Anda di halaman 1dari 24

Euglenophyta & Phyrrophyta

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok


Mata kuliah: Planktonologi

Disusun Oleh:

Kelompok 3
Fitrah Subakti 230110150114
Raudatu Fiqro Safarina 230110150122
Hendra Nopandi 230110150127
M. Syaiful Islam 230110150131
Amsal Loudikia 230110150132
Sandra Eka Putriadi 230110150134
Inggia Putra Pamungkas 230110150141

Kelas B
Universitas Padjadjaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Perikanan
2016
Kata Pengantar

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Chlorophyta dan Cyanophyta tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi.
Pengetahuan tentang biota air sangat diperlukan terutama untuk mahasiswa
program studi Perikanan. Biota air yang mempunyai peranan besar di bumi adalah
plankton. Plankton merupakan makhluk hidup (berupa hewan maupun tumbuhan)
yang geraknya terbatas, sangat tergantung pada arus air.
Plankton merupakan penyumbang oksigen terbesar di perairan. Selain itu,
dalam dunia sains, Euglena sering dijadikan sebagi objek karena ganggang ini
mudah didapat dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.
Banyaknya peranan plankton yang menguntungkan merupakan salah satu hal yang
seharusnya membuat kita lebih mempelajari tentang makhluk ini.
Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan dalam perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
memberi manfaat kepada siapa saja yang membacanya.

Jatianngor, Maret 2016

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
Bab II Pembahasan .................................................................................................. 2
2.1 Euglenophyta ................................................................................................. 2
2.1.1 Ciri-ciri.................................................................................................... 2
2.1.2 Habitat ..................................................................................................... 4
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................................... 4
2.1.4 Reproduksi .............................................................................................. 7
2.1.5 Peranan.................................................................................................... 8
2.2 Pyrrhophyta ................................................................................................... 9
2.2.1 Ciri-ciri.................................................................................................. 10
2.2.2 Habitat ................................................................................................... 12
2.2.3 Klasifikasi ............................................................................................. 13
2.2.4 Reproduksi ............................................................................................ 18
2.2.5 Peranan.................................................................................................. 19
BAB III Penutup ................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya
mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan
renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, berasal dari bahasa
Yunani yaitu planktos, yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton
dapat dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan fungsinya, ukurannya,
daur hidupnya, atau sifat sebarannya. Berdasarkan fungsinya, plankton dapat
digolongkan menjadi empat golongan utama, yakni fitoplankton, zooplankton,
bakterioplankton, dan virioplankton.
Fitoplankton terdiri dari lima divisi, yaitu Cyanophyta, Chlorophyta,
Chrysophyta, Euglenophyta, dan Pyrrophyta. Masing-masing mempunyai
perbedaan dalam hal pigmen yang dimiliki, habitat, ukuran tubuh, cara
reproduksi, alat gerak, maupun bentuk hidup.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Euglenophyta dan Pyrrophyta?
2. Apa saja ciri-ciri yang dimiliki Euglenophyta dan Pyrrophyta?
3. Bagaimana klasifikasi dari Euglenophyta dan Pyrrophyta?
4. Bagaimana cara reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta?
5. Apa saja peranan Euglenophyta dan Pyrrophyta?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Euglenophyta dan Pyrrophyta
2. Mengetahui ciri-ciri Euglenophyta dan Pyrrophyta
3. Mengetahui klasifikasi dari Euglenophyta dan Pyrrophyta
4. Mengetahui cara reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta
5. Mengetahui peranan Euglenophyta dan Pyrrophyta

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Euglenophyta

Euglenophyta adalah organisme bersel


satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak
berupa flagel sehingga dapat bergerak bebas.
Mirip tumbuhan karena memiliki klorofil dan
mampu berfotosintesis. Hidup di air tawar,
dalam tanah dan tempat lembab, contohnya: Euglena.
Filum ini hidup dalam air tawar
yang mengandung banyak bahan
organik. Pada permukaan perairan yang
tidak bergerak, beberapa genus dari
golongan Euglenacae dapat membuat
kista yang menutupi seluruh permukaan
perairan dan berwarna hijau, merah,
kuning, atau warna campuran dari
ketiganya.

2.1.1 Ciri-ciri
a. Struktur Sel

2
Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi daripada
Cyanophyta karena sudah mempunyai inti yang tetap dan mempunyai khloroplast
seperti pada tumbuhan tinggi. Karena itu Euglena dapat melangsungkan
fotosinthesa dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi. Semua euglenoid
mempunyai satu atau dua flagella yang menyebabkan mereka dapat bergerak
secara aktif. Selnya telah mempunyai bentuk yang tetap, dinding sel bukan terdiri
dari selulosa melainkan suatu selaput tipis yang dapat mengikuti gerakan sel
euglenoid yang sewaktu-waktu dapat berubah bentuk.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, dan dibawahnya berupa
“kerongkongan”/gullet. Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk memasukkan
makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak demikian. Gullet terdiri
atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar berupa
waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera
tertentu pada gulletnya terdapat batang faring, terletak parallel dengan panjang
gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke
ujung posterior dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu
menelan makanan padat.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata. Pigmen
merah ini merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae.

b. Alat Gerak
Flagella dari Euglenophyta pangkalnya
tertanam pada dasar waduk dan keluar sepanjang
sitofarinx dan sitostoma. Yang mempunyai satu
flagella, tumbuh ke muka. Genera yang
mempunyai dua flagella, flagellanya sama
panjang dan tumbuh ke arah depan tetapi lebih
banyak genera yang flagellanya tidak sama
panjang. Flagelnya mempunyai rumbai-rumbai
sepanjang batang (tipe tinsel).
Pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan baling-
baling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau

3
sentakan. Gelombang dari sistem undulatory ini lewatnya dari dasar ke ujung dan
langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan atau pergerakan
gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan organisme.

c. Cadangan Makanan
Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari
polisakarida, jadi bukan berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau
glycogen seperti pada binatang.

d. Bentuk Hidup
Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak
dapat hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik,
tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam
amino. Beberapa jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat
autotrof, disamping ada yang hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan
menelan mangsanya seperti pada binatang.

2.1.2 Habitat
Euglenophyta memiliki habitat di air tawar, misalnya air kolam, sawah,
danau, dan banyak ditemukan di parit-parit peternakan yang banyak mengandung
kotoran hewan.

2.1.3 Klasifikasi
Euglenophyta terdiri dari satu kelas, yaitu Euglenophyceae. Ordonya ada
tiga, antara lain:
1. Euglenales
Ada satu famili yaitu Euglenaceae. Contoh genus: Euglena, Phacus, dan
Trachelomonas. Klasifikasi:
a. Phacus longicauda
Filum : Euglenophyta
Kelas : Euglenophyceae
Ordo : Euglenales

4
Famili : Euglenaceae
Genus : Phacus
Spesies: Phacus longicauda

Ciri- ciri: Selnya kaku, bulat dan sangat datar, berbentuk seperti daun. Ada satu
flagel terlihat. Sel memiliki kloroplas banyak hijau bulat, dan eyespot merah.
Habitat: Rawa dan kolam.

b. Euglena viridis
Filum : Euglenophyta
Kelas : Euglenophyceae
Ordo : Euglenales
Famili : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena viridis
Ciri-ciri:
1. Ukuran tubuhnya 35 – 60 mikron
2. Ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk
3. Hewan ini memilki stigma (bintik mata berwarna merah) yang digunakan untuk
membedakan gelap dan terang.
4. Memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis
Habitat:
Euglena banyak dijumpai di kolam-kolam dan sering memberikan warna hijau
pada air kolam. Hal in disebabkan hewan tersebut memiliki kloroplas di dalam
tubuhnya.

2. Peranemales/Eutreptiales
Ada satu famili yaitu Eutreptiaceae. Contoh genus: Astacia (morfologis
sama seperti Euglena), Peranema, Hyalophacus.
a. Astacia
Mempunyai bentuk mirip Euglena, hanya tidak berwarna karena tidak
memiliki kloroplas, sehingga bersifat heterotrof.

5
Klasifikasi:
Filum : Euglenophyta
Kelas : Euglenophyceae
Ordo : Peranemales/Eutreptiales
Famili : Eutreptiaceae
Genus : Astacia
Spesies : Astacia sp.

3. Rhabdomonadales
Ada satu famili yaitu Rhabdomonadaceae. Contoh genus: Colacium,
Petalomonas.
a. Colacium calvum
Filum : Euglenophyta
Kelas : Rhabdomonadales
Ordo : Rhabdomonadales
Famili : Rhabdomonadaceae
Genus : Colacium
Spesies : Colacium calvum
Ciri-ciri:
Bersifat epizoik pada copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar lainnya.
Sel-sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan suatu
tangkai pada inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah. Tangkai lendir
terbentuk karena bagian anterior sel manghasilkan lebih banyak lendir.
Mempunyai banyak kloroplas berbentuk cakram, dengan atau tanpa pirenoid.
Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel. Bagian
anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik
mata. Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium
telanjang yang amoeboid, dan berkembang secara vegetatif. Dapat pula berbentuk
stadium telanjang yang amoeboid dengan 4 inti. Pada stadium ini reproduksi
dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian mengalami metamorfose
menjadi sel kembar dengan satu flagella.

6
Bila pembelahan sel berlangsung, sel anakan masing-masing akan
membentuk tangkai yang tetap melekat pada tangkai induknya. Pembelahan sel
yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang berbentuk pohon (dendroid).
Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau palmelloid, protoplastnya dapat
menghasilkan satu flagellum dan keluar berupa suatu zooid yang berenang bebas.
Zooid ini berenang beberapa saat sebelum menanggalkan flagellanya dan
menghasilkan dinding.

2.1.4 Reproduksi
1. Aseksual

pembelahan biner membujur


Keterangan:
a – c: inti membelah
d – e: membran plasma menggenting
f: terbentuk dua sel anak

Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam
keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel)

7
protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast
keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di
dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel yang bergerak
aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung
anterior. Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast
membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan
menghasilkan flagella baru.
Pada yang mempunyai dua flagella, dapat terjadi salah satu sel anakan
membawa dua flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan menghasilkan
dua flagella baru atau dapat terjadi masing-masing sel anakan membawa satu
flagella dan kemudian masing-masing menghasilkan satu flagella lagi.
Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam
keadaan dibungkus oleh selaput lendir. Kadang-kadang protoplast anakan
tidak keluar dari selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam
kasus seperti ini akan terbentuk koloni yang tidak permanen, yang pada waktu
tertentu selnya akan bergerak aktif kembali. Pada banyak genera dijumpai
bentuk berupa siste berdinding tebal. Bentuk siste ada yang menyerupai sel
vegetatifnya, tetapi kebanyakan bentuknya berbeda, bulat atau polygonal.
Protoplast dapat menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga
berwarna sangat merah. Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya
protoplast dari dalam dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang
bergerak aktif.

2.1.5 Peranan
Peranan Euglenophyta
- Dalam dunia sains, Euglena sering dijadikan sebagi objek karena ganggang
ini mudah didapat dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran
organik.
- Mencemari sumber air
- Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau

8
2.2 Pyrrophyta

Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga


uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam
hari karena sel-selnya mengandung fosfor. Pyrrophyta atau Dinophyta disebut
juga Dynoflagellata (Yunani, dinos = berputar, flagel = cambuk) karena memiliki
flagella. Tubuh Pyrrophyta terdiri atas satu sel, memiliki dinding sel berupa
lempengan selulosa yang berbentuk poligonal dengan alur membujur dan
melintang, memiliki klorofil a, klorofil c, fikobilin, dinoxantin, dan xantofil, serta
dua flagela yang terletak di bagian samping atau ujung sel sehingga dapat
bergerak aktif (Ahmad, 2014).
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A, C2 dan pirimidin, sementara yang lain memiliki klorofil A,
C1, C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya Dynoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis (Susyawati, 2011).
Pyrophyta disebut juga Dynoflagellata dimana tubuhnya tersusun atas satu
sel, memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif serta habitat di laut, bersifat
fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya, yang
kemampuannya disebut bioluminescent (dapat menghasilkan cahaya sendiri).
Nama Dynoflagellata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming.
Meskipun kebanyakan Dynoflagellata adalah flagellata uniselular, koloni dari sel
flagellata, sel non-flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen telah
diketahui. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak (Susyawati, 2011).

9
Dynoflagellata merupakan komponen penting dari fitoplankton laut dan air
tawar. Terdapat sekitar 3000 spesies, masing-masing memiliki bentuk yang khas.
Bentuk dari masing-masing spesies, ditentukan oleh plat selulosa keras yang
terletak di bawah vesikel membran plasma (Nabors, 2004).

2.2.1 Ciri-ciri
a. Struktur Sel

Sebagaian besar spesiesnya merupakan organisme uniseluler dan ada yang


membentuk koloni. Sel Dynoflagellata ditutupi oleh cangkang dari selulosa,
beberapa diantaranya juga mengandung silica yang memberikan kekuatan
terhadap cangkangnya. Sebagian besar Dynoflagellata merupakan organisme
fotosintetik dan memiliki pigmen klorofil a, klorofil c, dan karotenoid.
Keistimewaannya, karotenoid kuning-coklat, fucoxanthin, hanya terdapat pada
Dynoflagellata dan beberapa diantaranya pada beberapa kelompok alga (diatom
dan alga coklat). Akan tetapi, Dynoflagellata yang lain ada yang tidak berwarna
(atau bukan Dynoflagellata fotositetik) dan memakan organisme lain untuk
dijadikan makanan. (Berg, 2008).
Sel Dynoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi
epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical dan
precingular. Pada beberapa genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada
permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior. Hipoteka tersusun atas 2

10
seri transversal: cingular dan antapikal juga sering terdapat seri yang tidak
sempurna yaitu interkalar posterior.
Sel-selnya mengandung satu atau lebih kloroplas, sering (dimana kloroplas
tidak diduga menjadi endosimbion) berwarna coklat tua warna sebagai
konsekuensi dari sejumlah besar dari pigmen peridinin. Sebuah stigma sering
hadir dalam spesies motil dan zoospora. Inti dari Dynoflagellata yang periculiar
dalam mengandung kromosom yang tetap melingkar sepanjang siklus nukleus,
seperti pada prokariota yang kekurangan protein histon (Bell, 1992).

b. Alat Gerak
Dinofalgelata memiliki dua cambuk (flagela) yang dapat menghasilkan
pergerakan memutar. Oleh karena itu, filum ini diberi nama Dynoflagellata
(Yunani, dino = pusaran air) (Karmana, 2007).
Tubuh Dynoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi
asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat
tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior.
Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu
lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa
belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan
jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan
pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal
mengendalikan air ke arah posterior (Muliya, 2012).

c. Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada Dynoflagellata biasanya disimpan dalam bentuk
minyak atau polisakarida.

d. Bentuk Hidup
Sebagian besar Dynoflagellata hidup secara endosimbiosis di dalam tubuh
invertebrate laut lainnya seperti pada ubur-ubur, koral, dan hewan moluska.
Simbiosis pada Dynoflagellata dikarenakan kekurangan lapisan selulosa dan
flagel yang disebut zooxanthellae. Fotosistesis zooxanthellae menyediakan

11
karbohidrat untuk invertebrate yang ditempatinya. Dynoflagellata lain yang tidak
memiliki pigmen atau klorofil tidak dapat melakukan fotosintesis didalam tubuh
invertebrata yang ditempatinya, sehingga Dynoflagellata yang demikian hidup
dengan cara heterotrof maupun parasit pada inang yang ditempati (Berg, 2008).

2.2.2. Habitat
Dinoflagellata sekarang terdiri dari bagian utama planktonik lautan,
terlebih dalam bentuk autotrof dan memegang peranan penting dalam rantai
makanan. Jenis dinnoflagellata autotrof biasanya hidup pada daerah fotik dan
menerima sebagian besar nutrisi dari aktifitas Up Welling.

Danau Gippsland yang berada di wilayah Victoria, Australia.

12
Umumnya dinoflagellata hidup pada kisaran suhu 1-35 oC. Banyak
dinoflagellata yang tersebar secara geografis dan menggambarkan temperatur
lautan yang digunakan sebagai indikator pergeseran iklim, karena dinoflagellata
spesies tertentu tumbuh optimal pada suhu yang berbeda pula. Beberapa genera
ditemukan pada air tawar dan air asin meskipun sebagian besar hidup di perairan
asin dan sangat sensitive pada perubahan salinitas.

2.2.3. Klasifikasi
Pyrrophyta terdiri dari 2 kelas, yaitu:
1. Desmophyceae
Ciri-ciri:
• Memiliki flagel yang keluar dari ujung anterior (apical, subapical)
• Motil
• Memiliki 1 ordo: Prorocentrales
• Memiliki dinding sel yang tebal, tersusun atas dua belahan (theca)
• Berbentuk speris, oval, atau tetes air mata (teardrops)
• Terdapat di air tawar, payau, laut
• Contoh spesies :
Filum : Dinoflagellata
Kelas : Desmophyceae
Ordo : Prorocentrales
Famili : Prorocentraceae
Genus : Prorocentrum
Species : Prorocentrum micans
Ehrenberg 1833, (Guiry and Guiry 2011)

2. Dinophyceae
• Flagelnya keluar dari posisi ventral. Satu flagel terletak pada bagian
sulcul, yang lainnya pada bagian cingulum
• Memiliki anggota lebih banyak
• Salah satu flagella terdapat pada bagian transversal, yang lainnya pada
bagian longitudinal

13
• Memiliki 6 ordo:

a. Dinophysiales
• Bersifat motil
• Hidupnya soliter
• Memiliki dinding sel
• Berbentuk pipih lateral
• Mempunyai tutup cingulum pada bagian ujung anterior
• Epitheca pendek
• Menghasilkan toksin
• Contoh spesies : Dinophysis sp, Ornithocercus thurni

Filum : Dinoflagellate
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Dinophysiales
Famili : Dinophysiaceae
Genus : Dinophysis
Spesies : Dinophysis sp
Ehrenberg, 1839

Filum : Dinoflagellate
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Dinophysiales
Famili : Dinophysaceae
Genus : Ornithocercus
Spesies : Ornithocercus thurni

b. Gymnodiniales
• Sel motil
• Tidak memiliki dinding sel
• Berbentuk oval
• Memliki girdle berbtk spiral

14
• Kosmopolitan
• Beberapa diantaranya holozik
• Tidak menghasilkan toksin
• Contoh spesies : Gymnodinium sp, Amphidinium sp

Phylum: Dinoflagellata
Class: Dinophyceae
Order: Gymnodiniales
Family: Gymnodiniaceae
Genus: Amphidinium
Species: A. Carterae

Phylum: Dinoflagellata
Class: Dinophyceae
Order: Gymnodiniales
Family: Gymnodiniaceae
Genus: Gymnodinium
Spesies: Gymnodinium sp.
Stein, 1878

c. Noctilucales
• Ukuran organisme ini sekitar 200 hingga 2000 µm.
• Menghasilkan cahaya  bioluminescent
• Memiliki vacuola besar berperan sbg pelampung
• Pada umumnya holozoik, hidup di air Laut
• Memiliki tentakel panjang
• Tidak menghasilkan toksin
• Contoh spesies : Noctiluca Scintillans

15
Filum : Dinoflagellata
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Noctilucales
Family : Noctilucaceae
Genus : Noctiluca
Species: N. Scintillans

Fenomena bioluminescence N. scintillans di pelabuhan kapal Zeebrugge, Belgium

Bioluminescence ini diproduksi oleh luciferin-luciferase system yang


terletak di ribuan organel-organel berbentuk bola atau “microsources”, lokasinya
berada di sitoplasma pada protista bersel tunggal. ( Prakasita, 2012).

d. Peridiniales
• Berdinding sel  tidak dapat berubah-ubah
• Motil
• Holozoik, sebagian besar hidup di laut
• Beberapa spesies memiliki tanduk

16
• Contoh spesies : Peridinium sp.
Filum : Dinoflagellata
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Peridiniales
Famili : Peridiniaceae
Genus : Peridinium
Spesies : Peridinium sp.

e. Gonyaulucales
• Memiliki dinding yang keras
• Menghasilkan cahaya
• Kosmopolitan
• Epitecha membentuk sebuah tanduk, hipotheca membentuk dua atau
tiga tanduk
• Mengalami cyclomorfosis
• Sebagian besar holofitik
• Contoh genus Ceratium, Gonyaulax

Phylum : Dinoflagellata
Class : Dinophyceae
Order : Gonyaulacales
Famili : Gonyaulaceae
Genus : Ceratium
Spesie : Ceratium sp.

Phylum : Dinoflagellata
Class : Dinophyceae
Order : Gonyaulacales
Family : Gonyaulacaceae
Genus : Gonyaulax
Spesies : Gonyaulax sp..

17
f. Pyrocystales
• Memiliki bentuk speris, bulan sabit
• Menghasilkan cahaya
• Pada umumnya holofitik
• Dinding sel tebal tersusun atas dua lapis (atas sporopellenin, bawah
selulosa)
• Contoh spesies : Pyrocystis lunula

Phylum : Dinoflagellata
Class : Dinophyceae
Order : Pyrocystales
Family : Pyrocystaceae
Genus : Pyrocystis
Spesies : Pyrocystis lunula

2.2.4. Reproduksi
Yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak. Jika sel memiliki
panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas
membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat
mengembara yang kemudian masing – masing membuat panser lagi.
Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding
mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang
telanjang.

Siklus pembelahan sel Dynoflagellata

18
Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel anak
mendapatkan sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk dinding
baru).

2.2.5. Peranan
a. Peranan Menguntungkan
• Sebagai produsen primer.
b. Peranan Merugikan
• Menyebabkan redtide.
• Menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan keracunan. Dalam
beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau
menyebabkan keracunan pada manusia yang makan makanan tersebut.
• Noticula sebagai food competion ikan.

19
BAB III
Penutup

1. Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat
bergerak bebas. Sedangkan Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau
ganggang api adalah alga uniseluler yang menyebabkan air laut tampak
bercahaya (berpendar) di malam hari karena sel-selnya mengandung fosfor.
Pyrrophyta atau Dinophyta disebut
2. Euglenophyta memiliki habitat di air tawar, misalnya air kolam, sawah,
danau, dan banyak ditemukan di parit-parit peternakan yang banyak
mengandung kotoran hewan. Sedangkan jenis dinnoflagellata autotrof
biasanya hidup pada daerah fotik dan menerima sebagian besar nutrisi dari
aktifitas Up Welling.
3. Euglenophyta terdiri dari satu kelas, yaitu Euglenophyceae. Ordonya ada tiga,
antara lain: Euglenales, Peranemales/Eutreptiales, dan Rhabdomonadales.
Sedangkan Pyrrophyta terdiri dari 2 kelas, yaitu: Desmophyceae dan
Dinophyceae. Dinophyceae memiliki 6 ordo:, antara lain: Dinophysiales,
Gymnodiniales, Noctilucales, Peridiniales, Gonyaulucales, Pyrocystales
4. Euglenophyta bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel.
Sedangkan Pyrrophyta dengan 2 metode, yaitu metode utama (normal):
pembelahan sel biasa dengan arah transversal, longitudinal, oblique dan
metode lain: isogamus (lebih sering), anisogamus (jarang), pembentukan
resting kista

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16914303/PYRROPHYTA
http://protist.i.hosei.ac.jp/pdb/images/mastigophora/Astasia/kathemerios/sp_1a.ht
ml
http://www.metamicrobe.com/euglena/
https://www.academia.edu/13437507/Pyrrophyta
https://www.eoas.ubc.ca/research/phytoplankton/dinoflagellates/prorocentrum/p_
micans.html
http://www.diatomloir.eu/Siteplancton/Phytoflagel.html
https://www.cmich.edu/colleges/cst/biology/microscopy/Pages/SEMindex.aspx
http://cfb.unh.edu/phycokey/Choices/Dinophyceae/PS_dinos/PYROCYSTIS/Pyro
cystis_Image_page.html
http://www.serc.si.edu/labs/animal_plant_interaction/Trail/English/Galleries/Galle
ryimages/Plants/OtherPlants/OtherPlants-01qFS.html
http://nathistoc.bio.uci.edu/Dinoflagellates/Gymnodinium/index.htm
http://www.serc.si.edu/labs/phytoplankton/guide/addtl_collections/Belize%202/or
ithur.aspx
http://www.algaebase.org/search/species/

21

Anda mungkin juga menyukai