Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam perut bumi ternyata banyak sekali mengandung zat-zat yang berguna
untuk keperluan hidup kita sehari-hari, misalnya minyak tanah, bensin, solar dan lain-
lainnya yang disebut minyak bumi. Di samping itu juga terdapat unsur-unsur kimia yang
berguna bagi manusia seperti bijih besi, nikel, tembaga, uranium, titanium, timah dan
masih banyak lagi, beserta mineral dan batu-batuan. Salah satu zat yang terdapat di
dalam bumi yang sangat berguna bagi manusia ialah air dengan rumus kimianya H2O,
sebab tanpa air manusia sukar sekali mempertahankan kehidupannya.
Mineral adalah suatu bahan yang banyak terdapat di dalam bumi, yang
mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai susunan kimia yang tetap.
Sedangkan batu-batuan merupakan gabungan antara dua macam atau lebih mineral-
mineral dan tidak mempunyai susunan kimia yang tetap. Bijih ialah mineral atau batu-
batuan yang mengandung satu macam atau beberapa macam logam dalam prosentase
yang cukup banyak untuk dijadikan bahan tambang. Banyaknya logam yang terkandung
dalam bijih itu berbeda-beda. Logam dalam keadaan murni jarang sekali terdapat di
dalam bumi, kebanyakan merupakan senyawa-senyawa oksida, sulfida, karbonat, dan
sulfat yang merupakan bijih logam yang perlu diproses menjadi bahan logam yang
bermanfaat bagi manusia.
Besi dan baja merupakan logam yang banyak sumbangannya bagi
perkembangan kebudayaan manusia. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang cukup
melimpah, memiliki sifat mekanik yang menarik, mudah dikerjakan dengan forming
maupun dengan machining, harganya relative murah dan lain-lain. Pemanfaatan besi
digunakan dalam keadaan paduan bukan dalam keadaan murni. Paduan besi umumnya
dengan karbon, yang dikenal sebagai baja dan besi tuang. Besi dan baja tuang bukan
hanya berbeda kadar karbonnya tetapi juga berbeda struktur mikronya dan berbeda
sifatnya.
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan baja?
2. Apa saja jenis-jenis baja?
3. Bahan-bahan apa saja yang diperlukan dalam pengolahan baja?
4. Bagaimana teknik pengolahan baja dalam industri?
5. Bagaimana dampak dari industri pengolahan baja?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi baja.
2. Menjelaskan jenis-jenis baja.
3. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahan baja.
4. Menjelaskan teknik pengolahan baja dalam industri.
5. Menjelaskan dampak dari industri pengolahan baja.

1.4 Metode Penulisan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan
metode kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan-
bahan yang berkaitan dari media massa elektronik yaitu internet.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Baja


Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon dimana unsur karbon
(C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran lainnya
seperti sulfur (S), posfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi.
Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 - 1,7% sedangkan unsur lainnya dibatasi
persentasenya.

2.2 Awal Mula Ditemukannya Baja


Besi ditemukan dan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM. Tahun 1100
SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai
oleh bangsa Asia Barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui
secara luas. Tahun 1000 SM, bangsa Yunani, Mesir, Roma, Carhaginians dan Asiria
juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya. Tahun 800
SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa Arya. Tahun 700-
600 SM, Cina belajar membuat besi. Tahun 400-500 SM, baja sudah ditemukan
penggunaannya di Eropa. Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja.
Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000
M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus. 1300 M, rahasia
pembuatan baja damaskus hilang. 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan
pembuatannya di Eropa.

2.3 Sejarah Struktur Baja


Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk
bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun
1777 – 1779. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi sejumlah jembatan dari
besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok utama dari
4

potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau
kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang
dibangun pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang
membentang sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan
profil siku besi tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang
dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada
skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas
sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk
– produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti
kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini
(1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100
000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk
berbagai keperluan struktural.

2.4 Sifat Baja

Sifat Baja antara lain sebagai berikut :

• Baja tahan garam (acid-resisting steel)


• Baja tahan panas (heat resistant steel)
• Baja tanpa sisik (non scaling steel)
• Electric steel
• Magnetic steel
• Non magnetic steel
• Baja tahan pakai (wear resisting steel)
• Baja tahan karat/korosi

2.5 Jenis-jenis Baja


Baja adalah besi yang mengandung 0,1%- 1,7% karbon. Sifat baja tergantung pada
jumlah karbon yang dikandungnya. Semua jenis – jenis baja sedikit banyak dapat
5

ditempa dan dapat disepuh, sedangkan untuk baja lunak pada tegangan yang jauh
dibawah kekuatan tarik atau batas patah TB, yaitu apa yang dinamakan batas
lumer atau tegangan lumer Tv, terjadi suatu keadaan yang aneh, dimana perubahan
bentuk berjalan terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban yang ada. Sifat
– sifat baja bergantung sekali kepada kadar zat arang, semakin bertambah kadar ini,
semakin naik tegangan patah dan regangan menurut prosen, yang terjadi pada sebuah
batang percobaan yang dibebani dengan tarikan, yaitu regangan patah menjadi lebih
kecil.
Persentase yang sangat kecil dari unsur-unsur lainnya, dapat mempengaruhi sifat-
sifat baja dengan kuat sekali, secar baik atau jelek. Guna membedakannya, jenis-jenis
baja diberi nomor yang sesuai dengan tegangan patah yang dijamin dan yang terendah
pada percobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja juga ditentukan
suatu TBmaks.. Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu :
 Baja karbon (Carbon steel)
 Baja paduan (Alloy steel)
1). Baja Karbon (carbon steel)
Baja karbon dapat terdiri atas :
1. Baja Karbon Rendah
Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau baja perkakas. Baja karbon
rendah bukan baja yang keras karena kandungan karbonnya rendah yaitu kurang
dari 0,3%, tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk
martensit, metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya
terdiri ferit dan perlit, relatif lunak dan lemah ulet dan tangguh, mampu mesin
dan mampu lasnya baik, murah. Baja ini dapat dijadikan mur, baut, ulir sekrup,
peralatan senjata, batang tarik, dan sebagainya.
2. Baja Karbon Sedang
Baja ini mengandung 0,3 - 0,6% karbon dan kandungan karbonnya
memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan panas (heat
treatment) yang sesuai. Proses pengerjaan panas menaikkan kekuatan baja
dengan cara digiling. Baja ini digunakan untuk membuat peralatan mesin, seperti
roda gigi otomotif, poros bubungan, rel, alat angkat presisi, dan sebagainya.
3. Baja karbon Tinggi
6

Baja karbon tinggi mengandung 0,6 - 1,5% karbon dan memiliki sifat keras
dan kaku. Baja ini dibuat dengan cara digiling panas. Pembentukan baja ini
dilakukan dengan cara menggerinda permukaannya, misalnya batang bor dan
batang datar. Apabila baja ini digunakan untuk bahan produksi maka harus
dikerjakan dalam keadaan panas dan digunakan untuk peralatan mesin-mesin
berat, batang-batang pengontrol, alat-alat tangan seperti palu, obeng, tang, kunci
mur, pegas kumparan, dan sejumlah peralatan pertanian.
2). Baja Paduan (Alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
 Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
 Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
 Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
 Untuk membuat sifat-sifat special
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
 Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
 Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
 High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) &highspeed steel.
 Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan
logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-
sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila
dibandingka terhadap baja karbon (carbon steel).
 High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut
High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat
dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan
harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Jenis Lainnya :
 Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
 Baja tahan garam (acid-resisting steel)
7

 Baja tahan panas (heat resistant steel)


 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/koros.
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi
kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
 Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
 Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
 Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
 Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
 Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi yang dicampurkan, baja dibagi
menjadi:
1. Stainless steel
Stainless steel merupakan baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe
72%.
2. Baja krom
Baja ini merupakan baja yang tahan karat, tahan panas, dan mengandung 12%-18%
Cr.
3. Baja nikel
Baja ini mengandung 0,3% C, 3% Ni, dan 0,6% Mn serta mempunyai kekuatan dan
kekerasan yang baik.
4. Baja dengan mangan rendah
Baja ini mengandung 0,35% C dan 1,5% Mn dan baja ini termasuk baja murah
tetapi kekuatannya baik.

2.6 Struktur Baja


Struktur dapat dibagi menjadi tiga kategori umum :
8

a) Struktur rangka (framed structure), dimana elemen – elemennya kemungkinan terdiri


dari batang – batang tarik, balok, dan batang – batang yang mendapatkan beban lentur
kombinasi dan beban aksial,
b) Struktur tipe cangkang (shell type structure), dimana tegangan aksial lebih dominan,
c) Struktur tipe suspensi (suspension type structure), dimana tarikan aksial lebih
mendominasi sistem pendukung utamanya.
A. Struktur Rangka
Kebanyakan konstruksi bangnan tipikal termasuk dalam kategori ini. Bangunan
berlantai banyak biasanya terdiri dari balok dan kolom, baik yang terhubungkan
secara rigid atau hanya terhubung sederhana dengan penopang diagonal untuk
menjaga stabilitas. Meskipun suatu bangunan berlantai banyak bersifat tiga
dimensional, namun biasanya bangunan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga
lebih kaku pada salah satu arah ketimbang arah lainnya. Dengan demikian, bangunan
tersebut dapat diperlakukan sebagai serangkaian rangka (frame) bidang. Meskipun
demikian, bila perangkaan sedemikian rupa sehingga perilaku batang – batangnya
pada salah satu bidang cukup mempengaruhi perilaku pada bidang lainnya, rangka
tersebut harus diperlakukan sebagai rangka ruang tiga dimensi.
Bangunan – bangunan industrial dan bangunan – bangunan sau lantai tertentu,
seperti gereja, sekolah, dan gelanggang, pada umumnya menggunakan struktur
rangka baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja. Khususnya sistem atap
yang mungkin terdiri dari serangkaian kerangka datar, kerangka ruang, sebuah kubah
atau mungkin pula bagian dari suatu rangka datar atau rangka kaku satu lantai dengan
pelana. Jembatan pun kebanyakan merupakan struktur rangka, seperti balok dan
gelagar pelat atau kerangka yang biasanya menerus.
B. Struktur Tipe Cangkang
Dalam tipe struktur ini, selain melayani fungi bangunan, kubah juga bertindak
sebagai penahan beban. Salah satu tipe yang umum dimana tegangan utamanya
berupa tarikan adalah bejana yang digunakan untuk menyimpan cairan (baik untuk
temperatur tinggi maupun rendah), diantaranya yang paling terkenal adalah tanki air.
Bejana penyimpanan, tanki dan badan kapal merupakan contoh – contoh lainnya.
Pada banyak struktur dengan tipe cangkang, dapat digunakan pula suatu struktur
rangka yang dikombinasikan dengan cangkang.
Pada dinding – dinding dan atap datar, sementara berfungsi bersama dengan
sebuah kerangka kerja, elemen – elemen “kulit”nya dapat bersifat tekan. Conto pada
badan pesawat terbang. Struktur tipe cangkang biasanya didesain oleh seorang
spesialis.
C. Struktur Tipe Suspensi
9

Pada struktur dengan tipe suspensi, kabel tarikmerupakan elemen – elemen


utama. Biasanya subsistem dari struktur ini terdiri dari struktur kerangka, seperti
misalnya rangka pengaku pada jembatan gantung. Karena elemen tarik ini terbukti
paling efisien dalam menahan beban, struktur dengan konsep ini semakin banyak
dipergunakan.
Telah dibangun pula banyak struktur khusus dengan berbagai kombinasi dari
tipe rangka, cangkang, dan suspensi. Meskipun demikian, seorang desainer spesialis
dalam tipe struktur cangkang ini pun pada dasarnya harus juga memahami desain
dan perilaku struktur rangka.
10

BAB III
TEKNOLOGI PEMBUATAN BAJA

3.1 Bahan- Bahan Dalam Pengolahan Baja


Baja dibuat dari “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari tanur tinggi, harus
dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar karbonnya (dari 5% diturunkan
sampai di bawah 1.5 %), dan untuk menghilangkan bahan/unsur lain yang mengotori
besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian. Besi itu sendiri
biasanya ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite (FeO
(OH), limonit (FeO (OH) dan (H2O)). Atau siderite (FeCO3). Bijih membawa jumlah
yang sangat tinggi dari hematite atau magnetit (lebih besar dari besi ~ 60%) yang
dikenal sebagai "bijih alami".
a. Biji besi
Biji besi yang digunakan terutama dalam bentuk hematite, geotit, dan magnetic,
yang umum digunakan, yaitu:
 Bijih Besi Primer
Umumnya berupa bijih hematite (Fe2O3) atau magnetite (Fe3O4) atau campuran
diantara keduanya. Kandungan Fe nya bervariasi (tinggi dan rendah). Jenis bijih
besi primer ini merupakan bahan baku utama untuk memproduksi besi dunia. Di
Indonesia, bijih besi primer ada di Aceh, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Kalbar,
Kalsel.
 Bijih Besi Laterit
Jenis batuan ini berupa goethite dan limonite. Kadar Fe sekitar 40-58% karena
mengandung air kristal. Di Indonesia, terdapat di Pulau Sebuku, Gunung
Kukusan (Kalsel), Pomala, Halmahera, dll.
 Pasir Besi
11

Jenis batuannya adalah Titanomagnetite dan bersifat magnet kuat. Kandungan


Fe sekitar 59%. Pengolahan bijih sampai menjadi besi baja secara komersial
sudah dilakukan di New Zealand dan China.
b. Kokas
Kokas sebagai zat pereduksi. Kokas sebagai sumber karbon berkadar tinggi,
dibuat dari pemanasan batubara didalam oven kedap udara. Hasil sampingan
pembuatan kokas ini adalah gas bakar yang dapat digunakan kembali sebagai bahan
bakar untuk pemanasan oven dan pemanasan awal tanur tinggi. Hasil samping
lainnya adalah benzen, tar, toluen, naftalen, dan ammonium sulfat.
c. Batu kapur (Lime stone)
Reaksi kimia: CaCO3 ↔ CaO + CO
CaO berfungsi sebagai fluks pembentuk slag (pengotor) danmengikat unsur-unsur
pengotor seperti SiO, MnO, S, dan P. Lapisan fluks (slag) ini juga melindungi baja
cair dari oksidasilangsung dengan udara. Penambahan lime stone dapat di lakukan
bersamaan dengan bahan baku logam. Batu kapur yang ideal memiliki kandungan
CaCO3 sebesar 95% dengan kandungan S<0,10%, porositas 1 - 5 dan ukuran 12,5
cm3. Batu kapur (CaCO3), digunakan sebagai bahan untuk mengikat silika pada
reaksi dalam tanur tinggi. Hasilnya adalah kalsium silikat (CaSiO3), yang menjadi
ampas buangan kerak tanur tinggi.
d. Grafit
Grafit digunakan sebagai pengatur kadar karbon dan sebagai agen foamy slag
agent proses untuk meningkatkan perolehan baja cair.Pada pengaturan komposisi
Karbon dalam baja, di gunakan Coke Breze dan pada potongan elektroda yang larut.
Cara lain adalah dengan injeksi grafit melalui mesin Blomat injector.
e. Udara
Udara dipanaskan, ditiupkan dari bagian bawah tanur tinggi untuk membakar
karbon menjadi gas CO2 yang selanjutnya bereaksi lagi dengan karbon membentuk
gas CO, yang nantinya akan mereduksi oksida besi. Rata-rata untuk menghasilkan 1
12

ton besi, diperlukan bahan baku 2 ton biji besi, 1 ton kokas, 0.3 ton kapur, dan 4 ton
udara.
f. Baja
Baja dicampur dengan logam-logam transisi yang sesuai dengan sifat, kualitas
dan kegunaan tertentu. Pencampuran dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk
mendapatkan komposisi campuran yang memenuhi sifat yang diinginkan. Jenis baja
ini disebut baja alloy atau campuran.

3.2 Efek Khusus Logam Transisi Yang Dicampurkan Pada Baja


Efek khusus logam transisi yang dicampurkan pada baja antara lain:
a. Ferro Alloy
Ferro Alloy adalah unsur-unsur campuran yang mempengaruhi sifat dimana
penggunaan harus dibatasi. Unsur-unsur tambahan logam tersebut antara lain :
1). Silikon (Si)
Fungsi logam ini adalah agenutama dalam proses peleburandimana silicon yang
bersifat sebagai deoksidizer untuk baja killed atau semi killed digunakan untuk
menambah kekuatan dan kekerasan juga sifat listriknya, penggunaan khusus
untuk baja transformator.
2). Mangan (Mg)
Fungsi logam ini adalahsebagai deoksidizer, lebih lemah dibandingkan Si,
manganditambahkan untuk kekuatan dan kekerasan, biasanya baja yang
digunakan untuk konstruksi.
3). Vanadium (Va)
Fungsi logam ini sebagaideoksidizer kuat. Kegunaan vanadium ini menambah
kekutan plastis dan tahan terhadap gaya tekan untuk pembuatan bajastruktur tool
dan spring.
4). Alumunium (Al)
Deoksidizer yang sangat efektif digunakan untuk baja killed.
5). Nikel (Ni)
13

Sebagai tambahan pembuatan bajastainless.


6). Molibdenum (Mo)
Digunakan untuk memperbaikisifat mekanis, digunakan untuk gear dan rool.
7). Tembaga (Cu)
Ditambahkan untuk menahan korosi.
8). Karbon (Ca)
Untuk mereduksi slag dan sebagaideoksidizer dibawah kondisis vakum.
9).Titanium (Ti)
Ditambahkan pada komposisi baja biasa akan menghasilkan baja dengan
kekerasan yang lebih tinggi.
b. Fluks
Digunakan untuk mendapatkan baja yang lebih bersih. Senyawa fluks antara
lain:
1) CaCl dan CaCO
Membentuk slag yang mengikat segala kotoran, abu sisa pembakaran serta
menahan busur listrik yang berada didapur agar tidak merusak batu tahan api
(refractory).
2) CaF2
Digunakan untuk mengencerkan slag.
3) CaSi
Digunakan sebagai deoksidizer 3.
c. Non Ferro Alloy
Bahan campuran yang tidak mengandung besi dan karbon, sebagai unsur
dasarnya adalah grafit.

3.3 Teknik Pengolahan Baja dalam Industri


Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam dan basa yang
berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan terak dari lapisan dapur. Proses
asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persentasenya rendah dalam fosfor
14

dan sulfur. Besi kasar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon yang akan
menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika (SiO3) dan
mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga mencegah reaksi antara unsur fosfor
dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Untsur itu
hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur selama
berlangsung pross pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak. Lapisan dapur harus
dapat terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan dapur dengan unsur
silikon.
Untuk membuat baja, maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari tanur
tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar karbonnya (dari 5%
diturunkan sampai di bawah 1.5 %), dan untuk menghilangkan bahan/unsur lain yang
mengotori besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian melalui
berbagai metode, yaitu:
a. Proses Menggunakan Konvertor
1) Proses Bassemer
2) Proses Thomas
3) Proses Siemens Martin
b. Proses Dapur Listrik
1) Dapur busur cahaya
2) Dapur induksi
15

Gambar
1

Diagram Pembuatan Baja (Sumber : Hari Amanto & Daryanto, 1999).

3.3.1 Proses Pembuatan Baja Secara Konvertor


Konvertor terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan
bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api.
16

Konverter diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan
yang diproses dan pada posisi vertikal untuk pengembusan selama proses
berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil
(diameternya sekitar 15-17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120-150 buah
pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara dihembuskan ke dalam konvertor melalui
pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm2 dan langsung dihembuskan ke
cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandungan
karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan
mangan, seterusnya baja cair dituangkan ke dalam panci-panci dan dipadatkan
menjadi batang-batang cetakan.
Kapasitas konvertor sekitar 25-60 ton dan setiap proses memerlukan waktu
25 menit. Proses pembuatan baja yang menggunakan konvertor adalah sebagai
berikut.
1. Proses Bassemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau
oksida asam (SiO2), sehingga proses ini disebut “Proses Asam”. Besi kasar
yang diolah dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur
silikon dan rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal 0,1%). Besi kasar yang
mengandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi
dari dalam besi kasar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Di samping itu,
fosfor dapat bereaksi dengan lapisan dapur yang terbuat dari kuarsa asam,
reaksi ini membahayakan atau menghabiskan lapisan konvertor. Oleh karena
itu, sangat menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dari proses ini adalah
besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.
17

Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu


konvertor dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara itu,
udara diembuskan dalam posisi vertikal disebut juga kedudukan proses.
Dalam metode ini, ke dalam Conventer Bassemer ditambahkan senyawa
lain seperti dolomite (MgCO3 dan CaCO3), untuk mengikat zat pengotor di
dalam besi. Sambil diputar terus dibawah tanur, melalui lubang-lubang
dibawah tanur dimasukan gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon,
fosfor dan belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida ini akan diikat
oleh oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai hasil
penguraian MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya dimasukan, menjadi kerak
yang mengapung diatas cairan besi. Selanjutnya besi cair yang sudah
mendekati murni dikeluarkan melalui lubang pada converter. Dan kerak yang
tertinggal dalam converter dapat dibuang.
Dalam konvertor, yang pertama terjadi adalah proses oksidasi unsur
silikon yang menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti oleh proses
oksidasi unsur fosfor dan mangan yang menghasilkan oksida fosfor dan oksida
mangan, ditandai dengan adanya bunga api yang berwarna kehijau-hijauan.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses ini
berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih
dengan panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum nyala
api padam, ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung mangan,
kemudian baja cair dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan
dalam bentuk batang-batang baja.
Secara umum proses kerja Bassemer adalah:
a) Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 1500oC.
b) Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+1/8 dari volume
konverter).
c) Konverter ditegakkan kembali.
d) Dihembuskan udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dengan kompresor.
18

e) Setelah 20 – 25 menit konverter dijungkirkan untuk mengeluarkan


hasilnya

Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan dengan mengontrol


karbon yang dikandungnya, serta jenis logam lain yang dicampurkan untuk membuat
logam aliasi.

Gambar 2 Proses Konverter Bassemer


19

Gambar 3 Konverter Bassemer

2. Proses Thomas
Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya adalah
proses basa, sebab batu tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk
mengolah besi kasar yang bersifat basa. Muatan konvertor Thomas adalah besi
kasar putih yang banyak mengandung fosfor.
Proses pembakaran sama dengan proses pada konvertor Bessemer, hanya
saja pada proses Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar.
Pengaliran udara tidak terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan
terbakar.
Pencegahan pembakaran itu dilakukan dengan menganggap selesai
prosesnya walaupun kandungan fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat
fosfor yang terbentuk pada proses ini maka diberi bahan tambahan batu kapur
agar menjadi terak. Terak yang bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk buatan yang dikenal dengan nama pupuk fosfat. Hasil proses yang
20

keluar dari konvertor Thomas disebut baja Thomas yang biasa digunakan
sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses
Bessemer dalam keadaan basa. Proses ini memakai Converter yang di bagian
dalamnya dilapisi bahan tahan api (refractory) bersifat basa seperti dolomite
(MgCO3 + CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah
(pig iron) cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si
dan S (0,6% Si, 0,07 % S).
Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat
penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksidasu dan terbentuklah terak basa
(basic slag). Dengan adanya batu kapur, akan terjadi kenaikan temperatur,
tetapi unsur phosfor (P) yang terkandung dalam besi mentah belum dapat
dipisahkan dari Fe.
Pada periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai
dengan adanya penurunan temperatur, dimana karbon (C) akan terbakar,
berarti kadar C menurun. Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur
akan turun menjadi 1400 - 1420oC.
Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke III
(Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan
terbentuklah terak. Peristiwa ini berlangsung 3-5 menit, dan selanjutnya
terbentuklah terak Phospor [CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur
yang mendadak menjadi 1600oC. Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan
udara panas dihentikan dan converter dimiringkan untuk mengeluarkan terak
yang mengapung di atas besi cair.
Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro Mangan,
Ferro Silikon atau Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta
memberikan kadar Mn dan Si supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja
yang dihasilkan. Terak yang dihasilkan mengandung 22% P2O5 merupakan
21

hasil ikatan yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Baja
yang dihasilkan digunakan sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti
pembuatan baja tuang atau baja profil (steel section) seperti baja siku.

3. Proses Siemens Martin


Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah
menggunakan dapur Siemens Martin yang sering disebut proses Martin. Dapur
ini terdiri atas satu tungku untuk bahan yang dicairkan dan biasanya
menggunakan empat ruangan sebagai pemanas gas dan udara. Pada proses ini
digunakan muatan besi bekas yang dicampur dengan besi kasar sehingga dapat
menghasilkan baja dengan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan
baja Bessemer maupun Thomas.
Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke
dalam ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan
temperatur 600 sampai 9000 C. dengan demikian nyala apinya mempunyai
suhu yang tinggi, kira-kira 18000 C. gas pembakaran yang bergerak ke luar
masih memberikan panas kedalam ruang yang kedua, dengan menggunakan
keran pengatur maka gas panas dan udara pembakaran masuk ke dalam
ruangan tersebut secara bergantian dipanaskan dan didinginkan.
Bahan bakar yang digunakan adalah gas dapur tinggi, minyak yang
digaskan (stookolie) dan juga gas generator. Pada pembakaran zat arang terjadi
gas CO dan CO2 yang naik ke atas dan mengakibatkan cairannya bergolak,
dengan demikian akan terjadi hubungann yang erat antara api dengan bahan
muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi. Bahan tambahan akan bersenyawa
dengan zat asam membentuk terak yang menutup cairan tersebut sehingga
melindungi cairan itu dari oksida lebih lanjut.
Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan
memiringkan dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir
dari proses Martin disebut baja Martin. Baja ini bermutu baik karena
22

komposisinya dapat diatur dan ditentukan dengan teliti pada proses yang
berlangsung agak lama.
Lapisan dapur pada proses Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung
dari besi kasarnya mengandung fosfor sedikit atau banyak. Proses Martin asam
teradi apabila mengolah besi kasar yang bersifat asam atau mengandung fosfor
rendah dan sebaliknya dikatakan proses Martin basa apabila muatannya
bersifat basa dan mengandung fosfor yang tinggi.
Keuntungan dari proses Martin disbanding proses Bessemer dan Thomas
adalah sebagai berikut :
1) Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik
dengan jalan percobaan-percobaan.
2) Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat
dihindarkan atau dibersihkan.
3) Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir proses
menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.

Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran mengalir di atas


cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung zat asam dan zat lemas.
Proses Martin basa biasanya masih mengandung beberapa kotoran seperti zat
asam, belerang, fosfor dan sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam
kadar kotoran-kotoran tersebut lebih kecil.

3.3.2 Proses Dapur Listrik


Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila dilakukan pengontrolan
temperatur peleburan dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja yang
dilakukan selama proses pemurnian. Proses pengolahan seperti ini dilakukan
dengan menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian baja menggunakan
dapur tungku terbuka atau konvertor, selanjutnya dilakukan di dalam dapur listrik
sehingga diperoleh baja yang berkualitas tinggi.
23

Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja yang tahan terhadap suhu
tinggi. Dapur ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut.
1) Jumlah panas yang diperlukan dapat dapat diatur sebaik-baiknya.
2) Pengaruh zat asam praktis tidak ada.
3) Susunan besi tidak dipengaruhi oleh aliran listrik.
Sedangkan kekurangannya adalah harga listrik yang mahal. Dapur listrik
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dapur listrik busur cahaya dan dapur listrik
induksi.
1) Dapur busur cahaya
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api,
dapur ini juga dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini
merupakan suatu tungku yang bagian atasnya digantungkan dua batang
arang sebagai elektroda pada arus bolak-balik atau dengan tiga buah
elektroda arang yang dialirkan arus putar. Misalnya pada dapur Stassano
busur api terjadi antara tiga ujung elektroda arang yang berada di atas baja
yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan arus putar. Pada dapur
Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang membentuk
busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan melalui
enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus
bolak-balik dan dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus
putar. Arus listrik membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan
kembali dari cairan ke elektroda lainnya.
2). Dapur induksi
Dapur induksi dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi rendah dan
dapur induksi frekuensi tinggi. Pada dapur induksi dibangkitkan suatu arus
induksi dalam cairan baja sehingga menimbulkan panas dalam cairan baja itu
sendirii sedangkan dinding dapurnya hanya menerima pengaruh listrik yang
kecil saja.
24

a). Dapur induksi frekuensi rendah, bekerja menurut prinsip transformator.


Dapur ini berupa saluran keliling teras dari baja yang beserta isinya
dipandang sebagai gulungan sekunder transformator yang dihubungkan
singkat, akibat hubungan singkat tersebut di dalam dapur mengalir suatu
aliran listrik yang besar dan membangkitkan panas yang tinggi. Akibatnya
isi dapur mencair dan campuran-campuran tambahan dioksidasikan.
b). Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur ini terdiri atas suatu kuali yang diberi kumparan besar di
sekelilingnya. Apabila dalam kumparan dialirkan arus bolak-balik maka
terjadilah arus putar didalam isi dapur. Arus ini merupakan aliran listrik
hubungan singkat dan panas yang dibangkitkan sangat tinggi sehingga
mencairkan isi dapur dan campuran tambahan yang lain serta
mengkoksidasikannya. Hasil akhir dari dapur listrik disebut baja elektro
yang bermutu sangat baik untuk digunakan sebagai alat perkakas misalnya
pahat, alat tumbuk dan lain-lainnya.

3.4 Dampak dari Industri Pengolahan Baja


Bahan buangan yang dihasilkan dari industri baja dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu, asap dan gas yang
mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan buangan, kebisingan
yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan
sekitarnya. Kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang berlebihan
dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun
masyarakat sekitar. Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia,
tetapi industri ini mencemari air karena buangannya dapat mengandung minyak
pelumas dan asam-asam yang berasal dari proses pickling untuk membersihkan bahan
plat, sedangkan bahan buangan padat dapat dimanfaatkan kembali. Bahaya dari bahan-
bahan pencemar yang mungkin dihasilkan dari proses-proses dalam industri besi-
baja/logam terhadap lingkungan dan kesehatan yaitu :
25

 Debu
Biasanya industri besi dan baja menhasilkan debu-debu yang mengandung logam Fe
yang dapat mencemari udara. Pencemaran Fe sangat berpeotensi menimbulkan
fibrosis paru, iritasi mukosa,dan sesak nafas.
 Kebisingan
Mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan otot,
menurunnya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.
 Karbon Monoksida (CO)
Dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit
kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan
pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti
dengan kematian.
 Karbon Dioksida (CO2)
Dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas
pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.
 Belerang Dioksida (SO2)
 Dalam industri besi dan baja,banyak memberikan dampak bagi lingkungan. Besi dan
baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak
terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi
oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan
logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam
mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2  2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2  2PbO + 2SO2
Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorology dan
geografi setempat. Kelembaban udara mempengaruhi kecepatan perubahan SOx
menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang
akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. SO2 pada konsentrasi 6-12 ppm dapat
26

menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada
konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.
 Minyak pelumas
Buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila
bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan sebagainya.
 Asap
Dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan
gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang membahayakan seperti yang
telah diuraikan diatas.
27

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di
alam dan mudah diolah.
b. Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon dimana unsur karbon
(C) menjadi dasar campurannya.
c. Jenis- jenis besi berdasarkan kadar karbon dan unsur- unsur lain yang terdapat di
dalamnya, besi tuang, baja, besi tempa.
d. Jenis- jenis baja berdasarkan kandungan karbon, yaitu baja karbon rendah, baja
karbon sedang, baja karbon tinggi. Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi
yang dicampurkan, yaitu stainless steel, baja krom, baja nikel, baja dengan mangan
rendah.
e. Bahan- bahan yang diperlukan dalam pengolahan besi adalah biji besi, kokas, batu
kapur, grafit, dan udara panas.
f. Bahan- bahan yang diperlukan dalam pengolahan baja adalah ferro alloy, fluks, dan
non ferro alloy.
g. Teknik pengolahan besi dilakukan dalam tanur sembur (blast furnace).
h. Teknik pengolahan baja dilakukan dengan 2 metode, yaitu proses menggunakan
konvertor, diantaranya proses Bassemer, proses Thomas, proses Siemens Listrik.
Kemudian proses dapur listrik, diantaranya dapur busur cahaya dan dapur induksi.
i. Dampak dari industri pengolahan besi dan baja akan menimbulkan pencemaran
lingkungan.
j. Proses- proses dalam industri besi-baja terhadap lingkungan dan kesehatan, yaitu
debu, kebisingan, gas CO, gas CO2, gas SO2, minyak pelumas, dan asap.
28

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, Hari dan Daryanto. 2003. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ananta, W. 2013. Proses Pembuatan Baja PT. KRAKATAU STEEL (Online)


http://www.scribd.com/doc/47107355/Bab-III-Proses-Pembuatan-Baja-PT-
KRAKATAU-STEEL (diakses pada 23 Mei 2017 Pukul 19:40 WIB)
Anonim. 2012. Pengolahan Besi dan Baja (Online)
http://cheamistry.blogspot.com/2012/10/pengolahan-besi-dan-baja.html (diakses
tanggal 28 September 2013).
Anonim. 2012. Industri Besi dan Baja (Online) http://givuin.blogspot.com/2012/05/share-
lagi-sob.html (Diakses tanggal 24 Mei 2017 Pukul 16.04 WIB).
Anonim. Parameter Pencemaran Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. (Online)
http://depkes.go.id/downloads/Udara.PDF (Diakses pada 24 Mei 2017 Pukul 20.24
WIB)
Fajarini, N. 2012. “Dampak Limbah Industri Terhadap Lingkungan”. (Online)
http://lovelyblue14.wordpress.com/2012/06/05/dampak-limbah-industri-terhadap-
lingkungan/ (Diakses pada 25 Mei 2017 Pukul 21.05 WIB)
Prayudi, T. 2005. “Dampak Industri Pengecoran Logam Fe Terhadap Pencemaran Debu di
Udara”. P3TL-BPPT. 6. (2): 385-390

Anda mungkin juga menyukai