Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/248382374

Anatomy and Physiology of Pleura

Article · July 2013

CITATIONS READS

0 3,988

2 authors:

Irandi Putra Pratomo Faisal Yunus


University of Indonesia Faculty of Medicine, University of Indonesia-Persahabatan Hospital
7 PUBLICATIONS   1 CITATION    74 PUBLICATIONS   282 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Clinical impact of Asthma and COPD View project

Genetic determinants and evolution of drug resistance in Mycobacterium tuberculosis in Vietnam: toward new diagnostic tools View project

All content following this page was uploaded by Irandi Putra Pratomo on 27 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI – 3 SKP

Anatomi dan Fisiologi Pleura


Irandi Putra Pratomo, Faisal Yunus
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Pleura merupakan membran serosa intratoraks yang membatasi rongga pleura, secara embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrionik;
terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral dan parietal merupakan jaringan berbeda yang memiliki inervasi dan vaskularisasi
berbeda pula. Pleura secara mikroskopis tersusun atas selapis mesotel, lamina basalis, lapisan elastik superfisial, lapisan jaringan ikat longgar,
dan lapisan jaringan fibroelastik dalam. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas menimbulkan tekanan transpulmoner yang memengaruhi
pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura dalam jumlah tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua pleura
tanpa hambatan selama proses respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur melalui mekanisme hukum Starling dan sistem penyaliran limfatik
pleura. Rongga pleura merupakan rongga potensial yang dapat mengalami efusi akibat penyakit yang mengganggu keseimbangan cairan
pleura. Karakteristik pleura lain penting diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dan gangguan proses respirasi.

Kata kunci: pleura, mesotel, respirasi, tekanan pleura, efusi pleura

ABSTRACT
Pleura is an intrathoracic serous membrane, derived from primitive intraembryonic coelom tissue; consists of visceral pleura and parietal pleura.
These pleuras enclose different intrathoracic organs and have different innervation and vascularization. Pleura microscopically consists of single
layer of mesothel, basal lamina, elastic layer, loose connective tissue layer and deeper fibro-elastic layer. Pleural pressure along with airway
pressure will produce transpulmonary pressure which will drive lung expansion, thus respiration process. Pleural fluid provides lubrication to
lessen friction between visceral pleura and parietal pleura during respiration movement, its equilibrium is governed by Starling’s law. Pleural
cavity should be considered as potential space; effusion could be caused by diseases that disrupt pleural fluid equilibrium. Characteristics
of pleura should be well acknowledged and understood as the basic for understanding the pathophysiology of pleural abnormalities and
respiratory diseases. Irandi Putra Pratomo, Faisal Yunus. Anatomy and Physiology of Pleura.

Key words: pleura, mesothel, respiration, pleural pressure, pleural effusion

PENDAHULUAN penyaliran limfatik pleura parietal.3-5 Tekanan retraksi atau deformasi sesuai dengan proses
Pleura merupakan membran serosa yang pleura merupakan cermin tekanan di dalam perkembangan anatomis dan fisiologis
melingkupi parenkim paru, mediastinum, rongga toraks.3,6 Perbedaan tekanan yang suatu organisme.7-9 Pleura viseral membatasi
diafragma serta tulang iga; terdiri dari ditimbulkan oleh pleura berperan penting permukaan luar parenkim paru termasuk
pleura viseral dan pleura parietal.1,2 Rongga dalam proses respirasi.4 Karakteristik pleura fisura interlobaris, sementara pleura parietal
pleura terisi sejumlah tertentu cairan seperti ketebalan, komponen selular serta membatasi dinding dada yang tersusun dari
yang memisahkan kedua pleura tersebut faktor-faktor fisika dan kimiawi penting otot dada dan tulang iga, serta diafragma,
sehingga memungkinkan pergerakan diketahui sebagai dasar pemahaman mediastinum dan struktur servikal (Gambar
kedua pleura tanpa hambatan selama patofisiologi kelainan pleura dan gangguan 1).1 Pleura viseral dan parietal memiliki
proses respirasi.1,3 Cairan pleura berasal proses respirasi.3 Tinjauan pustaka ini akan perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura
dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, membahas anatomi dan fisiologi pleura. viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan
ruang interstitial paru, kelenjar getah bening mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner,
intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan ANATOMI PLEURA sementara pleura parietal diinervasi saraf-
rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura Pleura merupakan membran serosa yang saraf interkostalis dan nervus frenikus serta
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara tersusun dari lapisan sel yang embriogenik mendapat aliran darah sistemik.3 Pleura viseral
pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan berasal dari jaringan selom intraembrional dan pleura parietal terpisah oleh rongga
rongga pleura sesuai hukum Starling serta dan bersifat memungkinkan organ yang pleura yang mengandung sejumlah tertentu
kemampuan eliminasi cairan oleh sistem diliputinya mampu berkembang, mengalami cairan pleura.

Alamat korespondensi email: irhotep@gmail.com

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 407


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

meliputi masing-masing paru. Pleura parietal


berkembang dari bagian rongga pleura yang
menghadap ke pleura viseral (Gambar 2).3,10

Struktur Mikroskopis Pleura


Pleura terbagi menjadi lima lapisan, yaitu
lapisan selapis mesotel, lamina basalis, lapisan
elastik superfisial, lapisan jaringan ikat longgar
dan lapisan jaringan fibroelastik dalam.9
Kolagen tipe I dan III yang diproduksi oleh
lapisan jaringan ikat merupakan komponen
utama penyusun matriks ekstraseluler pleura
dan merupakan 80% berat kering struktur ini.9
Lapisan jaringan fibroelastik dalam menempel
erat pada iga, otot-otot dinding dada,
diafragma, mediastinum dan paru.2 Lapisan
jaringan ikat longgar tersusun atas jaringan
lemak, fibroblas, monosit, pembuluh darah,
saraf dan limfatik.2,9 Pengamatan pada hewan
domba mengungkapkan bahwa ketebalan
pleura dari permukaan rongga pleura
dengan lapisan jaringan ikat yang menaungi
pembuluh kapiler dan pembuluh limfatik
adalah 25 – 83 μm pada pleura viseral dan 10
– 25 μm pada pleura parietal.3 Proses inflamasi
mengakibatkan migrasi sel-sel inflamasi harus
Gambar 1 Pleura viseral dan parietal serta struktur sekitar pleura1,3 melewati lapisan jaringan ikat longgar menuju
lamina basalis kemudian menuju rongga
pleura setelah melewati mesotel.9

Mesotel berdasarkan pengamatan mikroskop


elektron berbentuk gepeng, berbenjol-
benjol dan berukuran sekitar 4 μm.3,9 Mesotel
memiliki retikulum endoplasma kasar dan
halus, mitokondria dan beberapa jenis vesikel
mikropinositotik terikat membran sehingga
memiliki fungsi fagositik dan eritrofagositik
Gambar 2 Perkembangan rongga pleura dan perikardium pada janin mamalia. (A) Tahap awal menunjukkan janin masih saat terlepas dari tautan antarsel.3,9 Mesotel
memiliki tiga rongga yaitu rongga perikardium, rongga peritoneum dan sepasang kanalis perikardioperitoneum, (B) kanalis saling terhubung oleh desmosom di tautan
perikardioperitoneum selanjutnya terpisah dan terbentuk rongga pleura dan rongga perikardium dibatasi membran pleuro- antarsel bagian basal.3 Bentuk komunikasi
perikardium, (C) hingga akhirnya pleura viseral berkembang meliputi paru berhadapan dengan pleura parietal10 antar mesotel adalah tautan antar sel bagian
apikal dan tautan tipe ZO-1.9 Mesotel
Perkembangan Embriologis Pleura primitif. Lipatan membran pada bagian memiliki mikrovili berdiameter sekitar 0,1
Embrio memiliki rongga besar berbentuk kranial dan kaudal ujung kanal masing- μm dan panjang sekitar 1 – 3 μm dengan
huruf U di bagian ventral yang berasal dari masing kemudian memisahkan rongga kepadatan 2 – 3 sel/μm2 yang meningkatkan
jaringan selom intraembrionik dan diliputi pleura dengan rongga perikardium (disebut luas permukaan sel sehingga meningkatkan
oleh kulit, jaringan ikat, tulang, otot dan membran pleuroperikardium) serta rongga fungsi-fungsi terkait fisiologi membran dan
membran serosa. Rongga ini meliputi organ- pleura dengan rongga peritoneum pada usia sekresi asam hialuronat. Mikrovili terutama
organ viseral seperti paru, jantung, usus, hati, 32 hari perkembangan janin mamalia.10,11 ditemukan pada mesotel pleura parietal
limpa, lambung, ginjal dan organ reproduksi. Proses ini diiringi perkembangan massa sementara kepustakaan lain menyebutkan
Janin mamalia usia 26 – 28 hari memiliki tiga mesenkim medialis menjadi mediastinum lebih banyak ditemukan di pleura viseral.2,3,9
jenis rongga tubuh yaitu rongga perikardium, yang akan mengisi rongga pleura dan akan
rongga peritoneum dan sepasang memisahkan rongga pleura menjadi dua sisi. Senyawa vascular endothelial growth factor
kanalis perikardioperitoneum.3,10 Kanalis Rongga pleura kanan dan kiri akan meliputi (VEGF) disekresikan mesotel sebagai respons
perikardioperitoneum menghubungkan jonjot paru primordial masing-masing sisi terhadap pajanan lipopolisakarida, trombin
rongga perikardium dan peritoneum dan berkembang menjadi pleura viseral yang dan bakteri menyebabkan peningkatan

408 CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

permeabilitas endotel pleura terutama platelet-activating factor (PAF) yang bersifat mammaria interna serta aorta toraksika dan
terhadap protein.9 Senyawa growth factor-β1 meningkatkan permeabilitas vaskular.13 abdominis. Vena pleura parietal mengikut
dan fibroblast growth factor menyebabkan jalur arteri dan kembali menuju vena kava
pleura mengalami transisi menjadi fibroblas.3 Cairan Pleura superior melalui vena azigos. Pleura viseral
Senyawa intercellular adhesion molecule Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mendapat sirkulasi darah dari arteri bronkialis
(ICAM)-1 yang diekspresikan mesotel sebagai mL, terdiri dari makrofag (75%), limfosit (23%), menuju vena pulmonaris.2,3
respons terhadap tumor necrosis factor sel darah merah dan mesotel bebas.2,12,14,15
(TNF)-α dan interferon (IF)-γ menyebabkan Cairan pleura normal mengandung protein Ujung saraf sensorik berada di pleura parietal
migrasi netrofil atau monosit melalui 1 – 2 g/100 mL.9 Elektroforesis protein cairan kostalis dan diafragmatika. Pleura kostalis
integrin cluster of differentiation (CD)-11 atau pleura menunjukkan bahwa kadar protein diinervasi oleh saraf interkostalis, bagian
CD-18 sehingga terjadi perlekatan pleura cairan pleura setara dengan kadar protein tengah pleura diafragmatika oleh saraf
menyebabkan keadaan pleuritis.9 Mikrovili serum, namun kadar protein berat molekul frenikus. Stimulasi oleh inflamasi dan iritasi
mesotel mensekresi asam hialuronat untuk rendah seperti albumin, lebih tinggi dalam pleura parietal menimbulkan sensasi nyeri
mengurangi friksi antara paru, dinding cairan pleura.3 Kadar molekul bikarbonat cairan dinding dada dan nyeri tumpul pada bahu
dada dan diafragma saat proses respirasi.2,3 pleura 20 – 25% lebih tinggi dibandingkan ipsilateral. Tidak ada jaras nyeri pada pleura
Senyawa ini juga berfungsi sebagai sawar kadar bikarbonat plasma, sedangkan kadar viseral walaupun secara luas diinervasi oleh
selektif pertukaran ion-ion dan molekul kecil ion natrium lebih rendah 3 – 5% dan kadar nervus vagus dan trunkus simpatikus.2,3
antara alveolus, jaringan interstitial paru dan ion klorida lebih rendah 6 – 9% sehingga pH
rongga pleura, pengaturan respons inflamasi, cairan pleura lebih tinggi dibandingkan pH Eliminasi akumulasi cairan pleura terutama
penyembuhan pleura, fagositosis bakteri plasma.3 Keseimbangan ionik ini diatur melalui diatur oleh sistem limfatik sistemik di pleura
dan partikel mineral seperti serat asbestos, transpor aktif mesotel.16 Kadar glukosa dan ion parietal. Cairan masuk ke dalam rongga pleura
lateks dan quartz.2,9 Reseptor kaderin kalium cairan pleura setara dengan plasma.3 melalui arteriol interkostalis pleura parietal
merupakan reseptor dependen kalsium yang melewati mesotel dan kembali ke sirkulasi
diekspresikan pleura untuk mempertahankan Struktur Makroskopis Pleura melalui stoma pada pleura parietal yang
morfologi dan permeabilitas pleura.9 Mesotel Pleura normal memiliki permukaan licin, terbuka langsung menuju sistem limfatik.
memiliki proteinase-activated receptor-2 mengkilap dan semitransparan. Luas Pleksus limfatikus superfisialis terletak pada
(PAR2) yang berperan dalam proses inflamasi permukaan pleura viseral sekitar 4.000 jaringan ikat di lapisan subpleura viseral dan
dengan melepas kemokin dan menarik cm2 pada laki-laki dewasa dengan berat bermuara di pembuluh limfe septa lobularis
netrofil ke dalam rongga pleura sehingga badan 70 kg.14 Pleura parietal terbagi dalam dan lobaris. Jaringan limfatikus ini dari pleura
terjadi fibrosis pleura, adhesi pleura atau beberapa bagian, yaitu pleura kostalis kostalis menyusur ventral menuju nodus
fibrotoraks.12 Senyawa-senyawa lain yang yang berbatasan dengan iga dan otot-otot limfatik sepanjang arteri mammaria interna
diekspresikan mesotel seperti keratin epitelial, interkostal, pleura diafragmatik, pleura servikal atau dorsal menuju ujung sendi kostosternal,
fibronektin, vimentin, kolagen, elastin, laminin atau kupula sepanjang 2-3 cm menyusur dari pleura mediastinal menuju nodus
dan proteoglikan merupakan senyawa- sepertiga medial klavikula di belakang limfatikus trakeobronkial dan mediastinum,
senyawa spesies oksidan kerja panjang otot-otot sternokleidomastoid dan pleura dan dari pleura diafragmatik menuju nodus
yang berhubungan dengan integritas sel mediastinal yang membungkus organ-organ parasternal, frenikus medialis dan mediastinum
dan sesuai dengan sifat sel-sel epitel dan mediastinum.1,2 Bagian inferior pleura parietal superior.2 Cairan pleura tidak masuk ke dalam
fibroblas.3,9 Sitokin lain yang dapat ditemukan dorsal dan ventral mediastinum tertarik pleksus limfatikus di pleura viseral karena
di pleura antara lain interleukin (IL)-1 yang menuju rongga toraks seiring perkembangan pleura viseral lebih tebal dibandingkan pleura
berhubungan dengan proses fibrogenesis organ paru dan bertahan hingga dewasa parietal sehingga tidak terjadi pergerakan
pleura, IL-2 dan IL-5 yang menginduksi sebagai jaringan ligamentum pulmoner, cairan dari rongga pleura ke pleura viseral.3
produksi limfosit, IL-3 yang menginduksi menyusur vertikal dari hilus menuju Gangguan duktus torasikus karena limfoma
proliferasi dan ketahanan eosinofil, IL-4 yang diafragma membagi rongga pleura menjadi maupun trauma menyebabkan akumulasi
menahan infiltrasi sel menuju rongga pleura, rongga anterior dan posterior. Ligamentum cairan limfe di rongga pleura menyebabkan
IL-6 yang menginduksi maturasi limfosit B, IL-8 pulmoner memiliki pembuluh limfatik besar chylothorax.4
yang merupakan kemotaksin netrofil, IL-10 yang merupakan potensi penyebab efusi
yang merupakan sitokin antiinflamasi, IL-12 pada kasus traumatik.2,3 FISIOLOGI PLEURA
yang akan memperkuat respons imunologis Pleura berperan dalam sistem pernapasan
selular dan respons sitotoksik terhadap Pleura kostalis mendapat sirkulasi darah dari melalui tekanan pleura yang ditimbulkan
patogen intraselular dan tumor, IL-13 yang arteri mammaria interkostalis dan internalis. oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama
merupakan kemoatraktan eosinofil, IL-16 Pleura mediastinal mendapat sirkulasi darah tekanan jalan napas akan menimbulkan
yang akan menginduksi sitokin proinflamasi, dari arteri bronkialis, diafragmatik superior, tekanan transpulmoner yang selanjutnya
monocyte chemotactic peptide (MCP-1), mammaria interna dan mediastinum. Pleura akan memengaruhi pengembangan paru
transforming growth factor (TGF)-β, basic servikalis mendapat sirkulasi darah dari arteri dalam proses respirasi.17 Pengembangan
fibroblast growth factor (b-FGF), endostatin subklavia. Pleura diafragmatik mendapat paru terjadi bila kerja otot dan tekanan
sebagai inhibitor angiogenesis dan sirkulasi darah dari cabang-cabang arteri transpulmoner berhasil mengatasi rekoil

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 409


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

transpulmoner. Tekanan transpulmoner


memengaruhi pengembangan paru
sehingga memengaruhi jumlah udara
paru saat respirasi. Hubungan perubahan
tekanan pleura, tekanan alveolus, tekanan
transpulmoner dan volume paru ditunjukkan
pada gambar 3.20

Fisiologi cairan pleura


Rongga pleura terisi cairan dari pembuluh
kapiler pleura, ruang interstitial paru, saluran
limfatik intratoraks, pembuluh kapiler
intratoraks dan rongga peritoneum.4 Neergard
mengemukakan hipotesis bahwa aliran cairan
pleura sepenuhnya bergantung perbedaan
tekanan hidrostatik dan osmotik kapiler
sistemik dengan kapiler pulmoner.

Perpindahan cairan ini mengikuti hukum


Starling berikut:5

Jv = Kf × ([P kapiler – P pleura] - σ [π kapiler –


π pleura])

Jv : aliran cairan transpleura, Kf : koefisien filtrasi yang


Gambar 3 Perubahan volume paru, tekanan alveolar, tekanan pleura dan tekanan transpulmoner selama respirasi biasa20 merupakan perkalian konduktivitas hidrolik membran
dengan luas permukaan membran, P : tekanan hidrostatik,
elastik (elastic recoil) paru dan dinding dada sehingga gradien tekanan resultan di rongga σ : koefisien kemampuan restriksi membran terhadap
sehingga terjadi proses respirasi.18 Jumlah pleura berbeda pada berbagai permukaan migrasi molekul besar, π : tekanan onkotik.
cairan rongga pleura diatur keseimbangan pleura. Gradien tekanan di apeks lebih
Starling yang ditimbulkan oleh tekanan pleura besar dibandingkan basal sehingga formasi Perkiraan besar perbedaan tekanan yang
dan kapiler, kemampuan sistem penyaliran bleb pleura terutama terjadi di apeks paru memengaruhi pergerakan cairan dari
limfatik pleura serta keseimbangan elektrolit.14 dan merupakan penyebab pneumotoraks kapiler menuju rongga pleura ditunjukkan
Ketidakseimbangan komponen-komponen spontan.4,19 Gradien ini juga menyebabkan pada Gambar 4. Tekanan hidrostatik pleura
gaya ini menyebabkan penumpukan cairan variasi distribusi ventilasi.4 parietal sebesar 30 cm H2O dan tekanan
sehingga terjadi efusi pleura.4,5,9 rongga pleura sebesar -5 cm H2O sehingga
Pleura viseral dan parietal saling tertolak tekanan hidrostatik resultan adalah 30 – (-5)
Fisiologi tekanan pleura oleh gaya potensial molekul fosfolipid yang = 35 cmH2O. Tekanan onkotik plasma 34
Tekanan pleura secara fisiologis memiliki diabsorpsi permukaan masing-masing cmH2O dan tekanan onkotik pleura 5 cmH2O
dua pengertian yaitu tekanan cairan pleura pleura oleh mikrovili mesotel sehingga sehingga tekanan onkotik resultan 34 – 5 = 29
dan tekanan permukaan pleura.4 Tekanan terbentuk lubrikasi untuk mengurangi friksi cmH2O. Gradien tekanan yang ditimbulkan
cairan pleura mencerminkan dinamik aliran saat respirasi.4,5 Proses tersebut bersama adalah 35 – 29 = 6 cmH2O sehingga terjadi
cairan melewati membran dan bernilai sekitar tekanan permukaan pleura, keseimbangan pergerakan cairan dari kapiler pleura parietal
-10 cmH2O. Tekanan permukaan pleura tekanan oleh gaya Starling dan tekanan menuju rongga pleura. Pleura viseral lebih
mencerminkan keseimbangan elastik rekoil elastik rekoil paru mencegah kontak antara tebal dibandingkan pleura parietal sehingga
dinding dada ke arah luar dengan elastik pleura viseral dan parietal walaupun jarak koefisien filtrasi pleura viseral lebih kecil
rekoil paru ke arah dalam. Nilai tekanan antarpleura hanya 10 μm.2,5 Proses respirasi dibandingkan pleura parietal. Koefisien filtrasi
pleura tidak serupa di seluruh permukaan melibatkan tekanan pleura dan tekanan jalan kecil pleura viseral menyebabkan resultan
rongga pleura; lebih negatif di apeks paru dan napas. Udara mengalir melalui jalan napas gradien tekanan terhadap pleura viseral
lebih positif di basal paru. Perbedaan bentuk dipengaruhi tekanan pengembangan jalan secara skematis bernilai 0 walaupun tekanan
dinding dada dengan paru dan faktor gravitasi napas yang mempertahankan saluran napas kapiler pleura viseral identik dengan tekanan
menyebabkan perbedaan tekanan pleura tetap terbuka serta tekanan luar jaringan vena pulmoner yaitu 24 cmH2O. Perpindahan
secara vertikal; perbedaan tekanan pleura paru (tekanan pleura) yang melingkupi cairan dari jaringan interstitial paru ke rongga
antara bagian basal paru dengan apeks paru dan menekan saluran napas. Perbedaan pleura dapat terjadi seperti akibat peningkatan
dapat mencapai 8 cmH2O. Tekanan alveolus antara kedua tekanan (tekanan jalan napas tekanan baji jaringan paru pada edema paru
relatif rata di seluruh jaringan paru normal dikurangi tekanan pleura) disebut tekanan maupun gagal jantung kongestif.4

410 CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 1 Penyebab efusi pleura4 Hipotesis Neergard tidak sepenuhnya


menjelaskan eliminasi akumulasi cairan
Peningkatan pembentukan cairan pleura
pleura karena tidak menyertakan faktor
- Peningkatan cairan interstitial paru : Gagal jantung kiri, pneumonia, emboli paru jaringan interstitial dan sistem limfatik
- Peningkatan tekanan intravaskular pleura : Gagal jantung kanan atau kiri, sindrom vena kava superior
pleura. Jaringan interstitial secara fungsional
- Peningkatan permeabilitas kapiler pleura : Inflamasi pleura, peningkatan kadar VEGF
- Peningkatan kadar protein cairan pleura mengalirkan cairan ke sistem penyaliran
- Penurunan tekanan pleura : Atelektasis, peningkatan rekoil elastik paru limfatik. Cairan pleura yang difiltrasi pada
- Peningkatan akumulasi cairan peritoneum : Asites, dialisis peritoneum
bagian parietal mikrosirkulasi sistemik masuk
- Disrupsi duktus torasikus
- Disrupsi pembuluh darah rongga dada ke jaringan interstitial ekstrapleura menuju
rongga pleura dengan gradien tekanan
Penurunan eliminasi cairan pleura
(aliran cairan) yang lebih kecil (Gambar 5).
- Obstruksi penyaliran limfatik pleura parietal Rongga pleura secara fisiologis terbagi
- Peningkatan tekanan vaskular sistemik : Sindrom vena kava superior, gagal jantung kanan
menjadi lima ruang yaitu sirkulasi sistemik
parietal, jaringan interstitial ekstrapleura,
rongga pleura, jaringan interstitial paru dan
mikrosirkulasi viseral. Membran endotel
sirkulasi viseral membatasi mikrosirkulasi
viseral dengan jaringan interstitial paru dan
membran endotel sirkulasi sistemik parietal
membatasi sirkulasi sistemik dengan jaringan
interstitial rongga pleura. Rongga pleura
dibatasi oleh pleura viseral dan pleura parietal
yang berfungsi sebagai membran. Penyaliran
limfatik di lapisan submesotel pleura parietal
bercabang-cabang serta berdilatasi dan
disebut lakuna. Lakuna di rongga pleura
akan membentuk stoma. Aliran limfatik
pleura parietal terhubung dengan rongga
pleura melalui stoma dengan diameter
2 – 6 nm.5 Stoma ini berbentuk bulat atau
celah ditemukan pada pleura mediastinal
dan interkostalis terutama pada area depresi
inferior terhadap tulang iga bagian inferior
dengan kepadatan 100 stomata/cm2 di
pleura interkostalis dan 8.000 stomata/cm2
di pleura mediastinal.4,5
Gambar 4 Skema tekanan dan pergerakan cairan pada rongga pleura manusia4
Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme
gaya Starling (laju filtrasi kapiler di pleura
parietal) dan sistem penyaliran limfatik
melalui stoma di pleura parietal.14 Senyawa-
senyawa protein, sel-sel dan zat-zat partikulat
dieliminasi dari rongga pleura melalui pe-
nyaliran limfatik ini. Nilai rerata aliran limfatik
satu sisi rongga pleura adalah 0,4 mL/kg berat
badan/jam pada orang normal atau 20 mL/
jam pada orang dewasa normal dengan berat
badan 60 kg atau 500 mL/hari.4 Peningkatan
volume tidal maupun frekuensi respirasi
meningkatkan eliminasi limfatik pleura.21
Kapasitas eliminasi limfatik pleura secara
umum 20 – 28 kali lebih besar dibandingkan
pembentukan cairan pleura.4

Gambar 5 Skema fisiologis aliran cairan transpleura. Akumulasi berlebih cairan pleura hingga
(Jv: aliran cairan transpleura)5 300 mL disebut sebagai efusi pleura, terjadi

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 411


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

akibat pembentukan cairan pleura melebihi protein serum > 0,5, perbandingan kadar peningkatan volume paru dan aliran udara
kemampuan eliminasi cairan pleura.22 laktat dehidrogenase (LDH) cairan pleura paru.23
Faktor-faktor dan keadaan-keadaan penyebab dengan kadar LDH serum > 0,6 dan/atau
peningkatan pembentukan cairan pleura atau kadar LDH cairan pleura > 0,6 atau lebih SIMPULAN
penurunan eliminasi cairan pleura pada keadaan tinggi 2/3 kali dibandingkan nilai ambang 1. Pleura di dalam rongga dada meliputi
efusi pleura dirangkum dalam Tabel 1. atas kadar LDH serum. Langkah diagnostik parenkim paru dan mediastinum, diliputi
selanjutnya lebih ditekankan pada efusi diafragma serta tulang-tulang iga, terdiri dari
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi cairan eksudatif.22 Efusi pleura menyebabkan pleura viseral dan pleura parietal.
cairan transudat dan eksudat. Efusi pleura perubahan parameter spirometri. Penelitian 2. Karakteristik pleura seperti ketebalan
transudatif terjadi saat faktor sistemik Spyratos dkk. yang melibatkan 21 pasien pleura, komponen seluler serta faktor-
berperan dalam perubahan pembentukan efusi pleura yang menjalani spirometri faktor fisika dan kimiawi serta cairan pleura
atau eliminasi cairan pleura. Efusi pleura sebelum dan sesudah pungsi pleura (cairan berhubungan dengan proses respirasi.
eksudatif terjadi saat faktor permukaan pleura pleura dikeluarkan sebanyak 1.581 ± 585 3. Keseimbangan jumlah cairan pleura diatur
atau pembuluh kapiler di pleura mengalami mL) mendapatkan peningkatan kapasitas oleh komponen-komponen gaya Starling dan
perubahan. Kriteria Light menyatakan vital paksa (KVP), volume ekspirasi paksa sistem penyaliran limfatik pleura.
bahwa efusi pleura eksudatif bila minimal detik pertama (VEP1) dan kapasitas inspirasi 4. Efusi pleura terjadi akibat tingkat
satu hal berikut terpenuhi: perbandingan (KI) setelah pungsi pleura. Jumlah cairan pembentukan cairan pleura melebihi
kadar protein cairan pleura dengan kadar yang dikeluarkan tidak berkorelasi dengan kemampuan eliminasi cairan pleura.

DAFTAR PUSTAKA
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Ch. 1, Thorax. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p. 72–180.
2. Lee P, Colt HG eds. Flex-rigid Pleuroscopy Step-by-step. Steps to understanding thoracic anatomy. Singapore: CMPMedica Asia Pte Ltd; 2005. p. 10–7.
3. Light RW ed. Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 1, Anatomy of the pleura. Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 2–7.
4. Light RW ed. Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 2, Physiology of the pleural space. Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 8–16.
5. Miserocchi G. Mechanisms controlling the volume of pleural fluid and extravascular lung water. Eur Respir Rev. 2009;114(18):244–52.
6. De Troyer A, Leduc D. Role of pleural pressure in the coupling between the intercostal muscles and the ribs. J Appl Physiol. 2007;102:2332–7.
7. Wang NS. Anatomy and physiology of the pleural space. Clin Chest Med. 1985;6(1):3-16. [abstract]
8. Wang NS. Anatomy of the pleura. Clin Chest Med. 1998;19(2):229–40. [abstract]
9. Antony VB. Immunological mechanisms in pleural disease. Eur Respir J. 2003;21:539–44.
10. Neas JF. Respiratory system – embryological development. In: Martini FH, Tallitsch RB, Timmons MJ, eds. Human Anatomy, 6th ed. San Fransisco: Benjamin-Cummings Pub. Co.; 2008. p.
638–56.
11. Embryology.ch: Respiration tract - Somatic cavities [Internet]. Geneve: Swiss Virtual Campus; 2010 [updated 2010, cited 2010 Sept 25]. Available from: http://www.embryology.ch/anglais/
rrespiratory/korperhohlen01.html.
12. Lee YCG, Knight DA, Lane KB, Cheng DS, Koay MA, Teixeira LR, et al. Activation of proteinase-activated receptor-2 in mesothelial cells induces pleural inflammation. Am J Physiol Lung Cell
Mol Physiol. 2005;288:L734–40.
13. Light RW (ed). Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 5, Cytokines and the pleura. Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 45–54.
14. Zocchi L. Physiology and pathophysiology of pleural fluid turnover. Eur Respir J. 2002;20:1545–58.
15. Peek GJ, Morcos S, Cooper G. The pleural cavity. BMJ. 2000;320:1318–21.
16. Kouritas VK, Hatzoglou C, Foroulis CN, Hevas A, Gourgoulianis KI, Molyvdas PA. Low glucose level and low pH alter the electrochemical function of human parietal pleura. Eur Respir J.
2007;30:354–7.
17. Washko GR, O’Donnell CR, Loring SH. Volume-related and volume-independent effects of posture on esophageal and transpulmonary pressures in healthy subjects. J Appl Physiol.
2006;100:753–8.
18. Lai-Fook SJ. Pleural mechanics and fluid exchange. Physiol Rev. 2004:84;385–410.
19. Astowo P. Pneumotoraks. In: Swidarmoko B, Susanto AD, eds. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas. Jakarta: Penerbit Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 54–71.
20. Guyton AC, Hall JE, eds. Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Ch. 37, Pulmonary Ventilation. Philadelphia: WB Saunders Co.; 2006. p. 471–82.
21. Pearse DB, Searcy RM, Mitzner W, Permutt S, Sylvester JT. Effects of tidal volume and respiratory frequency on lung lymph flow. J Appl Physiol. 2005;99:556–63.
22. Light RW (ed). Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 7, Clinical manifestations and useful tests. Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 73–109.
23. Spyratos D, Sichletidis L, Manika K, Kontakiotis T, Chloros D, Patakas D. Expiratory flow limitation in patients with pleural effusion. Respiration 2007;74:572–8.

412 CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai