BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi baja.
2. Menjelaskan jenis-jenis baja.
3. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahan baja.
4. Menjelaskan teknik pengolahan baja dalam industri.
5. Menjelaskan dampak dari industri pengolahan baja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau
kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang
dibangun pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang
membentang sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan
profil siku besi tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang
dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada
skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas
sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk
– produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti
kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini
(1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100
000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk
berbagai keperluan struktural.
ditempa dan dapat disepuh, sedangkan untuk baja lunak pada tegangan yang jauh
dibawah kekuatan tarik atau batas patah TB, yaitu apa yang dinamakan batas
lumer atau tegangan lumer Tv, terjadi suatu keadaan yang aneh, dimana perubahan
bentuk berjalan terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban yang ada. Sifat
– sifat baja bergantung sekali kepada kadar zat arang, semakin bertambah kadar ini,
semakin naik tegangan patah dan regangan menurut prosen, yang terjadi pada sebuah
batang percobaan yang dibebani dengan tarikan, yaitu regangan patah menjadi lebih
kecil.
Persentase yang sangat kecil dari unsur-unsur lainnya, dapat mempengaruhi sifat-
sifat baja dengan kuat sekali, secar baik atau jelek. Guna membedakannya, jenis-jenis
baja diberi nomor yang sesuai dengan tegangan patah yang dijamin dan yang terendah
pada percobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja juga ditentukan
suatu TBmaks.. Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu :
Baja karbon (Carbon steel)
Baja paduan (Alloy steel)
1). Baja Karbon (carbon steel)
Baja karbon dapat terdiri atas :
1. Baja Karbon Rendah
Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau baja perkakas. Baja karbon
rendah bukan baja yang keras karena kandungan karbonnya rendah yaitu kurang
dari 0,3%, tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk
martensit, metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya
terdiri ferit dan perlit, relatif lunak dan lemah ulet dan tangguh, mampu mesin
dan mampu lasnya baik, murah. Baja ini dapat dijadikan mur, baut, ulir sekrup,
peralatan senjata, batang tarik, dan sebagainya.
2. Baja Karbon Sedang
Baja ini mengandung 0,3 - 0,6% karbon dan kandungan karbonnya
memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan panas (heat
treatment) yang sesuai. Proses pengerjaan panas menaikkan kekuatan baja
dengan cara digiling. Baja ini digunakan untuk membuat peralatan mesin, seperti
roda gigi otomotif, poros bubungan, rel, alat angkat presisi, dan sebagainya.
3. Baja karbon Tinggi
6
Baja karbon tinggi mengandung 0,6 - 1,5% karbon dan memiliki sifat keras
dan kaku. Baja ini dibuat dengan cara digiling panas. Pembentukan baja ini
dilakukan dengan cara menggerinda permukaannya, misalnya batang bor dan
batang datar. Apabila baja ini digunakan untuk bahan produksi maka harus
dikerjakan dalam keadaan panas dan digunakan untuk peralatan mesin-mesin
berat, batang-batang pengontrol, alat-alat tangan seperti palu, obeng, tang, kunci
mur, pegas kumparan, dan sejumlah peralatan pertanian.
2). Baja Paduan (Alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat special
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) &highspeed steel.
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan
logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-
sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila
dibandingka terhadap baja karbon (carbon steel).
High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut
High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat
dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan
harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Jenis Lainnya :
Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
Baja tahan garam (acid-resisting steel)
7
BAB III
TEKNOLOGI PEMBUATAN BAJA
ton besi, diperlukan bahan baku 2 ton biji besi, 1 ton kokas, 0.3 ton kapur, dan 4 ton
udara.
f. Baja
Baja dicampur dengan logam-logam transisi yang sesuai dengan sifat, kualitas
dan kegunaan tertentu. Pencampuran dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk
mendapatkan komposisi campuran yang memenuhi sifat yang diinginkan. Jenis baja
ini disebut baja alloy atau campuran.
dan sulfur. Besi kasar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon yang akan
menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika (SiO3) dan
mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga mencegah reaksi antara unsur fosfor
dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Untsur itu
hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur selama
berlangsung pross pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak. Lapisan dapur harus
dapat terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan dapur dengan unsur
silikon.
Untuk membuat baja, maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari tanur
tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar karbonnya (dari 5%
diturunkan sampai di bawah 1.5 %), dan untuk menghilangkan bahan/unsur lain yang
mengotori besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian melalui
berbagai metode, yaitu:
a. Proses Menggunakan Konvertor
1) Proses Bassemer
2) Proses Thomas
3) Proses Siemens Martin
b. Proses Dapur Listrik
1) Dapur busur cahaya
2) Dapur induksi
15
Gambar
1
Konverter diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan
yang diproses dan pada posisi vertikal untuk pengembusan selama proses
berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil
(diameternya sekitar 15-17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120-150 buah
pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara dihembuskan ke dalam konvertor melalui
pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm2 dan langsung dihembuskan ke
cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandungan
karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan
mangan, seterusnya baja cair dituangkan ke dalam panci-panci dan dipadatkan
menjadi batang-batang cetakan.
Kapasitas konvertor sekitar 25-60 ton dan setiap proses memerlukan waktu
25 menit. Proses pembuatan baja yang menggunakan konvertor adalah sebagai
berikut.
1. Proses Bassemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau
oksida asam (SiO2), sehingga proses ini disebut “Proses Asam”. Besi kasar
yang diolah dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur
silikon dan rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal 0,1%). Besi kasar yang
mengandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi
dari dalam besi kasar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Di samping itu,
fosfor dapat bereaksi dengan lapisan dapur yang terbuat dari kuarsa asam,
reaksi ini membahayakan atau menghabiskan lapisan konvertor. Oleh karena
itu, sangat menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dari proses ini adalah
besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.
17
2. Proses Thomas
Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya adalah
proses basa, sebab batu tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk
mengolah besi kasar yang bersifat basa. Muatan konvertor Thomas adalah besi
kasar putih yang banyak mengandung fosfor.
Proses pembakaran sama dengan proses pada konvertor Bessemer, hanya
saja pada proses Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar.
Pengaliran udara tidak terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan
terbakar.
Pencegahan pembakaran itu dilakukan dengan menganggap selesai
prosesnya walaupun kandungan fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat
fosfor yang terbentuk pada proses ini maka diberi bahan tambahan batu kapur
agar menjadi terak. Terak yang bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk buatan yang dikenal dengan nama pupuk fosfat. Hasil proses yang
20
keluar dari konvertor Thomas disebut baja Thomas yang biasa digunakan
sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses
Bessemer dalam keadaan basa. Proses ini memakai Converter yang di bagian
dalamnya dilapisi bahan tahan api (refractory) bersifat basa seperti dolomite
(MgCO3 + CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah
(pig iron) cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si
dan S (0,6% Si, 0,07 % S).
Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat
penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksidasu dan terbentuklah terak basa
(basic slag). Dengan adanya batu kapur, akan terjadi kenaikan temperatur,
tetapi unsur phosfor (P) yang terkandung dalam besi mentah belum dapat
dipisahkan dari Fe.
Pada periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai
dengan adanya penurunan temperatur, dimana karbon (C) akan terbakar,
berarti kadar C menurun. Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur
akan turun menjadi 1400 - 1420oC.
Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke III
(Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan
terbentuklah terak. Peristiwa ini berlangsung 3-5 menit, dan selanjutnya
terbentuklah terak Phospor [CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur
yang mendadak menjadi 1600oC. Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan
udara panas dihentikan dan converter dimiringkan untuk mengeluarkan terak
yang mengapung di atas besi cair.
Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro Mangan,
Ferro Silikon atau Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta
memberikan kadar Mn dan Si supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja
yang dihasilkan. Terak yang dihasilkan mengandung 22% P2O5 merupakan
21
hasil ikatan yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Baja
yang dihasilkan digunakan sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti
pembuatan baja tuang atau baja profil (steel section) seperti baja siku.
komposisinya dapat diatur dan ditentukan dengan teliti pada proses yang
berlangsung agak lama.
Lapisan dapur pada proses Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung
dari besi kasarnya mengandung fosfor sedikit atau banyak. Proses Martin asam
teradi apabila mengolah besi kasar yang bersifat asam atau mengandung fosfor
rendah dan sebaliknya dikatakan proses Martin basa apabila muatannya
bersifat basa dan mengandung fosfor yang tinggi.
Keuntungan dari proses Martin disbanding proses Bessemer dan Thomas
adalah sebagai berikut :
1) Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik
dengan jalan percobaan-percobaan.
2) Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat
dihindarkan atau dibersihkan.
3) Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir proses
menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.
Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja yang tahan terhadap suhu
tinggi. Dapur ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut.
1) Jumlah panas yang diperlukan dapat dapat diatur sebaik-baiknya.
2) Pengaruh zat asam praktis tidak ada.
3) Susunan besi tidak dipengaruhi oleh aliran listrik.
Sedangkan kekurangannya adalah harga listrik yang mahal. Dapur listrik
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dapur listrik busur cahaya dan dapur listrik
induksi.
1) Dapur busur cahaya
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api,
dapur ini juga dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini
merupakan suatu tungku yang bagian atasnya digantungkan dua batang
arang sebagai elektroda pada arus bolak-balik atau dengan tiga buah
elektroda arang yang dialirkan arus putar. Misalnya pada dapur Stassano
busur api terjadi antara tiga ujung elektroda arang yang berada di atas baja
yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan arus putar. Pada dapur
Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang membentuk
busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan melalui
enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus
bolak-balik dan dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus
putar. Arus listrik membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan
kembali dari cairan ke elektroda lainnya.
2). Dapur induksi
Dapur induksi dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi rendah dan
dapur induksi frekuensi tinggi. Pada dapur induksi dibangkitkan suatu arus
induksi dalam cairan baja sehingga menimbulkan panas dalam cairan baja itu
sendirii sedangkan dinding dapurnya hanya menerima pengaruh listrik yang
kecil saja.
24
Debu
Biasanya industri besi dan baja menhasilkan debu-debu yang mengandung logam Fe
yang dapat mencemari udara. Pencemaran Fe sangat berpeotensi menimbulkan
fibrosis paru, iritasi mukosa,dan sesak nafas.
Kebisingan
Mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan otot,
menurunnya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.
Karbon Monoksida (CO)
Dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit
kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan
pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti
dengan kematian.
Karbon Dioksida (CO2)
Dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas
pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.
Belerang Dioksida (SO2)
Dalam industri besi dan baja,banyak memberikan dampak bagi lingkungan. Besi dan
baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak
terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi
oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan
logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam
mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2
Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorology dan
geografi setempat. Kelembaban udara mempengaruhi kecepatan perubahan SOx
menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang
akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. SO2 pada konsentrasi 6-12 ppm dapat
26
menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada
konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.
Minyak pelumas
Buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila
bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan sebagainya.
Asap
Dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan
gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang membahayakan seperti yang
telah diuraikan diatas.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di
alam dan mudah diolah.
b. Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon dimana unsur karbon
(C) menjadi dasar campurannya.
c. Jenis- jenis besi berdasarkan kadar karbon dan unsur- unsur lain yang terdapat di
dalamnya, besi tuang, baja, besi tempa.
d. Jenis- jenis baja berdasarkan kandungan karbon, yaitu baja karbon rendah, baja
karbon sedang, baja karbon tinggi. Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi
yang dicampurkan, yaitu stainless steel, baja krom, baja nikel, baja dengan mangan
rendah.
e. Bahan- bahan yang diperlukan dalam pengolahan besi adalah biji besi, kokas, batu
kapur, grafit, dan udara panas.
f. Bahan- bahan yang diperlukan dalam pengolahan baja adalah ferro alloy, fluks, dan
non ferro alloy.
g. Teknik pengolahan besi dilakukan dalam tanur sembur (blast furnace).
h. Teknik pengolahan baja dilakukan dengan 2 metode, yaitu proses menggunakan
konvertor, diantaranya proses Bassemer, proses Thomas, proses Siemens Listrik.
Kemudian proses dapur listrik, diantaranya dapur busur cahaya dan dapur induksi.
i. Dampak dari industri pengolahan besi dan baja akan menimbulkan pencemaran
lingkungan.
j. Proses- proses dalam industri besi-baja terhadap lingkungan dan kesehatan, yaitu
debu, kebisingan, gas CO, gas CO2, gas SO2, minyak pelumas, dan asap.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, Hari dan Daryanto. 2003. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.