Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK TENTANG ASUHAN

KEPERAWATAN BAYI DENGAN BRONKHOPNEUMONIA

Disusun oleh :

1. Bayu Aji Purnama (17.007)


2. Titin Ilmiahtun F. (17.033)
3. Desi Ayuningsari (17.108)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan,
arahan, saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini
lebih baik, kepada :
1. Bu Ns. Puji Indriyani S.Kep, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan
doanya selama ini sehingga makalah ini selesai tepat waktu,
3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis


juga berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan penulisan
makalah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Sokaraja, 2 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………...i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………...…..……………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ......................................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 4
C. Patofisiologi ................................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinik ........................................................................................ 5
E. Komplikasi ................................................................................................... 5
F. Pathway ........................................................................................................ 6
G. Pemeriksaan Diagnostik. ............................................................................. 6
H. Penatalaksaan medis .................................................................................... 7
I. Asuhan Keperawatan pada klien bronkhopneumonia .................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit
ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi di negara berkembang infeksi
saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka
kematian tinggi baik di negara berkembang maupun di negara maju seperti
Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika, terdapat
dua juta kasus penyakit pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-
rata 45.000 orang (S.A. Price, 2005). Di Indonesia pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberculosis.
Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus atau mikroplasma. Gejala pneumonia itu sendiri adalah
demam, sesak napas, nadi cepat, dahak berwarna hijau atau seperti karet,

1
serta gambar hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru,
napas, nadi cepat, dahak berwarna hijau atau seperti karet, serta gambar
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan ini
terjadi karena paru dipenuhi cairan yang merupakan reaksi tubuh dalam
upaya mematikan bakteri, akibatnya fungsi paru akan terganggu, dan
penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak tersisa ruang untuk
oksigen (Jeremy, 2007).

B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari bronkopneumonia?
2. Apa Etiologi dari bronkopneumonia?
3. Apa Patofisiologi dari bronkopneumonia?
4. Apa saja Manifestasi Klinik dari bronkopneumonia?
5. Apa saja Komplikasi dari bronkopneumonia?
6. Apa saja Pemeriksaan diagnostik dari bronkopneumonia?
7. Apa saja Penatalaksanaan medis dari bronkopneumonia?
8. Apa saja Asuhan Keperawatan pada klien bronkopneumonia?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari bronkopneumonia.
2. Mengetahui Etiologi dari bronkopneumonia.
3. Mengetahui Patofisiologi dari bronkopneumonia.
4. Mengetahui Manifestasi Klinik dari bronkopneumonia.
5. Mengetahui Komplikasi dari bronkopneumonia.
6. Mengetahui Pemeriksaan diagnostik dari bronkopneumonia.
7. Mengetahu Penatalaksanaan medis dari bronkopneumonia.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien bronkopneumonia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah yang mengenai parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang
paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 )
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru
yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia ialah
suatu peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat
menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :
1. Pneumonia lobaris(radang paru-paru yang mengenai sebagian
besar/seluruh lobus paru-paru)
2. Pnuemonia lobularis / bronchopneumonia(radang pada paru-paru yang
mengenai satu / beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrate)
3. Pneumonia interstitialis / bronkiolitis (radang pada dinding alveoli
(interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular.

3
B. Etiologi
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus
Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander
(Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus
sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal

C. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam,
batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah

4
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelectasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus
dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. Pneumonia diharapkan akan sembuh
setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu dicurigai adanya infeksi
kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikrobakterium atau parasit.

D. Manifestasi Klinik

• Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas


• Demam (39 – 40C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi
• Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk
• Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
• Kadang-kadang disertai muntah dan diare
• Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
• Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
• Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelektasis absorbs.

E. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

5
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya.

6
b. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan
pergeseran LED meninggi.
c. Pemeriksaan darah: Hb di bawah 12 gr %,
d. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus.

H. Penatalaksaan medis
a. Oksigen 1-2L/menit
b. IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu ,status dehidrasi.
c. Jika sesek terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Koreksi ganguan asam basa elektrolit

I. Asuhan Keperawatan pada klien bronkhopneumonia

1. Pengkajian

a. Identitas klien

a. Identitas.

b. Riwayat Keperawatan.

1) Keluhan utama.

Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung & mulut.
Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir,
dan anoreksia

2) Riwayat penyakit sekarang.

7
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak
mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam yang
tinggi.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya


sistem imun

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.

5) Riwayat kesehatan lingkungan.

Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat
menyebabkan anak menderita sakit.

6) Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan persistem.

1) Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.

2) Sistem pernapasan.

Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki,
wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
terdapat adanya sputum/sekret.

8
3) Sistem pencernaan.

Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan,


lemah.

4) Sistem eliminasi.

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa
memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi
(ringan sampai berat).

5) Sistem saraf.

Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum.

6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

7) Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan atau masalah.

8) Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering.

9) Sistem penginderaan.

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner


2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba

9
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria
ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan
atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
d. Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia
meliputi:

1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,


dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat
dan batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat
DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit
kering dengan turgor buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.

10
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan
otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi ditemukan pekak
diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan bunyi nafas
menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda /
varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.

e. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn
ketidak efektifan batuk.
b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran oksigen.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.

f. Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan


pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak
efektifan batuk.

Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler.

Intervensi

1) Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam

11
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara
nafas.

2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.

R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.

3) Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif

R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing


dari saluran nafas dengan baik dan benar.

4) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam

R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan


akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus

Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu
tubuh normal.

Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam

R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.

2) Berikan kompres hangat

R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak


langsung dengan obyek.

3) Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter

R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


pemasukan dan pengeluaran oksigen

12
Tujuan : klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu
melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak.

Intervensi :

1) Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan energi.

R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap


dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.

2) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress

R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien.

3) Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

R/ membantu mobilisasi secara bertahap

4) Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat

R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.

Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan
kriteria kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan
membran mukosa lembab, tidak demam.

Intervensi :

1) Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral

R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan


tubuh

2) Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam

R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan.

3) Berikan cairan infus sesuai program dokter

13
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

4) Kolaborasi tentang pemberian antipiretik

R/ mencegah timbulnya demam

e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.

Tujuan : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses penyakit, penyebab


dan penyegahan penyakit dengan kriteria keluarga menunjukkan pemahaman
menganai instruksi evaluasi dan mengatakan rencana keperawatan untuk
istirahat cairan diet dan perawatan evaluasi.

Intervensi :

1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat

R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan

2) Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan tambahan

R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

3) Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan

R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 )
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,
protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria,
2001 : 682)

B. Saran
Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam makalah
ini (Asuhan Keperawatan Bayi Pada Bronkhopneumonia) merupakan masalah
yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu penulis
menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Biddulph, Jonn, dkk. 2009. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius

16

Anda mungkin juga menyukai