Anda di halaman 1dari 9

ISSN 0854-9230

Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011

IURNAL
PENGOLAHAN HA'IL PERIKANAN
INDONE'IA
(Dahulu Bernama Buletin Teknologi Hasil Perikanan)

Autentikasi Ttma Steak Komersial dengan Metode PCR- Asadatun Abdullah, Nurjanah, t-7
Sequencing Nanang Kurnia

Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Simping Tri Winami Agustini, A.Suhaeli Fahmi, 8-13
(Amusium plewonectes) dalam Pembuatan Cookies Ita Widowati, Agus Sarwono
Kaya Kalsium

Tingkat Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya pada Ernik Yuliana, Deddy Ahmad Suhardi, t4-21
Pengolahan Ikan Asin: Kasus di Muara Angke dan Adhi Susilo
Cilincing, Jakarta

Aktivitas Antioksidan dan Komponur Bioaktif pada Nurjanah, Asadatun Abdullah, 22-29
Keong lpong-ipong (Fasciolaria salmo) Azwin Apriandi

Pemanfaatan Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius Dewita. Syahrul. lsnaini 30-34
hypopthalmus) untuk Pembuatan Makanan Jajanan

Energi Listik dari Sedimen Laut Teluk Jakarta melalui Bambang Riyanto, Nisa Rachmania 35-42
Teknologi Microbial Fuel Cell Mubarik, Fitriani Idham

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Biji Teratai Yuspihana Fitrial 43-48
(Nymphaea pubescens Willd) Akibat Pemanasan

Peranan Inhibitor Katepsin dari Ikan Patn(Pangasius Tati Nurhayati, Ella Salamah, 49-55
hypophthalmas) untuk Menghambat Kemunduran Mutu Komariah Tampubolon, Ary Apriland
Ikan Bandeng (Chanos charns Forskal)

Sistern Penyediaan dan Pengendalian Kualitas Produk Tri Wiji Nurani, Julia Eka Astarini, 56-62
Ikan Segar dr Hypermarket Marina Nareswari Astarin i

Komposisi Kimia dan Kandungan Pigmen Spirulina Iriani Setyaningsih' Andika Tri Saputra, 63-69
Fusiformis pada Umur Panen yang Berbeda dalam Uju
Media Pupuk

Dipublikasikan oleh
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan lndonesia (MPHPI)
2011.
rssN 08s4-923
Volume XIV Nomor I Tahun 201

PENGOLAHAN HA'IL PERIKANAN


'URNAL
INDONE'IA
Editorial
(etua Redaksi : Ntujanah (Ketua)
Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 6 Juni 20ll
: Nurjanah telah menetapkan Permendiknas No 22 Tahun 201I tentang Terbitan
)ewan Redaksi
Berkala Ilmiah. Peraturan ini menghapus Permendiknas No 67 Tahun
Tati Nurhayati
2009 dan mengubah komponen penilaian. Jumal Pengolahan Hasil
Komari
Perikanan Indonesia melakukan beberapa perubahan untuk
Joko Santoso menyesuaikan dengan permendiknas yang baru Jurnal Pengolahan
Linawati Hardjito Hasil Perikanan Indonesia akan terbit 3 edisi untuk I volume dengan
Wini Trilaksani format dua kolom. Jumal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia saat
Evy Damayanti ini sedang dalam tahap pengajuan akreditasi dan diharapkan mampu
Hari Eko Irianto melewati proses evaluasi dengan sukses.
Artati Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan trndonesia
Sukoso GvPfPD, bekerjasama dengan Departemen Teknologi Hasil Perairan
Iwan Yusuf - Institut Pertanian Bogor dan Kementerian Kelautan Perikanan
(BBRP2B dan Ditjen P2HP) akan mengadakan Pertemuan Ilmiah
Tri Winami
Tahunan ke-3 dan Seminar Nasional Tahtrn 2011. Kegiatan ini akan
EddyAfrianto dilaksanakan pada tanggal 6-7 Oktober 201 I di Bogor. Masyarakat
Singeh Wibowo Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia dan Departemen Teknologi
Hasil Perairan memberikan kesempatan kepada peneliti, praktisi,
tenyunting Pelaksana : Roni Nugraha mahasiswa penentu kebijakan, dan organisasi non pemerintah untuk
bertukar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki pada seminar
\dministrasi dan : Husnul Fitriah tersebut. Naskah yang dipresentasikan dan hasil diskusi akan
resekretariatan dipublikasikan dalam prosiding dan jurnal.

lirkulasi : Pipih Suptijah


- KEPENGT]RUS$I
MASYARAKAT PENGOLAIIAN IIASIL PERIKANAN
INDOI\IESIA (MPIIPD
\lamat Redaksi: 200v2013
)epartemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK
l. Lingt<ar Akademik Kampus IPB Pelindung: Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia
Dramaga Bogor 16680 Pembina : Dirjen P2HP, Es-I Mendiknas, Es-I Menperindag
Pengarah : Dir. Usaha & Investasi, Dir. PH, Ditjen P2HP
lelp. (0251) 8622915 Fax. (0251) 8622916
Sekretaris Pengarah: Prof. Hari Eko Irianto
i-mail: iurnalpensolahan@yahoo.com Ketua Umum: Prof. Dr. Hari Eko Irianto
Kehra I: Prof. Dr. Sukoso
Xpublikasikan oleh Masyarakat Pargolahan Hasil Ketua II: Ir. Adi Surya
rerikanan Sekretaris: Dr. Joko Santoso
Indsresia @PHPI)
Sekraaris II: Drs. Made W. Arthajaya MSi
Bendahara I: H Ir. Nurjanah, MS
lerbit 3 (tiga) kali dalam setatrun Bendahara II: Dewi Mufita
Departemen Industri: Dr. Bustami lbrahim, Ir. Nur Retnowati, Ir. M. Najib
Dept. Pendidikan: Dr. Eddy Afrianto, Dr. Amir Husni, Dr. Tri Winami
Iarga (belum termasuk ongkos kirim)
Agustini, Ir. Wini Trilaksani, MSc
lerlangganan untuk satu tatnrn Rp. 150.000 Dept. Litbang: Dr. Singgih Wibowo, MS, Dr. Hartati Kartikaningsih, Fatur
iceran/eksemplar Rp. 50.000 RohmarL Dr. Aef Permadi
Ketua Dept. Pangemb. Bimis: Dr. Linawati Hardito, Dr. Welizar, Ir. Jamal
lenk Basmal, MSc, Yudi, Ir. Iwan Sutanto
Sekretariat: Agus Triyanto, Nova Riana B, Dinardani Ratrisari, Reni Pratiwi,
INI Sfriatr Kantor Cabang Bogor Desniar, MSi, Dr. Agoes M. Jacoeb, Dwiyitno, Kartika Winta
{o Rek. 02008M594 an Nurjanah Komisariat Sumatera: Rinto, SPi, MP
Kom Jawa Bag Barat (Jabar, DKI, Banten: Ir. Evi Liviawaty, MS
Kom Jawa Bag Tengah (Jateng & DIY): Dr. LatifSahubawa
Kom Jawa Bag Timur (Jatim & Bali): Dr. Hepy Nur Syam
Kom Kalimantan: Dr. Yusfiahana Fitrial
Kom Sulawesi: th. M€fu Salach, MSc
Kom Maluku & Papua: Dr. Petrus Wennu
Autentikasi tuna metode PCR-Sequencing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

AUTENTIKASI TUNA STEAK KOMERSIAL DENGAN


METODE PCR-SEQUENCING
Authentication Of Commercial Tuna Steak With PCR-Sequencing Based
Methods
Asadatun Abdullah*, Nurjanah, Nanang Kurnia
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
*Korespondesi: Jalan Lingkar Akademik Kampus IPB Dermaga Kabupaten Bogor 16680 Telp (0251) 8622915
Fax (0251) 8622916 email: sasa_thp@yahoo.com

Abstract
Tuna is one of the shery commodities which are susceptible to mislabeling and substituted with similar
species, but lower price. Consumer as a purchaser will incur a loss (economical fraud) so it is needed a way to
overcome these problems. This study aimed to optimized extraction of DNA obtained from the tuna and tuna
exporter companies of modern markets, identication of DNA-based species-specic primers with a target gene
cyt b, and characterization of DNA tuna authentication results. This study consisted of several steps beginning
with the characterization of tuna, DNA extraction using CTAB method and Vivantis kit, amplication by PCR,
electrophoresis, and nucleotide sequencing. The samples tested were successfully extracted and amplied with the
appropriate size of 750 base pairs. PCR sequencing using cyt b gene targets resulted in the identication of tuna
raw material. PCR sequencing of the nucleotide sequence of results which have been tted to the NCBI data, which
does not show any fraud in the form of substitution with other species. Species of yellow n (Thunnus albacore),
Albacore (Thunnus alalunga), big eye (Thunnus obesus) and blue n (Thunnus macoyyi) has the highest homology
i.e 99%, 99%, 99%, 100%, respectively.
Keywords: authentication, cyt b, mt-DNA, PCR, tuna’s steaks
Abstrak
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang rawan pemalsuan berupa substitusi dengan
daging ikan dari spesies yang mirip namun memiliki harga yang lebih rendah. Autentikasi produk dengan metode
berbasis DNA dapat menjadi salah satu cara mengatasi permasalahan pemalsuan bahan baku daging ikan tuna.
Penelitian ini bertujuan untuk kstraksi DNA ikan tuna yang diperoleh dari perusahaan eksportir tuna dan pasar
modern, identikasi spesies berbasis DNA dengan primer spesik dengan gen target cyt b, dan karakterisasi DNA
ikan tuna hasil autentikasi. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang diawali dengan karakterisasi ikan tuna,
ekstraksi DNA menggunakan metode CTAB dan kit vivantis, proses amplikasi dengan PCR, elektroforesis, dan
penentuan urutan nukleotida. Sampel yang diuji berhasil diekstraksi dan teramplikasi dengan ukuran yang sesuai
yaitu 750 pasang basa. Hasil PCR sequencing menggunakan gen target cyt b berhasil mengidentikasi bahan baku
ikan tuna. Urutan nukleotida hasil PCR sequencing yang telah dicocokkan ke bank data menunjukkan tidak ada
pemalsuan berupa subsitusi dengan spesies lain. Tingkat homologi merupakan persentase kesamaan spesies yang
diuji dengan data yang tersedia di bank data. Spesies yellow n (Thunnus albacores), albacore (Thunnus alalunga),
big eye (Thunnus obesus), dan blue n (Thunnus macoyyi) memiliki tingkat homologi berturut-turut adalah 99%,
99%, 99%, 100%.
Kata Kunci: autentikasi, cyt b, mt-DNA, PCR, steak ikan tuna

PENDAHULUAN peduli kesehatan dan selektif terhadap makanan,


untuk itu diperlukan adanya suatu sistem jaminan
Produk perikanan mengalami permintaan yang
keamanan pangan.
cukup tinggi dari dalam dan luar negeri baik dalam
bentuk segar maupun olahan. Seiring dengan laju Salah satu masalah dalam jaminan keamanan
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya taraf pangan adalah adanya pemalsuan. Produk
pendapatan serta pendidikan, masyarakat semakin perikanan yang dikemas rawan mengalami

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7 1
Autentikasi tuna metode PCR-Sequensing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

pemalsuan berupa substitusi dengan daging ikan Berdasarkan kelebihan metode berbasis DNA,
dari spesies yang mirip namun memiliki harga maka dapat dikembangkan beberapa metode
yang lebih rendah. Konsumen sebagai pembeli untuk identikasi spesies produk perikanan. Salah
akan mengalami kerugian (economical fraud) dari satu metode autentikasi berbasis DNA adalah
pemalsuan sehingga diperlukan suatu cara untuk menggunakan alat Polymerase chain reaction
mengatasi masalah tersebut. Salah satu produk atau PCR (Mafra et al. 2007). Autentikasi ikan
yang menjadi primadona baik untuk konsumsi tuna dengan metode PCR-sequencing. Penelitian
maupun ekspor adalah ikan tuna. ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak DNA
ikan tuna yang diperoleh dari perusahaan
Tuna, ikan yang termasuk dalam keluarga
eksportir tuna dan pasar modern, mengidentikasi
Scombridae ini merupakan salah satu sumber
spesies berbasis DNA dengan gen target cyt b,
utama devisa perikanan Indonesia. Tuna sebagai
dan karakterisasi produk PCR gen cyt b hasil
komoditas ekspor menduduki peringkat terbesar
autentikasi.
kedua setelah udang (Trilaksani et al. 2010).
Permintaan ekspor tuna dari tahun ke tahun MATERIAL DAN METODE
terus mengalami peningkatan. Menurut data
Bahan dan Alat
Ditjen Perikanan dalam Badan Riset Kelautan
dan Perikanan (BRKP) 2009 volume ekspor Bahan yang digunakan pada preparasi bahan
mulai tahun 2005 sampai 2009 terus mengalami baku antara lain nitrogen cair sedangkan alat yang
peningkatan yaitu pada tahun 2005 sebesar digunakan adalah talenan, plastik, aluminium
121.136 ton pada tahun 2009 menjadi 134.673 ton. foil, kertas label lalu tempat penyimpanan dingin
(freezer). Alat yang digunakan pada ekstraksi DNA
Autentikasi atau pengujian keaslian produk
menggunakan metode CTAB antara lain mortar
dengan metode berbasis DNA dapat menjadi
dan penggerus steril, wadah es batu, ice maker,
salah satu cara mengatasi masalah pemalsuan
microtube 1,5 ml, water bath, pipet mikro, pipette
bahan baku daging ikan tuna. Ikan tuna yang
tips, sentrifuse, dan vortex. Bahan yang digunakan
diautentikasi merupakan ikan tuna yang memiliki
pada ekstraksi DNA menggunakan metode CTAB
nilai ekspor tinggi. Metode berbasis DNA
adalah ikan tuna (Thunnus sp), es batu, nitrogen cair,
memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode
larutan Buffer TE, larutan lisis, kloroform, larutan
berbasis protein diantaranya dapat mendeteksi
presipitasi, larutan NaCl 1,2 M, etanol dingin,
keaslian suatu produk walaupun telah mengalami
dan Aquabidestilata. Bahan baku berupa steak
proses pengolahan berupa panas (Less 2003).
tuna (Thunnus obesus, T. alalunga, T. macoyyi, T.
Proses pengujian keaslian juga bisa digunakan
albacores) berasal dari PT. Samudra Besar Bali
untuk menilai bahan baku yang belum mengalami
dan PT. Lautan Bahari Sejahtera Muara Baru serta
proses pengolahan yaitu bahan baku dalam bentuk
berasal pasar swalayan Bogor dalam bentuk steak.
segar yang akan dikemas sebagai produk olahan
Steak tuna beku merupakan produk olahan hasil
(Civera 2003).
perikanan dengan bahan baku tuna segar atau
Metode berbasis DNA dapat digunakan untuk beku yang mengalami perlakuan sebagai berikut:
mengetahui keaslian suatu produk sehingga penerimaan bahan baku, pencucian, penyiangan,
pemalsuan yang merugikan konsumen dapat pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi
dihindari (Rasmussen dan Morrisey 2008). mutu, pembungkusan, pembekuan, pembentukan
Metode autentikasi label dengan identikasi steak, penggelasan, penimbangan, pengepakan,
berbasis DNA merupakan metode alternatif dari pengemasan dan penyimpanan. Steak yang
metode identikasi spesies berbasis protein. Hal berasal dari pasar swalayan Bogor dalam keadaan
tersebut disebabkan karena metode berbasis DNA beku Bahan yang digunakan pada ekstraksi DNA
merupakan metode spesik, sensitif dan hasil menggunakan metode kit (Vivantis) antara lain
yang akurat baik pada sampel segar, beku maupun ikan tuna (Thunnus sp), buffer STL, OB protease,
pada pengolahan suhu tinggi (Civera 2003). buffer BL, buffer equlibration, buffer HB, DNA

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


2 Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7
Autentikasi tuna metode PCR-Sequencing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

wash buffer, dan buffer elution sedangkan alat yang Tabel 1 Jenis dan asal bahan baku ikan tuna
digunakan antara lain mikrotube 1,5 ml, vortek,
Bahan baku Asal bahan baku
water bath, sentrifuse, colum, dan collection tube.
PT Samudera Besar Bali dan
Alat yang digunakan pada proses PCR antara Yellow n
PT Lautan Bahari Sejahtera
lain pipet mikro, wadah es batu, ice maker, Albacore PT Samudera Besar Bali
pipette tips, marker pen, tabung PCR 50 µl PT Samudera Besar Bali dan
sedangkan Bahan yang digunakan adalah es batu, Big eye
PT Lautan Bahari Sejahtera
aquabidestilata (ddH2O), primer forward dan
primer reverse, DNA hasil ekstraksi, dan larutan Blue n PT Samudera Besar Bali
mix (PCR kit commercial).
Tuna steak Pasar swalayan Bogor
Alat yang digunakan pada pembuatan
gel agarosa antara lain gelas ukur, labu ukur,
timbangan digital, microwave, cetakan agar, menit pada 13000 rpm (putaran permenit). Bagian
electrophoresis comb, dan alumunium foil. yang mengandung kloroform isoamilalkohol
Bahan yang digunakan adalah bubuk Agarosa dibuang lalu ditambahkan 600 µL isopropanol dan
dan larutan Buffer TBE 1x. Alat yang digunakan dipresipitasi pada suhu 4 0C selama satu malam,
pada elektroforesis antara lain casting tray, pisau disentrifus selama sepuluh menit pada 13000 rpm
bedah, seperangkat alat katoda-anoda, alat sinar kemudian bagian yang mengandung isopropanol
UV. Bahan yang digunakan adalah gel agarosa, dibuang dan ditambahkan 500 µL etanol 70 %
larutan buffer TBE, loading dye, DNA marker, kemudian disentrifuse selama sepuluh menit pada
ethidium bromida, aquades. 13000 rpm lalu bagian yang mengandung etanol
dibuang dan selanjutnya dikeringkan kurang lebih
Koleksi Sampel
selama satu jam kemudian ditambahkan 100 µL
Bahan yang digunakan pada penelitan ini Tris EDTA dan disimpan pada suhu 4 0C.
menggunakan ikan tuna yang diperoleh dari
Bahan baku yang telah diekstraksi
perusahaan ekportir ikan tuna maupun dari pasar
menggunakan CTAB ditempatkan dalam tabung
swalayan di daerah Bogor. Bahan yang digunakan
PCR lalu dilakukan proses amplikasi dengan
dan asal bahan baku disajikan pada Tabel 1.
kondisi optimum serta melalui beberapa siklus
Metode Penelitian antara 25-35 siklus. Produk hasil PCR selanjutnya
dilakukan visualisasi dengan elektroforesis dan
Ekstraksi DNA
dilihat di bawah sinar UV, jika hasil elekroforesis
Ekstraksi DNA dapat dilakukan dengan berhasil maka ditandai dengan adanya pita DNA
menggunakan metode manual (CTAB). Ekstraksi yang spesik lalu dilakukan PCR sequencing
DNA menggunakan CTAB diawali dengan melisis untuk penentuan urutan nukleotida. Proses
dinding sel menggunakan nitrogen cair yang analisis produk PCR berupa sequencing dilakukan
selanjutnya dilakukan penambahan larutan CTAB oleh lembaga yang berkompeten (Macrogen) yang
500 µl. Sampel yang digunakan sebanyak 0,1-0,5 hasilnya dicocokan dengan bank data (www.ncbi.
gram. Kemudian ditambahkan 14 µL proteinase K nlm.nih.gov). Hasil berupa urutan nukleotida akan
dan diinkubasi pada suhu 55 0C selama dua jam dicocokan dengan data yang tersedia sehingga
kemudian disentrifuse selama sepuluh menit pada akan diketahui spesies yang diuji.
13000 rpm (putaran per menit). Sampel yang telah
Metode PCR
disentrifuse diberi 500 µL PCI dikocok sekitar
lima menit agar larutan tercampur, kemudian Sampel yang telah diekstraksi dipersiapkan
disentrifuse selama lima menit pada 13000 untuk PCR sebanyak 2 µL Bahan untuk PCR
rpm (putaran permenit). Kemudian larutan PCI adalah air, DNA polimerase, primer, DNA,
dibuang dan ditambahkan 400 µL kloroform dan dNTP dicampur dalam tabung PCR. Air
isoamilalkohol dan disentrifuse selama lima berfungsi untuk melarutkan komponen PCR

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7 3
Autentikasi tuna metode PCR-Sequensing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

agar bercampur setelah itu primer baik forward melekat pada produk yang dibekukan. Selama
maupun reverse masing-masing 1,5 µL yang pembekuan secara umum produk akan mengalami
berfungsi untuk proses penggandaan pada PCR, tiga jenis kerusakan (loss), yaitu kerusakan
primer yang telah dimasukkan dalam tabung PCR karena aspek mekanis, hal ini disebabkan oleh
kemudian ditambahkan DNA sebanyak 2 µL dan produk yang menempel atau terjatuh dari rak
yang terakhir adalah mix, terdiri dari dNTP yang atau conveyor, kemunduran mutu, pengeringan
berfungsi agar pada proses PCR dapat membuat (dehydration), yaitu berkurangnya kadar air
untai baru serta Taq polimerase. Komponen selama produk dibekukan dan disimpan beku
yang berada pada tabung PCR dimasukkan ke yang ditunjukkan oleh adanya lapisan es di atas
thermocycle yang sebelumnya harus diatur suhu produk beku atau memutihnya permukaan produk
dan siklus yang akan digunakan. beku itu. Produk steak tuna yang berasal dari
pasar swalayan Bogor dalam keadaan yang masih
Proses PCR akan menghasilkan jutaan salinan
memiliki ciri-ciri produk segar yang ditandai
DNA dan saat proses pengerjaan PCR dilakukan
dengan warna daging yang cerah serta setelah
dengan memperhatikan kontaminasi. Volume yang
melalui proses thawing tekstur tuna steak masih
digunakan dalam PCR yaitu 25 µL. Keberhasilan
padat dan elastis jika ditekan dengan jari.
proses PCR dapat dilakukan dengan optimasi dan
diperlukan suhu penempelan (annealing) yang Pembekuan pada tuna steak untuk menghambat
tepat agar primer dapat menempel pada DNA kemunduran mutu pada produk yang disebabkan
untai tunggal yang sudah didenaturasi, tanpa oleh mikroorganisme, proses kimiawi dan sik,
adanya optimasi maka kemungkinan berhasil pun sehingga dapat memperpanjang daya simpan dan
akan semakin kecil. mempertahankan mutu produk. Karakteristik steak
ikan tuna meliputi tekstur dan warna. Ikan tuna
Analisis Produk PCR
merupakan ikan yang berlemak tinggi sehingga
Amplikasi gen target menggunakan gen perlu penanganan hati-hati agar diperoleh
sitokrom b menghasilkan 750 pasang basa. bahan baku yang segar (Suptijah 1996). Proses
Analisis produk PCR dilakukan penentuan urutan penanganan yang baik dan benar meliputi quick,
nukleotida dengan metode Sanger yang didasarkan cold, clean, dan carefully harus diterapkan dari
pada pendekatan sintesis molekul DNA baru dan awal ikan ditangkap hingga proses pengolahan.
pemberhentian sintesis tersebut pada basa tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan bahan baku
Hasil amplikasi yang telah berhasil kemudian yang masih memiliki kriteria ikan segar ketika
dikirim ke lembaga yang berkompeten yaitu ikan telah ditangkap maupun melalui proses
Macrogen untuk disekuensing. Hasil sekuensing pengolahan. Karakteristik steak tuna dengan
berupa grak yang menyatakan kandungan sumber pembanding Standar Nasional Indonesia
adenin, timin, guanin, dan sitosin yang terdapat (SNI) disajikan pada Tabel 2.
pada fragmen DNA yang telah dilabel. Hasil
Ekstraksi DNA
sekuensing berupa urutan nukleotida dicocokkan
ke bank data dengan metode BLAST-n. Ekstraksi DNA pada dasarnya untuk melisis
jaringan dan mendapatkan DNA yang berkualitas,
HASIL DAN PEMBAHASAN
terpisah dengan komponen lain. Proses ekstraksi
Produk steak tuna dikemas dengan plastik dilakukan untuk memperoleh DNA yang
dalam keadaan vakum. Pengemasan dengan berkualitas yaitu DNA yang diekstraksi sudah
bahan pengemas yang cocok sangat bermanfaat terpisah dengan komponen lain sehingga jika
untuk mencegah kemunduran mutu. Pengemasan divisualisasi menghasilkan pita yang jelas. Proses
digunakan untuk melindungi bahan dari proses ekstraksi DNA terdiri atas tiga tahapan yaitu
pengeringan. Daya simpan maksimum produk perusakan dinding sel (lisis), pemisahan DNA dari
perikanan dapat dicapai bila menggunakan bahan bahan lain, dan permurnian DNA (Ardiana 2009).
mentah yang benar-benar segar, menggunakan
Proses ekstraksi DNA dapat menggunakan
bahan pengemasan yang cocok dan benar-benar

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


4 Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7
Autentikasi tuna metode PCR-Sequencing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

Tabel 2. Karakteristik steak tuna yang digunakan pada penelitian

Sampel Warna Tekstur SNI Nilai


organoleptik
Daging berwarna merah Elastis, padat, kurang
Yellow n (BL 1) 7530.1-2009 7
muda pucat kompak,
Daging berwarna putih
Elastis, kurang padat,
Albacore (BL 2) dengan guratan merah 7530.1-2009 7
dan kurang kompak
muda
Daging berwarna merah Elastis, padat, kurang
Bige eye (BL 3) 7530.1-2009 7
muda pucat kompak
Daging berwarna merah Elastis, padat, kurang
Blue n (BL4) 7530.1-2009 7
kehitaman kompak
Daging berwarna merah Elastis, padat dan
Bige eye (MB 1) 7530.1-2009 9
muda pucat kompak
Daging berwarna merah Elastis, padat dan
Yellow n (MB 5) 7530.1-2009 9
muda pucat kompak
Warna daging krem, cerah Tekstur kompak,
Tuna steak (G3) 01-4485.-2006 8
dan mengkilap padat dan elastis
Warna daging krem,
Tekstur kompak,
Tuna steak (E1) sangat cerah dan sangat 01-4485.-2006 8
padat dan elastis
mengkilap

beberapa cara antara lain dengan CTAB ataupun elektroforegram pada produk PCR di bawah
menggunakan kit komersial. Bahan baku berupa sinar UV memiliki kecepatan yang berbeda-
tuna steak yang diekstraksi menggunakan CTAB beda. Kecepatan migrasi DNA di dalam agarosa
dan kit Vivantis. Elektroforegram DNA genom ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ukuran
disajikan pada Gambar 1. molekul DNA, konsentrasi agarosa, konformasi
DNA, voltase yang digunakan, adanya ethidium
9
1 2 3 4 5 6 7 8 bromida dalam gel serta komposisi larutan buffer.
Semakin besar ukuran DNA maka bergerak lebih
lambat dibandingkan dengan molekul berukuran
kecil (Baker 2000).
Penggunaan DNA yang berasal dari
mitokondria memiliki beberapa alasan seperti
jumlah yang lebih banyak dibandingkan pada inti
sel. Penggunaan cyt b didasarkan karena dapat
digunakan untuk identikasi spesies vertebrata
Gambar 1. Elektroforegram DNA genom. 1 = Yellow yang mengandung informasi spesies yang spesik
n; 2 = Albacore; 3 = Big eye; 4 = Blue n; dan dapat digunakan untuk logenetik (Parson et
5 = Big eye; 6 = Yellow n; 7 = Steak tuna
al. 2000).
pasar swalayan Bogor; 8 = Steak tuna pasar
swalayan Bogor; 9 = Marker Laju mutasi pada mitokondria 5-10 kali lebih
Amplikasi Gen Sitokrom b cepat dibandingkan pada inti, disebabkan mt-
DNA tidak memiliki mekanisme DNA repair
Amplikasi dilakukan menggunakan proses yang esien, tidak memiliki protein histon, dan
PCR yaitu suatu reaksi berantai Polimerase. terletak berdekatan dengan membran dalam
Primer oligonukleotida sintetik berukuran pendek mitokondria tempat berlangsungnya reaksi
menempel pada daerah komplementer DNA fosforilasi oksidatif yang menghasilkan radikal
dupleks dan secara langsung mensintesis jutaan oksigen sebagai produk samping. Penggunaan
kopi dari molekul DNA (Gil 2007). gen cyt b mitokondria efektif untuk identikasi
Amplikasi gen cyt b menggunakan pasangan spesies dan analisis logenetik (Biswas et al.
primer dengan target 750 pasang basa. Hasil 2005).Visualisasi hasil amplikasi gen cytb dalam

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7 5
Autentikasi tuna metode PCR-Sequensing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

bentuk analisis migrasi produk PCR dari sampel Tabel 3 Hasil sekuensing spesies ikan tuna
Tuna disajikan pada Gambar 2.
Kode Spesies hasil Nomor akses Homologi
blast NCBI
Analisis migrasi gen cyt b dari sampel Tuna
BL1 T. albacares DQ080284.1 99%
steak menunjukkan ukurannya adalah 750 pasang BL2 T. alalunga GU256526.1 99%
basa (pb) dan telah sesuai dengan ukuran teoritis BL3 T. obesus DQ080280.1 100%
gen cyt b berdasarkan pasangan primer yang BL4 T. macoyyi EF141183.1 99%
MB1 T. obesus DQ080280.1 99%
digunakan. Optimasi proses PCR dilakukan untuk MB5 T. albacares DQ080287.1 99%
menentukan primer dan suhu penempelan primer G3 T. albacares DQ080287.1 99%
yang “conserved”, yang berarti dapat digunakan
pemalsuan bahan baku yang terlihat dari sampel
untuk berbagai spesies (Akasaki et al. 2006).
yang digunakan dengan hasil sekuensing
Hal tersebut penting sebagai bagian dari langkah
menggunakan metode BLAST telah sesuai. Ikan
validasi metode pengujian autentikasi bahan baku
tuna dengan spesies yellow n (T. albacores),
hasil perikanan serta deteksi pencampuran daging
albacore (T. alalunga), big eye (T. obesus), dan
ikan pada produk olahan terutama ikan kaleng.
blue n (T. macoyyi) menggunakan gen target cyt
Hasil optimasi pada penelitian ini menunjukkan
b berhasil diidentikasi. Hasil sekuensing selain
bahwa suhu optimum penempelan primer
berupa urutan nukleotida juga dapat melihat
(annealing) adalah pada kisaran suhu 55-60 ºC.
tingkat homologi spesies yang diuji.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat homologi merupakan persentase
kesamaan spesies yang diuji dengan data yang
tersedia di bank data. Spesies yellow n (T.
albacares), albacore (T. alalunga), big eye (T.
obesus), dan blue n (T. macoyyi) memiliki
tingkat homologi berturut-turut adalah 99%, 99%,
99%, 100%. Perbedaan pada tingkat homologi
ini disebabkan adanya ketidaksamaan dengan
bank data yaitu sebesar 1% yang bisa disebabkan
Gambar 2. Elektroforegram produk PCR. 1 = kontrol adanya perbedaan urutan nukleotida pada spesies.
negatif; 2 = Yellow n; 3 = Albacore; KESIMPULAN
4 = Big eye; 5 = Blue n; 6 = Big eye; 7 =
Yellow n; 8 = Steak tuna pasar swalayan Pengujian berbasis DNA dapat dilakukan
Bogor; 9 = Steak tuna pasar swalayan pada bahan baku yang telah mengalami proses
Bogor; 10 = Marker penghilangan ciri morfologi seperti sirip.
Karakteristik daging yang digunakan dalam
Penentuan Urutan Nukleotida Gen Sitokrom b
keadaan segar dengan memperhatikan warna
Proses sekuensing merupakan suatu metode dan tekstur. Hasil pengujian sampel ikan tuna
untuk memperoleh urutan nukleotida dari suatu didapatkan fragmen DNA dengan ukuran 750
spesies. Metode sekuensing yang digunakan pasang basa (pb) menggunakan primer spesik
adalah metode Sanger. Prinsip metode Sanger berhasil mengamplikasi dengan gen target cyt
berdasarkan pendekatan sintesis molekul DNA b. Hasil sekuensing berupa urutan nukleotida
baru dan pemberhentian sintesis tersebut pada menunjukkan tuna steak yang berasal dari
basa tertentu. Hasil sekuensing spesies ikan tuna perusahaan dan pasar swalayan Bogor tidak ada
disajikan pada Tabel 3. pemalsuan atau substitusi bahan baku dengan jenis
Hasil sekuensing berupa urutan nukleotida spesies lain. Hasil sekuensing yang dicocokkan
akan dibandingkan dengan bank data NCBI ke bank data memiliki tingkat homologi rata-rata
menggunakan metode BLAST. Berdasarkan yang masih dapat diterima.
data hasil sekuensing pada Tabel 3 tidak terjadi

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


6 Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7
Autentikasi tuna metode PCR-Sequencing Abdullah A, Nurjanah, Kurnia N

UCAPAN TERIMA KASIH inferred from mitochondrial cytochrome b gene


sequences. Journal of Clinical Biology 43: 5171-
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 5178
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) Civera T. 2003. Species identication and safety of sh
yang telah membiayai penelitian ini melalui products. Vet Research Communication. 27: p. 481
Program Hibah Penelitian Strategis Nasional 2011 Gil L.A. 2007. PCR-based methods for sh and
shery products authentication. J Food science and
DAFTAR PUSTAKA Technology 18:p. 558-566
Less M. 2003. Food Authenticity and Traaceability.
Ardiana DW. 2009. Teknik isolasi DNA genom tanaman
England: Woodhead Publishing Limited
pepaya dan jeruk menggunakan modikasi buffer
Mafra I, Ferreira IM, Oliveira MB. 2007. Food
CTAB. Buletin Teknik Pertanian 14:12-16
authentication by PCR-based methods. Eur Food
Akasaki T, Yanagimoto T, Yamakami K, Tomonaga H,
Res Technol. published online: 30 October 2007.
Sato S. 2006. Species identication and PCR-RFLP
Parson W, Pegoraro K, Niederstatter H, Foger M. 2000.
analysis of cytochrome b gene in cod sh (order
Spesies identication by means of the cytochrome b
Gadiformes) products. Journal of Food Science
gene. Journal of Legal Med 114: p. 23-28.
71(3): C190
Rasmussen RS, Morrissey MT. 2008. DNA-Based
[BSN] Badan Standar Nasional. 2006. Tuna steak beku.
methods for identication of commercial sh and
Jakarta: Dewan SNI.
seafood species. Comprehensive reviews in food
[BSN] Badan Standar Nasional. 2009. Tuna loin segar.
science and food safety Journal. Vol.7. 2008-IFT.
Jakarta: Dewan SNI.
Suptijah P. 1996. Ekstraksi Insulin dari Ikan dan Uji
[BRKP] Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2009.
Kemurniannya. Buletin Teknologi Hasil Perikanan,
Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan
2(2):.103-121
Tuna, Udang dan Rumput Laut. Jakarta: Badan
Trilaksani W, Bintang M, Monintja DR, Hubeis
Riset Kelautan dan Perikanan
M. 2010. Analisis Regulasi Sistem Manajemen
Baker JA. 2000. Molecular Methods in Ecology.
Keamanan Pangan Tuna di Indonesia dan Negara
Blackwell Science: Australia
Tujuan Ekspor. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Biswas SK, Li Wang, Yokoyama K, Nishimura K. 2005.
Indonesia 13(1): 62-80.
Molecular phylogenetics of the genus Trichosporon

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Volume XIV Nomor 1 Tahun 2011: 1-7 7

Anda mungkin juga menyukai