti mulai memperkenalkan cara dan langkah-

langkah dalam pembelajaran physics edutainment, mengenalkan media bantu

yang digunakan dalam pembelajaran serta membagi peserta didik menjadi

beberapa kelompok.

Tahap-tahap pembelajaran physics edutainment pada kelas eksperimen

terdapat beberapa tahap, yaitu mengarahkan peserta didik untuk membentuk

susunan kursi dengan pola tertentu, penerapan pembelajaran sesuai dengan

media bantu yang digunakan yaitu media LKPD model inquiri berbasis

PhET, memberi permainan dalam pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

b. Pembelajaran di kelas kontrol

Pelaksanaan pembelajaran dikelas kontrol, peneliti mengajar dengan

menggunakan kurikulum 2018 yaitu menggunakan model saintifik. Kegiatan

pembelajaran pada kelas ini diawali dengan mencek absensi kemudian

memberikan apersepsi dan motivasi. Selanjutnya masuk pada kegiatan inti

yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar dan

mengkomunikasikan.

1. Hasil Keterampilan Proses Sains

Hasil keterampilan proses sains peserta didik diperoleh melalui hasil

observasi untuk aspek keterampilan dan hasil tes untuk aspek pengetahuan

setelah selesai satu meteri pembelajaran terhadap kedua kelas sampel. Masing-

masing kelas sampel mendapat treatment yang sama dengan materi dan waktu

yang berbeda. Pada hasil observasi dan hasil tes akan dirata-ratakan

6
berdasarkan kesamaan treatment yang diperoleh untuk melihat perbedaan nilai

yang diperoleh dari dua treatment yang diberikan kepada masing-masing kelas

sampel.

a. Aspek Keterampilan

Hasil keterampilan proses sains aspek psikomotor peserta didik

diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan setiap pertemuan melalui

lembar observasi. Pengamatan dilakukan untuk aspek keterampilan

mengamati, meramal/mengelompokan, berhipotesis, pemahaman konsep,

dan mengkomunikasikan. Pada setiap KD materi ajar, nilai setiap aspek yang

diamati akan dirata-ratakan sehingga rata-rata hasil observasi dapat dilihat

pada tabel 4.1:

Table 4.1 Rata-Rata Hasil Keterampilan Proses Sains


Treatment
No Aspek KPS Physics Konvensional
Edutainment
1. Mengamati 88,63 83,71
2. Meramal/Mengelompokan 85,79 80,87
3. Berhipotesis 89,01 85,03
4. Pemahaman konsep 88,63 84,84
5. Mengkomunikasikan 86,92 83,52
Rata-rata 87,79 83,59
Mutu Baik Baik

Data tabel di atas menunjukan, jika secara keseluruhan nilai rata-rata

keterampilan proses sains pada asepk keterampilan melalui treatment

7
Physics Edutainment memperoleh nilai 87,89, lebih tinggi dari treatment

konvensional dengan nilai 83,59.

b. Aspek Pengetahuan

Hasil keterampilan proses sains aspek pengetahuan peserta didik

diperoleh dari nilai tes. Tes berupa soal essay yang berjumlah 10 butir soal.

Hasil tes dapat dilihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2 Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains

Jumlah Skor Posttest


Grup
Physics Edutainment Konvensional
XI MIPA 7 2770 2655
XI MIPA 5 2990 2686
Rata-rata 88,61 82,16

Data tabel di atas menunjukan, jika secara keseluruhan nilai rata-rata

keterampilan proses sains pada aspek pengetahuan melalui treatment Physics

Edutainment memperoleh nilai 88,61, lebih tinggi dari treatment pembelajan

konvensional dengan nilai 82,16.

2. Hasil Kemampuan Berfikir Logis

Hasil kemampuan berfikir logis peserta didik aspek pengetahuan dilihat

dari kemampuan peserta didik dalam menjawab soal. Soal berupa soal objektif

dengan 10 butir soal. Hasil tes kemampuan berfikir logis dapat dilihat pada

tabel 4.3:

Tabel 4.3 Hasil Posttest Kemampuan Berfikir Logis

8
Jumlah Skor Posttest
Grup
Physics Edutainment Konvensional
XI MIPA 7 2740 2700
XI MIPA 5 2980 2560
Rata-rata 88 80,92

Data tabel di atas menunjukan, jika secara keseluruhan nilai rata-rata

kemampuan berfikir logis pada aspek pengetahuan melalui treatment Physics

Edutainment memperoleh nilai 88, lebih tinggi dari treatment pembelajaran

konvensional dengan nilai 80,92.

B. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyelesaian data ke komponen penyusunnya untuk


mengungkapkan unsur-unsur karakteristik dan struktur. Moleong enerangkan bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu kategori, dan pola, serta satuan uraian dasar (2002: 103). Agar data dapat
dianalisis naja data tersebut mesti dipecahkan terlebih dahulu menjadi bagian-bagian
kecil berdasarkan elemen atau struktur, lalu memprosesnya bersama untuk
mendapatkan pemahaman yang baru.

Analisis data merupakan proses yang sangat penting dalam sbeuah penelitian.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam analisis inilah data yang
didapatkan peneliti bisa diinterpretasikan menjadi hasil yang sesuai dengan prosedur
ilmiah. Oleh karena itu, perlu kerja keras, kemampuan intelektual dan daya
kreativitas yang tinggi agar memperoleh hasil pengumpulan data. Data yang sudah
terkumpul jika tidak dianalisis hanya menjadi sesuatu yang tidak memiliki arti
menjadi data yang mati, dan data yang tidak berbunyi. Untuk ituu, analisis data

9
ditujukan untuk memaknai dan menilai yang termuat dalam data tersebut (Kasiram,
2006: 274).

Ada perbedaan pengertian mengenai analisis data dari ahli penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan ada perbedaan mendasar natara kedua
penelitian tersebut sehingga secara definitif mengenai apa analisis dara dan
rumusannya juga tidak sama.

1. Analisis Data Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data itu dilakukan ddengan
tahapan:
a. Pengumpulan data
Data yang didapatkan dari hasil dokumentasi observasi, wawancara
dan dicatat dalam catatan lapangan yang memuat dua bagian yakni
reflektif dan deskriptif. Catatan reflektif adalah catatan yang terdiri dari
komentar, pendapat, kesan dan tafsiran peneliti mengenai temuan yang
dijumpai, dna merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap
selanjutnya. Catatan deskriptif ialah catatan mengenai apa yang didengar,
dilihat dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya penafsiran dan
pendapat dari peneliti mengenai fenomeba yang dialami. Dan masih ada
banyak lagi macam macam data.
b. Reduksi Data
Jika pengumpukan data itu telah dilaksanakan kemudian data di
reduksi untuk memilih data yang berarti dan relavan, mengarahkan data
pada pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Selanjutnya menyusun dan menyederhanakan
secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting mengenai hasil temuan
dan maknanya. Dalam proses reduksi data, hanya temuan data atau
temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian saja yang direduksi.
Data yang tidak berhubungan dengan permasalahan penelitian dibuang.

10
Artinya reduksi dipakai untuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak penting, dan
mengorganisasikan data sehingga memberikan kemudahan peneliti
menyusun kesimpulan.
c. Penyajian data
Penyajian data bisa berbentuk gambar, kata-kata, tulisan,atau tabel dan
grafik. Tujuan penyajian data adalah guna menggabungkan informasi
sehingga bisa mendeskripsikan fakta yang ada. Dalam hal ini, agar peneliti
tidak kesulitan untuk menguasai informasi baik secara keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti mesti menyusun
narasi, grafik atau matrik guna mempermudah penguasaab data atau
informasi tersebut. Oleh karena itu, peneliti tetap bisa menguasai data dan
tidak larut dalam kesimpulan yang keliru.

d. Penarikan Kesimpulan
Penyusunan keismpulan dilaksanakan selama proses penelitian
berjalan seperti halnya reduksi data, seetelah data terkumpul sangat
mencukupi kemudian dibuat kesimpulan sementara, dan sesudah data
betul-betul lengkap disusun kesimpulan akhir. Sejak awal penelitian
peneliti harus senantiasa berupaya mencari arti dari data yang terkumpul.
Oleh karena itu, perlu mencari persamaan, hubungan, pola hipotesis, hal-
hal yang sering timbul, dan seterusnya. Kesimpulan yang didapatkan
awalnya bersifat sementara, samar-samar dan diragukan tetapi dengan
bertambahnya data baik dari hasil wawancara ataupun dari hasil
pengamatan dan dengan didapatkannya keseluruhan data hasil penelitian,
kesimpulan tersebut harus diverifikasikan dan diklarifikasikan selama
proses penelitian berjalan. Data yang ada lalu diintegrasikan ke dalam
unit-unit informasi yang menjadi rumusan-rumusan kategori dengan
berpijak pada prinsip holistik dan bisa diinterpretasikan tanoa informasi

11
tambahan. Data tentang informasi yang dianggap sama disatukan kedalam
satu kategori sehingga memberi peluang munculnya kaategori baru dari
kategori yang telah ada.

Terdapat beberapa model analisis dalam penelitian kualitatif. Antara lain


seperti: analisis isi, analisis komparasi, analisis swot, analisis domain, analisis
taksonomi, analisis tema, analisis unit, analisis ilmu-ilmu tertentu, dan
sebagainya (Hanafi, 2017: 202).
Analisis data pabila dilihat dari modusnya dapat di klasifikasikan kedalam 3
pendekatan, yakninya metafora, narasi, semiotik dan mermeunetik.
a. Narasi dan Metafora
Narasi atau naratif bisa diartikan sebagai tayangan fakta, cerita
dongeng, yang disampaikan kepada orang yang pertama. Metafora
merupakan deskripsi istilah atau frasa pada suatu objek atau tindakan yang
tidakditerapkan dengan yang sebenar-benarnya.
b. Semiotik
Semiotik adalah sesuatu yang berhubungan dengan arti dari simbol
dan tanda dalam bahasa. Gagasan penting merupakan tanda atau kata-kata
yang bisa diterapkan khususnya pada kategori konsep. Kategori ini
mewakili aspek-aspek penting dari suatu yang henak diuji. Diantara
bentuk semiotik ialah analisis konten. Analisis konten ini merupakan
teknik penelitian yang dipakai untuk referensi data yang replicable dan
akurat pada konteksnya. Bentuk semiotik lainnya adalah analisis wacana
dan analisi pembicaraan.
c. Hermeneutik
Umumnya hermeneutik adalah modus analisis data dan landasan
filosofis. Sebagai modus analisis ha ini berhubungan dengan data tekstual.
Hermeneutik ini khususnya berhubungan dengan data tekstual.
Hermeneutik inikhususnya berhubungan dengan pengertian suatu analog

12
teks. Sebagai filosofis dalam pemahaman manusia, hal tersebut
memberikan dasar filosofis interpertasi. Dengan demikian, objek itu mesti
berbentuk analog teks atau teks yang lazimnya bersifat kbur, tidak jelas,
dan acap kali saling bertolak belakang antara yang satu dengan yang
lainnya. Hal tersebut selaras dengan penafsiran itu sendiri yang
mempunyai tujuan agar samar-samar menjadi jelas dalam suatu
pemahaman.
Contoh Analisis Data Kuantitatif (Ananda, 2019: 71-75):
1. Data Aspek Keterampilan

a. Aspek Keterampilan Proses sains

Persentase tingkat penguasaan keterampilan proses aspek keterampilan

dikelompokan kedalam 4 kategori, yaitu kurang (<50 Kurang, 50-74 Cukup,

75-89 baik, 90-100 baik sekali).

1) Keterampilan Mengamati

Pada aspek mengamati, peneliti melakukan pengamatan dengan

indikator penilaian: a) peserta didik mampu menggunakan sebanyaknya

indra, dan b) mampu mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan.

Secara umum keterampilan mengamati peserta didik yang mendapat

perlakuan pembelajaran Physics Edutainment memiliki nilai lebih tinggi

dari peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan masing-

masing memperoleh nilai rata-rata 88,63 dan 83,71. Sesuai dengan

standar kategori penilaian, pembelajaran dengan perlakuan Physics

Edutainment dan pembelajaran konvensional berada dalam kategori

“baik”.

13
2) Keterampilan meramal/mengelompokkan

Pada aspek meramal/mengelompokan, peneliti melakukan

pengamatan dengan indikator penilaian: a) mengemukakan apa

kemungkinan yang terjadi pada keadaan yang belum teramati, dan b)

mampu menggunakan pola-pola penelitian. Secara umum keterampilan

meramal/mengelompokan peserta didik yang mendapat perlakuan

pembelajaran Physics Edutainment memiliki nilai lebih tinggi dari peserta

didik yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan masing-masing

memperoleh nilai rata-rata 85,79 dan 80,87. Sesuai dengan standar

kategori penilaian, pembelajaran dengan perlakuan Physics Edutainment

dan pembelajaran konvensional berada dalam kategori “baik”.

3) Keterampilan Berhipotesis

Pada aspek berhipotesis, peneliti melakukan pengamatan dengan

indikator penilaian: a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu

kemungkinan penjelasan dari satu kejadian, dan b) Menyadari bahwa

suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih

banyak. Secara umum keterampilan berhipotesis peserta didik yang

mendapat perlakuan pembelajaran Physics Edutainment memiliki nilai’

lebih tinggi dari peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran

dengan masing-masing memperoleh nilai rata-rata 89,01 dan 85,03.

Sesuai dengan standar kategori penilaian, pembelajaran dengan perlakuan

14
Physics Edutainment dan pembelajaran konvensional berada dalam

kategori “baik”.

4) Keterampilan Pemahaman Konsep

Pada aspek pemahaman konsep, peneliti melakukan pengamatan

dengan indikator penilaian: a) Menggunakan konsep yang telah dipelajari

dalam situasi baru, dan b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru

untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Secara umum keterampilan

pemahaman konsep peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran

Physics Edutainment memiliki nilai lebih tinggi dari peserta didik yang

mendapat perlakuan pembelajaran dengan masing-masing memperoleh

nilai rata-rata 88,63 dan 84,84. Sesuai dengan standar kategori penilaian,

pembelajaran dengan perlakuan Physics Edutainment dan pembelajaran

konvensional berada dalam kategori “baik”.

5) Keterampilan Berkomunikasi

Pada aspek pemahaman konsep, peneliti melakukan pengamatan

dengan indikator penilaian: a) Memberikan / menggambarkan data

empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau table atau

diagram, dan b) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis.

Secara umum keterampilan berkomunikasi peserta didik yang mendapat

perlakuan pembelajaran Physics Edutainment memiliki nilai lebih tinggi

dari peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan masing-

masing memperoleh nilai rata-rata 86,92 dan 83,52. Sesuai dengan

15
standar kategori penilaian, pembelajaran dengan perlakuan Physics

Edutainment dan pembelajaran konvensional berada dalam kategori

“baik”.

Secara keseluruhan keterampilan proses sains peserta didik yang

mendapatkan perlakuan pembelajaran Physics Edutainment memperoleh

nilai lebih tinggi dibandingankan dengan peserta didik yang mendapatkan

perlakuan pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil penilaian aspek psikomotor keterampilan proses sains

peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran Physics Edutainment

dan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

Keterampilan Proses Sains


90
88
86
84
82
80
78
76

Physics Edutainment Konvensional

Gambar 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains

Ket:
Pengumpulan Data
Reduksi Data

16
Kesimpulan
Penyajian Data
2. Analisis data kuantitatif
Analisis dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif. Pengujian
empiris teori yang digunakan dan dilaksanakan sesudah selesai pengumpulan
data dengan tuntas dan memakai sarana statistik, seperti regresi linear,
analisis faktor, analisis varian dan covarian, korelasi, uji t, dan lain-lain.
Ada tiga hal pokok yang harus dilakukan oleh peneliti saat melakukan
pengolahan data kuantitatif. Pertama, memilih teknik statistik yang tepat dan
sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, mempersiapkan dan memilih
software bila pengolahan data dilakukan secara elektronis. Ketiga,
melaksanakan langkah-langkah pengolahan, baik itu sesuai dengan
pertimbangan poin pertama dan kedua.
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu harus dilaksanakan
beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain:
1) Checking atau verifikasi data
Pada tahap ini digunakan untuk meyakinkan mutu data yang
akan diolah. Secanggih apapun teknik statistik yang digunakan jika
ditanya tidak bermutu (tidak menghasilkan hasil yang baik). Peneliti
harus mencek lagi lengkap tidaknya data penelitian, memilih dan
menyeleksi data sehingga hanya yang relevan saja yang digunkaan
dalam analisis. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain
sebagai berikut:
a) Meneliti lagi lengkap tidaknya idientitas subjek yang diperlukan
dalam analisis data. Misalnya: nomor urut, jenis kelamin, kelas,
asal daerah, pekerjaan dan sebagainya.

17
b) Meneliti lengkap tidaknya data, yaitu apakah instrumen
pengumpulan data sudah secara lengkap diisi, jumlah lembaran
tidak ada yang lepas atau sobek, dan sebagainya.
c) Cara mengisi jawaban item apakah sudah betul, misalnya
pertanyaan yang bersambung dengan jawaban ya atau tidak. Bagi
yang mnejawab tidak maka tidak perlu mengisi pernyataan kalau
ya bagaimana, atau ada responden yang menjawab “tidak tahu”
padahal jawaban itu penting sekali.
2) Editing data
Editing yakni kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan yang dikerjakan dalam editing
data antara lain (Kasiram, 2010: 125):
a) Pertanyaan, jawaban, catatan yang tidak jelas diperjelas dan
disempurnakan.
b) Coret-coretan, kata-kata sandi atau singkatan diperjelas untuk
menghilangkan keragua-raguan pada data.
c) Mengubah penndekatan dari jawaban menjadi kalimat yang lebih
bermakna.
d) Memilih kondisi data dengan rencana penelitian.
e) Menyeragamkan jawaban responden pada kategori tertentu.
b. Tabulasi

Jika semua data telah diberikan kode dan direkam dalam coding sheet dan
dicatat dalam coding book, langkah selanjutnya adalah tabulasi data. Tabulasi
merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan cara
tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif
variabel-variabel yang diteliti. Tujuan tabulasi adalah agar data bisa mudah
disusun, dijumlahkan, dikelompokkan, dan mempermudah oenataan data
untuk disajikan serta dianalisis.

18
Data dikelompokkan berdasarkan variabel. Pengodean adalah pemberian
nomor atau simbol lain pada jawaban agar tanggapan dpaat dikelopokkan ke
dalam jumlah klasifikais yang terbatas. Sementara klasifikisasi adalah
pembagian sekumpulan data dari variabel tertentu. Misalnya: jenis kelamin
maka pembagiannya adalah pria dan wanita.

Yang termasuk kedalam kegiatan tabulasi ini antara lain (Arkunto, 2016:
279-280) sebagai berikut:

a) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.


Misalnya: tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
b) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor. Misalnya:
 Jenis kelamin
 Perempuan diberi kode 0
 Laki-laki diberi kode 1
 Tingkat pendidikan
 Sekolah dasar diberi kode 1
 Sekolah Menengah Pertama diberi kode 2
 Sekolah Menengah Atas diberi kode 3
 Perguruan tinggi idberi kode 4
 Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi
kode atas:
 Mengikuti lebih dari 10 kali diberi kode 1
 Mengikuti antara 1-9 kali diberi kode 2
 Tidak pernah mengikuti penataran diberi kode 0
 Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik
analisis yang akan digunakan.
 Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengelolaan data
jika akan menggunakan komputer.

19
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Data yang telah dikumpulkan selanjutnyaa diolah dengan mengunakan
prosedur dan rumus yang selaras dengan jenis penelitian yang dipakai.
Data tersebut yang berjenis rasio, interval, ordinal ataupun diskret.
d. Entri Data
Entri data merupakan suatu rangkaian upaya memasukkan data ke
dalam komputer. Ketika peneliti melakukannya, boleh jadi terdapat
kekeliruan sehingga data menjadi hilang. Untuk itu, ia harus dapat
mengidentifikasi kekeliruan tersebut dan diketahui penyebabnya sehingga
data yang dimasukkan dapat terlacak kembali.
e. Analisis Statistik
Setelah empat langkah diatas dilakukan, tahapan berikutnya adalah
analisis data statistik, yang meliputi beberapa analisis, yaitu sebagai
berikut:
1) Analisis satu variabel (monovariat analysis)
Berdasarkan tujuan penelitian, maka analisis satu variabel terbagi atas:
a) Statistik Analisis Data secara Deskriptif
Yang termasuk dalam teknik analisis data sekriptif, yaitu
bagaimana merangkum sekumpulan data dalam bentuk yang
mudah dibaca, dipahami, dan cepat memberikan informasi melalui
penentuan nilai-nilai statistik, penyajian data dalam tabel, grafik,
diagram, persentase, perhitungan mean, nilai pemusatan dan nilai
penyebaran, median atau modus. Analisis deskriptif dilakukan
dengan pengujian hipotesisi deskriptif (Hasan, 2004: 7).
Statisik deskriptif dalam ukuran numerik dibagi menjadi 2, yaitu
ukuran pemusatan data, meliputi mean, median, modus, serta
ukuran penyebaran data, meliputi rentang, variansi, dan simpangan
baku.

20
i) Central tendency
Central tendency memiliki beberapa jenis ukuran
pemusatan, yaitu sebagai berikut:
 Rata-rata (Mean)
Keuntungan dari menghitung rata-rata adalah angka
tersebut dapat digunakan sebagai gambaran atau
wakil data yang diamati. Rata-rata peka dengan
adanya nilai ekstrem.
 Median atau nilai tengah
Median merupakan suatu nilai ukuran pemusatan
yang menempati posisi tengah setelah data
diurutkan.
 Modus
Modus ialah nilai yang acap kali muncul berkali-
kali dari sejumlah data. Namun, modus tidak bisa
dipakai sebagai deskripsi tentang data.
ii) Dispersion (Ukuran Penyebaran Data)
Ukuran penyebaran data ialah suatu ukuran baik
statistik atau parameter guna mengetahui sejauh mana
penyimpangan data.
Ukuran penyebaran data dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
 Range (Rentang) = R
Range cukup baik dipakai untuk mengukur
penyebaran data yang simetrik dan nilai datanya
menyebar secara merata. Ukuran ini menjadi tidak
relevan apabila data minimum dan maksimumnya
adalah nilai ekstrim.

21
 Variance (Variansi)
Variansi adalah ukuran penyebaran data yang
megukur rata-rata kuadrat jarak seluruh titik
pengamatan dari nilai tengahnya.
 Standar Deviation (Simpangan Baku)
Simpangan baku memperlihatkan rata-rata
penyimpangan data dari harga rata-ratanya.
b) Statistik Analisis Data secara Inferensial
Statistik analisis data secara inferensial dipakai dalam
membuktikan kebenaram teori probabilitas yang diapaki dalam
penelitian pendidikan.
Statistik inferensial dapat diklasifikasikan kedalam dua statistik,
yaitu statistil parametrik dan statistik non paramterik.
i) Statistik paramterik
Statistik parametrik adalah statistik yang dipakai untuk
pengujian parameter populasi, ataupun pengujian ukuran
populasi melalui data sampel.
Statistik paramterik dilakukan dengan berbagai teknik
analisis, yaitu sebagai berikut (Nisfiannoor, 2009: 4):
 Uji-t
uji t diapakai guna menentukan apakah 2 elompok
skor mempunyai perbedaan signifikan pada taraf
probabilitas pilihan.
Contohnya uji-t dipakai guna membandingkan skor
UTS pada siswa laki-laki dan skor UTS pada siswa
perempuan di Madrasah X.
ii) Analisis varians (ANOVA)
Analisis varians ini dibagi menjai empat poin yaitu:

22
 ANOVA satu arah (sederhana) dipakai untuk
menetapkan apakah skor dari dua kelompok atau
lebih mempunyai perbedaan signifikan pada taraf
probabilitasnya. Contoh, pengukuran prestasi
peserta didik berlandaskan pada level ekonominya
(rendah,sedang, dan tinggi), dimana level ekonomi
sebagai variabel kelompok dan tingkat ekonomi
sebagai variabel kelompok dan tingkat ekonomi
sebagai variabel terikatnya.
 Multicomparison ialah pengujian yang
menggunakan perhitungan bentuk istimewa dari uji-
t. Ketika uji signifikan diterapkan, taraf
probabilitasnya dierima. Contoh, peneliti setuju jika
hasil yaang akan diperoleh muncul hanya 5 kali
kesempatan pada semua 100 sampel. Hasil ini
disebut bermakna dan bukan hanya disebabkan
peluang semata.
 ANOVA multifaktor
Desain faktorial dipakai untuk meneliti dua variabel
bebas atau lebih dan hubungan diantara variabel-
variabel tersebut maka ANOVA multifaktor ialah
jenis analisis statistik yang paling tepat. Hasil
analisisnya ialah rasio F terpisah bagi semua
variabel bebas dan satu rasio F untuk innetraksi.
Contoh, peneliti hendak mengetahui apakah tingkat
ekonomi dan gender (renda, sedang dan tinggi)
mempengaruhi prestasi siswa. ANOVA banyak
faktor memungkinkan peneliti untuk menghitung

23
kedua variabel bebas (tingkat ekonomi dan gender)
dan variabel terikat (prestasi, nilai komulatif, nilai
matematika, nilai fisika, dan lain sebagainya).
 Analysis of Covariance (ANCOVA)
Analysis of covariance adalah model ANOVA yang
dipakai dengan cara yang tidak sama dimana
variabel bebas dihitung dengan mempertimbangkan
desain penelitian.
iii) Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan analisis untuk menetapkan
hubungan-hubungan yang bersifat kausal atau sebab-akibat
anatara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Contoh Analisis Data Kuantitatif (Ananda, 2019: 75-80):


2. Data Aspek Pengetahuan

Untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji

homogentas variansi terhadap kelas sampel.

a. Uji normalitas

Uji normalitas sampel bertujuan untuk melihat apakah sampel

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov > 0,05, maka data berdistribusi

normal dan sebaliknya.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka didapatkan data seperti yang

dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

24
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen Kontrol_Materi Eksperimen
_Materi1 1 _Materi2 Kontrol_Materi2
N 32 33 33 32
Normal Mean 86.09 79.18 90.67 83.05
Param Std.
8.248 8.891 7.714 9.721
etersa,b Deviation
Most Absolute .120 .143 .144 .153
Extrem Positive .115 .142 .113 .122
e Negative
Differe -.120 -.143 -.144 -.153
nces
Test Statistic .120 .143 .144 .153
Asymp. Sig. (2-
.200c,d .086c .079c .054c
tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel One-Sample Kolmogorov-smirnov Test kelas

eksperimen memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) nya 0,200 dan 0,079,

sedangkan kelas kontrol memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) nya 0,086 dan

0,054 artinya 0,200; 0,079; 0,086 dan 0,054 besar dari 0,05 sehingga data

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel mempunyai

variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini menggunakan uji

25
Levene dengan bantuan software SPSS versi 22 dengan kriteria : Jika nilai

Sig. Levene > 0,05 maka data homogen dan sebaliknya.

Setelah dilakukan uji homogenitas, maka didapatkan data pada tabel 4.5

sebagai berikut :

Tabel 4.5 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances


nilai posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.167 1 128 .683

Pada Tabel Homogenity of variance test dapat dilihat nilai p value sig 0,683.
Hal ini menunjukan nilai 0,683 > 0,05 maka varians seluruh variabel bersifat
homogen.

c. Uji hipotesis

1) Uji Hipotesis Keterampilan Proses Sains

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis untuk

keterampilan proses sains diterima atau ditolak. Uji hipotesis dibantu oleh

software Excel dengan ketentuan jika nilai Sig. (1-tailed) < 0,05 , dan

nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima begitupun sebaliknya.

Setelah dilakukan uji hipotesis maka didapatkan data seperti yang

tertera pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Proses Sains

t-Test: Two-Sample Assuming Equal


Variances

26
Variable 1 Variable 2
Mean 88.61538462 82.16923077
Variance 56.11538462 39.08028846
Observations 65 65
Pooled Variance 47.59783654
Hypothesized Mean
Difference 0
Df 128
t Stat 5.326583509
P(T<=t) one-tail 2.17923E-07
t Critical one-tail 1.656845226
P(T<=t) two-tail 4.35845E-07
t Critical two-tail 1.97867085

Berdasarkan hasil output t-Test: Two-Sample Assuming Equal

Variances diperoleh nilai sig.(1-tailed) 0,00000021 sehingga nilai sig. <

0,05 dan nilai thitung 5,32 > ttabel 1,67. Maka sesuai dasar pengambilan

keputusan dalam uji Two-Sample Assuming Equal Variances, dapat

disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, yang artinya “Pembelajaran

Physics Edutainment berbantuan Media PhET Simulation memberikan

rata-rata Keterampilan Proses Sains yang lebih baik dari pembelajaran

konvensional di kelas XI MIPA SMA N 2 Payakumbuh”

2) Uji Hipotesis Kemampuan Berfikir Logis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis untuk

kemampuan berfikir logis diterima atau ditolak. Uji hipotesis dibantu oleh

software Excel dengan ketentuan jika nilai Sig. (1-tailed) < 0,05, dan nilai

thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima begitupun sebaliknya.

27
Setelah dilakukan uji hipotesis maka didapatkan data seperti yang

tertera pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Variable 1 Variable 2
Mean 88 80.92307692
Variance 172.5 217.8846154
Observations 65 65
Pooled Variance 195.1923077
Hypothesized Mean
Difference 0
Df 128
t Stat 2.887718175
P(T<=t) one-tail 0.002278695
t Critical one-tail 1.656845226
P(T<=t) two-tail 0.004557389
t Critical two-tail 1.97867085

Berdasarkan hasil output t-Test: Two-Sample Assuming Equal

Variances diperoleh nilai sig.(1-tailed) 0,0022 sehingga nilai sig. < 0,05

dan nilai thitung 2,88 > ttabel 1,67. Maka sesuai dasar pengambilan

keputusan dalam uji Two-Sample Assuming Equal Variances, dapat

disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, yang artinya “ Pembelajaran

Physics Edutainment berbantuan Media PhET Simulation memberikan

rata-rata Kemampuan Berfikir Logis yang lebih baik dari pembelajaran

konvensional di kelas XI MIPA SMA N 2 Payakumbuh”.

3) Efektivitas pembelajaran

28
Efektivitas pembelajaran penelitian ini mengacu kepada efektivitas

hasil belajar peserta didik, dimana untuk menentukan efektivitas hasil

belajar dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

a) Rata-rata nilai test akhir sama atau lebih besar dari nilai KKM.

Hasil nilai rata-rata pembelajaran Physics Edutainment dan

konvensional dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Pembelajaran Aspek
KKM
Keterampilan Kemampuan
Proses Sains Berfikir Logis

Physics 88,61 88 80
Edutainment
82,16 80,92 80
Konvensional

Berdasarkan tabel diatas terlihat rata-rata nilai untuk pembelajaran

physics edutainment 88,61 dan untuk pembelajaran konvensional

82,16. Sedangkan untuk rata-rata nilai kemampuan berfikir logis untuk

pembelajaran physics edutainment 88 dan untuk pembelajaran

konvensional 80,92. Dari hasil ini dapat disimpulkan kedua jenis

pembelajaran memperoleh nilai rata-rata lebih besar dari nilai KKM

yaitu 80, namun pembelajaran Physics Edutainment memperoleh nilai

yang lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.

b) Terjadi ketuntasan klasikal diatas 80%

29
Sementara itu hasil persentase ketuntasan dapat dilihat pada tabel

4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Pembelajaran
Konvensional
Physics Edutainment Jum
lah
KBL KPS KBL
KPS PD
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

60 5 59 6 51 14 52 13
65
(92%) (8%) (90,7%) (9,3%) (79%) (21%) (80%) (20%)

Berdasarkan tabel diatas untuk ketuntasan aspek keterampilan

proses sains pada pembelajaran physics edutainment mengalami

ketuntasan 92% dan pada pembelajaran konvensional mengalami

ketuntasan 79%. Sedangkan untuk aspek kemampuan berfikir logis

pada pembelajaran physics edutainment mengalami ketuntasan 90,7%

dan pada pembelajaran konvensional mengalami ketuntasan 80%.

Dari hasil ini dapat disimpulkan pembelajaran Physics Edutainment

memperoleh tingkat ketuntasan klasikal pembelajaran physics

edutainment lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Maka dapat

diartikan efektivitas pembelajaran Physics edutainment lebih efektif

dari pada pembelajaran konvensional.

C. Pembahasan

30
Pembahasan hasil penelitian adalah sub-bab yang paling orisinal dalam
laporan penelitian skripsi.menurut Jogiyanto (2004:196) menyatakan bahawa
hasil pengujuain (analisis) dalam suatu penelitian yang tidak dibahas menunjukka
bahwa siperiset tidak mempunyai criteria dari hasil penelitiannya itu.
Dalam kerangka metode ilmiah ada tiga aspek yang digunakan untuk
menyusun dan mengembangkan pembahasan ini, yaitu:
1. Aspek kajian teoritis.
Salah satu tujuan untuk meneliti adalah untuk memverifikasi teori.
Artinya, peneliti ingin membuktikan apakah suatu teori tertentu berlaku
atau dapat diamati pada obyek penelitian tertentu. Pada penelitian seperti
ini , hipotesis penelitian perludiformulasi dan diuji. Ada dua kemungkinan
hasil pengujian hipotesisi yang bias diperoleh peneliti, yakni:
a. Hipotesis penelitian (data teori yang diverifikasi) terbukti atau
b. Hipotesis peneliti tidsk terbukti.

Apapun hasil penelitian yang diperoleh, peneliti harus memberikan


diskusi (pembahasan) terhadap hasil tersebut dalam konteks teori yang
mendasari penelitiannya. Kompleksitas dari diskusi pada aspek ini
bergantung pada hasil penelitian.jika kemungkinana pertama hasil
penelitian diperoleh, konteks diskusi dapat dilakukan jadi lebih mudah.
Peneliti dapat merujuk kembali teori-teori yang disakjikan pada teori
teoritis yang telah dituangkan pada bab kajan pustaka.

Jika kemungkinan hasil kedua dari dari hasil penelitian diperoleh,


diskusi (pembahasan) menjadi lebih kompleks. Peneliti tidak bias
mendasarkan pembahasan tersebut pada teori yang mendukung, maka
peneliti harus beragumentasi tentang apa hasil penelitiannya tidak dapat
membuktikan teori tersebut.

31
Misalnya, seorang peneliti menemukan bahwa tidak ada keterkaitan
terbalik (negative) antara harga barang dengan permintaan barang padahal
teorinya mengatakan ada keterkaitan terbalik ini). Peneliti bias
mencermati asumsi apa yang mendasari teori tersebut yang tidak dapat
pada obyek penelitian. Salah satu asumsi, sebagai contoh, bahwa
preferensi (selera) konsumen tidak berubah ternyata tidak berlaku dalam
obyek penelitian dapat dijadikan sebagai argumentasi. Untuk menguatkan
argumentasi semacam itu maka peneliti membutuhkan dukungan data atau
argumentasi.

2. Aspek kajian empiris


Berdasarkan hasil penelitian juga dilakukan dengan cara merujuk pada
kajian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Jika hasil
penelitian konsisten dengan teori yangada (hipotess penelitian terbukti),
pembahasan dapat diarahkan untuk memberikan rujukan penelitian
terdahulu yang sesuai dengan hasil penelitian. Pada konteks ini, peneliti
dapat merecall hasil kajian empiris yang etlah terkompilasi pada bab 2
(kajian pustaka) hasil-hasil penelitian terdahulu.
Dalam konteks dimana hasil penelitian tidak konsisten dengan teori
(atau hipotesis tidak terbukti) diskusi pada bagian ini dapat diarahkan
untuk menemukan kajian empiric yang bias menjadi srgumentasi yang
mendukung hasil penelitian tersebut. Misalnya seorang peneliti mengkaji
suatu struktur pasar dari suatu industri berdasarkan teori ia mempunyai
hipotesis penelitian bahwa struktur pasar industru tersebut adalah
persaingan sempurna karena dalam industry tersebut banyak penjual dan
pembeli. Namun, hasil penelitiannya menemukan bahwa strukrtur pasar
industry tersebut bukan persaingan sempurna melainkan struktue
persaingan monopolistic. Untuk mendiskusikan hal ini, peneliti harus

32
mencari kajian empiric yang mendukung hal tersebut untuk dijadikan
sebagai bahan diskusi.
3. Aspek Implikasi Hasil
Hasil penelitian baik yang mampu membuktikah hipotesis maupun
yang tidak, pada dasarnya mempunyai implikasi bagi obyek penelitian.
Peneliti harus mendiskusikan hasil prnrlitian ini dalam konteks implikasi
tersebut. Dalam hal ini, peneliti harus menginterpertasikan hasil penelitian
dalam konteks implikasi atau konsekuensi partikel dari hasil penelitian
bagi obyek penelitian. Alas an yang mendukung mengapa peneliti aspek
implikasi ini perlu dikemukakan adalah bahwa penelitian dilakukan
berdasarkan suatu basis atau historis (yang sudah terjadi) pembahasan
mengenai implikasi hasil penelitian akan membawa konteks penelitian kea
rah masa depan, bukan pada masa lalu (historis).
Untuk dapat mendiskusikan hasil penelitian ini dari sudut pandang
implikasi partikel ini, peneliti dapat menggaliu apa saja yang bias
dipelajari atau dilakukan oleh stakeholders penelitian dalam kaitannya
dengan hasil penelitian. Stakeholders adalah pihak-pihak yang mungkin
mendapatkan manfaat dari hasil penelitian.tentunya stakeholders utama
adalah obyek yang diteliti. Focus utama peneliti sebaiknya diarahkan pada
pemaknaan (interpretasi) hasil penelitian yang bersifat praktis yang bias
dipelajari atau dilakukan stakeholders (Tokan, 2016: 65-75).
Contoh Pembahasan (Ananda, 2019: 80-85):
Hasil deskripsi dan analisis data Berdasarkan hasil penelitian yang penulis

lakukan, dapat dilihat penerapan pembelajaran Physics Edutainment dengan

bantuan Media PhET Simulation memberikan nilai rata-rata keterampilan proses

sains dan kemampuan berfikir logis yang lebih baik dari pembelajaran

konvensional di kelas XI MIPA 5 dan XI MIPA 7 SMA N 2 Payakumbuh.

33
diperolah keterampilan proses sains aspek keterampilan dan pengetahuan dengan

pembelajaran Physics Edutainment lebih baik dari pembelajaraan konvensional.

Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui pengamatan selama proses

pembelajaran dengan lembar observasi, terdapat lima aspek KPS yang diamati

yaitu keterampilan mengamati, meramal/mengelompokan, berhipotesis,

pemahaman konsep dan berkomunikasi. Terlihat peserta didik yang mendapat

perlakuan pembelajaran Physics Edutainment mendapat nilai rata-rata yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensiornal. Skor rata-rata aspek

keterampilan dengan pembelajaran Physics edutainment untuk keterampilan

mengamati (88,63), meramal/mengelompokan (85,79), berhipotesis (89,71),

pemahaman konsep (88,63), dan berkomunikasi (86,92). Sedangkan pada

pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata untuk keterampilan

mengamati (83,71), meramal/mengelompokan (80,87), berhipotesis (85,03),

pemahaman konsep (84,84), dan berkomunikasi (83,52).

Penilaian aspek pengetahuan ditunjukan dengan tingginya nilai rata-rata

peserta didik dengan pembelajaran Physics Edutainment dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Skor rata-rata pada pembelajaran Physics

Edutainment sebesar 88,61, dan skor rata-rata pada pembelajaran konvensional

sebesar 82,16, dengan selisih skor rata-rata adalah 6,45. Berdasarkan hasil analisis

uji hipotesis terhadap keterampilan proses sains dengan melakukan uji Two-

Sample Assuming Equal Variances diperoleh nilai sig.(1-tailed) 0,0000021

sehingga nilai sig. < 0,05, dan nilai t 5,32 > 1,67. Maka sesuai dasar pengambilan

34
keputusan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya penerapan pembelajaran Physics

Edutainment memberikan keterampilan proses sains yang lebih baik dari

pembelajaran konvensional. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widiyatmoko (2012) menunjukan adanya perbedaan hasil belajar peserta didik

yang mendapatkan pembelajaran Physics Edutainment dengan peserta didik yang

mendapatkan pembelajaran konvensional.

Tingginya rata-rata keterampilan proses sains peserta didik dengan

pembelajaran Physics Edutainment disebabkan peserta didik mampu terlibat aktif

dan mampu meengeksplorasi belajar secara langsung. Dihadirkannya

pembelajaran yang menyenangkan dengan dikolaborasikan dengan media virtual

lab dan dengan permainan, peserta didik dapat mengikuti serangkaian

pembelajaran yang mengasah keterampilan proses dengan baik. Pembelajaran

Physics Edutainment merupakan pembelajaran fisika yang menghibur dan

menyenangkan yang melibatkan unsur ilmu/sains, proses penemuan (inquiri) dan

permainan yang mendidik (Widiyatmoko, 2012). Pembelajaran ini juga

menghadirkan media Simulasi PhET. Simulasi PhET ini bersifat interaktif dan

dikemas dalam bentuk seperti permainan yang memudahkan peserta didik untuk

menjelajah (Batuyong dan Antonio 2018).

Penilaian aspek pengetahuan kemampuan berfikir logis ditunjukan dengan

tingginya nilai rata-rata peserta didik dengan pembelajaran Physics Edutainment

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Skor rata-rata pada

pembelajaran Physics Edutainment sebesar 88, dan skor rata-rata pada

35
pembelajaran konvensional sebesar 80,92, dengan selisih skor rata-rata adalah

7,18. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis terhadap kemampuan berfikir logis

dengan melakukan uji Two-Sample Assuming Equal Variances diperoleh nilai

sig.(1-tailed) 0,0022 sehingga nilai sig. < 0,05, dan nilai t 2,88 > 1,67. Maka sesuai

dasar pengambilan keputusan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya penerapan

pembelajaran Physics Edutainment memberikan kemampuan berfikir logis yang

lebih baik dari pembelajaran konvensional. Hal ini relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zahro, (2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran science

edutainment berpengaruh sangat kuat terhadap kemampuan berfikir peserta didik.

Dalam pembelajaran Physics Edutainment dengan bantuan media PhET ini,

peserta didik akan dilibatkan secara mandiri dalam pemecahan masalah secara

langsung, dengan ini kemampuan berfikir peserta didik menjadi lebih terlatih dan

memberikan efek kepada hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran Physics Edutainment memberikan hasil pembelajaran yang

efektif dalam meningkatkan hasil belajar terhadap keterampilan proses sains dan

kemampuan berfikir logis peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya

indikator efektivitas hasil belajar yaitu nilai rata-rata hasil belajar lebih besar dari

KKM dan terjadi ketuntasan hasil belajar diatas 80%, dimana menggunakan

pembelajaran Physics Edutainment didapati rata-rata hasil belajar 88,30 dan

ketuntasan hasil belajar sebesar 91%. Hasil penelitian ini relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widiyatmoko, (2009) tentang Efektivitas

pembelajaran fisika dengan pendekatan Physics Edutainment berbantuan Media

36
Interaktif, bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar pada kelas yang mendapat

perlakuan Physics Edutainment meningkat sebesar 20% menjadi 80%.

Tercapainya efektivitas hasil belajar fisika sebesar 91% dengan perlakuan

pembelajaran Physics Edutainment disebabkan peserta didik lebih aktif dalam

pembelajaran dan aktif dalam serangkaian keterampilan proses dan kemampuan

berfikir. Hal ini didukung oleh pembelajaran Physics edutainment itu sendiri,

dimana pembelajaran ini merubah suasana kelas lebih menyenangkan, sehingga

membuat peserta didik bersemangat untuk memulai dan terlibat langsung dalam

proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran Physics Edutainment menggunakan

model pembelajaran inquri yang diperkuat dengan menghadirkan media berbasis

IT yaitu PhET Simulation, yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan

permainan dan menjalankan sendiri media tersebut dalam proses pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Hamid, (2011) bahwa

pembelajaran yang dilakukan dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan

melakukan sesuatu akan membuat peserta didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan dengan lebih baik.

Ket:
Aspek Kajian Teoritis
Aspek Kajian Empiris
Aspek Implikasi Hasil
D. Keterbatasan Penelitian

37
Keterbatasan penelitian tidak memaparkan keterbatasan waktu dan
logistik yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian. Kesulitan-kesulitan
yang mungkin dihadapipeneliti saat melakukan penelitian sudah harus
diperhitungkan sebelum merencanakan penelitian. Ketetbatasan penelitian
memaparkan hal-hal atau variabel yang sebenarnya tercakup didalam keluasan
lingkup penelitian tapi karena kesulitan-kesulitan metodologis atau prosedural
tertentu sehingga tidak dapat dicakup di dalam peneltian dan di luar kendali
peneliti.

Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian adalah:

1. Kompleksitas masalah
Peneliti perlu menyadari bahwa ia tidak hanya berhubungan dengan
elemen situasional yang tak terhitung jumlahnya yang menyebabkan
respon perilaku para pelaku itu sukar diprediksi.
2. Metodologi yang digunakan
Metode yang digunkan tidak mudah karena digunakan untuk mengukur
seperti intelegensi, prestasi dan gaya kepemimpinan, kelompok interaktif
dan sebagainya masih bisa diperdebatkan.
Menurut Ibnu Hadjar(1999:2-3) ada beberapa ketebatasan peneliti
merupakan konsekuensi dari kompleksitas masalah dan metodologi yang
bersumber dari subjek penelitian pendidikan itu sendiri, yakni manusia.
Adapun keterbatasan penelitian pendidikan itu sendiri meliputi:
a. Masalah etika
Dimana manusia merupakan fokus utama penelitian bidang
pendidikan, sehingga peneliti diharuskan mempertimbangkan etika,
bertanggung jawab menghormati dan melindungi hak dan kehormatan
subjek penelitian, menhindari kemungkinan adanya bahaya dan
ketidaknyamanan baik fisik maupun mental termasuk menjaga
kerahasiaan identitas dan kehidupan pribadi subjek dalam kaitannya

38
dengan data yang diperoleh. Prinsip-prinsip etika yang membatasi
hubungan antar manusia juga dapat membatasi masalah yang
mungkindapat diteliti.
b. Pendidikan merupakan lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut mudah sekali berubah tiap
tahunnya, contohnya populasi siswa yang duduk dikelas tertentu
berubah karena naik kelas, pindah, keluar, lulus antau karena alasan
lain, guru dan staf sekolah yang ada, juga demikian, jumlahnya
berubah karena mutasi dan pensiun. Selain itu tujuan diadakannya
sekolah yakni untuk tujuan pendidikan bukan tujuan penelitian
sehingga penelitian yang dilakukan tidak boleh mengintervensi
pendidikan. Sehingga kemungkinan dilakukannya penelitian adalah
longitudinal atau replikasi karena pengaruh yang diesebabkan oleh
proses pendidikan baru akan terjadi jauh sesudah proses tersebut.
c. Komleksitas masalah
Yang berarti manusia yang terlibat dalam penelitian pendidikanyaitu
siswa, guru, staf, oran tua dan lain-lain, merupakan organisme hidup
yang kompleks. Mereka mempunyai kepribadian yang kompleks
(seperti perasaan, pikiran, motivasi dan kesadaran akan diri), mampu
memilih tindakan yang dilakukan, serta mampu memilih respon
terhadap stimulus yang diterima baik secara rasional maupun irasional.
Setiap individu mempunyai cara yang berbeda untuk merespon dan
memproses stimulus, karena perbedaan itulah respon yang dihasilkan
mungkin dapat diprediksi mungkin juga tidak. Manusia, sebagai
subjek penelitian, mungkin akan bertingkah laku berbeda kalu dia
sadar sedang dilibatkan dalam suatu penelitian. Sehingga informasi
yang diberikan kepada peneliti bisa jadi bukan merupakan informasi
yang sebenarnya.
d. Masalah metodologis

39
Dalam penelitian kuantitatif bidang pendidikan, peneliti menghadapi
masalah pengukuran karakteristik manusia yang kompleks, yang
umumnya hanya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui
inferensi seperti sikap, cara berfikir, prestasi belajar, kemampuan
intelektual, dan kecenderungan pribadi. Untuk mengukur
kecenderungan tersebut diperlukan defenisi operasional, yang sering
kali berbeda dengan pengertian secra umum. Di samping itu penelitian
pendidikan juga menghadapi masalah validitas dan reliabilitas alat
ukur. Di antaranya, mungkin suatu instrumen dapat mengukur suatu
fenomena dengan valid dan reliabel dalam kondisi tertentu, tetapi
mungkintidak untuk kindisi yang lain.
Dalam penelitian kualitatif bidang pendidikan, kesulitan yang dihadapi
oleh peneliti, diantaranya menyangkut pengumpulan dan analisis data
untuk meyakinkan bahwa hasil atau penemuan yang diperoleh cukup
valid. Si samping, terdapat kecenderungan untuk memfokuskan pada
elemen masalah tertentu, dan mengabaikan elemen yang lain juga
merupakan keterbatasan penelitian pendidikan.
Adapun yang melatarbelakangi adanya beberapa keterbatasan
penelitian pendidikan yaitu:
1) Dapat terjadi salah penginterpretasian.
2) Sering kali pembuat keputusan hanya mau tahu hasil akhirnya saja.
3) Hasilnya sulit untuk dipublikasikan secara luas kepada publik.
4) Tidak mudah menemukan dan merumuskan masalah yang hendak
diteliti.
5) Kurang mendalamnya pengetahuan dan keterampilan dalam
teknik-teknik dasar penelitian pendidikan.
6) Kurangnya tidakmampuan dalam meyakinkan bahwa model,
metode, starategi yang digunakan benar-benar berjalan secara
efektif dan mampu membawa perubahan positif.

40
Contoh keterbatasan penelitian (Ananda, 2019: 85):
Dalam melakukan penelitian, penulis menyadari terdapat kekurangan dan

kelemahan, hal tersebut yaitu membutuhkan waktu dalam menyiapkan alat dan

media dalam pembelajaran, sehingga semakin mempersempit waktu untuk proses

pembelajaran itu sendiri.

E. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian merupakan pernyataan singkat mengenai hasil analisis


deskripsi dan pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis (jika penelitiannya
menggunakan pendekatan kuantitatif). Kesimpulan memuat jawaban atas pertanyaan
yang dikemukakan pada bagian rumusn masalah. Semua jawaban harus terfokus pada
ruang lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan
pada bagian rumusan masalahyang telah dirumuskan keterkaitan kesimpulan dengan
masalah penelitian dan hipotesis ini diilustrasikan dalam gambar berikut.

Masalah Penelitian

Hipotesis Kesimpulan

Kesimpulan adalah penarikan generalisasi dari hasil interpretasi


M
temuan penelitian. Walaupun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi,
at
tetapi undur generalisasi ini tetap ada, yaitu menenukan hal-hal yang penting
a
atau esensial dari suatu deskripsi.
m
1. Tipe kesimpulan a
Terdapat dua tipe penyimpulan,
n yaitu sebagai berikut.
a. Penyimpulan langsung
us
ia
a
41
d
al
Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang didalamnya
peneliti secara langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru
dan bukan dalam suatu kebenaran baru. Dari kebenaran atau
keslalahan suatu proposisi yang ada, peneliti menarik kebenaran atau
kesalahan proposisi yang lain yang harus mengikutinya. Contoh,
penerapan learning by doing dalam pembelajaran dapat mengingatkan
penguasaan siswa terhadap materi maka jika sebaliknya,penerapan
learning by doing dalam pembelajaran tidak dapat meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi adalah salah.
b. Penyimpulan tidak langsung.
Penyimpulan tidak langsung merupakan penyimpulan yang
didalamnya peneliti mendapatkan suatu kesimpulan dari dua atau lebih
premis. Disebut tidak langsung karena penyimpulan ini didapat
dengan media yang dinamakan term atau term tengahn (M). dengan
term antara (M), peneliti bias membandingkan premis mayor dan
premis minor. Dengan demikian, peneliti mengetahui alas an mengapa
subjek sama dengan predikat atau mengapa subjek tidak sama dengan
predikat.
Contoh; proses pembelajaran yang baik adalah proses
pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat belajar. Metode
diskusi adalah metode yang menjadikan siswa sebagai pusat belajar,
maka metode diskusi dapat menciptakan pembelajaran yang baik.
2. Cara menarik kesimpulan.
Kesimpulan dibuat berdasarkan pembuktian yang diperoleh dari hasil
penelitian. Jangan membuat kesimpulan yang kebenarannya tidak terbukti
dalam penelitian tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membuat kesimpulan sebagai berikut.
a. Apabila peneliti menulis mengenai suatu persoalan, maka
kesimpulannya adalah jawaban.

42
b. Apabila peneliti menulis mengenai suatu masalah (misalnya
pembicaraan), maka kesimpulannya dalah suatu rancangan tindakan.
c. Apabila peneliti menulis mengenai suatu perwujudan, maka
kesimpulannya adalah suatu generalisasi terhadap apa yang sudah
diperihalkan.

Contoh Kesimpulan (Ananda, 2019: 86-87):

F. Implikasi
Implikasi adalah akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang tertuang
di dalam kesimpulan (sukmadinata, 2005:11). Implikasi berfungsi untuk
membandingkan antara hasil penelitian terdahulu dengan hasil penelitian yang
baru dilakukan. Macam-macam implikasi adalah sebagai berikut:
1. Implikasi teoritis
Pada bagian ini peneliti memberikan gambaran lengkap tentang
implikasi teoretikal dari penelitian ini. Bagian ini bertujuan untuk
meyakinkan penguji tentang kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam
teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian, tetapi
juga implikasinya bagi teori-teori yang terkait dengan bidang kajian utama
yang disajikan dalm model teoritis.
2. Implikasi manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajikan berbagai implikasi kebijakan yang
bias dikaitkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian.
Implikasi manajerial memberikan kontribusi bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajika refleksi peneliti tentang
metodologi yang dipakai dalam penelitiannya. Contoh refleksi peneliti
tentang metodologi yang dipakai dalam penelitiannya. Contoh pada
bagian ini bias disajikan penjelasan tentang bagian-bagian metode
penelitian mana yang sudah dilakukan dengan sangat baik dan bagian

43
mana yang relative sukar serta prosedur mana yang sudah dikembangkan
untuk mengatasi berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan
sebelumnya dalam literatur tentang metode penelitian. Peneliti bias
menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang mampu
digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk
memudahkan atau untuk meningkatkan mutu dari penelitian.
G. Rekomendasi (Saran).
Rekomendasi adalah hal-hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh pihak –
pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Rekomendasi yang
dibuat tidak boleh melenceng dari ruang lingkup penelitian. Saran merupakan
manfestasi dari peneliti untuk dilaksanakan sesuatu yang belum ditempuh dan
layak untuk dilaksanakan. Saran dicantumkan karena peneliti melihat adanya
jalan keluar untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang ada.
Rekomendasi yang dirumuskan oleh peneliti bukan untuk menjawab
permasalahan dalam inti penelitian, rekomendasi dirumuskan berdasarkan
penelusuran yang menururt penulis bias bermanfaat secara praktis ataupun
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan kedekatan
objek.
Menurut Kurniawan (2018:283) rekomendasi yang diajukan
semestinya bersifat konstruktif yang mengarah kepada terpenuhinya sejumlah
prasyarat yang baik, antara lain sebagai berikut.
1. Diuraikan secara singkat dengan bahasa yang jelas.
2. Mempunyai sasaran objek yang jelas yang mempunyai otoritas penerapan
3. Disertai dengan tindakan operasional yang memungkinkan bias dilakukan.
4. Disertai dengan criteria indicator keberhasilan.
5. Berupa imbauan untuk melaksanakan penelitian serupa yang menekankan
pada pendalaman.

44
45
BAB III

A. Kesimpulan
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, peneliti perlu mendeskripsikan keadaan
data dari setiap variabel ukur. Deskripsi data berisi serangkaian data yang berhasil
dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang lembaga/instansi yang
diteliti, struktur organisasi dan sebagainya, serta data utama yang diperlukan untuk
pengujian hipotesis.
Analisis data adalah suatu proses dalam penyelesaian data ke komponen
penyusunnya untuk mengungkapkan unsur-unsur karakteristik dan struktur. Analisis
data ada dua macam yaitu, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Pembahasan hasil penelitian adalah sub-bab yang paling orisinal dalam laporan
penelitian skripsi. Hasil analisis dalam suatu penelitian yang idak dibahas
menunjukkan bahwa sipeneliti tidak mempunyai kriteria dari hasil penelitiannya itu.
Keterbatasan penelitian tidak hanya memaparkan keterbatasan waktu dan logistik
yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian tetapi juga kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi peneliti saat melakukan penelitian sudah harus diperhitungkan
sebelum merencanakan penelitian
Kesimpulan penelitian merupakan pernyataan singkat mengenai hasil analisis
deskripsi dan pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis. Kesimpulan memuat
jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan pada bagian rumusan masalah.

B. Saran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin ada keslahan, maka penulis
menyarankan ke pembeca untuk menelusuri ke buku sumber yang berkaitan dengan
metodologi penelitian supaya lebih memahami mengenai bab iv dan bab v dalam
skripsi.

46
47

Anda mungkin juga menyukai