Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
2018 – 2019
No Dokumen : No. Revisi : Halaman : RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN Jl. Raya Puncak No. 479
BOGOR Telp. (0251) 8240797
00
Fax. (0251)8242937
Ciawi - Bogor
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
DIREKTUR

PANDUAN
PRAKTEK
KLINIK
drg. HESTI ISWANDARI, M.Kes
PEMBINA TK I
NIP. 19630408 199212 2 001
KISTEKTOMI
Tindakan kistektomi berarti mengangkat kista tanpa merusak fungsi
1. Pengertian
ovarium.
(Definisi)
2. Indikasi Kista ovarium jinak
3. Prinsip Kerja Dan Kistektomi dapat dilakukan dengan pembedahan laparotomi atau
Pengenalan Alat laparoskopi. Pada pendekatan laparotomi, alat yang diperlukan adalah set
ginekologi mayor.
4. Teknik Pada umumnya kista ovarium jinak mempunyai kapsul yang jelas,
kecuali pada kista endometriosis yang seringkali diperlukan diseksi tajam
untuk memisahkan dinding kista dengan jaringan ovarium sehat. Urutan
tindakan : membuka dinding perut, eksplorasi kavum abdomen, ekstraksi
kista ovarium besar, insisi kapsul kista, repair jaringan kista yang tersisa,
dan penutupan abdomen. (Gambar 26)

Insisi kapsul kista Pengangkatan kista secara intak


Gambar 26. Kistektomi
Pada kasus kista ovarium retroperitoneal, tindakan pengangkatan kista
harus didahului dengan membuka ruang retroperitoneal dan identifikasi
ureter. (Gambar 27)

Gambar 27. Identifikasi Ureter


5. Komplikasi  Perdarahan
 Infeksi
 Cedera usus
 Cedera ureter
 Kerusakan ovarium permanen
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
2018 – 2019
No Dokumen : No. Revisi : Halaman : RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN Jl. Raya Puncak No. 479
BOGOR Telp. (0251) 8240797
00
Fax. (0251)8242937
Ciawi - Bogor
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
DIREKTUR

PANDUAN
PRAKTEK
KLINIK
drg. HESTI ISWANDARI, M.Kes
PEMBINA TK I
NIP. 19630408 199212 2 001
MIOMEKTOMI
Miomektomi adalah pengangkatan massa mioma dengan semaksimal
1. Pengertian
mungkin menyelamatkan fungsi uterus
(Definisi)
2. Indikasi Mioma uteri yang disertai keluhan akibat mioma tersebut pada pasien
yang masih menginginkan fungsi reproduksinya.
3. Prinsip Kerja Dan Ukuran dan letak tumor sangat menentukan pendekatan yang dipakai
Pengenalan Alat pada saat melakukan miomektomi. Untuk itu seringkali uterus harus
dikeluarkan dari kavum abdomen sehingga evaluasi lebih mudah
dilakukan.
Peralatan yang dibutuhkan adalah set ginekologi mayor, dilengkapi
dengan mioma screw, klem miomektomi dari Bonney.
Persiapan tindakan
 Pemeriksaan USG untuk memastikan diagnosis mioma
 Intravena pielografi untuk melihat adanya bendungan ureter atau
pergeseran letak ureter akibat desakan mioma
 Persiapan crossmatch darah bila terjadi komplikasi perdarahan
yang memerlukan transfusi
4. Teknik Urutan tindakan: (Gambar 28 dan 29)
 Insisi dinding abdomen
 Pengeluaran dan inspeksi uterus
 Hemostasis
 Insisi pada uterus
 Pengeluaran mioma
 Penutupan rongga yang terbentuk akibat pengangkatan mioma
Gambar 28. Hemostasis dan Pengangkatan Massa Mioma

Gambar 29. Penutupan rongga yang terbentuk akibat pengangkatan mioma


5. Komplikasi
 Perdarahan
 Kehilangan uterus dan kemungkinan kehamilan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
2018 – 2019
No Dokumen : No. Revisi : Halaman : RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN Jl. Raya Puncak No. 479
BOGOR Telp. (0251) 8240797
00
Fax. (0251)8242937
Ciawi - Bogor
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
DIREKTUR

PANDUAN
PRAKTEK
KLINIK
drg. HESTI ISWANDARI, M.Kes
PEMBINA TK I
NIP. 19630408 199212 2 001
PEMERIKSAAN PRA BEDAH DAN PASCA BEDAH
1. Pemeriksaan Pra Diagnosis dibuat atas dasar pemeriksaan yang seksama terdiri dari
Bedah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
2. Riwayat Penyakit Persiapan pra-bedah sudah dimulai di instalasi rawat jalan dengan
anamnesis yang lengkap dan teliti.
Anamnesis yang baik, pemeriksaan prabedah yang teliti, persiapan fisik
dan mental pasien, merupakan hal yang esensial untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang baik.
3. Macam  Operasi elektif, bila setelah persiapan selesai, dipilih waktu operasi
Pembedahan yang menguntungkan.
 Operasi darurat, bila tidak bisa menunggu lama, karena
membahayakan pasien.
 Operasi paliatif, bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,
tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya.
 Laparotomi eksplorasi (laparotomi percobaan), dilakukan untuk
mendapat kepastian tentang jenis penyakit di rongga perut.
4. Beberapa Indikasi 1. Keperluan diagnosis, umumnya ringan antara lain: biopsi, kerokan
Yang Sering laparoskopi, dan lain-lain
Didapatkan Pada 2. Tindakan untuk mengangkat tumor jinak atau ganas.
Pembedahan 3. Tindakan dilakukan sebagai akibat persalinan, trauma dan/atau
Ginekologi radang.
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk
membuat diagnosis dan untuk menilai kondisi pasien.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang umum dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan ginekologis. (termasuk anamnesis ginekologi)
Ada beberapa hal penting untuk mendapatkan anamnesis ginekologi:
 Riwayat haid
 Hari pertama haid terakhir
 Riwayat obstetri serta komplikasinya
2. Riwayat perkawinan
3. Pemeriksaan payudara
4. Pemeriksaan abdomen
5. Pemeriksaan pelvis dan rektum
6. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain
7. Pemeriksaan lain, termasuk:
a. Evaluasi fisik keseluruhan, terutama mengenai organ vital
b. Risiko faktor usia
c. Evaluasi paru-paru
5. Persiapan Pasien Contoh persiapan kistektomi :
Prabedah Diberikan Povine-Iodine (Betadin) douche atau supositoria vagina
Diruang Rawat Nitrofurazine (Furacin), dimasukkan di puncak vagina setiap malam,
Inap selama 2-3 hari prabedah
Untuk wanita pasca-menopause diberikan supositoria estrogen atau krem
vaginal selama 4 - 6 minggu prabedah.
Pada malam sebelum operasi pasien diberi makan yang mudah dicerna,
dan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi pasien dipuasakan.
Obat lain yang diberikan adalah obat tidur/penenang.
Sebelum operasi dilakukan klisma.
Pemberian pre-medikasi diatur oleh ahli anestesi.
6. Persiapan Dilakukan pembersihan/pencukuran daerah abdomen dan vulva,
Prabedah Dikamar kemudian dipasang kateter.
Operasi Bila perlu pasien dibius ringan untuk pemeriksaan pelvis bimanual ulang.
Perineum dan vagina dibersihkan.
Setelah vagina dibersihkan, abdomen dibersihkan juga selama lebih
kurang 5 menit, dengan betadin atau larutan antiseptik yang lain.
7. Perawatan Pasca Masa kritis pasien pasca bedah berlangsung sampai 72 jam.
Bedah Pada periode ini pasien harus dinilai cadangan fisiologisnya dengan teliti,
pengawasan ketat pada sistem kardiovaskuler, ginjal, dan pernafasan.
Pasien ditempatkan diruang khusus (recovery room) dengan menjaga jalan
pernafasan tetap bebas, dan harus tetap dijaga sampai pasien sadar.
Pada hari operasi dan esok harinya bila mengeluh kesakitan, dapat
diberikan analgetik ringan.
Pasien pasca bedah, kecuali operasi kecil, keluar dari kamar operasi
diberikan cairan intravena antara lain NaCl 0,9%, atau Dekstrose 5% yang
diberikan bergantian menurut rencana tertentu. Infus cairan ini diberikan
karena pada saat pembedahan pasien kehilangan sejumlah cairan dan
darah, sehingga kadang-kadang memerlukan transfusi darah. Dalam 24
jam diperkirakan lebih kurang 3 liter cairan harus dimasukkan untuk
menggantikan cairan yang keluar yaitu urin, cairan yang keluar dari
muntah, dan evaporasi dari kulit dan pernafasan.
Dalam 24 sampai 48 jam pasca bedah pasien diberi makanan cair dan bila
sudah flatus dapat diberi makanan lunak yang bergizi untuk lambat laun
diganti makanan biasa.
Pemberian antibiotik tergantung jenis operasi yang dilakukan.
Mobilisasi dini/cepat, pengangkatan kasa dan pengangkatan
Jahitan tergantung jenis pembedahan.
8. Komplikasi Pasca 1. Syok
Bedah 2. Perdarahan
3. Gangguan saluran kemih antara lain :
a. Retensio urin
b. Infeksi saluran kemih
4. Distensi perut
5. Terbukanya luka operasi dan eviserasi
6. Tromboflebitis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
2018 – 2019
No Dokumen : No. Revisi : Halaman : RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN Jl. Raya Puncak No. 479
BOGOR Telp. (0251) 8240797
00
Fax. (0251)8242937
Ciawi - Bogor
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
DIREKTUR

PANDUAN
PRAKTEK
KLINIK
drg. HESTI ISWANDARI, M.Kes
PEMBINA TK I
NIP. 19630408 199212 2 001
PENGELOLAAN NYERI KANKER GINEKOLOGIS
1. Batasan Nyeri merupakan keluhan yang umum dijumpai pada pasien
kanker. Keluhan ini biasanya dijumpai pada pasien dengan
stadium klinis yang sudah lanjut.
Pemilihan pengobatan yang tepat untuk menghilangkan rasa nyeri
harus memenuhi beberapa parameter yakni:
1. Lokasi rasa nyeri
2. Mekanisme rasa nyeri
3. Keadaan penyakit
4. Kondisi mental dan fisik pasien
5. Penatalaksanaan penanggulangan rasa nyeri
2. Mekanisme Rasa Nyeri Rasa nyeri ini disebabkan oleh akibat langsung atau tidak
Akibat Kanker langsung dari satu atau lebih penyebab:
1. Penekanan pada saraf/pleksus oleh tumor, atau metastasis
pada tulang yang berdekatan dengan saraf
2. Infiltrasi tumor ke saraf dan pembuluh darah yang
menimbulkan limfangitis perivaskuler dan perineural
3. Obstruksi tumor pada saluran pencernaan makanan dan
saluran kemih
4. Hambatan pada pembuluh darah oleh tumor yang
menyebabkan bendungan pembuluh darah
5. Infiltrasi ke jaringan fasia, periostium atau organ lain yang
sensitif terhadap rasa nyeri
6. Nekrosis, atau radang pada organ akibat infiltrasi tumor
Penyebab nyeri kanker:
1. Faktor jasmani, dapat terjadi:
 Akibat tumor
 Berhubungan dengan tumor
 Akibat pengobatan tumor
 Akibat tidak langsung dari tumor maupun pengobatan
2. Faktor kejiwaan, dapat terjadi akibat marah, cemas, depresi
Jenis nyeri kanker:
Berdasarkan patofisiologinya, nyeri digolongkan dalam :
1. Nonseptif, yaitu nyeri yang timbul akibat rangsangan pada
aferen serta saraf perifer
2. Nyeri neurogen, yaitu nyeri yang terjadi akibat kerusakan
saraf perifer
3. Nyeri psikogen akibat faktor kejiwaan
3. Penatalaksanaan Dan Penatalaksanaan rasa nyeri yang diakibatkan oleh kanker dibagi 2
Pengobatan Nyeri Akibat (dua) bagian, yakni penanggulangan primer yang ditujukan
Kanker kepada patologi yang menimbulkan rasa nyeri, dan
penanggulangan simptomatis dengan menghilangkan atau
mengalihkan perasaan nyeri pada susunan saraf pusat
4. Penanggulangan Primer Penanggulangan primer yang pada umumnya bersifat paliatif
dapat berupa:
1. Pembedahan misalnya operasi by-pass pada obstruksi saluran
pencernaan makanan, saluran air kemih
2. Radiasi: dilakukan pada metastasis kelenjar getah bening para
aorta, metastasis tulang yang menimbulkan nyeri.
3. Kemoterapi: dengan tujuan untuk memperkecil proses tumor
atau metastasisnya, yang mengakibatkan rasa nyeri. Cara ini
sangat bergantung kepada respon tumor terhadap kemoterapi
tersebut
5. Penanggulangan Bila pengobatan spesifik terhadap tumor yang menimbulkan nyeri
Simptomatis tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan simptomatis.
Pengobatan simptomatis dapat berupa obat-obat analgetik,
pembedahan neurologis, blokade saraf, pendekatan psikologis.
Pada umumnya, mula-mula diberi analgetik berpotensi rendah
yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan diberikan secara tunggal
atau kombinasi. Pemberian analgetik narkotik hanya diberikan
pada rasa nyeri yang hebat dan pada tingkat terminal.

6. Blokade Saraf Bertujuan untuk menghilangkan/menghambat rangsangan rasa


sakit dengan cara:
1.a. Blokade subarahnoid dengan alkohol. Cara blokade ini dilakukan
dengan cara menyuntikkan alkohol 0,1 ml dengan jarum lumbal
ke ruangan subarahnoid, ke arah pusat sisi yang sakit, sehingga
timbul parestesia pada daerah yang dimaksud. Bila sudah tepat
ditambahkan 0,2 ml alkohol lagi dan 3 menit kemudian
ditambahkan lagi 0,2 ml. Bila lebih dari 2 akar saraf yang akan
dirusak, lebih baik diberikan suntikan lain yang terpisah pada 2
ruang subarahnoid.
Blokade subarahnoid ini diberikan pada pasien dengan rasa nyeri
akibat kompresi saraf oleh masa tumor. Kontra indikasi
pengobatan ini bila tumor menginvasi saraf atau bermetastasis ke
tulang.
b. Blokade subarahnoid dengan fenol 6%.
Cara ini hampir sama dengan cara blokade dengan alkohol, tetapi
efektivitasnya kurang.
c. Kordotomi serviks perkutaneus. Cara ini adalah suatu teknik
pembedahan saraf dengan merusak jaringan medula spinalis
antero lateral setinggi C1-C2 dengan elektro koagulasi sampai
sebatas persarafan daerah rasa nyeri yang diderita.
d.

Anda mungkin juga menyukai