Anda di halaman 1dari 42

ABORTUS INSIPIENS

No.Dokumen : SPO/III.PPN/2017
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : Januari 2017
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas
dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Pengeluaran semua hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar


kandungan, servik terbuka dan tinggi fundus uteri sesuai usia
gestasi.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan abortus insipiens
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana No : 005/SK/III/2016.
Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Juwana
4. Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan, edisi pertama 2013
5. Prosedur

6. Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesa


langkah 2. Petugas mencuci tangan dan memakai APD
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik
4. Petugas memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan serta hasil
identifikasi, diagnose abortus insipiens pada ibu
5. Petugas menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa abortus
incipiens tidak dapat ditangani di Puskesmas Juwana, ibu harus
dirujuk
6. Petugas melakukan persiapan rujukan dengan memberikan
infus.
7. Petugas melepas APD lalu cuci tangan
8. Petugas mencatat semua hasil tindakan dalam RM.
9. Petugas menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa abortus
insipiens jangan melakukan aktifitas fisik berlebih atau
hubungan seksual, untuk mempertahankan kehamilannya
10. Petugas memantau kondisi ibu jika perdarahan berhenti saat
pemeriksaan antenatal berikutya, jika tidak berhenti rujuk ibu
untuk USG
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Ruang persalinan
2. KIA
3. pustu
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
ASFIKSIA
No. Dokumen : SOP/IX/C/336/2016
SOP No. Revisi :1 Maret 2016
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir
2. Tujuan Agar bayi bisa bernafas spontan
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana
No.440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis Puskesmas
Juwana
4. Referensi 1. Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Modul Pelatihan PONEK Kemenkes RI 2012

5. Prosedur 1. Menyiapkan alat-alat


2. Bidan melakukan cuci tangan
3. Hangatkan bayi dibawah lampu dengan jarak 60 cm
4. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
5. Isap lender dari mulut sedalam 5cm kemudian hidung
sedalam 3cm
6. Keringkan bayi sambil memberikan rangsangan taktil
dengan menggosok punggung atau menyentil ujung jari
kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang
kering
7. Atur kembali posisi kepala bayi
8. Nilai bayi :usaha bernafas,warna kulit, dan denyut
jantung Jika denyut jantung <60x/menit nafas belum
spontan, kulit biru, pucat, lakukan VTP dengan
ambubag selama 30 detik dengan kecepatan 20x/menit
9. Jika tidak ada perbaikan lakukan rujukan dengan tetap
melakukan VTP dengan ambubag sampai ke tempat
tujuan
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu diperhatikan
9. Unit Terkait
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
EPISIOTOMI MEDIO LATERAL

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas
dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Episiotomi medio lateral adalah pengguntingan


kulit dan otot antara vagina dan anus yang
menyudut dari arah kaki dari pada ke punggung
2. Tujuan Untuk acuan penerapan langkah-langkah dalam
pelaksanaan episiotomi medio lateral.
3. Kebijakan SK KEPALA PUSKESMAS JUWANA No.
Tentang Kebijakan Layanan Klinis
4. Referensi
5. Prosedur

6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

Visite Visite
Anamnesisi, Membuat
dilakukan dilakukan
pemeriksaan diagnosis,pengobatan,
setiap pada semua
fisik pemeriksaan penunjang
hari pasien

Menjelaskan pada pasien


hasil pemeriksaan, Melaksanakan tindakan medis,
diagnosis,rencana pengobatan
pemeriksaan / pengobatan

8. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Rawat Inap,
2. Poned
10. Dokumen Terkait Rekam Medis
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
PEMBERIAN IMUNISASI
HEPATITIS 0-7 HARI
No. Dokumen : SOP/IX/C/339/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP.
197603122005012008

1. Pengertian Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan


dan bersifat non-infectious. Berasal dari HbsAg yang
dihasilkan dalam ragi (Hansenula polymorpha)
menggunakan teknologi DNA recombinan
2. Tujuan Memberikan imunisasi Hepatitis B sesuai prosedur.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no
440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi Departemen Kesesehatan Republik Indonesia. 2009.
On the job training (OJT) Imunisasi Dasar Bagi
Pelaksana Imunisasi/Bidan
5. Prosedur
1. Melakukan anamnesa dengan cara:
a. Melihat keadaan umum bayi
b. Menunda pemberian imunisasi, apabila ada
indikasi demam (>38oC)
c. Melakukan rujukan internal pada pasien indikasi.
d. Apabila kondisi baik dan tidak ada
kontraindikasi, lakukan langkah selajutnya.
2. Memberikan informed consent tindakan
imunisasi kepada ibu.
3. Mempersiapkan posisi yang aman untuk bayi
untuk tindakan penyuntikan
4. Petugas mencuci tangan
5. Mengambil vaksin dari dalam termos es, dan
mengeluarkan alat suntik dari kantong
aluminium.
6. Memegang alat suntik pada leher dan tutup jarum
dengan memegang keduanya diantara jari
telunjuk dan jempol, dengan gerakan cepat
dorong tutup jarum kearah leher. Teruskan
mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup
jarum dan leher.
7. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas
DTT
8. Membuka tutup jarum, tetap memegang alat
suntik pada bagian leher dan tusukan jarum pada
paha luar secara intra muskular atau subkutan
dalam. Tidak perlu melakukan aspirasi.
9. Memijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik
dengan dosis 0,5 cc, setelah reservoir kempis
cabut alat suntik.
10. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT.
11. Membuang jarum dan kapas dalam safety box.
12. Membereskan alat dan mendokumentasikan
kegiatan pada KMS, buku register, buku kohort
bayi.
6. Langkah-langkah

7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA KB
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008
1. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium
tidak dapat berkontraksi setelah plasenta lahir dalam
15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase)
fundus uteri.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
tindakan Persalinan Dengan Atonia Uteri
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas NOMOR : tentang Persalinan
Dengan Atonia Uteri bahwa untuk mendapatkan layanan di
puskesmas pasien / keluarga berhak memperoleh informasi
tentang layanan yang akan diberikan
4. Referensi Buku Panduan Peserta Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini, Jakarta, JNPK-
KR 2008
5. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan
2. Prtugas memberi tahu pasien dan keluarga
3. Petugas memastikan kandung kemih kosong jika
penuh petugas melakukan kateterisasi
4. Petugas memakai sarung tangan steril dan dengan
lembut masukkan secara obstretik ( menyatukan
kelima ujung jari ) melalui introitus vagina ibu.
5. Petugas memeriksa dan membersihkan vagina
dan serviks dari bekuan darah dan selaput
ketuban.
6. Petugas melakukan Kompresi Bimanual Interna (
KBI ) selama 5 menit : mengepalkan tangan
dalam dan menempatkan di forniks anterior,
menekan dinding anterior uterus ke arah tangan
luar yang menahan dan mendorong dinding
posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
7. Petugas meneruskan KBI selama 2 menit bila
uterus berkontraksi, mengeluarkan tangan
perlahan-lahan, memantau kala empat dengan
ketat.
8. Petugas mengajarkan keluarga untuk membantu
melakukan Kompresi Bimanual Eksterna bila
uterus tidak berkontraksi
9. Petugas mengeluarkan tangan perlahan-lahan.
10. Petugas memberikan ergometrin 0,2 mg IM ( Ibu
dengan hipertensi tidak boleh diberi ergometrin )
11. Petugas memasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer
Laktat + 20 unit oksitosin. menghabiskan 500 cc
pertama secepat mungkin.
12. Petugas mengulangi KBI ( Kompresi Bimanual
Interna )
13. Petugas memantau kala empat dengan seksama
bila uterus berkontraksi
14. Petugas segera merujuk ibu bila uterus tidak
berkontraksi
15. Petugas mencuci tangan
16. Petugas mendampingi ibu ke tempat rujukan
17. Petugas melanjutkan pemberian infus Ringer
Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc dengan
kecepatan 500 cc/jam hingga tiba di tempat
rujukan
18. Petugas mencatat hasil tindakan
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Pelayanan Persalinan
2. Pelayanan KIA/KB
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)

No. Dokumen : SOP/IX/C/341/2016


SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP.
197603122005012008

1. Pengertian Suatu metode asuhan khusus bagi bayi berat lahir rendah
atau bayi premature dengan melakukan kontak langsung
antara kulit ibu dan kulit bayi
2. Tujuan Menghangatkan bayi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no 440/107/SK/2016
Tentang pelayanan klinis Puskesmas Juwana
4. Referensi Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
5. Prosedur 1. Melakukan konseling kepada ibu mengenai tindakan
yang akan dilakukan.
2. Petugas melakukan cuci tangan
3. Mengukur tanda vital
4. Bayi telanjang (hanya menggunakan popok dan topi)
5. Melekatkan bayi ke dada ibu, diantara kedua payudara
ibu sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit, pinggul
bayi dalam posisi fleksi (frog position) kemudian sangga
dengan kain penggendong
6. Memposisi kepala bayi sedikit ekstensi sehingga jalan
napas bayi tetap terbuka dan memungkinkan terjadinya
kontak mata antara orang tua/ibu dengan bayi
7. Mempertahankan posisi bayi seperti ini kecuali bayi
mau dimandikan
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
PEMBERIAN OKSITOSIN IM
No. Dokumen : /SPO/III.PPN/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2 Juni 2016
Halaman :
Puskesmas Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
Juwana NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Pemberian suntikan dilakukan dalam satu menit pertama


setelah bayi lahir dan memastikan tidak adanya bayi lain
dalam uterus karena dapat menyebabkan uterus berkontraksi
yang dapat menurunkan pasokan oksigen bayi.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam pemberian oksitosin secara IM.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana No :
005/SK/III/2016. Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan, edisi pertama 2013
5. Prosedur
6. Langkah- a. Petugas memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada
langkah bayi dalam uterus
b. Petugas memberi tahu ibu bahwa akan dilakukan
penyuntikan
c. Petugas segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bagian
atas paha bagian luar
d. Petugas meletakkan kembali alat pada tempatnya
e. Petugas mencatat semua tindakan ke dalam RM.
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait Ruang persalinan
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
PEMBERIAN MgSO4 20%
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
Juwana NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Merupakan tindakan pemberian MgSO4 yang


diberikan pada pasien-pasien PONEK yang
membutuhkan
2. Tujuan Mengurangi dampak
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no
440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neoatal. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Prosedur a. Bidan menentukan dengan pasti bahwa pasien
yang akan mendapatkan MgSO4 20% sesuai
dengan indikasi
b. Memberikan MgSO4 20% 20cc masukkan
bolus selama 10-15 menit.
c. Memberikan 30cc MgSO4 20% dalam 500 cc
Ringer Laktat sebanyak 28 tts/mnt sampai 6
jam.
d. Bila terjadi tanda-tanda keracunan seperti
paralysis total, depresi pernafasan dan atau
hipotensi berikan anti dotum : Ca. Gluconas 10
% sebanyak 10 cc IV selama 5 menit
e. Memantau kesadaran dan tanda-tanda vital
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
PENANGANAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
Juwana NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir


yang terjadi pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
2. Tujuan Untuk mencari penyebab perdarahan antepartum serta
merencanakan tindakan selanjutnya agar morbiditas dan
mortilitas ibu dan janin dapat di turunkan
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no 440/107/SK/2016
Tentang pelayanan klinis Puskesmas Juwana
4. Referensi Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesis lengkap meliputi paritas ,
HPHT, riwayat penyakit yang pernah diderita serta
riwayat obstetri yang lalu
2. Melakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi KU
ibu, TFU, keadaan dan letak janin serta pemeriksaan
dengan spekulum untuk melihat adanya perdarahan
yang keluar dari ostium uteri
3. Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat
adanya keadaan anemia
4. Memasang infuse dan berikan oksigern (bila
diperlukan)
5. Jelaskan pada pasien dan keluarganya mengenai
keadaan kehamilannya serta kemungkinan penyulit
yang dapat timbul dan beritahu bahwa pasien harus
dirawat dirumah sakit
6. Pantau keadaan umum,tanda-tanda vital, perdarahan
7. Melakukan rujukan (bila diperlukan)
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA dan PONED
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
SOP PREEKLAMSI
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008
1. Pengertian Keadaan ibu hamil dengan tekanan darah 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan 2-
triwulan 3/ lebih awal kehamilan )
2. Tujuan Agar preeklamsi tidak terjadi eklamsi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no
440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis Puskesmas
Juwana
4. Referensi Modul Pelatihan PONEK Kemenkes RI 2012
5. Prosedur 1. Menyiapkan alat-alat dan obat
2. Bidan melakukan cuci tangan
3. Bidan melakukan TTV
4. Melakukan pemeriksaan laboratorium
A. Jika ditemukan tekanan diastolik > 110mmHg
,protein urine>2+ tindakan yang dilakukan
1. konsul dokter
2. Melaksanakan advis dokter
- Pasang O2 3lt/menit
- Pasang DC
- Memberikan MgSO4 20%
- Pengawasan 6 jam
B. Jika ditemukan tekanan diastolic 90
mmHg,protein urine +1 tindakan yang dilakukan:
1. Konsul dokter
2. Melakukan advis dokter :
- Memberikan obat anti hipertensi (nifedipine 10mg)
- Pengawasan KU,TTV, dan DJJ
5 . Dokumentasi
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. KIA
2. Laboratorium

10. Dokumen Terkait


11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
PEMERIKSAAN IBU NIFAS
No. Dokumen : SOP/IX/C/336/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Memberikan pelayanan nifas kepada semua ibu


nifas
2. Tujuan Memberikan pelayanan nifas sesuai standar
kebidanan
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana
No.440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neoatal. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Prosedur 1. Anamnesa ibu
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah
3. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
b. Pemeriksaan payudara
1) Meletakkan tangan kiri pasien di atas
kepala dan melakukan palpasi payudara (
dari pangkal menuju puting )
2) Meletakkan tangan kanan pasien diatas
kepala dan melakukan palpasi payudara (
dari pangkal menuju puting )
3) Memijat daerah areola mammae untuk
mengetes kelancaran pengeluaran ASI
4) meraba daerah ketiak untuk mengetahui
pembesaran atau adanya massa
c. Pemeriksaan abdomen
1) Memeriksa bekas luka operasi
2) Memeriksa TFU dan kelembekan /
kontraksi
3) Palpasi kandung kemih
4) Palpasi untuk mendeteksi massa
d. Pemeriksaan ekstremitas bawah
1) Memeriksa vena varices
2) Memeriksa thromboplebitis ( kemerahan
pada betis )
3) Memeriksa oedem pada tulang kering
atau pergelangan kaki
e. Pemeriksaan perineum
1) Membantu memposisikan pasien untuk
pemeriksaan perineum dan menggunakan
sarung tangan
2) Membersihkan vulva dan perineum dengan
kapas DTT
3) Memperhatikan warna, baudan jumlah
pengeluaran lokhea
4. Mencuci tangan di larutkan klorin 0,5% dan
melepas sarung tangan secara terbalik.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6. Menginformasikan semua hasil pemeriksaan
pada ibu
7. Melakukan rujukan internal bila:
1) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg atau
diastole ≥15 mmhg ke poli umum
2) Dengan kasus-kasus penyakit lain : TBC,
ginjal, jantung, DM, Asma, dll.

8. Melakukan dokumentasi

6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA KB
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
RUJUKAN PATOLOGIS BUMIL, BULIN
DAN BUFAS
No. Dokumen : SOP/IX/C/338/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Protap ini mencakup pelayanan rujukan bumil, bulin dan


bufas ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena satu
atau beberapa indikasi.
2. Tujuan Memastikan bidan memberikan pelayanan rujukan sesuai
standar kebidanan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no 440/107/SK/2016
Tentang pelayanan klinis Puskesmas Juwana
4. Referensi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. 2015. Kesepakatan
Bersama Jejaring Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal
Kabupaten Pati.
5. Prosedur 1. Melaksanakan deteksi ini ibu hamil risiko tinggi dan
komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Menegakkan diagnosa kebidanan
3. Menangani pasien sesui dengan Standar Operasional
Prosedur
4. Menerima rujukan PKD, Pustu, Puskesmas non
persalinan dan BPM.
5. Melakukan perawatan pasien dan jika meerlukan
penanganan lebih lanjut maka segera merujuk ke
Puskemas PONEK, BKMIA Kartini atau ke Rumah
Sakit PONEK (RSUD Pati atau RS Margono Soekarjo)
6. Melakukan komunikasi dengan pihak keluarga dengan
melibatkan Forum Masyarakat Madani untuk P4K
(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi)
7. Menghubungi Rumah Sakit PONEK melalui Sijari
Emas.
8. Menyiapkan kelengkapan administrasi rujukan
9. Mengantar pasien ke tempat rujukan dengan
pendampingan bidan
10. Setiap perujuk wajib memantau perkembangan kondisi
pasien selama dalam perawatan di RS PONEK dan
melaporkan ke DKK.

6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait

10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
PERSALINAN SUNGSANG DENGAN METODE
BRACHT

No. Dokumen : /SPO/III.PPN/2016


SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2 Juni 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Persalinan sungsang adalah mekanisme persalinan yang


hampir sama dengan letak kepala, hanya disini yang
memasuki PAP adalah bokong. Persalinan berlangsung
agak lama, karena bokong dibandingkan dengan kepala
lebih lembek, jadi kurang kuat menekan, sehingga
pembukaan terjadi agak lama
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam memberikan pertolongan
persalinan letak bokong dengan metode bracht
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana No :
005/SK/III/2016. Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi 1. Sinopsis obstetri, Prof, Dr. Rustam Mochtar, MPH,
Edisi 3.
2. Kumpulan ceklist skin kebidanan (Revisi 2010)
5. Prosedur
6. Langkah- a. Petugas cuci tangan dan memakai APD
langkah b. Petugas memberi inform consent dan meminta
persetujuan klien.
c. Petugas menyiapkan alat.
d. Petugas mempersiapkan klien untuk dilakukan
tindakan.
e. Petugas membantu persalinan dengan metode bracht
yaitu Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam
dengan kedua ibu jari penolong sejajar dengan paha,
jari-jari yang lain memegang daerah panggul, Paha
dicekam, bokong jangan ditarik, tidak melakukan
intervensi dan ikuti proses keluarnya janin sesuai kurve
jalan lahir, Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut
dan sebagian dada (setelah selesai memposisikan
kembali kedua tangan penolong mencekam bokong
janin), Lakukan hiperlodosis janin pada saat angulus
scapula inferior tampak dibawah simpisis (dengan
mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin di
dekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan
dengan lahirnya badan janin, Gerakkan keatas hingga
lahir dagu, mulut, hidung, dahi, dan kepala bayi lahir
f. Petugas melakukan asuhan BBL
g. Petugas membereskan alat, lalu cuci tangan dan
melepas APD
h. Petugas menulis semua tindakan ke dalam RM.
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
Perubahan No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
PEMBERIAN VITAMIN K1
No. Dokumen : SOP/IX/C/470/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Memberikan vitamin K1 melalui suntikan secara


intra muskuler pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin K
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no
440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis
Puskesmas Juwana
4. Referensi Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neoatal. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Prosedur 1. Menyiapkan alat-alat dan obat.
2. Bidan melakukan cuci tangan.
3. Menyiapkan bayi yang akan di suntik.
4. Memasukkan obat phytomenadione ke dalam
disposable 1 cc dengan dosis 1 mg.
5. Menentukan daerah yang akan di suntik di paha
kiri atau kanan (muskulus vastus lateralis).
6. Posisi jarum suntik tegak lurus.
7. Melakukan aspirasi terlebih dahulu setelah
jarum masuk (apakah ada darah atau tidak). Jika
tidak ada darah masukkan obat secara perlahan
dan hati-hati.
8. Catat di dalam buku laporan.
9. Observasi bayi.
10. Merapikan kembali pakaian bayi.
11. Merapikan alat-alat.
12. Petugas mencuci tangan.
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait KIA
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
Juwana NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif


selama 6 bulan di teruskan sampai 2 tahun dengan makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan
2. Tujuan 1. Meningkatkan ikatan kasih sayang (asih)
2. Memberikan nutrisit terbaik (asuh) dan
3. Melatihreflexdanmotorikbayi (asah).
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Juwana
No.440/107/SK/2016 Tentang pelayanan klinis Puskesmas
Juwana
4. Referensi 1. Modul pelatihan PONEK 2012
2. Buku Midwifery Update 2016
3. Buku pelayanan obstetri- neonatal emergensi dasar
5. Prosedur Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi,
keringkan: Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
1. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian
apakah bayi perlu resusitasi atau tidak
2. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniksakan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
di keringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk
menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem
3. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan
amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting
ibunya yang berbau sama
4. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI
intra muscular pada ibu
Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama
paling sedikit satu jam:
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara
payu dara ibu tapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu di dada ibu paling
sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai
bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari
membersihkan payudara ibu .
4. Selama kontak kulit bayi kekulit ibu tersebut,lakukan
Manajemen Aktif Kala 3 persalinan.
Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting
ibu dan mulai menyusu
1. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai
menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi
menyusu
Misalnya memindahkan bayi dari satu payu dara kepayudara
lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-
15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian
besar bayi akan berhasil menemukan putting ibu dalam
waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan
ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan
putting kurang dari 1 jam.
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya
hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila
bayi baru menemukan putting setelah 1 jam.
4. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam
atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah
bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
5. Jika bayi belum menemukan putting ibu - IMD dalam waktu
1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan
biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya.
6. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada
ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K1, salepmata) dan
kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
7. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap di selimuti untuk
menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan
topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi
terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya
sampai bayi hangat kembali.
8. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus
selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga
bayi bisa menyusu sesering keinginannya
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait

10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman
Historis Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Perubahan diubah Diberlakukan
SOP PERDARAHAN POST PARTUM

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Ttd Ka Puskesmas
Juwana dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008
1. Pengertian Perdarahan postpartum adalah perdarahan melebihi 500 mL yang
terjadi setelah bayi lahir
2. Tujuan Agar tidak terjadi syok atau komplikasi lainnya pada pasien
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no 440/107/sk/2016
4. Referensi Buku pelayanan obsteri neonatal emergensi dasar
5. Prosedur 1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Mengatur pasien dengan posisi litotomi
3. Dokter dan Bidan mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan steril kemudian membuka labia mayora
dengan tangan kiri dan mengusap vulva dengan kapas sublimat
(untuk melicinkan)
5. Memasang speculum dan menyesuaikan pencahayaan untuk
mendapatkan gambaran terbaik dari serviks.
6. Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus, dan
kotoran lain pada serviks.
7. Mengidentifikasi daerah sambungan scuamo-columnar (zona
transformasi) dan area di sekitarnya.
8. Mengoleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks,
tunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan warna. Mengamati
setiap perubahan pada serviks dan memperhatikan dengan
cermat daerah di sekitar zona transformasi
9. Lihat dengan cermat SSK dan yakinkan area ini dapat semuanya
terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah.
10. Lihatadanya plak warna putih dan tebal (epitel acetowhite).
Bersihkan segala darah dan debris pada saat pemeriksaan.
11. Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kassa
bersih.
12. Lepaskan speculum dengan hati-hati.
13. Catat hasil pengamatan dan gambar denah temuan.
14. Hasil tes harus dibahas bersama pasien dan pengobatan harus di
berikan setelah konseling
6. Langkah-
langkah

7. Bagan alir
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait

10. Dokumen
Terkait

11. Rekaman
Historis Tanggal Mulai
Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan
Diberlakukan
PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI
No. Dokumen : SOP/IX/C/545/2016
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :1 Maret 2016
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008

1. Pengertian Ketuban pecah dini adalah apabila ketuban pecah


sebelum proses persalinan berlangsung yang disebabkan
oleh berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterine
2. Tujuan Untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas no
440/107/SK/2016. Tentang pelayanan klinis Puskesmas
Juwana
4. Referensi Modul pelatihan Poned kemenkes 2012
5. Prosedur 1. Petugas anamnesa pasien
2. Petugas mempersiapkan alat untuk pemeriksaan
3. Petugas cuci tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan dalam
5. Petugas melakukan tes lakmus
6. Jika kertas lakmus berubah menjadi warna ungu
berarti hasilnya positif KPD
7. Petugas melakukan pemasangan infuse RL
8. Petugas memberikan injeksi ampicillin 1gr dan
amoksicillin 500mg 3x1
9. Jika ada tanda-tanda persalinan petugas menolong
persalinan
10. Apabila tidak ada tanda-tanda persalinan petugas
merujuk
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait
10. Dokumen Terkait KIA
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan
JUDUL SOP
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Juwana Ttd Ka Puskesmas dr. HERIANI R
NIP. 197603122005012008
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit Terkait
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
diubah Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai