Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

”SKABIES”

NAMA KELOMPOK VI :

1. RIKA AMELIA 17031032


2. HULIA RAHMATUL HUSNA 17031025
3. PUTRI ALAWIYAH 17031026
4. TRISNA VELINDA 17031020
5. NAZRI 17031003
6. DENNY ARISMA 17031038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Skabies” ini disusun agar dapat bermanfaat bagi kita semua untuk memperluas wawasan. Selain
itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut serta membantu kami
menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 03 Desember 2019

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………..…..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...…..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………..4
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….………..5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi Skabies ……………………………………………………………………..………6

2.2 Etiologi Skabies………………………………………………………………………………6

2.3 Cara Penularan scabies………………………………………………………………...……..7

2.4 Manifestasi klinis Skabies……………………………………………………………………7

2.5 Penatalaksanaan Skabies……………………………………………………………………..7

2.6 Pencegahan Skabies………………………………………………………………………….8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan…………………………………………………………………………….……..10
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei varian
hominis dan produknya pada tubuh. Scabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya
rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas (Siregar,2004). Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
(mite). Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat
kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis (Yosefw, 2007).
Penyakit kulit scabies merupakan penyakit yang mudah menular. Scabies menular dengan dua
cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung. Skabies dapat diderita semua orang
tanpa membedakan usia dan jenis kelamin, akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak -anak
usia sekolah dan dewasa muda/remaja (Murtiastutik, 2008).
Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI)
tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita
skabies dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -14 tahun) sebesar 54,6% serta
penderita berjenis kelamin laki -laki lebih banyak daripada perempuan yakni sebesar 63,4%.
Dibeberapa negara termasuk Indonesia penyakit scabies ini mulai meraja lelah kembali.
Awalnya penyakit scabies ini merupakan penyakit tentara jepang pada jaman gestapu ( gerakan
30 September) sehingga penyakit scabies ini disebut juga penyakit gestapu. Selain itu juga
didapatkan info terbaru berupa scabies Norwegia yang telah dilaporkan oleh dinas kesehatan
mengindikasikan bahwa penyakit scabies telah meningkat dibeberapa daerah Norwegia
(Agoes, 2009).
Data dari DEPKES RI (2013) menyebutkan prevelensi scabies di indonesia yaitu 3,9-6%.
Prevelensi scabies di Indonesia sekarang ini sudah cukup menurun dari tahun ke tahun, terlihat
dari data prevelensi tahun 2008 sebesar 5,60-12,96% dan prevelensi tahun 2009 sebesar 4,9-
12,95% (Ediasari,2016) Sedangkan prevalensi scabies di Jawa Tengah tahun 2011, kejadian
scabies di 20 puskesmas menunjukkan bahwa kejadian terbanyak terdapat di daerah Cilacap
dengan jumlah 46,8% kasus, urutan kedua di daerah Bukateja dengan jumlah 34,2% kasus dan
urutan ketiga di daerah Semarang dengan jumlah 19% kasus (Putri, 2016)

4
1.2 Tujuan
Memahami penyakit scabies dan pengobatan tradisionalnya
Tujuan khusus :
- Agar mahasiswa mengetahui apa itu scrabie
- Agar mahasiswa mengetahui bagaimana penanganan scrabies dengan menggunakan
asuhan keperawatan komunitas.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi Skabies

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei.
Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari merupakan
gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak
berjangkit di:
(1) lingkungan yang padat penduduknya,
(2) lingkungan kumuh,
(3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia
sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan
sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006),
dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi (Raza et al.
2009). Ektoparasit adalah organisme parasit yang hidup pada permukaan tubuh inang,
menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit dan menghisap cairan tubuh
inang (Triplehorn dan Johnson, 2005).
Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau ektoparasit
Sarcoptes scabiei var hominis, filum Arthropoda, orde akarina yang merupakan parasit obligat
pada manusia yang berukuran 300-400 mikron. Tungau tersebut menggali terowongan pada
stratum korneum dan melangsungkan siklus kehidupannya dalam terowongan tersebut. Host
memberikan respon berupa rasa gatal dikarenakan adanya beberapa tungau.

2.2 Etiologi Skabies

Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina,
super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010). Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan
gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan
perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan
berukuran 150-200 mikron. (Aisyah, 2005)

6
2.3 Cara Penularan scabies

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun
cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)


Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal
tersering, sedangkan pada anakanak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun
demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting
dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut
(Djuanda, 2010).

2.4 Manifestasi klinis Skabies

1. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas.
2. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder,
timbul polimorf (gelembung leokosit)
3. Kulit berwarna merah, iritasi dan rasa gatal yang umumnya muncul di sela-sela jari,
selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010)

2.5 Penatalaksanaan Skabies

Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :

a. Penatalaksanaan secara umum.


Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari.
Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang

7
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara
umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status
gizinya.
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti skabies yang
tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.

2.6 Pencegahan Skabies

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang


kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.

Selain itu, Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan
yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara :

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.


b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali
dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

8
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga kebersihan tubuh sangat
penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta
menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada
kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak
membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes
scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari
merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, dkk. (2005). Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Djuanda, A.(2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Purwanto, Budhi. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplenmenter. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Siregar., (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC.

Sudirman. T. (2006). scabies : Masalah Diagmosis dan Pengobatan. Majalah Kesehatan


Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal : 177-190

11

Anda mungkin juga menyukai