Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baja merupakan salah satu bahan yang sangat banyak dipakai di seluruh dunia
untuk keperluan kehidupan manusia, khususnya di dunia industri. Ditemukan
pertama kali oleh orang Mesir lebih dari 4000 tahun yang lalu untuk perhiasan dan
alat rumah tanggga yang kemudian berkembang menjadi bahan berharga dan
dimanfaatkan orang setiap hari saat ini. Untuk menjadikan baja, banyak proses
yang dilakukan, sehingga membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Baja merupakan logam yang banyak
sumbangannya bagi perkembangan kebudayaan manusia. Hal ini disebabkan
karena jumlahnya yang cukup melimpah, memiliki sifat mekanik yang menarik,
mudah dikerjakan dengan forming maupun dengan machining, harganya relative
murah dan lain-lain.
Proses bassemer merupakan salah satu proses pembuatan baja yang dalam
usahanya usaha mempercepat proses pembuatan baja pada pertengahan abad 19
dengan konverternya yang terkenal. Proses ini meupakan proses pembuatan alat-
alat atau komponen mesin yang membutuhkan pengetahuan dalam
pengolahannnya, karena itu penting untuk diketahui proses-proses dan
pencampuran bahan yang ada dalam pembuatan baja dengan bassemer sebab sangat
mempengaruhi kualitas hasil dari proses bassemer.
Oleh karena alasan tersebut, maka makalah ini dibuat sebagai bahan
pengetahuan untuk pembuatan baja dengan konvertor melalui proses yang efektif
dan efisien serta pencamuran bahan emntah secara proporsional sehingga dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan baja?
b. Apa saja jenis-jenis baja?
c. Bahan-bahan apa saja yang diperlukan dalam pengolahan baja?
d. Bagaimana teknik pengolahan baja dalam industri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Struktur Baja


Berikut ini adalah awal mula ditemukannya Baja. Besi ditemukan dan
digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM
1. Tahun 1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut
selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebbut proses
peleburan besi mulai diketahui secara luas.
2. Tahun 1000 SM, bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan asiria
juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.
3. Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa
arya.
4. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi.
5. Tahun 400 – 500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di eropa.
6. Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja
7. Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada
1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus.
8. 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang.
9. 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa.

2.2 Pengertian Baja


Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar
dengan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam
baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon
dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser
pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa
ditambahkan selain karbon adalah (titanium), krom
4

(chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten (wolfram). Penambahan


kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan
kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas
(brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Baja tahan karat atau lebih
dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya
10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam).
Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksidakromium,
dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Stainless
Steel sering digunakan dalam perlengkapan Stainless Steel untuk industri
makanan.

2.3 Sifat Baja


Beberapa sifat - sifat baja secara umum adalah :
1. Keteguhan (solidity)
Mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur
2. Elastisitas (elasticity)
Kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas –batas pembebanan tertentu,
sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.
3. Kekenyalan / keliatan (tenacity)
Kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima perubahan perubahan bentuk
yang besar tanpa menderita kerugian-kerugian berupa cacat atau kerusakan
yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek
4. Kemungkinan ditempa (maleability)
Sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat
dirubah bentuknya
5. Kemungkinan dilas (weklability)
Sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai
atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya
6. Kekerasan (hardness)
5

Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.


Sifat baja lainnya yaitu :
• Baja tahan garam (acid-resisting steel)
• Baja tahan panas (heat resistant steel)
• Baja tanpa sisik (non scaling steel)
• Electric steel
• Magnetic steel
• Non magnetic steel
• Baja tahan pakai (wear resisting steel)
• Baja tahan karat atau korosi

2.4 Jenis – jenis Baja


Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu :
 Baja karbon (Carbon steel)
 Baja paduan (Alloy steel)
1. Baja Karbon (carbon steel)

Baja karbon dapat terdiri atas :


a. Baja karbon rendah (low carbon steel)
Machine, machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C ) Sifatnya mudah
ditempa dan mudah di mesin
 kandungan karbonnya < 0,3%C
 tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk
martensit
 metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya terdiri
ferit dan perlit
 relatif lunak dan lemah ìulet dan tangguh
 mampu mesin dan mampu lasnya baik
 Aplikasi : bodi mobil, bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran
6

Penggunaannya:
- 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,
screws, nails.
- 0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
b. Baja karbon menengah (medium carbon steel )
 kandungan karbonnya: 0,3 – 0,6%C
 dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing,
quenching, dan tempering
 banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya
martensit
 lebih kuat dari baja karbon rendah
 aplikasi :poros, roda gigi, crankshaft
 Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
 Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.
Penggunaan:
0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges
c. Baja karbon tinggi (high carbon steel)
Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 %
C
Penggunaan :
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise
jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning
hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters
 kandungan karbonnya: 0,6 < % C ≤ 1,7
 dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing,
quenching, dan tempering
7

 banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya


martensit
 paling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya
 tahan aus
 aplikasi : pegas, pisau cukur, kawat kekuatan tinggi, rel kereta api, perkakas
potong, dies
2. Baja Paduan (Alloy steel)

Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:

 Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
 Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
 Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan
reduksi)
 Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
 Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
 Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
 High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) &high speed steel.

 Baja Paduan Khusus (special alloy steel)


Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel,
chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan
menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan
merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat
dan ulet bila dibandingka terhadap baja karbon (carbon steel).
8

 High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel


Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut
High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat
dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan
harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.

Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:


 Baja tahan garam (acid-resisting steel)
 Baja tahan panas (heat resistant steel)
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan
komposisi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
 Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
 Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
 Baja paduan konstruksi (Alloyed structural
 Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
 Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
 Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Struktur Baja


Kelebihan Baja

 Kuat tarik tinggi.


 Tidak dimakan rayap
9

 Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut


 Bisa di daur ulang
 Dibanding Stainless Steel lebih murah
 Dibanding beton lebih lentur dan lebih ringan
 Dibanding alumunium lebih kuat
Kekurangan Baja:
 Bisa berkarat.
 Lemah terhadap gaya tekan.
 Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai
profile
 Tidak kokoh
 Tidak tahan api

2.6 Klasifikasi Baja


a. Menurut penggunaannya:
 Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 %
 Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.

b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:


 Baja tahan garam (acid-resisting steel)
 Baja tahan panas (heat resistant steel)
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi

2.7 Perusahan Baja di Indonesia


1. PT. Nusa Multilaksana
2. PT. Metalindo Pancagraha
3. Mitsui & Co Ltd. [Representative Office]
10

4. PT. Krupindo Lestari


5. PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon [Representative Office]
6. PT. Manunggal Bajatama Sejahtera
11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Henry Bessemer (1813–1898)


Dia berperan besar dalam usaha mempercepat proses pembuatan baja pada
pertengahan abad 19 dengan konverternya yang terkenal. Udara ditiupkan ke
seluruh lelehan besi glubal (bijih besi yang telah dipanaskan dalam tanur dengan
batu bara atau kayu). Besi murni yang masih meleleh, dituang dari konverter dan
ditambahkan sejumlah tertentu karbon dan logam, seperti nikel, mangan, atau
kromium. Zat tambahan ini mengubah lelehan besi menjadi baja, yaitu alloi yang
sangat terkenal karena kekuatannya.

3.2 Teknik Pengolahan Baja


Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam dan basa yang
berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan terak dari lapisan dapur.
Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persentasenya rendah
dalam fosfor dan sulfur. Besi kasar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon
yang akan menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika
(SiO3) dan mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga mencegah reaksi
antara unsur fosfor dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Untsur
itu hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur
selama berlangsung pross pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak. Lapisan
dapur harus dapat terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan
dapur dengan unsur silicon.
Untuk membuat baja, maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari
tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar karbonnya
(dari 5% diturunkan sampai di bawah 1.5 %), dan untuk menghilangkan
bahan/unsur lain yang mengotori besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya)
12

dilakukan pemurnian salah satu metodenya, dengan proses menggunakan


konvertor yaitu Proses Bessemer.

Gambar 1. Diagram Pembuatan Baja


13

3.3 Proses Menggunakan Konvertor


Konvertor terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan
bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api.
Konverter diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan
yang diproses dan pada posisi vertikal untuk pengembusan selama proses
berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil
(diameternya sekitar 15-17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120-150 buah
pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara dihembuskan ke dalam konvertor melalui
pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm2 dan langsung dihembuskan ke
cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandungan
karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan mangan,
seterusnya baja cair dituangkan ke dalam panci-panci dan dipadatkan menjadi
batang-batang cetakan. Kapasitas konvertor sekitar 25-60 ton dan setiap proses
memerlukan waktu 25 menit.

3.4 Proses Bessemer


Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di dalam
konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau oksida
asam (SiO2), sehingga proses ini disebut “Proses Asam”. Besi kasar yang diolah
dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon dan
rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal 0,1%). Besi kasar yang mengandung
fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi dari dalam besi
kasar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Di samping itu, fosfor dapat bereaksi
dengan lapisan dapur yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini membahayakan atau
menghabiskan lapisan konvertor.
Oleh karena itu, sangat menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dari
proses ini adalah besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.
14

Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu konvertor
dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara itu, udara
diembuskan dalam posisi vertikal disebut juga kedudukan proses.
Dalam metode ini, ke dalam Conventer Bassemer ditambahkan senyawa lain
seperti dolomite (MgCO3 dan CaCO3), untuk mengikat zat pengotor di dalam besi.
Sambil diputar terus dibawah tanur, melalui lubang-lubang dibawah tanur
dimasukan gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon, fosfor dan belerang
menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida ini akan diikat oleh oksida-oksida
magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai hasil penguraian MgCO3 dan
CaCO3 yang sebelumnya dimasukan, menjadi kerak yang mengapung diatas cairan
besi. Selanjutnya besi cair yang sudah mendekati murni dikeluarkan melalui
lubang pada converter. Dan kerak yang tertinggal dalam converter dapat dibuang.
Dalam konvertor, yang pertama terjadi adalah proses oksidasi unsur silikon
yang menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti oleh proses oksidasi unsur
fosfor dan mangan yang menghasilkan oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai
dengan adanya bunga api yang berwarna kehijau-hijauan.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses ini
berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih dengan
panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum nyala api padam,
ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung mangan, kemudian baja cair
dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan dalam bentuk batang-
batang baja.
Secara umum proses kerja Bassemer adalah:
a) Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 1500oC.
b) Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+1/8 dari volume konverter).
c) Konverter ditegakkan kembali.
d) Dihembuskan udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dengan kompresor.
e) Setelah 20 – 25 menit konverter dijungkirkan untuk mengeluarkan hasilnya
15

Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan dengan mengontrol


karbon yang dikandungnya, serta jenis logam lain yang dicampurkan untuk
membuat logam aliasi.

Gambar 2. Konverter Bassemer

Proses pembuatan baja melalui proses bessemer dan perapian terbuka, tahapan,
kimia - baja merupakan paduan (alloy) yang digolongkan sebagai baja karbon
(kandungan karbon di atas 1,5 %) yang mengandung logam lain, seperti Cr, Co,
Mn, dan Mo. Sifat-sifat mekanik baja ditentukan oleh komposisi kimianya.
Pengolahan besi dari bijihnya merupakan proses reduksi. Akan tetapi, pengubahan
besi menjadi baja merupakan proses oksidasi untuk mengeluarkan pengotor.
Oksidasi besi dilakukan dengan berbagai cara, tetapi dua cara umum yang biasa
digunakan pada pembuatan baja adalah proses perapian terbuka (open hearth) dan
proses Bessemer (basic oxygen). Pada proses ini, besi cair hasil dari tanur sembur
16

dimasukkan ke dalam reaktor silinder. Udara panas disemburkan dari lubang-


lubang pipa untuk mengoksidasi karbon dan zat pengotor yang masih tersisa.

Persamaannya :


C(s) + O2(g) → CO2(g)

Si(l) + O2(g) → SiO2(l)

2Fe(l) + O2(g) → 2FeO(l)

Untuk mereduksi kembali FeO yang turut teroksidasi, ditambahkan logam


mangan. Reaksi yang terjadi:


Mn(l) + FeO(l) → (Fe–MnO)(l)
Feromangan

Baja jenis feromangan mutunya kurang baik dan harganya relatif murah. Baja
feromangan biasanya dipakai untuk membuat kerangka beton bangunan, pipa
ledeng, dan kawat pagar.
17

Gambar 3. Reaktor Bessemer.

3.5 Proses Perapian Terbuka


Pada proses perapian terbuka digunakan reaktor serupa mangkuk yang memuat
sekitar 100–200 ton besi cair. Untuk menjaga besi tetap cair maka atap wadah
dibentuk cembung agar dapat memantulkan kalor ke arah permukaan besi cair.
Semburan udara panas mengandung oksigen dilewatkan melalui permukaan besi
dan bereaksi dengan pengotor. Si dan Mn dioksidasi pertama kali menjadi terak,
diikuti oleh oksidasi karbon menjadi CO yang menimbulkan agitasi dan busa di
atas mangkuk.
Oksidasi termal karbon meningkatkan suhu dalam mangkuk yang
menyebabkan fluks batu kapur terkalsinasi menghasilkan kapur tohor yang
mengambang di atas lelehan. Kapur ini bergabung dengan fosfat, sulfat, silikat,
dan pengotor lain. Kalsinasi adalah proses pemanasan di bawah titik leleh zat
untuk menghilangkan pengotor.
18

3.6 Tahap Penghalusan Baja Karbon


Tahap penghalusan melibatkan oksidasi karbon dan pengotor secara terus-
menerus. Pengotor seperti Mn, P, dan Si bereaksi dengan oksigen membentuk
oksida, dan direaksikan kembali dengan suatu fluks. Jenis fluks bergantung pada
pengotor. Jika pengotor adalah mangan (basa) maka fluks yang bersifat asam
ditambahkan (silika).


MnO(s) + SiO2(s) → MnSiO3(l)

Jika pengotor silikon atau fosfor (asam) maka fluks yang bersifat basa
ditambahkan (CaO atau MgO):


SiO2(s) + MgO(s) → MgSiO3(l)

P4O10(s) + 6CaO(s) → 2Ca3(PO4)2(l)

Sebelum dikeluarkan dari tanur, logam lain, seperti Co, Cr, Ni, V, atau W dapat
ditambahkan pada baja agar menghasilkan paduan yang memiliki sifat-sifat
tertentu.
19

BAB IV
KESIMPULAN

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :


a. Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon dimana unsur karbon
(C) menjadi dasar campurannya.
b. Jenis- jenis baja berdasarkan kandungan karbon, yaitu baja karbon rendah, baja
karbon sedang, baja karbon tinggi. Berdasarkan komposisi dan jenis logam
transisi yang dicampurkan, yaitu stainless steel, baja krom, baja nikel, baja dengan
mangan rendah.
c. Bahan- bahan yang diperlukan dalam pengolahan baja adalah ferro alloy, fluks,
dan non ferro alloy.
d. Teknik pengolahan baja dilakukan dengan 2 metode, yaitu proses menggunakan
konvertor, diantaranya proses Bassemer, proses Thomas, proses Siemens Listrik.
Kemudian proses dapur listrik, diantaranya dapur busur cahaya dan dapur induksi.
20

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, Hari dan Daryanto. 2003. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ananta, W. 2013. Proses Pembuatan Baja PT. KRAKATAU STEEL (Online)


http://www.scribd.com/doc/47107355/Bab-III-Proses-Pembuatan-Baja-PT-
KRAKATAU-STEEL (diakses pada 31 Mei 2017 Pukul 09:40 WIB)
Anonim. 2012. Industri Besi dan Baja (Online)
http://givuin.blogspot.com/2012/05/share-lagi-sob.html (diakses tanggal 02
Junii 2017 Pukul 21.17 WIB)
Ahmad Hasnan S. Mengenal Baja, http://www.scribd.com/doc/3024023/Sejarah-baja.

http://www.steelindonesia.com/ (di akses pada tanggal 02 juni 2017 pukul 02.00)


http://adrianusaja.blogspot.com/2010/01/pembuatan-besi-baja.html (di akses pada
tanggal 03 juni 2017 pukul 10.00 WIB)
Sunarya, Y. dan A. Setiabudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 : Untuk Kelas
XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 298.

Anda mungkin juga menyukai