Pendahuluan
Hipertensi adalah sebuah masalah kesehatan global. Meskipun hipertensi telah lama
diketahui sebagai faktor risiko utama terjadinya atherosclerosis yang mengakibatkan timbulnya
penyakit kardiovaskular pada orang dewasa, namun baru dalam 2 dekade terakhir ini pengetahuan
tentang hipertensi pada anak berkembang secara bermakna. Telah diketahui dengan jelas sekarang
bahwa prekursor penyakit kardiovaskuler pada dewasa ternyata berawal sejak masa kanak-kanak
dan bahwa hipertensi tidak lagi dikategorikan sebagai penyakit orang dewasa.111
Prevalensi dan distribusi hipertensi pada anak sulit digambarkan karena beragamnya variasi
penelitian dalam hal definisi dan teknik pengukuran tekanan darah yang sesuai dengan standard
menurut The Second Task Force Report tahun 1987.[2] Dewasa ini, hampir 15% anak-anak yang
berusia antara 6 dan 19 tahun termasuk overweight dibandingkan hanya 5% pada 30 tahun yang lalu .
[3]
Seperti diketahui prevalensi hipertensi meningkat dengan meningkatnya body mass index maka
wajarlah apabila prevalensi hipertensi pada remaja juga meningkat pada akhir-akhir ini. Hal tersebut
berarti bahwa akhir-akhir ini prevalensi hipertensi esensial semakin meningkat pada anak-anak
terutama pada remaja.
1
Batasan Hipertensi Pada Anak
Nilai tekanan darah yang dipakai untuk mendiagnosis hipertensi pada dewasa ditetapkan
berdasarkan analisis meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan tingginya
tekanan darah tersebut.141 Pada anak batasan tekanan darah ditetapkan berdasarkan pola tekanan
darah anak sehat. Tekanan darah anak meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Nilai tekanan
darah normatif ditetapkan berdasarkan gender, tinggi badan dan umur. Tekanan darah dibawah
persentil 90 berdasarkan umur, gender dan tinggi badan dinyatakan normal. Pada publikasi yang
keempat dari National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working Group on Children
and Adolescents tahun 2004 sebagai updating dari 1987 Task Force Report on High Blood Pressure in
Children and Adolescents telah diadakan sedikit perubahan pada definisi dan klasifikasi hipertensi
pada anak dan remaja.'51
Anak-anak dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang berada diantara persentil 90
dan 95 dikategorikan sebagai prahipertensi. Namun anak-anak remaja yang mempunyai tekanan
darah diatas 120/80 mmHg juga dinyatakan sebagai prahipertensi meskipun masih berada dibawah
persentil 90. Penetapan kategori prahipertensi penting untuk melakukan intervensi pencegahan
terjadinya hipertensi yang sesungguhnya. Pada dewasa tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler
mempunyai hubungan yang jelas dan tidak tergantung pada faktor risiko yang lain. Risiko tersebut
dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, sebuah nilai dibawah batasan prahipertensi, dimana
risiko akan berlipat dua pada setiap kenaikan 20/10 mmHg.'61 Anak-anak dengan tekanan darah
diatas persentil 95 didiagnosis sebagai menderita hipertensi. Anak-anak dengan tekanan darah
diantara persentil 95 dan persentil 99 + 5 mmHg diklasifikasikan hipertensi stadium 1. Tekanan darah
diatas persentil 99 + 5 mmHg masuk kategori hipertensi stadium 2 yang memerlukan intervensi yang
lebih cepat (tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada anak dan dewasa
Pediatrics definition
Normal <90th percentile <120/80
Prehypertensive 90th to <95th percentile, or if BP exceeds 120-139/80-89
120/80
even if <90th percentile up <95th percentile a
Stage 1 95th to 99th percentile + 5 mmHg 140-159/90-99
hypertension
Stage 2 >99th percentile + 5 mmHg ≥160/100
hypertension
a
This occurs typically typically at 12 years old for systolic blood pressure (SBP) and at 16 years
old for diastolic blood pressure (DBF).
Dikutip dari: McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa Healthcare; 461-80
Kenaikan tekanan darah haruslah dikonfirmasi pada 3 kali kesempatan yang berbeda, kecuali
apabila pasien mengalami hipertensi yang parah dan/atau simtomatik. Kadang-kadang pasien
menunjukkan peningkatan tekanan darah (> persentil 95) yang menetap dikamar praktek, tetapi
tekanan darah menjadi normal (< persentil 95) apabila pasien berada dirumah atau dilingkungan
sehari-hari. Keadaan demikian disebut sebagai "white coat hypertension". Pada keadaan tersebut
pemantauan dengan ambulatory blood pressure monitor 24 jam merupakan cara terbaik untuk
menegakkan diagnosis. Signifikansi white coat hypertension pada anak masih memerlukan
penelaahan lebih mendalam, tetapi risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler lebih rendah
dibandingkan true hypertension pada dewasa. 171
2
Patofisiologi
Faktor yang menentukan tekanan darah adalah cardiac output dan tahanan vaskular perifer.
(tabel 2). Kelainan kelainan yang meningkatkan cardiac output dan tahanan vaskular perifer akan
meningkatkan tekanan darah. Cardiac output dan tahanan vaskular perifer dapat meningkat secara
sendiri-sendiri melalui berbagai mekanisme, tetapi juga dapat terjadi interaksi diantara keduanya.
Sebagai contoh, bila penyebab awalnya mengakibatkan peningkatan cardiac-output, terjadi pula
kompensasi peningkatan tahanan vakuler perifer. Bahkan ketika penyebab awalnya telah
menghilang dan cardiac output kembali normal, tekanan darah masih tetap tinggi karena tahanan
vaskular perifer tetap meningkat. Cardiac output ditentukan oleh stroke volume dan heart rate,
meskipun sebagian besar mekanisme terjadinya hipertensi persisten disebabkan oleh kenaikan
stroke volume dan hanya sedikit sekali karena kenaikan heart rate. Kenaikan stroke volume biasanya
disebabkan oleh meningkatnya volume intravaskuler, baik oleh karena retensi cairan, atau fluid shif
ke dalam ruang intravaskular.' 8'9I Retensi garam berperan besar meningkatkan cairan intravaskular
yang berasal dari intake yang berlebih-lebihan, peningkatan resorpsi garam dalam tubular ginjal,
yang sering dijumpai pada keadaan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (gambar 2) dan
hiperinsulinemia.'10' nI Peningkatan tonus simpatis meningkatkan cardiac output melalui stimulasi
pelepasan renin, juga dengan jalan meningkatkan kontraktilitas jantung dan heart rate. Perubahan
tahanan vaskular perifer dapat berasal dari kelainan fungsional maupun struktural. Peningkatan
angiotensin II, aktivitas simpatis, endothelins (prostaglandin H2; PGH2), penurunan endothelial
relaxation factors (mis. nitric oxide), dan kelainan genetik dalam vascular cell receptors, kesemuanya
meningkatkan kontraktilitas otot polos vaskular, sehingga meningkatkan tahanan vaskular perifer. 1121
Juga diduga bahwa asam urat yang telah diketahui meningkat pada anak-anak dengan hipertensi,
mungkin juga berperan dalam patogenesis dalam perubahan arteriol renal seperti yang terlihat pada
hipertensi esensial.'13"151
Tabel 4. Tekanan darah anak perempuan berdasarkan persentil umur dan tinggi badan
Dikutip dari: McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa Healthcare; 461-80
Manifestasi Klinik
Sebagian besar pasien hipertensi esensial didiagnosis secara kebetulan pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik rutin disekolah atau pada saat pemeriksaan oleh dokter karena keluhan yang lain.
Sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala klinik, tetapi sebagian lainnya mengeluhkan gejala-
gejala sakit kepala, pusing, lemah, atau gejala-gejala kardiovaskular. Pasien dengan penyebab
sekunder biasanya sering menunjukkan gejala yang berhubungan dengan penyakit penyebabnya
(misal hematuria pada glomerulonefritis atau rasa panas dan penurunan berat badan pada
hipertiroidisme) yang lebih menonjol dibandingkan gejala hipertensinya.
Hipertensi krisis
Diluar klasifikasi hipertensi tersebut diatas terdapat suatu keadaan yang disebut hipertensi
krisis, yaitu apabila tekanan darah sistolik atau diastolik berada 50% di atas tekanan darah 95
persentil. Pada anak di atas 6 tahun secara praktis dipakai kriteria tekanan darah sistolik > 180 mmHg
atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg, atau meskipun tekanan darah < 180/120 tetapi disertai
gejala ensefalopati, dekompensi jantung atau edema papil pada mata.[191
Hipertensi krisis dapat terjadi baik pada hipertensi akut misalnya pada glomerulonefritis akut
pasca streptokokus atau pada hipertensi kronik. Hipertensi krisis memerlukan penurunan tekanan
darah yang cepat untuk mencegah kerusakan organ target. Hipertensi krisis dibagi menjadi 2
yaitu:[20]
1. Hipertensi emergensi
2. Hipertensi urgensi
Definisi hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang
telah atau dalam proses mengalami kerusakan organ target yaitu otak, jantung, ginjal atau mata. Oleh
karena itu harus diturunkan dalam beberapa menit atau jam' 211. Pada hipertensi urgensi dapat
diturunkan lebih perlahan yaitu beberapa hari. Hipertensi urgensi sewaktu-waktu dapat progresif
menjadi hipertensi emergensi, karena itu harus diturunkan dalam 12-24 jam' 221.
Manifestasi klinik hipertensi emergensi:
1. Ensefalopati hipertensi
2. Gagal jantung kongestif
3. Edema paru
4. Gagal ginjal akut/kronik
5. Krisis adrenergik
6. Trauma kepala
7. Stroke
8. Infark miokard
9. Diseksi aneurisma aorta
10 Eklamsia
Manifestasi klinik hipertensi emergensi nomor 7 - 1 0 biasanya ditemukan pada orang
dewasa, jarang pada anak. Pada anak yang sering ditemukan adalah ensefalopati hipertensi pada
penderita glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS)
Mortalitas sangat tinggi apabila hipertensi krisis tidak mendapatkan terapi yang cepat dan
tepat. Dilaporkan bahwa angka mortalitas dalam satu tahun dapat mencapai hampir 90% pada
penderita dewasa yang tidak cepat diatasi.'231
Ensefalopati Hipertensi
Ensefalopati hipertensi (EH) merupakan bagian dari hipertensi krisis yaitu tekanan darah
yang meningkat mendadak dan berlebihan dengan akibat terjadi disfungsi serebral. Karena EH dan
hipertensi krisis merupakan dua hal yang saling berhubungan, maka pembahasan kedua hal tersebut
akan dilakukan bersama-sama.
Gejala klinik ensefalopati hipertensi
Gejala dini EH yang merupakan gejala prodromal terjadi 12 - 48 jam sebelumnya ialah
keluhan sakit kepala yang makin lama makin hebat, mual, muntah dan gangguan penglihatan seperti
kabur dan diplopia. Selanjutnya terjadi mental confusion, penurunan kesadaran yang makin berat,
kejang umum atau fokal. Defisit neurologik fokal dapat dijumpai misalnya hemiparesis, afasia,
refleks asimetrik dan nistagmus. Gejala neurologik fokal tersebut bersifat sementara. Bila kelainan
tersebut menetap maka diagnosis EH perlu dipertanyakan. Timbulnya EH tidak hanya ditentukan
oleh derajat hipertensi tetapi juga oleh kecepatan peningkatan tekanan darah' 241. Gejala EH terjadi
karena ada gangguan autoregulasi pembuluh darah serebral yang menyebabkan terjadinya
gangguan peredaran darah otak.
Pada penderita hipertensi kronik, EH timbul pada tingkat hipertensi yang lebih tinggi karena
telah ada pergeseran autoregulasi pembuluh darah otak, sedangkan pada anak yang sebelumnya
normotensif gejala EH dapat timbul pada tingkat yang lebih rendah. Pemeriksaan funduskopi pada
anak jarang memperlihatkan gambaran perdarahan maupun edema papil. Loggie (1979) [25] tidak
menemukan kelainan retina pada anak dengan EH. Alatas dkk (1979) meneliti 12 anak dengan
hipertensi krisis, 4 di antaranya menderita EH, dan hanya menemukan 1 kelainan fundus berupa
penyempitan arteriol tanpa eksudat, perdarahan ataupun edema papil [2SI.
Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukkan peninggian tekanan intrakranial tetapi komposisi
cairan serebrospinal normal. Pungsi lumbal tidak perlu dilakukan pada penderita EH kecuali bila
dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Pemeriksaan EEG dan foto kepala tidak memberi bantuan
dalam menegakkan diagnosis EH tetapi dapat dilakukan untuk menyingkirkan kelainan intrakranial
yang lain. Dalam keadaan meragukan pemeriksaan CT-scan dan MRI otak dapat membantu
diagnosis EH walaupun pengalaman penggunaannya masih sangatterbatas'271.
Kriteria yang paling tepat untuk diagnosis EH ialah hilangnya gejala dengan cepat setelah
tensi dapat diturunkan. Bila hal ini tidak terjadi maka diagnosis EH patut diragukan. Diagnosis
banding yang perlu dipikirkan ialah perdarahan intraserebral atau subaraknoid, tumor intrakranial,
trauma kepala, ensefalitis, ensefalopati uremik dan toksik.
Patofisiologi ensefalopati hipertensi
Pada keadaan normal peredaran darah serebral senantiasa dijaga dalam batas tertentu oleh
suatu sistem yang disebut autoregulasi. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik akan terjadi
vasodilatasi, sedangkan sebaliknya akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah serebral. Hal ini
diatur oleh aktivitas saraf simpatis untuk melindungi kerusakan jaringan otak. Sirkulasi darah otak
(cerebral blood flow = CBF) akan konstan pada level Mean Arterial Pressure (MAP) antara 60 dan 120
mmHg[28].
Bila tekanan darah sistemik meningkat terus sampai mencapai MAP 180 mmHg maka
kemampuan vasokonstriksi pembuluh darah otak tidak dapat dipertahankan lagi, dan terjadilah
peregangan serta vasodilatasi (lihat gambar 1). Keadaan ini disebut breakthrough CBF sehingga
terjadi hiperperfusi jaringan otak dan perembesan cairan ke jaringan perivaskular. Akibatnya terjadi
edema serebri dengan gejala ensefalopati hipertensi.
Pada penderita hipertensi kronik, pembuluh darah serebral mengalami adaptasi yaitu
dengan melakukan penebalan dinding pembuluh darah. Kurva autoregulasi akan bergeser ke kanan
(gambar 3),[29]
Etiologi
Hipertensi dapat oleh karena primer (esensial), atau sekunder oleh karena gangguan medik
lain. Umumnya sebagian besar hipertensi pada anak-anak adalah sekunder. Namun, anak-anak
dengan hipertensi esensial akhir-akhir ini cenderung meningkat. Walaupun demikian penting untuk
melakukan eksplorasi penyebab sekunder pada anak-anak, terutama pada anak-anak yang relatif
sangat muda dan pada hipertensi berat.
Tabel 5. Etiologi hipertensi pada anak dan remaja
Congenital lesions and disorders listec in Table 30.5 should be considered, since
these are common causes of hypertension in neonates as well, but additional
considerations include:
• Umbilical catheter-associated • ECMO
embolic/thrombotic events • Closure of abdominal wall defects
• Congenital nephrotic syndrome
• Idiopathic arterial calcification • TPN
* Congenital rubella syndrome • Medications:
• Bronchopulmonarydysplasia Vitamin D intoxication
• Pneumothorax Theophylline/caffeine
• Pain Phenylephrine
• Birth asphyxia • Maternal drug use:
• Adrenal hemorrhage Cocaine
Heroin
ECMO, eKtracorporeal membrane oxygenation;TPNH total parenteral nutrition.
Dikutip dari: McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa Healthcare; 461-80
Anamnesis
Anamnesis harus dilengkapi sedetil mungkin untuk mencari kemungkinan diagnostik (tabel
6). Banyak pasien yang mengeluh gejala-gejala non-spesifik seperti misalnya nyeri kepala, lelah, dan
ganguan tidur. Keluhan berupa nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, nyeri dada lebih spesifik
untuk hipertensi berat. Hematuria dan sembab mengarah kepada glomerulonefritis akut, sedangkan
penurunan berat badan dan berkeringat menunjukkan abnormalitas endokrin atau tumor
neuroendokrin. Riwayat pemasangan kateter arteri umbilikal mengarahkan pada penyebab ginjal.
Riwayat keluarga tentang diet, tidur, dan pemakaian obat-obatan tertentu menunjukkan etiologi
hipertensi individual.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
penyebab atau kerusakan organ target. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah hendaknya diukur
pada keempat ekstremitas sebagai suatu skrining untuk koartasio aorta, yang harus dicurigai apabila
tekanan darah ekstremitas atas lebih tinggi dari ekstremitas bawah. Denyut nadi ekstremitas bawah
biasanya juga lebih lemah. Pemeriksaan jantung termasuk pemeriksaan bruit karotid atau abdominal
akan melengkapi diagnosis. Pemeriksaan kepala dan leher mencari adanya pembesaran tiroid atau
retinopati hipertensi, pemeriksaan kulit untuk melihat adanya striae atau neurofibroma.
Pemeriksaan neurologi mungkin akan menemukan adanya tanda-tanda hipertensi akut atau kronik
seperti misalnya palsi Bell atau adanya defisit neurologis berupa hemiparesis.
History, including sleep history, family History and physical examination All children with persistent BP >95th
history, percentile
risk factors, diet, and habits such as help focus subsequent
smoking evaluation
and drinking alcohol; physical
examination
BUN, creatinine, electrolytes, R/0 renal disease and All children with persistent BP >95th
percentile
urinalysis, and urine culture chronic pyelonephritis
CBC R/0 anemia, consistent with All children with persistent BP >95th
percentile
chronic renal disease
Renal U/5 R/0 renal scar, congenital All children with persistent BP >9Eth
percentile
anomaly, or disparate renal size
Evaluation for oomorbidity
Fasting lipid panel, fasting glucose Identify hyperlipidemia; Overweight patients with BP at 90-
94th percentile;
identify metabolic abnormalities all patients with BP>95th percentile.
Family history
of hypertension or cardiovascular
disease.
Child with chronic renal disease
Drug screen Identify substances that might History suggestive of possible
contribution
cause hypertension by substances or drugs
Polysomnography Identify sleep disorder in History of loud, frequent snoring
association with hypertension
Evaluation for target-organ damage
Echocardiogram Identify LVH and other Patients with comorbid risk factor?
indications and
of cardiac involvement BP90-94th percentile; all patients
with BP>95th percentile
Retinal examination Identify retinal vascular changes Patients with comorbid risk factor?
and
BP90-94th percentile; all patients
with BP>95th percentile
Further evaluation as Indicated
Study or procedure Purpose Target population
Ambulatory BP monitoring Identify white-coat Patients in whom white-coat
hypertension,
abnormal diurnal BP pattern, BP hypertension is suspected, and when
load other
information on BP pattern is needed
Plasma renin determination Identify low renin, suggesting Young children with stage 1
hypertension and
mineralocorticoid-related any child or adolescent with stage 2
disease hypertension.
Positive family history of severe
hypertension
Renovascular imaging (captopril renal Identify renovascular disease Young children with stage 1
scan): hypertension
• Isotopicscintigraphy (renal scan) and any child or adolescent with
• Magnetic resonance angiography stage 2 hypertension
• Duplex Doppler flow studies
■ 3-dimensional CT
• Arteriography: DSA or classic
Plasma and urine steroid levels Identify steroid-mediated Young children with stage 1
hypertension
hypertension and any child or adolescent with
stage 2 hypertension
Plasma and urine catecholamines Identify catecholamine- Young children with stage 1
mediated hypertension
hypertension and any child or adolescent with
stage 2 hypertension
BP, blood pressure; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count; CT, computed tomography; DSA,
digital subtraction angiograpoy; LVH, lef ventricular hypertrophy; RJG, rule out; U/S, ultrasound.
*Comorbid risk factors also include diabetes mellitus and kidney disease.
Dikutip dari: McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa Healthcare; 461-80
Penutup
Prevalensi hipertensi pada anak dan remaja cenderung meningkat. Diagnosis memerlukan
perhatian pada teknik pengukuran tekanan darah yang benar, pertimbangkan penyebab, dan evaluasi
kerusakan organ target dan faktor risiko kardiovaskular. Deteksi dini penting untuk meminimalkan
efek kesehatan jangka panjang akibat hipertensi.
DAFTARPUSTAKA
1. McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa Healthcare;
461-80.
2. Report of the Second Task Force on Blood Pressure Control in Children, 1987. Task Force on
Blood Pressure Control in Children. Bethesda, Maryland: National Institutes of Health,
National Heart, Lung, and Blood Institute. Pediatrics 79: 1-25.
3. Health United States, 2004. Chartbook on Trends in the Health of Americans. . 2004;
Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/hus/husO4.pdf.
4. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, 2003. Seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension 42:
1206.
5. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Children and
Adolescents, 2004. Fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood
pressure in children
and adolescents. Pediatrics 114: 555.
6. Lewington S, Clarke R, Qizilbash N, 2002. Age-specific relevance of usual blood pressure to
vascular mortality: a
meta-analysis of individual data for one million adults in 61 prospective studies. Lancet 360:
1903.
7. Staessen JA, Asmar R, De Buyzere M, 2001. Task Force II: blood pressure measurement and
cardiovascular
outcome. Blood Press Monit 6: 355.
8. London GM, SafarME, Weiss YA, 1977. Volume-dependent parameters in essential
hypertension. Kidney Int 11:
204.
9. Bauer JH, Brooks CS, 1979. Volume studies in men with mild to moderate hypertension. AmJ
Cardiol 44: 1163.
10. Weinberger MH, 2004. Sodium and blood pressure 2003. CurrOpin Cardiol Clin 19: 353.
11. He FJ, MacGregor GA, 2003. Salt, blood pressure and the renin-angiotensin system. J Renin
Angiotensin
Aldosterone Syst 4: 11.
12. Jones JE, Natarajan AR, Jose PA, 2004. Cardiovascular and autonomic influences on blood
pressure. In: Portman
RJ, Sorof JM, Ingelfinger JR, eds. Pediatric Hypertension. Totowa, New Jersey: Humana Press;
23.
13. Johnson RJ, Segal MS, Srinivas T, 2005. Essential hypertension, progressive renal disease, and
uric acid: a
pathogenetic link? J Am Soc Nephrol 16: 1909.
14. Feig Dl, 2005. Uric acid and hypertension in adolescents. Semin Nephrol Dial Transplant 25:
32.
15. Gruskin AB, 1985. The adolescent with essential hypertension. Am J Kidney Dis 6: 86.
16. Mourad A, Carney S, Gillies A, 2003. Arm position and blood pressure: a risk factor for
hypertension? J Hum
Hypertens 17: 389.
17. Netea RT, Lenders JW, Smits P, Thein T, 2003. Both body and arm position significantly
influence blood pressure
measurement. J Hum Hypertens 17: 459.
18. Jones DW, Appel LJ, ShepsSG, 2003. Measuring blood pressure accurately: new and persistent
challenges. JAMA
289: 1027.
19. Alatas H. 2006. Ensefalopati Hipertensi. In: Rauf H, Albar H, Taufiq MA, Pelupessy NM.
Kegawatan
pada penyakit ginjal anak. May 27-28. Makassar: UKK Nefrologi IDAI Cabang Sulawesi Selatan
Bagian
llmu Kesehatan Anak FK UNHAS. 17-28.
20. Kaplan NM, Lieberman E, Neal W, 2002. Kaplan's Clinical Hypertension, eds. Baltimore:
Lippincott Williams & Wilkins; 339-56.
21. Adelman RD, Coppo R, Dillon MJ, 2000. The emergency management of severe hypertension.
Pediatr Nephrol 14(5): 422-7.
22. Po-SiuLi S, Wong SN, 2005. Treatment of hypertension. In: Chiu MC, Yap HK, eds. Practical
Paediatric Nephrology, Update of Current Practices. Hong Kong: Medcom Ltd; 89-95.
23. Kher KK, 1992. Hypertension. In: Kher KK, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. New
York: McGraw-Hill, Inc.; 323-76.
24. Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, eds. Clinical Paediatric Nephrology. Oxford: Oxford University Press; 151-61.
25. Loggie JMH, New Ml, Robson AM, 1979. Hypertension in the pediatric patient. A reappraisal.
J. Pediatr 94: 685.
26. Alatas H, Wilawirya IGN, Tambunan T. 1979. Management of renal hypertension in children
in Jakarta. In: The 3rd Asian Colloqium in Nephrology. October 22-23. Tokyo.
27. Jones BV, Egelhoff JC, Patterson RJ, 1997. Hypertensif encephalopathy in children. AJNR 18:
101-7.
28. Strangaard S, Paulson OB, 1989. Cerebral blood flow and its pathophysiology in hypertension.
Am J Hypertens 2: 486-92.
29. Strangaard S, Olesen J, Skinhoj E, Lassen NA, 1973. Autoregulation of brain circulation in
severe arterial hypertension. BMJ 1:507-10.
30. Dillon JD, 2004. Secondary forms of hypertension in children. In: Portman RJ, Sorof JM,
Ingelfinger JR, eds.
Pediatric Hypertension. Totowa, New Jersey: Humana Press; 159.
31. Deal JE, Snell MF, BarrattTM, Dillon MJ, 1992. Renovascular disease in childhood. J Pediatr
121: 378.
32. LoiratC, Pillion G, Blum C, 1982. Hypertension in children: present data and problems.
AdvNephrol 11: 65.
33. Cobanoglu A, TeplyJF, Grunkemeier GL, 1985. Coarctation of the aorta in patients younger
than three months. A
critique of the subclavian flap operation. J Thorac Cardiovasc Surg 89: 128
34. Sorof J, Daniels S, 2002. Obesity hypertension in children: a problem of epidemic proportions.
Hypertension 40:
441.
35. Sacks FM, Svetkey LP, Vollmer WM, 2001. Effects on blood pressure of reduced dietary
sodium and the Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet. DASH-Sodium Collaborative Research Group.
N Engl J Med 344: 3.
36. Vollmer WM, Sacks FM, Ard J, 2001. Effects of diet and sodium intake on blood pressure:
subgroup analysis of
the DASH-sodium trial. Ann Intern Med 135: 1019.
37. Whelton SP, Chin A, Xin X, 2002. Effect of aerobic exercise on blood pressure: a meta-analysis
of randomized,
controlled trials. Ann Intern Med 136: 493.
38. Cornoni-Huntley J, LaCroix AZ, Havlik RJ, 1980. Race and sex differentials in the impact of
hypertension in the
United States. The National Health and Nutrition Examination Survey I Epidemiologic Follow-
up Study. Arch Intern
Med 149: 780.
39. Eisner GM, 1990. Hypertension, racial differences. Am J Kidney Dis 16: 35.
40. Treiber FA, Musante L, Strong WB, Levy M, 1989. Racial differences in young children's
blood pressure.
Responses to dynamic exercise. Am J Dis Child 143: 720.
41. World Health Report 2002, 2002. Reducing risks, promoting healthy life. 2002;
Available from:
http://www.who.int/whr/2002/en/whr02 en.pdf.
42. U.S. Renal Data System 2004, 2004. Annual Data Repor. 2004;
Available from:
http://www.usrds.org/adr.htm.
43. Belsha CW, Wells TG, McNiece KL, 1998. Influence of diurnal blood pressure variations on
target organ
abnormalities in adolescents with mild essential hypertension. Am J Hypertens 11: 410.
44. Sorof JM, Alexandrov AV, Cardwell G, 2003. Carotid artery intimal-medial thickness and lef
ventricular
hypertrophy in children with elevated blood pressure. Pediatrics 111: 61.
45. Hanevold C, Waller J, Daniels S, 2004. The effects of obesity, gender, and ethnic group on lef
ventricular
hypertrophy and geometry in hypertensive children: a collaborative study of the
International Pediatric
Hypertension Association. Pediatrics 113: 328.
46. Jensen JS, Feldt-Rasmussen B, Strandgaard S, 2000. Arterial hypertension, microalbuminuria,
and risk of ischemic
heart disease. Hypertension 35: 898.
47. Gerstein HC, Mann JF, Yi Q, 2001. Albuminuria and risk of cardiovascular events, death, and
heart failure in
diabetic and nondiabetic individuals. JAMA 286: 421.
48. Garg JP, Bakris GL, 2002. Microalbuminuria: marker of vascular dysfunction, risk factor for
cardiovascular
disease. Vase Med 7: 35.