Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5
tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita
meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele,
padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di
Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian
Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare
mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen.
Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radangparuakut) yang selama
ini di dengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Apa klasifikasi (jenis) dari diare?
3. Apa etiologi (penyabab) dari diare?
4. Bagaimana perjalanan (patofisiologi) diare?
5. Apa tanda dan gejala diare ?
6. Apa Manifestasi klinis diare?
7. Apa saja akibat dari diare?
8. Bagaimana pathway dari diare?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostik (penunjang) dari diare?
10. Apa saja pencegahan dari diare?

1
11. Apa Penatalaksanaan medis diare?
12. Apa pertolongan pertama pada penyakit diare?
13. Asuhan keperawatan pada penyakt diare?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit diare.
2. Untuk mengetahui klasifikasi (jenis) dari diare.
3. Untuk mengetahui etiologi (penyabab) dari diare.
4. Untuk mengetahui perjalanan (patofisiologi) diare.
5. Untuk mengetahhui tanda dan gejala diare.
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis diare.
7. Untuk mengetahui akibat dari diare.
8. Untuk menetahui pathway dari diare.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik (penunjang) dari diare.
10. Untuk mengetahui pencegahan dari diare.
11. Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis diare.
12. Untuk mengetahui pertolongan pertama pada penyakit diare.
13. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada penyakt diare.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 ataulebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D,
Jkt, 2002).

Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-


tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi
pada lambung atau usus.

Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan
konsistensifeses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka
waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang
biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses
padatat atau keras.

B. Klasifikasi diare
1. Diare akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja

3
yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus
patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada
anak-anak.
2. Diare bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransilaktosa, alergi protein sususapi. Penularansecara fecal-oral,
kontak dari orang ke orang ataukontak orang denganalat rumah tangga.
Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair gkemudian pada hari kedua
atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut
yang di ikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan
dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama
dengan diare akut.

C. Penyebab diare
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.

D. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

4
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering
memasukkan tangan/mainan/apapun ke dalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

E. Tanda dan Gejala


Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran

F. MANIFESTASI KLINIS
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),
tanda-tandanya : Berakcair 1-2 kali sehari, muntah ( - ), haus ( - ), nafsu
makan tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain.
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-
tandanya : Berakcair 4-9 kali sehari, Kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu
tubuh kadang meningkat, Haus, tidak ada nafsu makan, Badan lesu lemas
Pada anak yang mengalam idiare dengan dehidrasi berat. Tanda-tandanya:
Berak cair terus-menerus, Muntah terus-menerus, Haus, Mata cekung, Bibir
kering dan biru, Tangan dan kaki dingin, Sangat lemah, Tidak ada nafsu
makan, Tidak ada keinginan untuk bermain, Tidak BAK selama 6 jam atau
lebih, Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari
diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian

5
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berup asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang
kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, ubun – ubun dan
mata cekung, membrane mukosa kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun) serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin
dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut

G. Akibat diare
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang
dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah,
risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalambeberapa jam
setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat
penderita diare terlambat ditangani.

6
H. Pathway

I. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadarguladalamtinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
2. Pemeriksaan laboratorium

7
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diarekronik.

J. Pencegahan diare
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempat tinggal. Air di masak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah saran asanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.

8
K. Penatalaksaan medis
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tindakan :
1. Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya.
2. ASI (Air Susu Ibu) diteruskan - Makanan diberikan seperti biasanya.
3. Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat.

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang


Tindakan :
1. Berikan oralit
2. ASI (Air SusuIbu) diteruskan
3. Teruskan pemberian makanan
4. Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
5. Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmaster dekat.

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat


Tindakan :
1. Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas perawatan
2. Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum

Takaran pemberian oralit


Di bawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali
mencret.
Di bawah 5 tahun (anak balita) : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas
setiap kali mencret.
Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali
mencret.
Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2
gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)

9
Dasar pengobatandiare
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan per oral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 ttsatau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infussetberukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

Untukanaklebihdari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg


1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
ttsatau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

10
2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
ttsatau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg


1) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagianglukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½
%.
2) Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah


1) Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

11
L. Pertolongan pertama
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu
segera dilakukan:
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering
lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1
gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula
garam. Ambil air masak satugelas. Masukkan dua sendok teh gula
pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan
kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak
merangsang lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah
muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa kedokter apabila muntaber tidak
berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang
berlebihan, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita
lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.

12
M. Asuhan keperawatan
Nama ruang : Ruang kantil
Diagnosa medis : Diare
No. RM : 778xxx
Tanggal/ jam MRS : 27 Maret 2019, jam 16.00 WIB.
Tanggal/ jam pengkajian : 28 Maret 2019, jam 09.00 WIB.
Anamnesa diperoleh dari : Pengkajian, ibu pasien, rekam medik
1. Indetitas pasien
Nama : An. S
Tanggal/ tempat lahir : Purbalingga, 26 Maret 2018
Umur : 1 tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : jawa/ Indonesia
Jeniskelamin : Perempuan
Alamat : Desa Jompo 1/2, Kalimanah
2. Indetitas penanggung jawab
Nama : Tn.N
Agama : Islam
Alamat : Desa Jompo 1/2, Kalimanah
Hub. dg pasien : Orang tua
3. Keluhan
Keluhan utama : Mencret
Keluhan tambahan : Muntah
Keleuhan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis (E:3,M:6,V:5)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 132 x/menit
Pernapasan : 32 x/menit
Suhu :36,1 ºc

13
4. Pemeriksaan fisik
a. Antropometri
Berat badan : 7,5 kg
Panjang badan : 74 cm
Lingkar kepala : 45 cm
Lingkar dada : 20 cm
Lingkar lengan : 13,2 cm
b. Head to toe
Kepala
bentuk : Mesochepal
wajah : Simetris
Mata
sklera : Unikterik
conjungtiva : Unanemis
Telinga
bentuk : Normal
keadaan : Bersih
Hidung
bentuk : Simetris
keadaan : Bersih
Mulut
keadaan : Bersih
Palatum : Normal
Leher
keadaan : Tidak ada pembesaan tiroid
Dada
bentuk : Simetris
Paru-paru : Tidak ada suara tambahan, irama teratur
Jantung : Denyut jantung teratur, tidak ada murmur
Abdomen
Lingkar perut : 45 cm

14
Bising usus :20 x menit
Tampak perut : datar
Perkusi : tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Umbilikal : Normal
Genitalia
Perempuan : Normal
Anus : Ada lubang
Kulit
Warna : Normal
Eksremitas : Semua ekstremitas dapat bergerak
5. Riwayat penyakit
Mencret dialami sejak : 1hari yang lalu, mencret 7x, mencret disertai
lendir dan mutah
6. Hasil pemeriksaan laboratorium klinik

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leukosit 2.9 4–2 /mm
Hemoglobine 12.0 11 – 14 g/dl
Hematokrit 33 35 – 47 %
Eritrosit 3.9 4.2 – 6.2 M/ul
Trombosit 171 150 – 400 k/ul
Malaria negatif Negative negatif

7. Diagnosa keperawatan
a. kurangnya volume cairan berhubungan dengan muntah dan diare.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya absorbsi makanan.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan meningkatnya
frekuensi BAB.

15
8. Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan


.
1. kurangnya volume cairan Kebutuhan Independen :
dengan adanya muntah dan cairan dan 1. Monitor tanda-
diare. elektrolitterp tandadehidrasisepertiku
enuhidengan rangnyaelastisitas
baik. turgor kulit, ubun-ubun
Data Subjektif : dan matacekung,
- Pasien mengeluh haus Kriteria : menurunnyaberat
- Turgor kulit badan,
Data Objektif : baik. peningkatannadi,
- Turgor kulitjelek. - mukosakulitkering.
- Mata dan ubun- Mukosamul2. Cataproduksiurin.
ubuncekung. utlembab. 3. Monitor tanda-tanda
- Mukosamulutkering. - Mata dan vital.
- Berat badan turundari ubun-ubu n4. Monitor pemberian
normal. tidakcekung IVFD tiap jam.
- 5. Perhatian dan catat
Tidakterjadi intake dan aotput.
shock. 6. Timbangberat badan
- Berat setiaphari.
badan stabil.7. Monitor hasil lab,
- Muntah sepertielektrolit, ph,
dan hematokrit dan
diaretidakter sebagainya.
jadi.
Kolaborasi :

16
Dengantimmedistentan
gpemberiancairanintrav
ena.
2 Perubahan nutrisi kurang Nutrisia Independen :
dari kebutuhan tubuh dekuat. 1. Berikan makana yang
berhubungan dengan tidak Kriteria : sesuai.
adekuatnya absorbsi Berat badan2. Untuk anak yang
makanan. dalambatas masih menggunakan
normal. susu formula
Data Subjektif : - dapatdiganti dengan
- Pasien / keluarga Pasienmaum susu formula rendah
mengatakan tidak ada selera akandan lemak.
makan. minum. 3. Kaji frekuensi
muntah dan diare.
Data Objektif : 4. Lakukan oral
- Nafsu makan menurun. hygiene.
- Muntah.
- Mual. Kaloborasi :
- Tinja cair dan disertrai Dengan ahli gizi
dengan lendir. tentang penentuan diit
sesuai dengan intruksi
dokter.

3 Gangguan integritas kulit Tidak Independen :


berhubungan dengan terdapat 1. Bersihkandaerah anus
meningkatnya frekuensi tanda-tanda dengan air dan
BAB. gangguan sabunsetelah BAB.
integritas di2. Jaga daerah anus agar
Data Subjektif : daerah anus. selalubersih dan kering.
3. Ajakan orang

17
- Passien / tuapasienuntukmengga
keluargamengatakananakny ntipakaiananak.
aseringkalibuang air. Kriteria :

Data Objektif : -
Tidakterdap
- BAB cair dan sering. atlukalecet
di sekitar
anus.
- Tidak
terjadi
infeksi
sekunder.
4 Perubahan rasa nyaman - Rasa Independen :
beerhubungan nyaman 1. Kaji tingkat nyeri
denganadanya rasa nyeri terpenuhi. anak dengan
dan distensi abdomen. menggunakan reting
Kriteria : skala.
Data Subjektif : - Nyeri dan 2. Ganti posisi anak
- Pasien mengeluh nyeri kembung setiap 2 jam.
perut. berkurang 3. Ganti pakaian yang
sampai basah dengan pakaian
Data Objektif : hilang. yang kering.
- Perut tampak kembung - Tidak
dan terasa adanya distensi gelisah Kaloborasi :
abdomen. - Anak dapat
tidur dengan Dengan tim medis
nyaman. dalam pemberian nyeri
dan kembung.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekitar 80% kematian karena diare terjadi pada anak dibawah usia
2 tahun. Diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar
pada balita, nomor 3 bagi bayi, serta nomor 5 bagi semua umur.
Diarea dalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 ataulebih per hari) yang disertai perubahan bentuk
dan konsistensi tinja dari penderita.
B. Saran
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk
membahas mengenai persoalan penyakit diarese bagai penyumbang
penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga semua pihak dapat
mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat
diare demi peningkatan kualitas anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.


Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta; EGC
Mansjoer, Arifdkk.2000. Kapita Selekta Edisi Jilid 4. Jakarta: Media Aescalapius

FKUI.

Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. 1997, Buku keperawatan anak sakit. Jakarta:
EGC.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

20

Anda mungkin juga menyukai