PENDAHULUAN • Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut abdomen • Kehamilan ektopik terganggu merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. TINJAUAN PUSTAKA • DEFINISI kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal, yakni dalam endometrium kavum uteri. • KET adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien EPIDEMIOLOGI Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik atau 0,02%. Di RSCM pada tahun 2007 terdapat 153 kehamilan ektopik diantara 4007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO • Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke kavum uteri. • Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri. • Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah dibuahi PATOGENESIS • Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri • Perkembangan telur selanjutnya dipengaruhi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan dengan mudah dapat diresorbsi total • Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. KLASIFIKASI Kehamilan tuba, meliputi >95% yang terdiri atas : pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars interstitialis (2%) Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau abdominal. Kehamilan intraligamenter Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda di mana satu janin berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik bilateral. MANIFESTASI KLINIS •Keluhan gastrointestinal •Nyeri tekan abdomen dan pelvis •Amenore •Spotting atau perdarahan vaginal •Perubahan Uterus •Tekanan darah dan denyut nadi •Hipovolemi •Suhu tubuh •Masa pelvis •Hematokel pelvik DIAGNOSIS Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik • Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. • Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. • Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah • Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien DIAGNOSIS Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik • Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. • Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. • Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah • Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien DIAGNOSIS Pemeriksaan Ginekologi • Tanda-tanda kehamilan muda. • Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri • Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang menunjukkan adanya hematokel retrouterina Pemeriksaan Laboratorium • Pemeriksaan β-hCG • Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah • Perhitungan leukosit • Tes kehamilan Pemeriksaan USG • KET = sebuah struktur seperti cincin tebal, echogenik terletak diluar uterus, dengan gestational sac yang mengandung fetal pole, yolk sac atau keduanya. DIAGNOSIS Kuldosintesis • Pemeriksaan ini dilakukan dengan menusukkan jarum dengan lumen yang agak besar di kavum Douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan keluar. Adanya darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglas Kadar Progesteron • Kadar progesterone serum yang kurang dari 5 ng/mL mempunyai sensivitas yang tinggi adanya kehamilan yang abnormal, tetapi tidak sampai 100% Laparoskopi • menggunakan sonde transabdominal intraperitoneal yang dilengkapi dengan cahaya untuk melihat organ-organ dalam panggul Laparotomi • diagnosis sering dipermudah dengan inspeksi langsung dan palpasi organ pelvis yang dimungkinkan lewat laparotomi. • Laparotomi dikerjakan bila penderita secara hemodinamik tidak stabil, dan membutuhkan terapi definitif secepatnya DIAGNOSIS BANDING Infeksi Pelvis Abortus imminens atau insipiens Ruptur korpus luteum Torsi kista ovarium Appendisitis PENATALAKSANAAN • Segera dibawa ke rumah sakit • Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengoreksi anemia dan hipovolemia. • Operasi segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan Secara bedah; • Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. PEMBEDAHAN RADIKAL Dimana salpingektomi dilakukan, Salpingektomi diindikasikan pada keadaan keadaan berikut ini. Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu). Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif. Terjadi kegagalan sterilisasi Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya Pasien meminta dilakukan sterilisasi Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi Kehamilan tuba berulang Kehamilan heterotopik Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Komplikasi • Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. • Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10% untuk terjadinya KET berulang. • Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60% kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih 10% mengalami kehamilan ektopik berulang STATUS PASIEN Identitas Pasien • Nama : Ny. L • Umur : 22 tahun • Jenis kelamin : Perempuan • Alamat : Kota Raya • Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga • Status perkawinan : Menikah • Tanggal dirawat : 14 Maret 2019 • Keluhan Utama : • Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut tembus belakang yang dirasakan tiba-tiba sejak 3 hari yang lalu dan memberat beberapa saat sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan terus menerus dan terasa sangat nyeri meskipun perut hanya di disentuh. Pasien juga mengaku perutnya terasa kembung disertai keluarnya darah (+) dari jalan lahir berupa bercak berwarna merah kecoklatan. • Pasien mengaku sudah tidak haid sejak 3 bulan terakhir, hari pertama haid terakhir pasien tanggal 14 Desember 2018. Mual (+), muntah (+) 6 kali, nyeri ulu hati (+), lemas (+), pusing (+), dan sakit kepala (-). Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG • Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sebelah kiri. Nyeri sudah dirasakan ± sejak 4 jam SMRS. Pasien mengatakan haid terakhir tanggal 25 juni 2015. Keluhan nyeri perut disertai dengan keluarnya flek putih kecoklatan, dan tidak didapatkan adanya gumpalan darah. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal. Riwayat Pengobatan : Os tidak mengkonsumsi obat-obatan. Riwayat Perkawinan : OS telah menikah 1x, dengan usia pernikahan terakhir 2 tahun. Riwayat Haid : • Menarche = usia 13 tahun • Siklus menstruasi = teratur dengan siklus 28 hari • Lama menstruasi = 4 hari • HPHT : 14 Desember 2018 Riwayat Obstetri : • G2P0A1 • Abortus pada tahun 2015 pada usia kehamilan 12 minggu, dan dilakukan tindakan kuretase di Rumah Sakit Anuntaloko Riwayat Kontrasepsi: • Tidak pernah menggunakan KB Riwayat Alergi : • Alergi obat dan makanan disangkal Riwayat Trauma : • Tidak terdapat riwayat trauma atau jatuh sebelumnya. Resume • RESUME Pasien G2P0A1 usia 23 tahun datang ke IGD RS Anuntaloko dengan keluhan nyeri abdomen tembus belakang yang dirasakan tiba-tiba sejak 3 hari yang lalu dan memberat beberapa saat sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan terus menerus dan terasa sangat nyeri meskipun perut hanya disentuh. Pasien juga mengaku perutnya terasa kembung disertai pelepasan darah (+) dari jalan lahir berupa bercak berwarna merah kecoklatan. Pasien mengaku sudah tidak haid sejak 3 bulan terakhir, hari pertama haid terakhir pasien tanggal 14 Desember 2018. Nausea (+), vomiting (+) 6 kali, nyeri epigastrium (+), lemas (+), vertigo (+). Defekasi biasa dan miksi lancar. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : lemah, kesadaran compos mentis, GCS : E4V5M6, Tanda vital TD : 90/50 mmHg, nadi : 114x/menit, pernafasan : 32x/menit, suhu : 36,2oC axilla, VAS 8, konjungtiva anemis (+/+), abdomen tampak distensi (+), didapatkan nyeri tekan seluruh kuadran abdomen (+), akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah (+/+). Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan nyeri goyang portio (+). Pemeriksaan laboratorium didapatkan RBC 2,77 x 106/mm3, hemoglobin 7,8 g/dl, hematokrit 24,6%, PLT 320 x 103/mm3, leukosit 12,79 mm3, HCG Test : (+), USG : USG kesan sugestif kehamilan ektopik terganggu. Diagnosa Kerja • G2P0A1 gravid 10-11 minggu + Kehamilan Ektopik Terganggu • PENATALAKSANAAN • Pemasangan O2 4 liter/menit • IVFD RL guyur • Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv • Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam/iv • Inj. Ceftriaxone 1gr/iv • Drips metronidazole 500mg/iv • Transfusi PRC 1 labu Laporan Operasi (15-3-2019) • Laporan operasi : • Pasien baring dengan posisi supine dimeja operasi dibawah pengaruh general anesthesia • Desinfeksi dan draphing procedure dengan kasa steril dan betadine, pasang dook steril • Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel, lapisan demi lapisan • Buka peritoneum tampak darah segar bercampur stosel, tampak perdarahan berasal dari lumen organ fimbriae dextra, curiga abortus tuba • Dilakukan salphingektomi dextra • Identifikasi tuba sinistra, tampak normal • Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0,9% • Jahit peritoneum dengan benang Demersorb 1, kontrol perdarahan • Jahit fascia dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan • Jahit subkutis dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan • Jahit kutis secara subcutikuler chromic 2/0 kulit, kontrol perdarahan • Bersihkan lapangan operasi, tutup luka dengan kasa betadine • Operasi selesai Dokumentasi operasi
Instruksi post operasi :
• IVFD RL 28 tpm • Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv • Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv • Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv • Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv • Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv • Cek HB 2 jam post OP • transfusi PRC 2 labu Follow up TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT PENATALAKSANAAN 15/3/2019 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), nyeri ulu hati P: (PH+2, (+) pusing (+) sakit kepala (+) demam (-), mual (-), IVFD RL 28 tpm POH+1) muntah (-), Flatus (+), PPV (+) BAK perkateter, BAB (-) Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv O : Keadaan Umum : Lemah Drips metronidazole 500 mg/8 TD 100/70 mmHg S : 36,6 C jam/iv N 82x/menit P : 24x/menit Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv Lab post OP Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv RBC : 3.45 x 106/mm3 Inj. Asam Traknesamat 500 HGB : 9.4 g/dl mg/8 jam/iv HCT : 30,1 % transfusi PRC 1 labu PLT : 334 x 103/mm3 WBC : 13,28 x 103/mm3 A : P0A2 Post salpingektomi dextra H1 a/i KET 16/3/2019 S : Nyeri pada daerah bekas operasi(+), demam (-), P: (PH+3, mual (-), muntah (-), pusing (+) sedikit, sakit kepala (-), IVFD RL 28 tpm POH+2) PPV (+), BAK (+), BAB (-) Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv O : Keadaan Umum : Lemah Drips metronidazole 500 mg/8 TD 100/60 mmHg S : 36,7 C jam/iv N 78x/menit P : 28x/menit Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv A : P0A2 post salpingektomi dextra H2 a/i KET Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv transfusi PRC 1 labu Follow up TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT PENATALAKSANAAN 17/3/2019 S : Nyeri pada daerah bekas operasi P: (PH+4, POH+3) (+), demam(-), mual (-), muntah (-), IVFD RL 28 tpm PPV (+), pusing (+) sedikit, BAK (+), BAB Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam (-) Drips metronidazole 500mg/8 O : Keadaan Umum : Baik jam/iv TD 110/60 mmHg S : 36,6 C Inj.ranitidin 50mg/12 jam N 80x/menit P : 24 x/menit Asam Mefenamat tab 3 x 500mg A : P0A2 post salpingektomi dextra H3 SF tab 1 x 1 a/i KET Aff kateter 18/3/201 S : Nyeri pada daerah bekas operasi P: (PH+5, POH+4) (+), demam(-), mual (-), muntah (-), Cefadroxil 3 x 500mg PPV (+), pusing (-), BAK (+), BAB (+) Asam mefenamat 3 x 500mg O : Keadaan Umum : Baik Tablet besi 1x1 TD 90/60 mmHg S : 36,8 C Aff infus N 94x/menit P : 22 x/menit Boleh pulang A : P1A1 post salpingektomi dextra H4 a/i KET Pembahasan • Pasien ini didiagnosis dengan G2P0A1 gravid 10-11 minggu + kehamilan ektopik terganggu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. • Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen tembus belakang yang dirasakan tiba-tiba sejak 3 hari yang lalu dan memberat beberapa saat sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai pelepasan darah (+) dari jalan lahir berupa bercak berwarna merah kehitaman. Pasien sudah tidak haid sejak 3 bulan terakhir, Pasien juga mengaku keluhan tersebut disertai nausea, vommitus sebanyak 6 kali, lemas, dan vertigo. • Gejala yang dirasakan pasien sesuai dengan kepustakaan yaitu manifestasi klinis kehamilan ektopik ditemukannya gejalan klasik trias gejala klinis yaitu amenorea, nyeri abdomen dan perdarahan pervaginam. Pembahasan • Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah rendah yaitu 80/50 mmHg (hipotensi), nadi 114x/menit (takikardi), pernafasan : 32x/menit (takipneu), suhu : 36,2oC axilla (hipotermi), VAS 8. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtiva anemis (+/+), bibir pucat (+), abdomen didapatkan nyeri tekan seluruh kuadran abdomen, abdomen distensi (+), akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah (+/+), pada pemeriksaan obstetrik didapatkan nyeri goyang portio (+). • Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dikaitkan dengan teori, nyeri hebat abdomen yang dirasakan tiba-tiba oleh pasien disebabkan karena rupturnya kehamilan tuba. Ruptur kehamilan tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Perdarahan kavum abdomen dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan gangguan dalam sirkulasi dimana pada pasien tampak lemah, pucat, konjungtiva anemis, hipotensi, takikardi, takipneu, dan ekstremitas dingin yang menunjukkan tanda-tanda syok hipovolemik pada pasien Pembahasan • Pemeriksaan laboratorium didapatkan RBC 2,77 x 106/mm3, hemoglobin 7,8 g/dl, hematokrit 24,6%, PLT 320 x 103/mm3, leukosit 12,79 mm3, HCG Test : (+), USG : USG kesan sugestif kehamilan ektopik terganggu. • Dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap menunjukkan penurunan kadar hemoglobin darah yaitu 7,8 g/dl. Sesuai dengan teori, terjadinya abortus atau ruptur kehamilan tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdomen yang menyebabkan hilangnya darah dari peredaran darah mengakibatkan penderita tampak anemis dan pada abdomen terdapat timbunan darah. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serial tiap satu jam menunjukkan penurunan kadar hemoglobin akibat perdarahan. Derajat leukositosis sangat bervariasi pada kehamilan ektopik yang mengalami Pembahasan • Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan bantuan O2 4 liter/menit, IVFD RL diguyur, injeksi ketorolac 30 mg/8 jam/IV, injeksi ranitidin 50 mg/8jam/iv, injeksi cefotaxime 1 gr/iv, drips metronidazole 500 mg/iv, transfusi PRC 1 labu, dan direncanakan laparatomi cito. Transfusi PRC diberikan untuk mengganti kehilangan darah pada pasien. • Diagnosis pasti pada pasien ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan diagnostik intraoperatif. Pada pasien ditemukan ruptur tuba dextra saat dilakukan pembedahan laparotomi. Saat itu diputuskan untuk mengambil tindakan salpingektomi dextra. Berdasarkan teori, salpingektomi merupakan pilihan terutama bila terjadi ruptur tuba dan mengurangi perdarahan. Laparotomi harus dilakukan pada pasien yang mengalami ruptur dan dalam keadaan syok hipovolemik. Jika tuba kontralateral sehat, maka tindakan yang dipilih adalah salpingektomi, dimana seluruh tuba Fallopii, atau segmen yang mengandung kehamilan ektopik diangkat. Terima kasih