Anda di halaman 1dari 7

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 9 tahun

Alamat : Jl. Tombolotutu

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Siswa

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2017

Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa RSUD Undata Palu

I. LAPORAN PSIKIATRIK
A. Riwayat Psikiatri
1. Keluhan Utama
Gangguan pembelajaran

2. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang pasien berusia 9 tahun datang ke Poliklinik Jiwa RSUD Undata
diantar oleh ibunya dengan keluhan gangguan pembelajaran. Sekarang pasien
sudah kelas 3 SD, tetapi pasien kesulitan untuk mengikuti pembelajaran di
kelasnya sejak Kelas 1 SD, Pasien masih kesulitan untuk belajar membaca. Di
Sekolah biasanya pasien sering diam dan kurang bersosialisasi dengan teman
kelasnya. Gurunya di Sekolah mengeluhkan tentang keadaan pasien, setelah
beraktivitas di sekolah pasien mengeluhkan sakit kepala ataupun setiap
melakukan pembelajaran di rumah, sehingga pasien jarang belajar dirumah.
3. Riwayat Kehidupan Pribadi
 Pasien lahir premature, dengan persalinan yang normal.
 Pada masa kanak-kanak awal, pasien lancar berbicara pada usia 2 tahun.
Pasien bisa jalan pada usai 3 tahun dan masih mendapatkan ASI hingga umur
3 tahun. Pasien mendapat kasih sayang dari orangtua dan saudara-saudaranya.
 Pasien masuk TK dan dapat bergaul dengan teman-temannya selama 1 tahun.
Pasien kemudian melanjutkan pendidikannya ke tingkat SD tetapi tidak dapat
mengikuti perkembangan teman-temannya dalam belajar menulis dan
membaca.

II. EMOSI YANG TERLIBAT


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien merupakan pasien yang menderita
Gangguan Perkembangan Belajar Khas.
- Apa yang dimaksud Gangguan Perkembangan Belajar Khas ?
- Apa yang menyebabkan Gangguan Perkembangan Belajar Khas ?
- Apa saja kriteria diagnosisnya ?
- Apa itu Gangguan Belajar, dan gangguan belajar apa yang dimiliki oleh pasien ?
- Bagaimana prognosis pasien ?

III. EVALUASI
a. Pengalaman baik : pasien kooperatif saat pemeriksaan
b. Pengalaman buruk : pasien kurang bersosialisasi dengan temannya

IV. ANALISIS
Gangguan Perkembangan Belajar Khas merupakan suatu gangguan pada pola
normal kemampuan penguasaan ketrampilan, yang terganggu sejak stadium awal dari
perkembangan (specific developmental disorders of scholastic skills).
Etiologi dari gangguan pembelajaran khas tidak diketahui, tetapi diduga bahwa
manifestasi gangguan ini disebabkan oleh faktor biologis yang berinteraksi dengan
faktor non biologis (seperti kesempatan belajar dan kualitas pengajaran).
Manifestasi yang sering timbul akibat terganggunya fungsi kognitif ini
diantaranya adalah menurunnya derajat intelegensi anak, menurunnya prestasi belajar,
pengamatan waktu yang kurang baik, menurunnya daya ingat, baik verbal maupun
non-verbal, kurang mampu membuat perencanaan, kurang peka terhadap kesalahan,
dan kurang mampu mengarahkan perilaku yang bertujuan. Kelemahan dalam bidang
akademik yang sering timbul diantaranya adalah kesulitan membaca, mengeja,
berhitung, serta menulis.
Berdasarkan anamnesis, kasus ini merujuk pada diagnosis Gangguan Pembelajaran
Khas dengan Gangguan Mengeja Khas.
 Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna
dalam perkembangan kemampuanmengeja tanpa riwayat gangguan membaca
khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, pendidikan sekolah
yang tidak adekuat, masalah ketajaman penglihatan, pendengaran atau fungsi
neurologis, dan juga bukan didapatkan sebagai akibat gangguan neurologis,
gangguan jiwa, atau gangguan lainnya.
 Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna dibawah tingkat yang
seharusnya berdasarkan usianya, intelegensia umum dan tingkat sekolahnya, dan
terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan mengeja yang baku.
Gangguan belajar adalah defisit pada anak dan remaja di dalam mencapai
keterampilan membaca, menulis, berbicara, penggunaan pendengaran, memberikan
alasan, atau matematika yang diharapkan, dibandingkan dengan anak lain berusia
sama dan dengan kapasitas intelektual yang sama. Gangguan membaca dalam DSM-
IV-TR didefinisikan sebagai membaca dibawah tingkat yang diharapkan untuk usia,
pendidikan, dan intelegensi anak; hendaya ini signifikan mengganggu keberhasilan
akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca. Gangguan ekspresi tulisan
ditandai dengan keterampilan menulis yang secara signifikan dibawah tingkat yang
diharapkan untuk usia dan kapasitas intelektual anak.
Prognosis untuk pasien adalah dubia ad bonam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah :
 Pasien segera berkonsultasi ke dokter perihal gangguan pembelajarannya
 Pasien masih berusia muda
 Adanya dukungan penuh dari keluarga.

A. AXIS I
 Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien kesulitan mengikuti pembelajaran
di kelasnya maka pasien mengalami Gangguan Perkembangan Psikologis.
 Pada pasien tidak ditemukan gangguan psikotik sehingga pasien disimpulkan
mengalami Gangguan Perkembangan Psikologis non-psikotik
 Pasien tidak ada gejala-gejala negative dan tidak ada trauma ataupun
menggunakan NAPZA sehingga pasien disimpulkan mengalami Gangguan
Perkembangan Psikologis non-organik
 Berdasarkan keluhan Pasien berupa kesulitan mengikuti pembelajaran di
kelasnya maka diagnosis pasien yaitu Gangguan Perkembangan Belajar
Khas
 Pasien mengalami hendaya yang khas dalam kemampuan mengeja tanpa
riwayat gangguan membaca yang khas, dan kemampuan mengeja anak secara
bermakna dibawah tingkat. Pasien mengalami Gangguan Mengeja Khas.
B. AXIS II
Gangguan perkembangan belajar membaca dan menulis
C. AXIS III
Tidak Ada
D. AXIS IV
Tidak jelas
E. AXIS V
GAF scale 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap,disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik

V. DIAGNOSIS BANDING
a. Gangguan Pemusatan dan Perhatian Anak
b. Ansietas pada anak
c. Gangguan Tingkah Laku
d. Retardasi Mental
VI. RENCANA TERAPI
A. Farmakologi
Tidak Ada
B. Non-Farmakologi
Melakukan pendekatan psikososial, seperti :
menentukan diagnosa dari hambatan yang terjadi pada seorang anak, maka bentuk
penanggulangan /bantuan/ intervensi yang dapat diberikan adalah:
a. Remedial
Merupakan usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang terhambat.
Perbaikan pengajaran sebaiknya dilakukan secara individual dan mengandung
makna timbal balik, untuk siswa dan guru. Dalam program remedial (perbaikan
belajar mengajar) sebaiknya mengikuti prosedur sebagai berikut:
a) Analisis diagnosis.
b) Menentukan bidang yang perlu mendapatkan perbaikan.
c) Menyusun program perbaikan.
d) Melaksanakan program perbaikan.
e) Menilai perbaikan belajar-mengajar.
Biasanya program remedial dapat diberi sedini mungkin pada anak usia
prasekolah, yang dalam hal ini sedang mengalami proses perkembangan motorik
dan perseptual.
b. Tutoring
Merupakan bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi yang terhambat
dari siswa yang sudah duduk dibangku sekolah. Cara ini lebih cepat karena tanpa
melalui perbaikan proses dasarnya terlebih dahulu, dengan tujuan mengejar
ketinggalan di kelas. Tapi sebaiknya intervensi yang paling ideal dan menyeluruh
akan mencakup kedua program (remedial dan tutoring).
c. Kompensasi
Diberikan bila hambatan yang dimiliki anak berdampak negatif dalam proses
pembentukan konsep dirinya. Dalam arti, mengingat usia, kegiatan yang
dilakukan dan derajat kesulitan yang dialami sedemikian rupa, sehingga
diperlukan sesuatu kompensasi untuk mengatasi kekurangannya dibidang/area
tertentu.

VII. KESIMPULAN
Gangguan Perkembangan Belajar Khas merupakan suatu gangguan pada pola normal
kemampuan penguasaan ketrampilan, yang terganggu sejak stadium awal dari
perkembangan (specific developmental disorders of scholastic skills).
Gangguan belajar adalah defisit pada anak dan remaja di dalam mencapai
keterampilan membaca, menulis, berbicara, penggunaan pendengaran, memberikan
alasan, atau matematika yang diharapkan, dibandingkan dengan anak lain berusia
sama dan dengan kapasitas intelektual yang sama. Gangguan membaca dalam DSM-
IV-TR didefinisikan sebagai membaca dibawah tingkat yang diharapkan untuk usia,
pendidikan, dan intelegensi anak; hendaya ini signifikan mengganggu keberhasilan
akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca. Gangguan ekspresi tulisan
ditandai dengan keterampilan menulis yang secara signifikan dibawah tingkat yang
diharapkan untuk usia dan kapasitas intelektual anak.
Namun demikian beberapa intervensi yang bersifat pendampingan seperti inntervensi
psikologis berupa perlibatan orang tua, motivasional yang dapat dipelajari dan
dipergunakan untuk meembantu meningkatkan kecerdasan anak dan pada akhirnya
diharapkan preestasi anak cenderung meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
3. Kaplan H.I., Sadok B.J. 2010. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Edisi 2. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai