”SKABIES”
NAMA KELOMPOK VI :
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Skabies” ini disusun agar dapat bermanfaat bagi kita semua untuk memperluas wawasan. Selain
itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut serta membantu kami
menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………..…..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...…..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………..4
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….………..5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi Skabies ……………………………………………………………………..………6
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
Memahami penyakit scabies dan pengobatan tradisionalnya
Tujuan khusus :
- Agar mahasiswa mengetahui apa itu scrabie
- Agar mahasiswa mengetahui bagaimana penanganan scrabies dengan menggunakan
asuhan keperawatan komunitas.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei.
Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari merupakan
gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak
berjangkit di:
(1) lingkungan yang padat penduduknya,
(2) lingkungan kumuh,
(3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia
sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan
sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006),
dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi (Raza et al.
2009). Ektoparasit adalah organisme parasit yang hidup pada permukaan tubuh inang,
menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit dan menghisap cairan tubuh
inang (Triplehorn dan Johnson, 2005).
Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau ektoparasit
Sarcoptes scabiei var hominis, filum Arthropoda, orde akarina yang merupakan parasit obligat
pada manusia yang berukuran 300-400 mikron. Tungau tersebut menggali terowongan pada
stratum korneum dan melangsungkan siklus kehidupannya dalam terowongan tersebut. Host
memberikan respon berupa rasa gatal dikarenakan adanya beberapa tungau.
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina,
super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010). Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan
gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan
perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan
berukuran 150-200 mikron. (Aisyah, 2005)
6
2.3 Cara Penularan scabies
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun
cara penularannya adalah:
1. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas.
2. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder,
timbul polimorf (gelembung leokosit)
3. Kulit berwarna merah, iritasi dan rasa gatal yang umumnya muncul di sela-sela jari,
selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010)
7
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara
umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status
gizinya.
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti skabies yang
tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
Selain itu, Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan
yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara :
8
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga kebersihan tubuh sangat
penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta
menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada
kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak
membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes
scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari
merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, dkk. (2005). Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Djuanda, A.(2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
11