Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami yaitu membuat
Makalah.
Didalam Makalah ini kami akan membahas tentang ”PNEUMONIA” Dan
kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut serta dalam
menyelesaikan Makalah ini. Kami juga mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan dan penyampaian informasi nantinya.
Kami juga mengharapkan kritikan dan saran kepada rekan-rekan semua agar
terciptanya komunikasi yang baik dalam makalah ini. Semoga Makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pekanbaru, 19 Mei 2019

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 3
1.2 TUJUAN PENULISAN .................................................................................... 5
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................... 5
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 5
1.3 MANFAAT PENULISAN ............................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 25
2.1 DEFENISI ......................................................................................................... 6
2.2 ETIOLOGI........................................................................................................ 7
2.3 PATOFISIOLOGI............................................................................................ 8
2.4 MANIFESTASI KLINIS ............................................................................. 111
2.5 KOMPLIKASI.............................................................................................. 122
2.6 FAKTOR RESIKO PNEUMONIA ............................................................ 122
2.7 PENATALAKSANAAN .............................................................................. 144
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 25
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 25
4.2 SARAN ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju
seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua
juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-
rata 45.000 orang.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,
napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta
gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang
untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri
yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus,
Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza. Pneumonia
sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung Association misalnya,
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematiannomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini
bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi
pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian
ketujuh di negara itu.

3
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,
oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka
kematian anak.Pneumonia menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-
kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran
infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.
Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi
mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah (hematogen). Sulit
membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan
jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak. Pneumonia lobaris lebih sering
ditemukan dengan pertambahan umur. Pneumonia berat bisa terjadi
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal
nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang paling
diutamakan (Setiawati, 2008).
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Normalnya elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian
oksigen (O2) ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis (Rufaidah, 2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan dengan beberapa
metode seperti menggunakan kateter nasal, kanul nasal, sungkup muka
sederhana, sungkup kantong rebreathing, sungkup muka
dengan kantong non rebreathing . Nebulizer juga dapat diberikan pada
orang yang mengalami gangguan sistem pernapasan seperti batuk, pilek
maupun obstruksi / penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus. Nebulizer
cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum

4
mampu mengeluarkan dahak secara optimal (Rufaidah, 2005).Sebenarnya
pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam
dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan
terkait pneumonia

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui defenisi dari Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab dari Pneumonia.
3. Mengetahui faktor resiko pneumonia.
4. Mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia.
5. Mengetahui komplikasi dan bagaimana cara penatalaksanaan (therapy)
dari Pneumonia.
6. Mengetahui patofisiologi pneumonia.
7. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia

1.3 MANFAAT PENULISAN


Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
pneumonia dan dapat mengetahui lebih dalam sehingga dapat mencegah serta
mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFENISI
Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita” di sebutkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
mengenai bagian paru ( jaringan alvioli) (DepKes RI, 2004:4). Pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler kapiler pembuluh darah dalam
alvioli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan mengisi alvioli
tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan
kesukaran bernapas (DepKes RI, 2007:4). Menurut Mahmud, 2006
menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya peradangan pada salah satu
atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi. Peradangan tersebut
mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak jarang menjadi
mati dan timbul abses
Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak dengan ciri ciri adanya
demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak. Defenisi kasus
tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di
perkenalkan oleh WHO pada tahun 1989. Menurut Wahab, 2000, pneumonia
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang di tunjukkan dengan
adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering
di sebut tarikan dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Pengertian
pneumonia dalam buku “ Perawatan Anak Sakit” yang di tulis Ngastiyah yang
di terbitkan oleh EGC mengatakan bahwa pneumonia adalah suatu radang paru
yang di sebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur,
dan benda asing.

6
2.2 ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari
bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi
dari:
a. Susunan anatomis dari rongga hidung.
b. Jaringan limfoid di naso faring.
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret yang di keluarkan oleh sel epitel sersebut
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
g. Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma
pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna..
Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen
penyebab infeksinya. Pembagian pneumonia menurut anatominya:
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lubularis (Bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis)
Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab
infeksinya adalah :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :
a. Staphylococcus aureus
b. Legionella
c. Hemophillus influenzae
2. Virus
a. Virus influenzae
b. Chicken pox (cacar air)

7
3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)
4. Jamur
a. Aspergilus
b. Histoplasma
c. koksidioidomikosis
5. Aspirasi ( makanan, amnion dsb )
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pneumokokus (streptokokus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan
bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok
umur dan paling banyak terjadi di negaraberkembang.
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran
etiologi pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini
terlihat dengan adanya perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi
maupun balita. Ostapchuk menyebutkan kejadian pneumonia pada bayi
neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus dan gram negatif
enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak anak
balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adlah Respiratory
syncytial virus.

2.3 PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan
agen infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada
kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang
bertransmisi denagan cara yang sama. Pada dasarnya agen infeksius memasuki
saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi (melaui udara),
hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam saluran
tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran
pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat
tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya
masuk melalui inhalasi dan aspirasi.

8
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak
kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang
menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.

9
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya
daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen
seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi
kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat juga di sebabkan
karena adanya tindakan endotracheal dan tracheostomy serta konsumsi obat
obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya
pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.

10
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
a. Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, tachipnoe.
b. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian
menjadi hilang, ronchi
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
k. Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri
demam, batuk, pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, serta cyanosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru yang mengurang akibat
infeksi pneumonia yang berat. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian pneumonia
di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis,
laryngitis, dan pharyngitis.
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun di lihat dari adanya
kesulitan bernapas dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
sedangkan pada anak umur <2 bulan di ikuti dengan adanya napas cepat dan
atau terikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Kriteria napas cepat berdasarkan frekwensi pernapasan di bedakan
menurut umur anak. Untuk umur kurang dari 2 bulan, di katakan napas cepat,
jika frekwensi napas 60x/menit atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan
sampai <12 bulan jika >50x/menit dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika
>40x/menit.

11
2.5 KOMPLIKASI
1. Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah di sebabkan karena sumbatan atau
peradangan di saluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun
tidak bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat
menampung udara dan pecah.
2. Empiyema (peradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil di lokalisasi
oleh pertahanan tubuh namun tidak dapat di basmi akhirnya muncul nanah
dan mengumpul di antara paru paru dan dinding dada.

2.6 FAKTOR RESIKO PNEUMONIA


Faktor faktor resiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain
umur, jenis kelamin, gizi kurang, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang,
defesiensi Vit A, status imunisasi, polusi udara, ventilasi rumah dan pemberian
makanan yang terlalu dini.
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor resiko utama pada beberapa
penyakit. Hal ini di sebabkan karena umur dapat memperlihatkan
kondisi kesehatan seseorang. Anak anak yang berumur 0-24 bulan lebih
rentan terhadap penyakit pneumonia di bandingkan anak anak yang berumur
di atas 2 tahun. Hal ini di sebabkan karena imunitas yang belum sempurna
dan lubang pernapasan yang relatif sempit.
b. Jenis kelamin
Penelitian di Uruguay menunjukkan bahwa pada tahu 1997-1998,
58% penderita pneumonia yang di rawat di RS adalah laki laki.
c. Riwayat BBLR
Bayi dengan BBLR beresiko mengalami kematian akibat pneumonia,
hal ini di sebabkan karena zat anti kekebalan di dalam tubuhnya belum
sempurna sehingga memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
pneumonia.

12
d. Pemberian ASI
ASI mengandung nutrisi dan zat zat penting yang berguna terhadap
kekebalan tubuh bayi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi bayi untuk segera
di berikan ASI sejak lahir karena pada saat itu bayi belum dapat
memproduksi kekebalannya sendiri.
Pemberian ASI ternyata dapat menurunkan resiko pneumonia pada
bayi dan balita. Penelitian di Rwanda melaporkan bahwa bayi yang di rawat
di rumah sakit karena pneumonia lebih beresiko pada bayi yang tidak
memperoleh ASI.
e. Status Gizi
f. Status Imunisasi
Pada dasarnya beberapa penyakit penyakit infeksi yang terjadi pada
anak anak dapat di cegah dengan imunisasi. Yaitu antara lain ; difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis, tuberkulosis, campak dan polio. Beberapa hasil
studi menunjukkan bahwa pneumonia juga merupakan penyakit yang dapat
di cegah melalui pemberian imunisasi yaitu dengan imunisasi campak dan
pertusis. Penyakit pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran napas
berat seperti pneumonia. Oleh karena itu pemberian imunisasi DPT dapat
mencegah pneumonia.
g. Defesiensi Vit A
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian Vit A berguna
dalam mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinya kematian
akibat pneumonia. Pemberian Vit A di khususkan pada balita berumur 6
bulan sampai 2 tahun yang di rawat di RS karena campak dan komplikasi
pneumonia. Oleh karena itu jika anak menderita pneumonia tetapi telah
memperoleh Vit A sebelumnya dalam jangka waktu tertentu, maka anak
tersebut tidak akan menderita pneumonia berat dan dapat mencegah
mortalitas.

13
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum yaitu :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. Infus Dextrose 10% : NACL 0,9% =3:1
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier
e. Berikan antibiotika jika penderita telah di tetapkan sebagai pneumonia.
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan manajemen
tatalaksana baru yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yang
terintegrasi dan di terapkan sebagai acuan program penanggulangan ISPA
pneumonia di pelayanan kesehatan dasar. Adapun tatalaksananya adalah
meliputi :
1. Pemeriksaan
2. Penentuan ada tidaknya bahaya
3. Penentuan klasifikasi penyakit
4. Pengobatan dan tindakan
Tata Laksana Therapy:
a. Bagi penderita pneumonia, di berikan antibiotika per oral selama 5 hari.
Antibiotika yang di gunakan adalah kotrimoksasol (480 mg dan 120 mg)
dan Paracetamol (500mg dan 100mg). akan tetapi pada bayi berumur kurang
dari 2 bulan, tidak di anjurkan untuk di berikan pengobatan antibiotika per
oral maupun paracetamol.
b. Tindakan yang di berikan pada penderita pneumonia berat adalah di rawat
di RS. Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukkan anak menderita
penyakit yang sangat berat di mana jika anak mempunyai salah satu tanda
bahaya tersebut maka perlu segera di rujuk ke RS yaitu:
1. Pada anak umur 2 bulan - <5 tahun tanda bahaya tsb antara lain kurang
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor atau mengalami gizi
buruk.

14
2. Pada anak umur <2 bulan : kurang bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin.
3. Penderita sangat muda atau tua : mengalami keadaan klinis berat yaitu
sesak napas, kesadaran menurun, serta gambaran kelainan toraks cukup
luas, adanya riwayat penyakit lain (bronkiektasis atau bronkitis kronik,
adanya komplikasi dan tidak adanya respon terhadap pengobatan yang
telah di berikan.
c. Pemberian oksigen terutama pada anak yang cyanosis
d. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
2. Fokus pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat
penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit
yang menyertai.
b. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan,
faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma,
apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2. Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3. Suhu tubuh : Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.

16
d. Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
e. Integumen
Kulit
1. Warna : pucat sampai sianosis
2. Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi
teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3. Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata
Kepala
1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3. Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1. Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif
dan nyeri dada.
2. Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3. Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4. Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun.
i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.

17
j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
l. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi Laboratorik :
a. Hb : menurun/normal
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

18
E. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan
secret.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Intervensi :
1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional :
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris terjadi
karena peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus.
Semakin sempit dan tinggi tekanan semakin meningkat frekuensi
pernapasan.
2) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional :
Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan
napas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak
dan mengurangi tingkat kelelahan akibat batuk.
3) Suction sesuai indikasi.
Rasional :
Mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan
napas.
4) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional :
Meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan
dahak sehingga mudah dikeluarkan.
5) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi
(nebulizer).
Rasional :
Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret dengan cepat.

19
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan
Intervensi :
1) Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
Rasional :
Distres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai
indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku, dan
jaringan sentral.
Rasional :
Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi. Sedangkan sianosis daun
telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat)
menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Awasi frekuensi jantung atau irama
Rasional :
Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi
dapat sebagai respons terhadap hipoksemia
4) Awasi suhu tubuh.
Rasional :
Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan
oksigen dan mengganggu oksigensi seluler.
5) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan
masker, masker venturi, nasal prong.
Rasional :
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg
(normal PO2 80-100 mmHg). Oksigen diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

20
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
Tujuan :
Setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
Rasional :
Nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam dan meningkat saat
inspirasi dan biasanya menetap. Nyeri dapat dirasakan pada bagian apeks
atau tengah dada, kalau pada dada bagian bawah nyeri kemungkinan
timbul komplikasi perikarditis.
2) Pantau tanda vital.
Rasional :
Nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut persarafan yang dapat
merangsang vasokonstriksi pembuluh darah sistemik, meningkatkan
denyut jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan
(meningkatkan RR).
3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak,
menonton film tentang anak-anak.
Rasional :
Mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat mengurangi
ketegangan karena nyeri.
4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang, relaksasi, atau latihan napas.
Rasional :
Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan mempertahankan efek terapi
analgesik.

21
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
Tujuan :
Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya
sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional :
Sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual,
dispnea dapat merangsang pusat pengaturan makan di medula oblongata.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah. Setelah tindakan
aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
Rasional :
Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual.
3) Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional :
Bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau
memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau
menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
4) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :
Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.

22
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan :
Setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan
Intervensi :
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional :
Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang
tepat.
Rasional :
Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional :
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional :
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kenutuhan oksigen.

23
F. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.

G. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,
oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka
kematian anak.

4.2 SARAN
Sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan
nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih memperhatikan
kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena penyakit yang di
sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI sangat
di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk imun si bayi tersebut
agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penayakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A,
pemberian ASI dan imunisasi. Untuk mencegah hal tsb, ibu ibu sebaiknya
memperhatikan gizi si anak,memberikan ASI pada bayinya, kelengkapan
imunisasi dan selalu waspada terhadap tanda bahaya jika si anak mengalami
infeksi saluran napas.

25
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: TIM

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,


EGC, Jakarta.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712008/bab2.pdf

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4,


EGC, Jakarta.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

26

Anda mungkin juga menyukai