Anda di halaman 1dari 8

A.

Air Tanah
1. Koliform tinja
Nilaia ambang batas koliform tinja dalama air tanah ialah 0 jml/100 ml. Keberadaan
koliform tinja di dalam perairan bisa menjadi indikasi adanya pencemaran dalam air.
Koliform merupakan jenis bakteri yang hidup dalam usus manusia. Keberadaan
koliform dalam air berbanding lurus dengan keberadaan bakteri patogen dlaam
perairan sehingga dapat digunakan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen
di dalam perairan, juga mudah dikembangbiakkan sehingga sering digunakan
sebagai indikator selain kualitas air. Dalam pengujian kualitas air tanah, koliform
dibagi menjadi dua macam yaitu koliform tinja dan total koliform. Koliform tinja
merupakan bakteri yang dapat menjadi indikator adanya tinja hewan maupun
manusia di dalam air. Kontaminasi tinja dalam air dapat membuat air menjadi
tercemar oleh bakteri patogen atau virus. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh
bakteri patogen diantaranya ialah tipus, hepatitis A, dan gastroenteritis. Adanya
kontaminasi tinja dalam air tanah/sumur dapat disebabkan oleh jarak antara sumber
air dengan septic tank yang tidak sesuai dengan SNI ataupun jumlah pengguna
septic tank yang bertambah. Diperkirakan adanya koliform tinja dalam titik sampling
air sumur di sekitar PLTU Lombok Barat dikarenakan jarak antara sumber air
dengan septic tank yang kurang dari 10 m.
2. Zat organik
Nilai parameter zat organik pada titik sampling di PLTU Lombok Barat yang nilainya
melebihi nilai Ambang Batas ialah pada titik sampling Mesjid Nurul Islam yaitu
sebesar 12 mg/L (diatas 10 mg/L). Zat organik dalam perairan dapat bersumber
dari :
a. Alam misal fiber, minyak nabati dan hewani, alkaloid, selulosa, kanji, gula dsb
b. Sintesisi : semua bahan organik yang diproses oleh manusia
c. Fermentasi : alcohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam yang semua
diperoleh dari aktivitas mikroorganisme.

Pada perairan zat organik banyak dihasilkan oleh proses fotosintesis. Dampak
adanya zat organic dalam perairan ialah dapat menimbulkan eutrofikasi, sehingga
kualitas air menjadi berkurang. Diperkirakan adanya zat organik dalam air tanah
disebabkan oleh adanya rembesan sampah organik di sekitar titik sampling air
tanah.

B. Air Laut
1. Kecerahan
Kecerahan merupakan suatu kondisi yang menggambarkan ukuran sinar
matahari dapat menembus perairan. Nilai kecerahan memiliki kecenderungan
meningkat. Pada perairan laut, kondisi kecerahan dapat disebabkan sangat
dipengaruhi oleh kandungan perairan laut tersebut. Kecerahan memiliki peran
penting dalam proses fotosintesis. Sehingga dapat dijadikan salah satu indikator
kualitas air laut. Diperkirakan adanya nilai parameter kecerahan yang kurang
dari 5 pada perairan di sekitar PLTU Lombok Barat berkaitan erat dengan nilai
TDS yang juga bernilai di atas Nilai Ambang Batas.
2. Padatan Tersuspensi Total
Padatan tersuspensi total pada perairan laut di sekitar tapak proyek bernilai di
atas nilai ambang batas (>80 mg/L) pada titik outfall dan outlet. Nilai TSS
cenderung fluktuatif pada setiap titik sampling.
Padatan tersuspensi total merupakan residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 um atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Adanya nilai TSS di atas Nilai Ambang batas sangat
berpengaruh terhadap kecerahan air laut. Dampaknya secara langsung ialah
berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan biota laut. Nilai TSS yang berada
di atas nilai Ambang batas diperkirakan disebabkan oleh :
a. Banyaknya zat padat/sampah yang terbawa oleh air sungai.
b. Besarnya pengikisan oleh aliran air sungai yang alirannya deras saat musim
hujan

Diperkiran nilai TSS yang bernilai diatas NAB disebabkan oleh adanya sampah
yang terbawa oleh air sungai.

3. Fosfat
Hasil pemantauan air laut terhadap dua titik sampling, menunjukkan untuk
parameter fosfat pada titik pemantauan outfall bernilai lebih dari ambang baku
mutu yaitu sebesar 0.077 mg/L. Fosfat merupakan unsur yang dibutuhkan oleh
mahluk hidup untuk pembentukan protein dan membantu proses metabolismes
sel satu organisme. Keberadaan fosfat di perairan, terutama wilayah pesisir dan
paparan benua didapatkan dari aliran air sungai. Sungai banyak membawa
hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya. Fosfat di dalam air
akan terurai menjadi senyawa ionisasi antara lain dalam bentuk H2PO4,
HPO42, PO43. Fosfat kemudian diabsorpsi oleh fitoplankton dan kemudian
masuk ke dalam rantai makanan. Fosfat pada jumlah normal tidak toksik bagi
manusia, hewan, dan ikan namun keberadaan fosfat yang berlebihan yang
disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan
algae di perairan. Populasi algae yang berlebihan dapat menghambat penetrasi
oksigen dan cahaya matahari sehingga dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem perairan. Nilai kandungan fosfat pada air laut yang memiliki nilai di
atas nilai ambang batas diperkirakan disebabkan oleh adanya zat organik yang
terbawa oleh air sungai ke laut.
4. Kromium heksavalen
Nilai kromium heksavalen (Cr(IV)) pada titik sampling air laut berda di atas NAB.
Kecenderungan kromium heksavalen cenderung meningkat. Dalam perairan
kromium dapat dijumpai dalam trivalen (Cr3+) dan kromium heksavalen (Cr6+).
Kromium trivalen bila masuk ke dalam perairan mengalami proses oksidasi
menjadi kromium heksavalen. Kromium trivalen merupakanunsur yang esensial
bagi tumbuhan sedangkan kromium heksavalen memiliki sifat racun. Racun
dalam kromium heksavalen dapat mengganggu fungsi hati, ginjal, pernafasan,
dan mengakibatkan kerusakan kulit. Adanya kromium heksavalen pada
sampling air laut diperkirakan disebabkan oleh zat buang dari pabrik atau limbah
kapal laut.

C. Air permukaan
1. BOD
Biochemical Oxygen Demand (BOD) ialah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme anaerob untuk memecah zat organik menjadi zat
anorganik. Secara tidak langsung menggambarkan kuantitas bahan organik
dalam perairan. Kecenderungan BOD pada titik sampling air permukaan ialah
meningkat. Adanya bahan organik dalam perairan dapat berdampak terhadap
kualitas air laut, bergantung pada bahan organik apa yang terkandung dalam
perairan. Pada batas tertentu, bahan organik tidak berbahaya secara langsung,
namun jika berlebihan, keberadaan zat organik dapat menimbulkan dampak
terhadap biota perairan, terutama jika terjadi eitrofikasi.
2. COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat –
zat organik yag ada dalam 1 liter sampel air dengan pengoksidasi K 2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen. COD dijadikan parameter yang dugunakan
untuk mengukur tingkat bahan pencemar organik yang diukur secara kimiawi.
Air yang memiliki kandungan bahan organik tinggi umurnya akan memiliki nilai
COD yang besar. Nilai COD meningkat sejalan dengan meningkatnya
kandungan bahan organik di perairan. Uji COD dapat mengoksidasi beberapa
komponen yang tidak dapat dioksidasi oleh mikroorganisme secara biologis. Hal
inilah yang menyebabkan nilai COD biasanya lebih besar dari BOD
3. Nitrik sebagai N
Nilai nitrit sebagai N memiliki kecenderungan meningkat. Nitrit dalam perairan
dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari nitrat
karena nitrit bersifat tidak stabil terhadap oksigen. Nitrit merupakan bentuk
peralihan antara amonia dan nitrat. Reduksi nitrat oleh aktivitas mikroba pada
kondisi anaerob biasa terjadi pada proses pengolahan limbah, yang dapat
menghasilkan amonia dan gas – gas lai, salah satunya adalah nitrit (NO2).
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Penggunaan
nitrit pada industri berfungsi untuk menghambat terjadinya proses korosi pada
industri. Pada manusia, konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan
terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah yang
selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.
Pada kondisi titik pemantauan yang memiliki nilai nitrit di atas NAB, diperkirakan
berasal dari limbah domestik di sekitar sungai.
4. Khlorin bebas
Nilai khlorin bebas pada titik smapling air permukaan di sekitar tapak proyek
berada di atas nilai ambang batas (maks 0,006 mg/L). Kecenderungan nilai
khlorin bebas pada perairan permukaan di sekitar PLTU Lombok Barat ialah
meningkat.
Khlorin merupakan salah satu ion unsur halogen yang jarang ditemui secara
bebas di alam. Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan
jumlah relatif jauh lebih besar dibandingkan ion – ion halogen lainnya. Klorin
dalam bentuk garam (misal NaCl) merupakan bentuk paling aman, sedangkan
dalam bentuk gas, klorin dapat diperoleh dengan mengekstraksi larutan garam
NaCl dengan cara elektrolisasi. Klorin disamping mempunyai fungsi yang berarti
dalam kehidupan manusia, juga berdampak negatif bagi lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah,
termasuk limbah klorin maka suatu industri diwajibkan mengelola limbah,
termasuk limbah klorin maka suatu industri diwajibkan mengelola limbahnya
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
Klorin merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Sudah
umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan
kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang digunakan oleh
masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan kuman
penyakit terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya
klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang
mengandung klorin memiliki kemungkingnan lebih besar untuk terkena kanker
kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat
menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf
tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat
mengalami keguguran kandungan. Secara alami, kandungan khlorin pada air
laut lebih tinggi jika dibandingkan dengan perairan lain. Diperkirakan nilai klorin
di atas NAB pda air permukaan disebabkan oleh adanya limpasan dari air laut.
Kandungan khlorida dalam perairan bergantung pada iklim.
D. Air tambak
1. Sulfida
Nilai sulfida dalam titik sampling air tambak ialah sebesar 0,008 mg/L diatas
NAB (0,007 mg/L). Dalam perairan gas sulfida secara kimiawi terkait dengan air
sehingga membentuk hibrida kovalen berupa hidrogen sulfida (H 2S), karena
oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel periodik.
Hidrogen sulfida dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai
bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), selain itu hidrogen
sulfida dapat juga timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Diperkirakan adanya sulfida dalam air tambak disebabkan adanya aktivitas
bakteri di dalam air tambak yang cenderung diam dan menggenang.
2. Total fosfat
Nilai total fosfat pada perairan tambak di sekitar tapak proyek bernilai di atas
Nilai Ambang Batas (0,05 mg/L). Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur
– unsur utama lain yang merupakan penyusun boisfer karena unsur ini tidak
terdapat di atmosfer. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi biota
perairan sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi biota perairan serta
sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Dalam perairan, sumber
fosfor terbesar ialah sampah organik maupun bahan organik lain yang dibuang
dalam perairan. Diperkirakan adanya total fosfat dalam air tambak disebabkan
oleh adanya bahan organik dalam air tambak.
3. COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat –
zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air dengan pengoksidasi K2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen. COD secara tidak langsung
menggambarkan banyaknya bahan organik dalam perairan, karena COD
menunjukkan seberapa banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai bahan
organik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri anaerob.
Adanya nilai COD yang bernilai di atas NAB diperkirakan disebabkan oleh
kandungan bahan organik dalam air tambak yang cukup tinggi
4. Klorin Organik
Nilai klorin organik pada air tambak berada di atas NAB ialah sebesar 0,07 mg/L
(di atas 0,02 mg/L). Secara alami di dalam perairan terdapat ion klorin, menurut
effendi (2004), Kadar klorida dalam perairan bervariasi tergantung pada
iklimnya. Pada perairan laut, jumlah klorin lebih tinggi jika dibandingkan dengan
perairan lainnya. Diperkirakan nilai klorin yang berada di atas NAB disebabkan
oleh letak tambak yang berdekatan dengan air laut, sehingga sangat mungkin
adanya resapan air laut ke dalam tambak.
E. Plankton Benthos
Hasil pemantauan plankton benthos pada perairan sungai babak menunjukkan
bahwa perairan sungai babak termasuk ke dalam katetgori :
1. Nilai indeks Diversitas Shannon – Wiener pada perairan sungai babak ialah
bernilai antara 0 -1,35, sehingga dapat dikategorikan ke dalam perairan dengan
tingkat pencemaran sedang (nilai indeks diversitas shannon – wiener perairan
dengan tingkat pencemaran sedang ialah 1,0 – 1,5). Sedangkan untuk air
tambak milik bapak H. Hasan nilai indeks diversitas shannon – wiener ialah
sebesar 0,16 dan 0,25, termasuk ke dalam kategori perairan tercemar berat
(nilai indeks diversitas shannon – wiener perairan dengan tingkat pencemaran
berat ialah <1,0).
2. Nilai indeks dominisasi simpson and simpson pada perairan sungai babak ialah
bernilai antara 0,32 – 1, sehingga perairan sungai babak dapat dikategorikan
pada perairan dengan kualitas lingkungan sangat baik (nilai indeks dominisasi
simpson and simpson untuk perairan dengan kualitas lingkungan sangat baik
ialah sebesar ≥ 0,32). Sedangkan untuk air tambak milik bapak H. Hasan, nilai
indeks dominisasi simpson and simpson ialah sebesar 0,13 dan 0,39, termasuk
ke dalam kategori perairan dengan kualitas lingkungan sangat jelek (nilai indek
dominasi simpson and simpson untuk perairan dengan kualitas lingkungan
sangat jelek ialah sebesar ≥ 0,80).

Indikator biologis adalah kelompok atau komunitas organisme yang dekat


kekerabatannya dan keberadaannya atau tingkahlakunya kemungkinan berkolerasi
sangat erat dengan kondisi lingkungan tertentu yang dapat digunakan sebagai
petunjuk atau uji kuantitatif (Ellenberg, 1991). Berdasarkan penelitian terdapat
beberapa indikator biologis namun dengan pertimbangan keberlimpahan dan reaksi
spesifikasi biota terhadap lingkungan indikator biologis ekosistem sungai dibagi
menjadi dua kelompok yaitu indikator yang sangat baik (terdiri dari tumbuhan yang
hidup dalam air, perifiton, jamur, dan bakteri) dan indikator yang baik, terdiri atas
alga hijau (shlorophyceae), fitoplankton dan zoobenthos sehingga plankton dan
benthos merupakan indikator biologis yang cukup baik.

F. Kesehatan masyarakat

G.

Anda mungkin juga menyukai