Anda di halaman 1dari 9

Metode Pendidikan Kesehatan Dalam Kebidanan

A. Pengertian pendidikan kesehatan


pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu.
Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau
masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan
perubahan-peubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu
(Entjang, 1991)
Menurut Ottawwa Charter (1986) yang dikutip dari
Notoatmodjo S, memberikan pengertian pendidikan kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan
social, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dam mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sebagainya).
Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan
adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.
Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan
suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
B. Tujuan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara
lain pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan
lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku sehat pada
individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup
sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan
kesehatan adalah untuk mengubah perilaku perseorangan dan atau
masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1997).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan
WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara
ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program
kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).
Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk
tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi
maupun sosial.
C. Metode pendidikan kesehatan
Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara
tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga
alat bantu pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang
optimal. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan
sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus
berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
a. Metode pendidikan individual, digunakan untuk membina
perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk
pendekatan antara lain:
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and
counseling), Dengan cara ini kontak antara klien
dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu
penyelesaiannya.
b) Interview (wawancara), Wawancara antara petugas
kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian
dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal
pada sasaran.
a) Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang,
dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang
baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat
cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat dmasyarakat.
b) Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang
dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu
diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming),
bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz
group), role play (memainkan peranan) dan
permainan simulasi (simulation game)
c. Metode pendidikan massa (public)
Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah
pendekatan massa. Tanpa membedakan golongan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan
dan sebagainya.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa.
Beberapa contoh metode antara lain ceramah umum (public
spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui
media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan-
tulisan di majalah atau Koran dan bill board yang di pasang
di pnggir jalan, spanduk poster dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2005)
D. Penggunaan alat bantu atau media
Digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan / pengajaran. Disebut media pendidikan kesehatan karena
alat- alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan
informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat
dan klien (Notoatmodjo, 2003).
Salah satu tujuannya yaitu menimbulkan minat, mencapai
sasaran yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk
meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, untuk
mempermudah penyampaian, penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui dan
menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003).
Menurut para ahli, indera indra yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih
75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh disalurkan
melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui
indera lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih
mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau
bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), antara
lain:Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan,
misalnya slide, film, film strip dan sebagainya. (2) Alat-alat yang tidak
diproyeksikan: (a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya.
(b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya.
Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu untuk
menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian
bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita
suara dan sebagainya.
Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette. Alat-alat
bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA)
(Notoatmodjo, 2003).
2.4 Peran dan fungsi bidan
Peran dan fungsi bidan dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat. Bidan adalah suatu profesi yang dinamis.
Berhubung perubahan-perubahan terjadi begitu cepat, maka para
bidan harus terus menerus memperbaharui dan meningkatkan
kemampuannya menjadikan bidan . praktek seorang bidan harus
kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan melalui berbagai
macam pendidikan dan pelatihan. Peranan yang harus dilihat sebagai
“main idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan
pelayanan kesehatan yang diseimbangkan dengan kesejahteraan
bidan di daerah terpencil.
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya
ibu hamil, melahirkan, dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu
hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan ibu hamil dan
penyuluhan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan
sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya. Dalam
upaya memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, peran
dan fungsi bidan antara lain:
A. Peran sebagai Advokator
Sebagai pemberi pelayanan kebidanan pada wanita dalam siklus
kehidupannya, asuhan neonatus, bayi dan anak balita. Sebagai
pelaksana, bidan mempunyai tiga katagori tugas :
1. Tugas Mandiri
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan
b. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra
nikah dengan melibatkan klien.
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada Klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien / keluarga.
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause
i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan
melibatkan keluarga :
2. Tugas Kolaborasi / Kerjasama :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan darurat yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dari keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatan darurat yang
memerlukan penolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatan darurat yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
3. Tugas Ketergantungan / Merujuk :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat darurat.
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan
klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat
darurat dengan melibatkan klien dan keluarga.
B. Peran sebagai Pengelola
Mengelola asuhan dan pelayanan kebidanan di setiap tatanan
pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas.
1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu. Keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat / klien.
2. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan
dan sector lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan
duku bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada di
bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
C. Peran sebagai Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan
dan pelayanan kebidanan disetiap tatanan pelayanan kesehatan di
insitusi dan komunitas, menthorship dan preceptorship terhadap
calon tenaga kesehatan dan bidan baru.
1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan
dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan KB.
2. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan
keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.

Contoh peran bidan pendidik dalam masa kehamilan :


a.memberikan pendidikan mengenai cara kebersihan diri
b.Memberikan pendidikan nutrisi yang baik bagi ibu hamil
c.Memberikan pendidikan tentang istirahat yang cukup pada ibu
hamil
d.Memberikan pendidikan tentang tanda bahaya pada ibu hamil

Contoh peran bidan pendidik dalam masa bersalin


a.Memberikan pendidikan tentang cara mengejan yang baik
b.Memberikan pendidikan tentang fisiologi persalinan
c.Memberikan pendidikan tentang tanda tanda persalinan

Contoh peran bidan pendidik dalam masa nifas


a.Memberikan pendidikan tentang perawatan payudara
b.Memberikan pendidikan tentang kebersihan diri
c.Memberikan pendidikan tentang cara menyusui bayinya
d.Memberikan pendidikan tentang nutrisi yang baik
e.Memberikan pendidikan tentang tanda bahaya dalam masa nifas

D. Peran sebagai Peneliti / Investigator


Melakukan investigasi atau peneliti terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok.
1. Mengindentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterprestasikan data hasil invetigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut,

6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan


mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai