Berkat rahmat, ridho dan hidayah dari Allah SWT, buku “Profil
i
Diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi
yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan, dalam rangka
Selatan tahun 2017 ini, kami ucapkan terima kasih dan kontribusinya
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Sistematika Penyajian 5
BAB 2 DESKRIPSI UMUM
2.1 Deskripsi Umum Provinsi Kalimantan Selatan 7
2.1.1 Sejarah Provinsi Kalimantan Selatan 7
2.1.2 Visi dan Misi 10
2.1.3 Kondisi Geografis 18
2.1.4 Kondisi Administrasi Pemerintahan 21
2.1.5 Kondisi Demografi 23
2.1.6 Kondisi Pendidikan dan Sosial Budaya 26
2.1.7 Kondisi Kesehatan Lingkungan 28
2.2 Deskripsi Umum Kabupaten/ Kota 34
2.2.1 Kota Banjarmasin 34
2.2.2 Kota Banjarbaru 43
2.2.3 Kabupaten Barito Kuala 47
2.2.4 Kabupaten Banjar 52
2.2.5 Kabupaten Tapin 56
2.2.6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 60
2.2.7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 63
2.2.8 Kabupaten Balangan 67
2.2.9 Kabupaten Hulu Sungai Utara 72
2.2.10 Kabupaten Tabalong 74
2.2.11 Kabupaten Tanah Laut 78
iii
2.2.12 Kabupaten Tanah Bumbu 81
2.2.13 Kabupaten Kotabaru 85
2.3 Deskripsi Umum Dinas Kesehatan Provinsi 89
2.3.1 Visi dan Misi 89
2.3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi 91
2.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 93
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
3.1 Mortalitas 97
3.1.1 Angka Kematian Neonatal 97
3.1.2 Angka Kematian Bayi 99
3.1.3 Angka Kematian Anak Balita 102
3.1.4 Angka Kematian Ibu 104
3.1.5 Angka Harapan Hidup 109
3.2 Morbiditas 114
3.3 Kesehatan Gizi 165
BAB 4 SITUASI PENCAPAIAN KINERJA
4.1 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat 178
4.2 Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular 192
4.3 Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 203
4.4 Perlindungan Finansial bagi Penduduk 207
4.5 Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat 213
4.6 Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kes. 222
4.7 Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Evaluasi 224
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1 Sarana Kesehatan 228
5.2 Tenaga Kesehatan 234
5.3 Pembiayaan Kesehatan 250
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan 259
6.2 Saran 262
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.15 Rata-rata Capaian Kinerja Dinkes Prov. Kalsel, 2016 227
Tabel 5.1 Jumlah Sebaran Posyandu di Prov. Kalsel tahun 2016 230
Tabel 5.2 Data Sebaran Rumah Sakit se Kalimantan Selatan 233
Tabel 5.3 Jumlah dan rasio Tenaga Medis di Provinsi Kalsel 241
Tabel 5.4 Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan tahun 2016 242
Tabel 5.5 Jumlah dan rasio Tenaga Kefarmasian tahun 2016 243
Tabel 5.6 Jumlah dan rasio Tenaga Gizi, Kesehatan Lingkungan
dan Kesehatan Masyarakat di Prov.Kalsel, 2016 244
Tabel 5.7 Jumlah dan rasio Tenaga Kesehatan tahun 2016 245
Tabel 5.8 Jumlah dan rasio tenaga Keteknisan Medis, 2016 245
Tabel 5.8 Alokasi dan realisasi Anggaran Pendapatan Daerah
Dan Belanja daerah Dinas Kesehatan Prov.Kalsel 252
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.57 Status Gizi Balita kelompok Umur 0-23 Bulan 167
Gambar 3.58 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang umur 0-23 bulan 168
Gambar 3.59 Status Gizi lebih per Kab/Kota tahun 2016 168
Gambar 3.60 Masalah Gizi Kurang pada Balita Umur
0-23 Bulan tahun 2015-2016 169
Gambar 3.61Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-59 bulan 170
Gambar 3.62 Masalah Gizi Balita per Kelompok Umur, 2016 170
Gambar 3.63 Distribusi Provinsi Berdasarkan Karakteristik
Masalah Gizi di Provinsi Kalsel tahun 2016 171
Gambar 3.64 Komposit Status Gizi Balita berdasar Indeks TB/U 172
Gambar 3.65 Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun 173
Gambar 3.66 Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun 173
Gambar 3.67 status Ibu hamil Risiko KEK berdasarkan LILA 174
Gambar 4.1 Jumlah Kematian Ibu tahun 2011-2016 182
Gambar 4.2 Jumlah Kematian Bayi tahun 2011-2016 185
Gambar 4.3 API Malarian per 1000 penduduk, 2012-2017 196
Gambar 4.4 Persentase Penduduk memiliki Jaminan Kesehatan 210
Gambar 4.5 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 216
Gambar 4.6 cakupan Produk Alat Kesehatan dan PKRT 218
Gambar 5.1 Jumlah Sebaran Puskesmas di Prov.Kalsel, 2016 229
Gambar 5.2 Strata Posyandu di Prov.Kalsel tahun 2016 231
Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas dan RS di Prov.Kalsel, 2016 231
Gambar 5.4 Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Pkm 247
Gambar 5.5 Keadaan tenaga Medis yang bertugas di RS Prov.
dan RS Kab/Kota se Prov.Kalsel tahun 2016 248
Gambar 5.6 Kondisi Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas 249
Gambar 5.7 Kondisi Tenaga Perawat yang bertugas di Puskesmas
Kab/Kota se Prov. Kalsel tahun 2016 250
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
BAB 1
PENDAHULUAN
tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun di tahun 2025; b) menurunnya
Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 perseribu kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 15,5 perseribu kelahiran hidup pada tahun 2025; c)
menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 262 perseratus ribu terhitung
dari kehamilan, persalinan dan masa nifas pada tahun 2005 menjadi 74
pada tahun 2025; d) menurunnya angka Balita gizi kurang dari 26% pada
komponen bangsa baik sumber daya kesehatan yang ada di level provinsi
kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai
perlu dicatat, dilaporkan dan dikelola dengan baik dalam suatu Sistem
1.2 TUJUAN
masalah tersebut.
Lampiran
BAB 2
DESKRIPSI UMUM
1859 dan sampai tahun 1905 berakhir karena berhasil ditumpas oleh
menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai hari ini.
dengan warna dasar merah dan hijau, bergaris sisi dengan warna kuning.
Parisai yakni suatu alat untuk bertahan atau menangkis. Warna kuning
yang bernilai tinggi; warna putih berkilap memancar adalah lambang jika
jika mengerjakan suatu hal sampai tuntas tidak berhenti di tengah jalan.
menghasilkan limbah dan emisi; dan pada saat yang sama mampu
triangle.
yang tercermin dari tersedianya pangan dan energi yang cukup, baik
hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
makna bahwa kondisi Kalimantan Selatan pada tahun 2021 berada dalam
tampung dan daya dukung. Definisi di atas dapat dilihat dari faktor
Mapan yang terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu Mandiri dan Terdepan,
1. Mandiri
ekonomi dan sosial, yang dapat dilihat antara lain : Kemandirian dari segi
2. Terdepan
anonimkan dengan kata kalah selalu, untuk bangkit menjadi salah satu
maka diperlukan adanya semangat dan kerja yang luar biasa dari seluruh
1. Berdikari
Rasio).
2. Berdaya Saing
manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, itik, bebek dan
3. Berkeadilan
4. Sejahtera
5. Berkelanjutan
generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi adalah
rendah di bagian Barat dan Timur serta dataran tinggi di bagian tengah.
Kawasan dataran rendah berupa lahan gambut dan rawa serta sejumlah
aliran sungai yang kaya akan sumber keanekaragaman flora dan fauna.
galian seperti batubara, minyak, pasir kwarsa, biji besi dan lainnya.
dataran yaitu 33,89 persen dan pegunungan seluas 33,56 persen. Daerah
gunung tak berapi dengan gunung tertinggi adalah gunung Baru Besar
dengan ketinggian 1.892 meter. Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-
rawa tergenang air disamping pengaruh musim hujan dan musim kemarau
curah hujan rata-rata 277,9 mm per bulan dengan jumlah hari hujan 156
km2 dan setara dengan 1,96% dari luas Indonesia. Provinsi Kalimantan
posisi antara 114 19o13” – 116 33o28” Bujur Timur dan 1 21o 49”– 4 10o
sebelah Timur dengan Selat Makasar, sebelah Selatan dengan Laut Jawa
Kabupaten dan 2 Kota, 152 Kecamatan dan 2010 Kelurahan/ Desa (142
Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan dan Desa Se Kalimantan Selatan Tahun 2016
No Kabupaten/Kota Jumlah
Kecamatan Desa
Tanah Laut 11 135
1
Kotabaru 21 206
2
Banjar 19 290
3
Barito Kuala 17 201
4
Tapin 12 135
5
Hulu Sungai Selatan 11 148
6
Hulu Sungai Tengah 11 169
7
Hulu Sungai Utara 10 219
8
Tabalong 12 131
9
Tanah Bumbu 10 150
10
Balangan 8 154
11
Banjarmasin 5 52
12
Banjarbaru 5 20
13
Tabel 2.2
Kondisi Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Kalimantan Selatan tahun 2016 adalah 3.996.479 jiwa (data Badan Pusat
Selatan tahun 2016 tercatat sebesar 104 jiwa per kilometer persegi, berarti
juga lebih padat dibanding dengan tahun sebelumnya yakni 101 jiwa per
umur 5-9 tahun yang merupakan usia anak sekolah dan kelompok umur
50-54 tahun yang disebut kelompok pra lansia. Kedua kelompok umur
Tabel 2.3
Kondisi Penduduk Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis kelamin,
Umur dan Kelompok Umur tahun 2016
1 1 3
1 0-4 106.48
83,788 72,604 56,392
1 1 3
2 5-9 106.57
88,917 77,274 66,191
1 1 3
3 10 - 14 106.43
71,850 61,473 33,323
1 1 3
4 15 - 19 104.04
67,230 60,742 27,972
1 1 3
5 20 - 24 100.37
62,519 61,926 24,445
1 1 3
6 25 - 29 99.86
70,654 70,897 41,551
1 1 3
7 30 - 34 101.75
63,140 60,328 23,468
1 1 3
8 35 - 39 103.80
55,362 49,676 05,038
1 1 2
9 40 - 44 104.82
32,141 26,060 58,201
1 1 2
10 45 - 49 105.08
06,694 01,537 08,231
8 7 1
11 50 - 54 107.79
5,594 9,410 65,004
5 5 1
12 55 - 59 110.51
5,594 0,309 05,903
3 4 8
13 60 - 64 89.06
8,017 2,688 0,705
2 2 5
14 65 - 69 86.36
5,226 9,210 4,436
1 2 3
15 70 - 74 71.35
6,289 2,831 9,120
1 2 3
16 75+ 58.53
3,717 3,436 7,153
7 5 1
17 TT 140.00
2
1 1 3
JUMLAH 102.59
1,836,739 1,790,406 3,627,145
Angka Beban Tanggungan (dependency ratio) sebesar 49
mengenyam pendidikan.
tahun 2016 pada tingkat Sekolah Dasar, SLTP dan SLTA, dapat dilihat
Tabel 2.4
Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2012-2016
Kalimantan Selatan sejak tahun 2012 sampai tahun 2016, dimana pada
kenaikan dibanding tahun sebelumnya, APS SD, APS SLTP maupun APS
Sekolah Dasar.
ada 2.902 buah; jumlah TK ada 2.425 buah; jumlah Madrasah Ibtidaiyah
ada 552 buah; jumlah SLTP sebanyak 583 buah; jumlah Madrasah
Tsanawiyah ada 330 buah; jumlah SMU ada 185 buah; jumlah SMK ada
120 buah dan jumlah Madrasah Aliyah ada 147 buah. Semua sekolah
Islam selain itu untuk memupuk rasa solidaritas serta saling menghormati
air untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK). Perilaku menggunakan
terjadi water born disease dan water based disease seperti penyakit diare,
tipus, disentri dan gangguan gigi. Ketika musim hujan hampir seluruh
wilayah digenangi air sedangkan pada waktu musim kemarau, air sungai
tercemar air laut sehingga air sungai menjadi asin dan terjadi peningkatan
fisik, bakteriologi dan kimia sebesar 85,43% dari 2.739 sampel yang telah
diperiksa oleh penyelenggara air minum (359.803 buah) pada tahun 2016.
terhadap air minum yang layak tahun 2016 sebanyak 2.576.212 jiwa
peningkatan dan sarana air bersih atau perpipaan dari PDAM dan
BPSPAM yang memenuhi syarat ada sebanyak 307 buah yang digunakan
penampungan air hujan (2.518 buah), sumur gali dengan pompa (19.471
buah), sumur gali yang terlindung (133.707 buah), terminal air (938
buah), mata air terlindungi (4.483 buah) dan sumur bor dengan pompa
Jamban Sehat pada tahun 2016 sebesar 61,8% atau 2.458.488 jiwa. Jika
terhadap Jamban Sehat hanya 33,2% maka pada tahun 2016 ini
angsa karena sebagian besar wilayahnya terdiri atas pantai dan lautan
cemplung.
air buangan bekas cucian tidak tersedia karena kondisi geografis berawa-
selain itu sampah juga dapat dibuat kompos, ditimbun dalam tanah
mencapai MDGs.
besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan
kegiatan STBM, hal ini tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 tahun
132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan STBM adalah untuk
strategi yaitu:
STBM melalui :
perilaku komunitas:
individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari intervensi
relatif datar, pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air.
tahun 2011 naik 32,75 % dibandingkan tahun 2010, kemudian turun 11,
69 % dari tahun 2012, pada tahun 2013 naik kembali sekitar 23,52 %
dibandingkan tahun 2012 dan pada tahun 2014 turun sebesar 13,10 %
dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015 jumlah absolut kematian bayi
ada 55 kasus turun 24,66 % dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2016
turun 20,0 % dari tahun 2015 jumlah absolut kematian bayi tahun 2016
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Bayi lahir mati adalah kematian yang terjadi pada bayi yang dilahirkan
terbanyak kedua oleh Asfiksia serta faktor lain-lain seperti infeksi, kelainan
terdapat 37,1% ibu hamil anemia dan 38,5% ibu hamil KEK. Kekurangan
kandungan dan lahir dengan BBLR selain itu juga ibu dapat mengalami
dipengaruhi oleh usia ibu pada saat hamil (terlalu muda dan terlalu tua).
Jarak kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun juga merupakan
resiko penyebab BBLR, faktor resiko lain seperti jumlah anak terlalu
resiko yang sangat berpengaruh pada kejadian berat bayi lahir rendah.
keluarga dan pendidikan ibu, jadi AKB juga memiliki keterkaitan dengan
kompleks
bahaya pada ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat dan sebagian
kehamilan, kelahiran dan perawatan Bayi baru lahir yang lebih sehat
(pemanfaatan Buku KIA, Posyandu, kelas ibu hamil dan ibu balita)
oleh sektor lain misal pangan dan gizi, sanitasi, lingkungan keluarga,
kesehatan.
sangat fluktuatif tahun 2015 naik dibandingkan tahun 2014 dan tahun
2016 jumlah kematian sama dengan tahun 2015 yaitu 7 kasus. Ada
antara lain para ibu dan masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang
kematian anak.
2. Kunjungan rumah (care seeking) bagi bayi dan anak balita sakit
balita
Jumlah kematian ibu tahun 2015 ada 14 orang sama seperti tahun
tahun dan umur 20- 35 tahun sejumlah 7 orang (87,5 %). Beberapa faktor
penyebab Kematian Ibu dan Bayi karena melahirkan pada usia dini juga
Ibu yang melahirkan pada usia tua. Kurangnya pengetahuan Ibu dalam
besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila Ibu segera mencari
2013 tentang Kesehatan Ibu, Bayi baru lahir, Bayi dan Anak Balita
ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas,Home care / kunjungan rumah pada
ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, Penanganan komplikasi obsteri yang
Buku KIA, Audit Maternal Perinatal, PWS KIA serta bimbingan, monitoring
dari :
Sungai Besar.
Bujur Timur. Luas wilayah Kota Banjarbaru adalah 371,4 km terbagi dalam
sejak tahun 2011 Kota Banjarbaru mencapai 6%. Tahun 2010 jumlah
lebih banyak di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebesar 121.510 jiwa
Ulin yaitu sebanyak 62.771 orang atau 26,78% sedangkan yang paling
Landasan Ulin yaitu sebanyak 15.604 rumah tangga atau meliputi 25,31%.
banyak.
artinya pada tahun 2015 di Kota Banjarbaru ada sebanyak 5 bayi yang
kelahiran hidup. Secara kasar Angka Kematian Bayi terbilang sangat baik
2015 yaitu sebesar 158 /100.000 KH. Target nasional yang ingin dicapai
ibu antara lain: Pre eklampsi 35%, perdarahan 20%, lain-lain 45%. Semua
sama hanyut, terendam sama basah. Salah satu sasaran dari RPJMD
dalam dalam berpola hidup bersih dan sehat’”, maka Dinas Kesehatan
Sumber : Bappeda Kabupaten Barito Kuala
luas wilayah 2.997 km2, atau sekitar 7,76 % dari luas wilayah Propinsi
dibanding tahun 2015 yaitu 96,54 jiwa/ Km2. Kecamatan Alalak adalah
kecamatan yang memili tingkat kepadatan tinggi yaitu 535,14 per Km2,
BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Desa yang sudah BABS berada
Neonatal. Angka kematian neonatal (usia s.d 28 hari) adalah 11,1 per
penurunan yaitu 12,6 per 1.000 KH atau 67 kasus kematian. Begitu juga
kematian bayi sebesar 13.4 per 1.000 KH, sedangkan 2015 ada 84 kasus
kematian dengan angka kematian bayi 15,9 per 1.000 KH. Penyebab
tahun tertentu per jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada periode
yaitu 2 kasus kematian. Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak
kasus. Kematian terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 1 kasus dan
kematian ibu pada ≥ 35 tahun. Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016
adalah sebanyak 7 kasus dengan AKI sebesar 138,1 per 1.000 KH sudah
perdarahan (5 kasus).
hidup yang akan dilalui oleh manusia sejak dilahirkan. Angka UHH
Kabupaten Barito Kuala. Menurut data dari BPS Kabupaten Barito Kuala
UHH pada tahun 2016 adalah 65,0 dan IPM adalah 64,0. Terjadi
sampai 30 43’ 38" Lintang Selatan dan 1140 30’ 20" sampai 1150 35’
Kabupaten Tanah Laut serta Laut Jawa bagian Timur dan sebelah Barat
563,062 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 153,202 buah dengan
di wilayahnya
adalah 99,33 per 100.000 kelahiran hidup. Ini tergambar dari jumlah
paling luas adalah Candi Laras Utara dengan luas 619,91 km2 atau
dengan luas 32,32 km2 atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten
hampir seluruh area atau 67,34 persen dari total area Kabupaten Tapin
berdasarkan kelompok yang lahir pada tahun yang sama. Tahun 2014
adalah 66,98 tahun dimana kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang
pada tahun 2015 ini indikator UHH hampir mendekati target nasional dan
pada tahun 2016 UHH adalah 69.62 tahun.AKB untuk Kabupaten Tapin
pada tahun 2011 adalah 19,6 per 1000 KH. Tahun 2012 angka absolut
kematian bayi turun menjadi 25 orang dari 2.658 kelahiran hidup, maka
AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2012 adalah 8,9/1000 KH. AKB
untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2013 adalah 2,92/1000 KH. Dan AKB
pada tahun 2014 adalah 4/1000 KH sedangkan pada tahun 2015 angka
absolutnya adalah 62 bayi dari 3.312 KH. AKB tahun 2015 adalah
18,7/1000 KH, dan AKB tahun 2016 adalah 8 bayi atau 4.64 /1000 KH.
tertentu per jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada periode yang
angka kematian anak balita adalah 9.3/1000 KH dan pada tahun 2016
ekonomi, gizi, sanitasi dan yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan
kesehatan ibu. Tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal ada 10 orang
dari 4.110 ibu hamil atau 333/100.000 KH. Tahun 2012 jumlah kematian
ibu maternal ada 10 orang dari 3.121 ibu hamil atau 320/100.000 KH.
KH, pada AKI pada tahun 2014 adalah 5 orang atau 166/100.000
AKI pada tahun 2016 adalah 9 orang atau 274.73/ 100.0000 KH.
berada pada ketinggian 0-7 meter dan hanya 0,9 persen berada pada
dari 40 persen.
Sungai Selatan adalah 50,4 per 100 penduduk. Hasil Sensus Penduduk
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang
tahun 2016 adalah 5 per 1000 kelahiran hidup, hal ini lebih baik dari tahun
per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tahun 2016 menurun
dari 26 menjadi 21 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs 2015 adalah
32 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian Balita di Kab Hulu
yaitu dari 164 menjadi 109 per 100.000 kelahiran hidup. Target MDGs
2015 adalah 102, jika dibandingkan dengan target MDGs capaian AKI
masing 1 kasus.
Alai Timur merupakan wilayah paling luas (778,71 Km2 = 70,8%) dan
mempunyai luas wilayah paling kecil (40,71 Km2= 2,3%). Kondisi topografi
desa-desa dan anak desa tertentu hanya dapat ditempuh dengan jalan
wilayah Kecamatan Batang Alai Timur dan Hantakan serta sebagian kecil
Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2016
2016 sebanyak 4.435, terdiri dari bayi lahir hidup sebanyak 4.419 orang
dan lahir mati sebanyak 16 orang. Perkiraan angka kematian bayi (AKB)
tahun 2016 sebesar 3,6 per 1.000 kelahiran hidup sama dengan dari
AKB tahun 2015 (36 per 1.000 kelahiran hidup). AKB Kabupaten Hulu
kelahiran hidup.
pada tahun 2016 sebanyak 4.419 orang. Ibu yang meninggal pada saat
hamil, melahirkan atau nifas sebanyak 8 orang (sama dengan tahun 2015
sebesar 181 per 100.000 kelahiran hidup (lebih rendah dari tahun 2015
sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan target AKI nasional sebesar
beberapa indikator berikut yaitu; BBLR, gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah
berat badan bayi lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
pada tahun 2016 sebanyak 226 orang dari jumlah bayi yang baru lahir
(100%). Jika dibandingkan dengan kasus gizi buruk pada tahun 2015
Sanggam. Kata Sanggam ini berasal dari bahasa Banjar yang berarti
tangguh, kuat, cakap, atau serba bisa dan dalam masyarakat Balangan
wilayah 1.878,3 KM² atau hanya 5% dari luas wilayah provinsi Kalimantan
jiwa yang terdiri dari 63.219 jiwa laki-laki dan 62.315 jiwa. Dilihat dari
perbaikan.
dari 2.336 kelahiran hidup adalah 10 kematian bayi berusia lebih dari 28
Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Balangan tahun 2016 ini jelas
tahun 2015 angka kematian bayi berjumlah 36 orang atau 14,7 per 1.000
atau 13,3 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dihubungkan dengan Indikator
mampu menekan Angka Kematian Bayi, namun tetap saja hal tersebut
belum bisa dikatakan lebih baik karena dari 1.000 kelahiran hidup masih
Jumlah total kematian ibu hamil tahun 2016 adalah 5 orang dengan
selama masa nifas 2 orang dengan usia >= 35 tahun. Jumlah kelahiran
hidup 2.336 jiwa, maka AKI di Kabupaten Balangan Tahun 2016 adalah
Angka Kematian Ibu sebanyak 246 per 100.000 Kelahiran Hidup, bila
Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2016 yang sama-sama menargetkan AKI
120 per 100.000, hasil yang dicapai oleh Kabupaten Balangan masih
sangat jauh dari angka yang diharapkan, apalagi dengan target SDG’s
penyakit jantung, TB paru dan radang selaput otak, sesak nafas, dan
kemiringan 0-2 derajat dan sebagian besar berada di kelas ketinggian 0-7
meter dari permukaan laut. Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki tanah
subur yang dilalui beberapa buah sungai yakni sungai Negara, sungai
wilayah 892,70 Km2 atau hanya sekitar 2,38% dari luas Propinsi
berada pada koordinat 114 sampai 115 Lintang Selatan dan antara 2
Utara adalah 225.386 jiwa dengan luas wilayah 892,70 Km, yang tersebar
pada usia 0-7 hari menunjukkan kualitas dan kemampuan bidan dalam
Kematian bayi yang tinggi lebih banyak disebabkan oleh BBLR dan
Jumlah kematian Balita usia 1-5 tahun tahun 2016 menurun dari
tahun 2013 terdapat jumlah kematian ibu 10 kasus dan pada tahun
Kematian ibu tahun ini terjadi di rumah sakit (2 kasus), di rumah pasien
ada (1 kasus) dan di tolong oleh tenaga Non Nakes (Dukun Kampung),
Selatan dengan luas wilayah 3.946 Km2 atau 10.61% dari luas Provinsi
Kecamatan Muara Uya seluas 924.16 Km2 atau 23.42% dari luas seluruh
Harus yaitu seluas 62.90 Km2 atau 1.59% dari luas wilayah Kabupaten
Tabalong.
selatan dan 115o 9”– 115o 47” Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten
Selatan.
Selatan lewat jalur darat dari provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah, berada pada posisi strategis yang dikenal sebagai jalur segitiga
Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian tengah meliputi Kecamatan
terdiri dari 121 desa dan 10 kelurahan, Kecamatan Tanjung dan Banua
desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Upau dengan 6 desa.
2016 berjumlah 243.477 jiwa yang terdiri dari laki-laki 123.806 jiwa dan
jumlah penduduk dari tahun 2015 yang berjumlah 239.593 jiwa, terdiri dari
Kabupaten Tabalong yaitu 69,39 lebih tinggi dari tahun 2016 yaitu 69,84.
sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup atau 32 neonatal dari 4.125 kelahiran
sebesar 3 per 1000 Kelahiran Hidup, jauh lebih rendah jika di bandingkan
dengan AKB tahun 2015 yang sebesar 9,2 per 1000 kelahiran hidup
9,5 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2013, AKB di Kabupaten
Tabalong sebesar 12,2 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2016 dari 1.000
7 ibu dari 4.125 kelahiran hidup, setara dengan 168 per 100.000 Kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2016 ini lebih tinggi jika
kelurahan yang terdiri dari 130 desa dan 5 kelurahan. Wilayah paling
ibukota Pelaihari yang dibatasi: sebelah Barat dan Selatan oleh Laut
Jawa, sebelah Timur oleh Kabupaten Tanah Bumbu dan sebelah Utara
Kabupaten Tanah Laut tahun 2016 sebesar 50.5%, yang berarti dalam
produktif lagi.
bayi lahir mati dan kematian bayi usia <28 hari (kematian neonatus).
2012 sebesar 147.5 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI terendah di
persalinannya.
2016 sebesar 87 bayi dan jumlah kelahiran hidup tahun 2016 sebanyak
6.094 bayi. Berdasarkan hal ini, Angka Kematian Bayi tahun 2016
sudah lebih rendah dari target MDGs yaitu 23/ 1.000 kelahiran hidup.
Syukur, Jujur dan Damai. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu
Derajat 04’ Bujur Timur dan 02 Derajat 52’-03 Derajat 47’ Lintang Selatan.
atau 13,50% dari total luas propinsi Kalimantan selatan dan mempunyai
(Tiga) Daerah Aliran Sungai Yaitu DAS Kusan, DAS Satui dan DAS
kecil antara lain Sungai Loban, Sungai Sebamban dan Sungai Perak.
Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari daerah Pantai Laut, daerah rawa-
pemerintah setempat.
Kabupaten Tanah Bumbu jumlah penduduk tahun 2016 adalah terdiri dari
Penduduk 139.60 jiwa per km2, Kecamatan Kusan Hilir 117.42 jiwa per
km2, Kecamatan Kuranji 89.18 jiwa per km2, Kecamatan Sungai Loban
64.51 jiwa per km2, Kecamatan Satui 60.08 jiwa per km2, Kecamatan
Mantewe 23.44 jiwa per km2 dan kepadatan penduduk terkecil yaitu
kurang dari dua tahun; Status gizi yang kurang baik pada ibu waktu
pembuahan dan selama hamil. Faktor Janin yaitu BBLR dimana Berat
Badan Lahir Rendah kurang dari 2500 gram, Asfiksia yaitu keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur,
infeksi karena sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang juga
berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini
dibandingkan dengan tahun lalu angka kematian bayi sebesar 6,9 per
adalah BBLR dan asfiksia, rata-rata angka kematian balita sebesar 9,4 per
bersalin dan 5 ibu nifas. Angka Kematian Ibu Maternal pada tahun 2016
gizi dan tenaga penyuluh di daerah pedesaan, baik terpencil dan sangat
satu hati dan se iya sekata. Kabupaten Kotabaru memiliki wilayah seluas
Selatan dengan luas lebih dari seperempat (25,11%) dari luas wilayah
dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan Selat Makasar dan sebelah
adalah kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas
Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas wilayah Kotabaru. Tinggi
rendahnya suatu tempat dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai
masih berada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan 88.701 jiwa. Jumlah
tercatat sebesar 5.931 jiwa. Jumlah penduduk yang begitu besar dan
sekitar 17,88 persen dari luas total Kabupaten Kotabaru hanya dihuni
menjadi sangat tinggi yaitu 557 penduduk per km2. Kepadatan penduduk
sudah di atas 100. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
perempuan.
meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 yaitu 68,01 tahun, tahun
2013 sebesar 68,07 tahun, tahun 2014 sebesar 68,14 tahun dan tahun
penyebab kematian ibu pada tahun 2016 adalah Eklamsi sebanyak 38% (5
KALIMANTAN SELATAN
Selatan yakni:
Kalimantan Selatan.
2019 yakni dengan meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
kesehatan.
Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dan 4 (empat) Kepala Bidang.
a. Sekretaris
2. Subbag Keuangan
4. Laboratorium Kesehatan
b. 8 (delapan) Fungsi :
bidang kesehatan
lingkungan
capaian kinerja program yang akan dicapai lima tahun kedepan dalam
BAB 3
saling berinteraksi satu sama lain tidak hanya berasal dari sektor
lahir.
(AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI)
4. Status Gizi dilihat dari indikator balita gizi buruk dan hasil
3.1 MORTALITAS
lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial serta faktor lain.
Kematian yang terjadi pada Bayi usia 0 sampai dengan 28 hari atau
dengan arti lain yaitu jumlah kematian bayi berumur antara satu bulan
sampai kurang dari satu tahun, yang terjadi selama satu tahun per 1000
tahun 2016 sebesar 9,48 per 1.000 kelahiran hidup atau total 682
2015 ada 545 kematian neonatal dari 71.889 kelahiran hidup berarti ada
180 91
76 78
160
140 64
56
120 54 53
51
100
80 32
40 31
55
60 28 33
18 21 20
27 17 20
40 25
48 45 51 46 12 12
20 37 33 9 3
29 26
20 19 17
12
0 0
Gambar 3.1
Jumlah Kematian Neonatal Per Kab/Kota se Kalimantan Selatan
Tahun 2016
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa kabupaten yang tertinggi dalam
Jumlah paritas yang banyak dengan jarak kelahiran kurang dari dua
tahun, status gizi ibu yang kurang baik pada saat pembuahan dan selama
kehamilan. Faktor Janin yaitu BBLR dimana berat badan lahir kurang dari
2500 gram dan Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur selain itu juga bisa akibat adanya
infeksi karena sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang juga
berasal dari orang lain dan dalam hal ini bayi belum memiliki imunitas.
yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai
dari 20; sedang 20-49, tinggi 50-99 dan sangat tinggi jika AKB di atas 100
per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2009). Angka Kematian Bayi (AKB)
sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan
sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan
angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua
kesehatan masyarakat.
727
700 718
650
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2016 ada 779 kasus dari
71.910 kelahiran hidup sedangkan tahun 2015 sebanyak 834 kasus dari
Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 10,83 per 1.000 Kelahiran Hidup,
lebih rendah jika di bandingkan dengan AKB tahun 2015 yang sebesar
11,6 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2014 sebesar 22 per 1.000
adalah 4,6 per 1000 kelahiran hidup atau dapat diartikan dari 1.000
180
160
87
140
120
68 44
100 41
80
28
60 17 17 16
15 15
40 8 10
6
20
0
tertinggi tahun 2016 ada di Kabupaten Tanah Laut (87 kasus) dan Barito
dan yang penting juga upaya mencegah kejadian 3 (tiga) Terlambat yakni
kematian bayi umumnya adalah karena bayi dalam kondisi Berat Badan
tingkat malnutrisi pada ibu hamil di Indonesia. Kekurangan gizi pada ibu
keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan, mati dalam kandungan dan lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR salah satu kondisi yang
tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. AKABA juga
sekitar rumah.
angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif untuk AKABA berdasarkan
pedoman MDGs adalah >140 sangat tinggi, 71-140 tinggi, sedang 20-70
35
16 15
30
12
25
10
20
7 7
7
15
5
10 3 3 3
5
0 0
Gambar 3.4
Jumlah Kematian Balita Per Kab/Kota se Kalsel
Tahun 2016
pada tahun 2015 yaitu 1,18 per 1000 Kelahiran Hidup atau 85 kasus
sedangkan pada tahun 2016 ada 1,22 per 1000 Kelahiran Hidup atau
ada kasus kematian anak Balita sedangkan Kabupaten Banjar dan Tanah
Bumbu cukup banyak kasus karena pengaruh faktor lingkungan, akses Air
karena sebab lain per 100.000 kelahiran hidup sejak terminasi kehamilan
berikut.
Kematian Ibu
125 123
124
120 120 120
115
113
110
105
105
100
95
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2015 dan menurun pada tahun 2016. Angka Kematian Ibu Provinsi
terlalu banyak dan terlalu sering) menjadi faktor penyebab tidak langsung
yang belum sesuai standar APN. Penyebab kematian ibu sebagian besar
14 13 14
12 11
10 9 9
8 7 8
6 6 6 8
6 6 7
6 5
6
4 4 4 5 5
2 3 3 4 4 5
2 3
2 1 2 2 3
0 0 2 3 3
0 0 0 1 1 2
0 0 1 1 2 2
0
0 0 1
Kematian ibu hamil Kematian ibu bersalin kematian ibu nifas Total Kematian Ibu
Gambar 3.6
Jumlah Kematian Ibu Hamil; Ibu Bersalin; Ibu Nifas dan Total
Kematian Ibu Per Kabupaten/ Kota se Kalimantan Selatan
Tahun 2016
saat hamil, bersalin dan nifas. Kematian ibu saat nifas (49 kasus) lebih
kabupaten/kota lainnya.
5
33
< 20 tahun
20-34 tahun
≥ 35 tahun
61
Gambar 3.7
Kematian Ibu per Kelompok Umur di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016
adalah kelompok usia 20-34 tahun (61 kasus). Seiring bertambahnya usia
keturunan dan gaya hidup selama kehamilan dan masa nifas (42 hari
setelah melahirkan).
perdarahan
28 28
hipertensi
infeksi
Gambar 3.8
Penyebab Kematian Ibu di Prov. Kalimantan Selatan tahun 2016
perawatan ibu saat nifas serta setiap ibu hamil harus kontak dengan
dan Bidan –Dukun Kampung untuk pendampingan ibu hamil, bersalin dan
resiko hamil, kapasitas fasilitator kelas ibu hamil dan penggunaan alat
deteksi resiko ibu hamil serta adanya review pelayanan antenatal dan
Selatan.
tahun (BPS Provinsi KalSel, 2016). Umur Harapan Hidup waktu lahir
menunjukkan rata-rata tahun hidup yang akan dilalui oleh manusia sejak
Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak, Angka Kematian Ibu dan
Selatan AHH pada tahun 2016 adalah 67,92 tahun, tampak pada gambar
di bawah ini:
68 67,92
67,8
67,8 67,72
67,6 67,47
67,35
67,4
67,2
67 66,88
66,8
66,6
66,4
66,2
2011 2012 2013 2014 2015 2016
dengan tahun 2016. Terjadi peningkatan AHH dari tahun ke tahun namun
masih berkisar pada angka 67, umur 67 tahun merupakan kelompok usia
kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang baru lahir diperkirakan akan
2015 2016
72
70
68
66
64
62
60
58
Tala Ktb Banj Bato Tapi HSS HST HSU Tbal Tanb Blan Bma Bjba Kals
ar la n ong u gan sin ru el
2015 68,62 68,49 65,97 64,94 69,47 64,14 64,83 62,49 69,74 69,19 66,95 70,32 71,36 67,8
2016 68,76 68,61 66,17 65,14 69,62 65,38 65,06 62,71 69,84 69,19 67,07 70,44 71,43 67,92
Hidup tahun 2015-2016 yang tertinggi ada pada Kota Banjarbaru dan
Utara. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti
lebih baik.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tala Ktb Banj Bato Tapi HSS HST HSU Tbal Tanb Blan Bma Bjba Kals
ar la n ong u gan sin ru el
2015 66,99 66,61 66,39 63,53 67,67 66,31 66,56 62,49 69,35 67,58 65,34 75,41 77,56 68,38
2016 67,44 67,1 66,87 64,33 68,05 67,52 67,07 63,38 70,07 68,28 66,25 75,94 77,96 69,05
Kalbar (65.88).
3.2 MORBIDITAS
melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas
a) Penyakit Malaria
betina, hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia dan
yang memiliki Annual Parasite Incidence (angka kasus Malaria per tahun)
Tabalong cenderung berubah warna merah. API 4,06 artinya setiap 1000
penduduk terdapat 6 orang yang menderita malaria positif dan hal inilah
API nya < 1 maka barulah daerah / kabupaten tersebut dikatakan daerah
hijau. Hal yang sangat berpengaruh juga dalam kasus Malaria adalah
sebanyak 929 penderita dan di wilayah kerja UPT. Jaro sebanyak 331
penderita.
suspek dan positif Malaria yang lebih tinggi terjadi di beberapa wilayah
14
12
10
0
BJM BJB BJR TPN HSS HST HSU BLG TAB BTL Tala TNB KTB
2011 0,13 1 1,4 2,2 1,6 0,8 0,51 0,51 3,4 1,59 3,9 11,4 6,3
2012 0,08 1,3 1,2 2,1 1,7 0,8 0,72 0,72 5,6 1,7 3,4 12,2 4,8
2013 0,06 0,78 1,17 2,38 1,31 0,67 0,37 1,06 5,28 0,79 1,34 5,59 4,92
2014 0,05 0,23 1,05 1,19 0,73 0,77 0,32 2,23 7,68 0,3 0,92 1,56 3,73
2015 0,01 0,63 0,32 0,65 0,24 0,47 0,22 2,55 7,27 0,15 0,37 0,87 0,93
2016 0,06 0,04 0,31 0,56 0,1 0,15 0,19 2,43 3,85 0,06 0,22 0,51 0,56
ilegal mining dan pembukaan lahan perkebunan baru seperti karet, sawit,
dan lain-lain. Beberapa kasus diduga adalah kasus impor dari wilayah
ataupun datang dari daerah endemik malaria, juga kepada semua ibu
mereka yang positif malaria, juga diketahui bahwa mereka memang sakit
2,5
1,5
0,5
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
API 0,8 0,98 1,51 2,8 2,5 1,79 1,37 0,88 0,53
Incidence ) dari tahun ke tahun cenderung menurun. API tahun 2015 dan
maka baik target RPJMN maupun target MDGs 2015 telah tercapai.
kepedulian setiap orang dan kerjasama semua pihak terkait yakni sektor
sektor Kimpraswil: penyediaan Air Bersih dan mandi cuci kakus, kali
b) HIV/ AIDS
HIV dan AIDS, kedua singkatan ini sering kali disandingkan
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dengan cairan
penularan dari ibu ke anak yang dilahirkan atau disusui. AIDS (Acquired
terinfeksi HIV bisa saja hidup sehat, namun orang yang sudah pada
AIDS, 771
HIV, 896
Kalimantan Selatan tahun 2016. Kasus AIDS lebih tinggi dibanding kasus
HIV. Tes HIV adalah satu-satu nya cara untuk mengetahui apakah
seseorang sudah terkena HIV atau tidak. Tes HIV dapat dilakukan baik
HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan sejak tahun 2002 sampai dengan
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
200 200 200 200 200 200 200 200 201 201 201 201 201 201 201 TOT
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 AL
HIV 4 5 7 20 14 29 9 23 34 52 124 118 114 152 191 896
AIDS 0 0 0 0 10 18 23 28 38 65 88 83 108 132 178 771
TOTAL 4 5 7 20 24 47 32 51 72 117 212 201 222 284 369 1667
KUMULATIF 4 9 16 36 60 107 139 190 262 379 591 792 1014 1298 1667 1667
1667 kasus HIV dan AIDS. Kasus HIV dan AIDS tersebut dengan rincian
adalah HIV sebanyak 896 Kasus (54%) dan AIDS sebanyak 771 Kasus
(46%). HIV dan AIDS pertama kali ditemukan dan dilaporkan pada tahun
secara kumulatif sebanyak 1.667 kasus HIV dan AIDS. Selama tahun
Kasus HIV dan AIDS. Semakin banyaknya Kasus HIV dan AIDS yang
1800 1667
1600
1400
1200
200 37 37
0
0
LAKI-LAKI PEREMPUAN TIDAK DIKETAHUI TOTAL
Gambar 3.17
Kasus HIV/ AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2016
mendominasi dalam kasus HIV atau AIDS dibanding dengan jenis kelamin
komunitas populasi kunci. Masih perlu usaha yang lebih besar untuk
membongkar kasus HIV dan AIDS pada Laki-laki karena Laki-laki adalah
kunci rantai penularan yang menjadi Sumber Penyebar HIV AIDS yang
Gambar 3.18
Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2016
berdasarkan kelompok umur tampak pada gambar berikut. Kasus HIV dan
(20-29 tahun) sebesar 39,2%. Tingginya kasus HIV dan AIDS pada usia
Kota Banjarmasin (568 Kasus) 34,1%, Kab Tanah Bumbu (293 kasus)
17,6%, Kota Banjarbaru (207 kasus) 12,4%, Kab.Banjar (76 Kasus) 4,6%,
Kab. Tabalong (72 kasus) 4,3% dan Kab. Kotabaru (65 kasus) 3,9%.
Faktor resiko yang dominan terjadi pada kasus HIV/ AIDS sebagai berikut:
58
14 4
17
SEKSUAL
PERINATAL
PENASUN
TRANSFUSI
TDK DIKETAHUI
803
Gambar 3.19
Trend kasus HIV Berdasarkan Faktor Resiko tahun 2016
kasus “gunung Es” HIV dan AIDS yang tersembunyi di daerahnya, serta
42 8 1
24
SEKSUAL
PERINATAL
PENASUN
TRANSFUSI
TDK DIKETAHUI
696
Populasi Kunci yang terkena HIV dan AIDS adalah Wanita Pekerja Seks
dan AIDS atau 32,3% adalah laki-laki yang pernah berhubungan seks
dengan Populasi Kunci yang sudah terpapar atau terkena HIV dan AIDS.
Dampak dari perilaku berisiko laki-laki ini adalah sebanyak 369 kasus atau
22,1% dari Ibu-Ibu Rumah Tangga (Pasangan Risti) di Kalsel terkena HIV
dan AIDS yang diperoleh dari Pasangannya (HRM). Ujung akhir dampak
dari perilaku berisiko laki-laki berisiko tinggi ini adalah dilahirkannya anak-
1800
1600
1400
1200
1000
800
600 LAKI-LAKI
400 PEREMPUAN
200
TD
0
HIDU MAT HIDU MAT HIDU MAT TOT
TD TD TD TOTAL
P I P I P I AL
HIV AIDS HIV DAN AIDS
LAKI-LAKI 351 3 15 381 104 16 732 107 31 870
PEREMPUAN 424 2 64 213 49 8 637 51 72 760
TD 0 0 37 0 0 0 0 0 37 37
TOTAL 775 5 116 594 153 24 1369 158 140 1667
Gambar 3.21
Kasus HIV/AIDS berdasarkan Status Hidup dan Mati
tahun 2016
Angka Harapan Hidup ODHA maka semakin baik kualitas pelayanan dan
ODHA serta menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV dan
AIDS. Sebanyak 197 Kasus HIV dan AIDS di laporkan melalui Rumah
Sakit Umum Daerah Ansari Saleh Banjarmasin dan sebesar 104 Kasus
HIV AIDS dilaporkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
kasus dari RSUD Ratu Zalecha Martapura, RSU Suaka Insan, RSUD
tertumpu di dua (2) rumah sakit Rujukan HIV Kota Banjarmasin. Sesuai
Gejala HIV dan AIDS, wajib melaporkan secara berjenjang kepada Dinas
HIV dan AIDS pada WPS ini adalah karena intensifnya Progam
banyaknya Angka Kasus HIV dan AIDS Pada Ibu Rumah Tangga 281
kasus atau 16,9%. Ditemukannya Kasus HIV dan AIDS pada Ibu Rumah
tangga ini sebuah indikasi kuat bahwa Kasus HIV dan AIDS tidak hanya
berada pada Populasi Kunci yang Rawan Menularkan atau Rawan Ditulari
jenis pekerjaan tertentu, setiap orang mempunyai resiko yang sama untuk
hubungan seksual yang aman pada siapapun dan yang terpenting adalah
Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu); Peningkatan peran serta KPA
c) Penyakit TB Paru
yang sampai dengan sekarang ini masih menjadi masalah yang sangat
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan menjadi salah
menular. TB Paru menjadi salah satu penyakit yang menjadi target dalam
Gambar 3.22
Angka Penjaringan Terduga TB / 100.000 penduduk di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016
tersebut. CNR tahun 2016 atau kasus baru di Kalimantan Selatan adalah
136 per 100.000 penduduk dan seluruh kasus terduga TB adalah 649 per
dengan CNR tahun 2015 yang sebesar 141 per 100.000 penduduk. CNR
Gambar 3.23
Case Notification Rate (CNR) di Kabupaten/ Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.
adalah CDR (Case Detection Rate) yaitu jumlah penderita baru dengan
BTA Positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah penderita baru
Gambar 3.24
Penemuan Pasien TB Paru Berdasarkan Tipe BTA di Kab / Kota
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.
terbanyak ada di Kabupaten Banjar dan pasien BTA (+) tertinggi di Kota
Banjarmasin tahun 2016, sedangkan tahun 2015 tertinggi di BTA (+) ada
Gambar 3.25
Pasien TB Paru Berdasarkan Tipe BTA di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.
Gambar 3.26
Pasien TB Paru Berdasarkan Golongan Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2015-2016.
Gambar 3.27
Pasien TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2014-2016.
suka merokok maupun faktor lingkungan di mana mereka tinggal dan jenis
pekerjaannya.
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (tulang, kulit, dan ginjal),
oleh karena itu jika tidak dikendalikan, penyakit ini terus menyebar dan
Paru hal ini diperburuk lagi dengan kondisi hygiene sanitasi yang kurang
target yakni angka CDR (Penemuan Kasus Baru TB Paru BTA (+) ), yang
selama 5 (lima) tahun masih dibawah target nasional yaitu minimal 70%,
target nasional (konversi > 80 %, kesembuhan dan sukses rate > 85%).
Belum tercapainya angka penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) ini
peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita dan
350,00
307,86
300,00
250,00
200,00
%
150,00
82,28
100,00
77,54
56,65
80,47
42,46
49,47
53,95
61,91
50,00
31,59
8,66
29,44
0,00
4,38
4,87
Gambar 3.29
Cakupan, Kelengkapan dan Target Penemuan Kasus Pneumonia
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
posyandu.
92,27%
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00% 7,45%
20,00% 0,28%
10,00%
0,00%
Pneumonia Pneumonia Berat Batuk Bukan
Pneumonia
Gambar 3.30
Kasus ISPA berdasarkan Klasifikasi Pneumonia, Pneumonia Berat
dan Bukan Pneumonia di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
1.033,
7%
13.262, 93%
Gambar 3.31
Prosentase Kasus Pneumonia Kelompok Umur > 5 tahun dan
Pneumonia < 5 tahun di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016
yang sering terjadi pada anak. Kejadian batuk pilek pada Balita di
wabah dan Pengendalian ISPA umur > 5 tahun dan khususnya umur < 5
32.590
30.692
32.350
27.406
35.000
24.036
30.000
17.570
25.000
15.334
14.476
12.651
20.000
11.280
10.744
15.000
7.932
7.359
10.000
5.000
220
185
145
143
84
72
48
12
36
28
28
24
8
0
Gambar 3.32
Perbandingan Kasus ISPA Kelompok Umur > 5 tahun di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016
Selatan.
1.033, 7%
3.951, 28%
9.311, 65%
Gambar 3.33
Kasus Pneumonia Bayi, Balita dan Usia > 5 tahun di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016
lebih tinggi dibanding kasus Pneumonia pada Bayi (28%) dan usia lebih
kelompok usia rentan, biasanya dimulai dengan batuk pilek, napas cepat
diikuti stridor dan wheezing, jika tidak cepat mendapat pertolongan akan
kesukaran bernafas.
160
140 143
120
100
80
71 71 68 65 61,91
60 57 55
50 49
44
40
34 36
20
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES PRO
Cakupan Target
Gambar 3.34
PWS Pneumonia Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
untuk Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 5,3% jadi pada saat
ini juga merupakan kontribusi dari laporan Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
a) Penyakit Kusta
oleh Micobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan
lain, kecuali otak. Penderita kusta juga memiliki stigma dan rasa
gambar 3.35.
Gambar 3.35
Peta Kasus Kusta di Kabupaten/ Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016
1,4 1,28
1,2 1,01
1,07
0,95 0,98
1
0,80
0,8 0,60
0,55 0,60
0,6 0,45 0,47
0,35
0,4 0,23
0,19
0,2
0
Gambar 3.36
Prevalensi Rate Penyakit Kusta per 10.000 Penduduk di Kabupaten/
Kota Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Puskesmas Lok Batu yang tidak ditemukan kasus penyakit Kusta sama
sekali.
7,81
8
7 6,24
6
5 4,12
3,80
4 3,40
2,72 2,97
2,54 2,57
3 2,25
2 1,47 1,32
0,94 0,75
1
0
Gambar 3.37
Case Detection Rate Kusta per 100.000 penduduk Kabupaten/ Kota
di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016
yakni sebesar 7,81 per 100.000 penduduk. Case Detection Rate Kusta
aktif atau pasif karena upaya penemuan menjadi prioritas utama untuk
kesembuhan.
Gambar 3.38
Proporsi Tipe MB di antara Penderita Baru di Kabupaten/ Kota
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
terkena Kusta tipe MB. Kusta tipe MB banyak mengandung kuman dan
Kalau bisa jangan sampai penduduk terkena Kusta dan jika sudah terkena
penderita.
Gambar 3.39
Proporsi Penderita Baru dengan Tingkat Cacat II dan Anak
Kusta Baru ditemukan dan sudah dalam keadaan cacat karena terlambat
Gambar 3.40
Proporsi Wanita di antara Penderita Kusta Baru
tahun 2016
peran vital dalam rumah tangga dan wanita yang mengalami Kusta akan
b) Diare
Gambar 3.41
Kasus Diare pada Balita di Kalimantan Selatan tahun 2016
Balita dari target balita Diare sebesar 5493 Balita dengan IR Diare Balita
dilayani paling rendah di Kabupaten Tanah Laut sebesar 138 Balita dari
target Balita Diare sebesar 5.551 Balita dengan Insiden Rate Diare Balita
19499
20000
18000 16047
16000
14000
12000 9528
8616 9286 8898
10000 7506
6552 6513 6939 6328
8000
5253
6000 3578
4000
2000
0
Gambar 3.42
Penemuan Penderita Diare Semua Golongan Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2016
Oral tidak berjalan baik karena terkendala pengadaan paket LROA yang
masih sangat kurang; Kurangnya dukungan dana Pusat dan Daerah untuk
4,5 4
4
3,5 3
3
2,5
2
1,5 1 1 1 1
1
0,5 0 0 0 0 0 0 0
0
Gambar 3.43
Kasus Kematian akibat Diare di Kabupaten/ Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2016
c) Rabies
segera.
Gambar 3.44
Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Berdasarkan Golongan
Umur di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.45
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies berdasarkan Jenis Hewan di
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.
tidak pernah di berikan Vaksin Anti Rabies., selain itu juga harus waspada
jika terjadi gigitan dari hewan kucing atau kera yang memiliki peluang juga
Gambar 3.46
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies per bulan di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2014-2016.
Gambar 3.47
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2003-2016
Gambar 3.48
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
dengan diberikan Vaksin Anti Rabies sejak tahun 2003 sampai 2016.
meningkat serta penyebaran yang makin luas. Kasus DBD di dunia rata-
Gambar 3.49
Trend Kasus DBD di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
sejak tahun 2006 sampai tahun 2016
Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2006 sampai tahun 2016 yang
daerah tropis dimana sedang terjadi musim hujan. Curah hujan yang tinggi
agar terhindar dari penyakit DBD, IR < 52/100.000 penduduk pada daerah
e) Filariasis
Gambar 3.50
Hasil Cakupan Pelaksanaan POPM di Kalimantan Selatan 2016
90 % yakni 89% namun masih di atas dari target capaian indikator yang
di bawah ini.
Gambar 3.51
Hasil Cakupan POMP Kabupaten/ Kota Prov. Kalsel 2016
Gambar 3.52
Cakupan Pemberian Obat Cacing di Kabupaten Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.
kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat,
penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan
morbili merupakan penyakit infeksi yang akut dan sangat menular sering
Gambar 3.53
Distribusi KLB PD3I Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
conjunctivitis, bronchitis).
Angka AFP dinyatakan sebagai jumlah kasus AFP Non Polio yang
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. AFP adalah kondisi yang
kekuatan otot tanpa penyebab jelas. Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit
Gambar 3.54
Peta Kasus AFP Kab/ Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2016
Target penemuan kasus AFP per tahun adalah 2/100.000 penduduk usia
pada anak usia <15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap
yodium.
tahun 2007 (36,8 %). Artinya pertumbuhan tak maksimal diderita oleh
sekitar 9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia.
asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat
nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
Gambar 3.55
Jumlah Sampel Balita dalam Pemantauan Status Gizi
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.56
Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks Berat Badan/ Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.57
Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-23 Bulan
tahun 2016
Gambar 3.58
Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Kelompok Umur 0-23 Bulan
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.59
Status Gizi lebih per kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016
Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 3,7% dan Gizi Kurang sebesar
Gambar 3.60
Masalah Gizi Kurang pada Balita Umur 0-23 Bulan
tahun 2015-2016
Gambar 3.61
Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-59 Bulan tahun 2016
Gambar 3.62
Masalah Gizi Balita per Kelompok Umur
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.63
Distribusi Provinsi Berdasarkan Karakteristik Masalah Gizi di
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
berdasarkan indeks BB/TB dan TB/U dibagi menjadi empat kategori yaitu
baik, akut, kronis dan akut-kronis. Status Gizi Balita berdasarkan Berat
kelompok umur 0-23 bulan Gizi Baik sebanyak 81,8% sedangkan pada
kelompok umur 0-59 bulan, gizi Baik sebanyak 76,6% namun tetap
diwaspadai pada kasus gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih yang
Sungai Utara merupakan wilayah yang memiliki angka gizi buruk dan gizi
Gambar 3.64
Komposit Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks TB/U
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016
Gambar 3.65
Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun tahun 2016
Gambar 3.66
Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun tahun 2016
Gambar 3.67
Status Ibu Hamil Risiko KEK Berdasarkan LILA tahun 2016
masalah gizi sebagai berikut: Wilayah dengan kategori baik pada Balita
(0-59 bulan). Suatu wilayah dengan kondisi Balita yang status gizi Kurus
dan Sangat Kurus (BB/TB) < 5%, dan Balita yang status gizinya Pendek +
sangat pendek (TB/U) < 20% dikategorikan dalam kondisi baik, namun
dilaksanakan di wilayah tersebut baik dan tidak ada masalah. Untuk bisa
suatu wilayah tidak berubah menjadi akut, kronis atau bahkan menjadi
keduanya.
BAB 4
SITUASI PENCAPAIAN KINERJA
UPAYA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu
Tabel 4.1
Capaian Kinerja Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
target dan realisasi pada tahun 2016. Rata-rata capaian indikator kinerja
Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat pada tahun 2016 adalah sebesar
ibu pada tahun 2015 kasus kematian ibu tahun 2016 meningkat. Jika pada
tercapainya target kinerja ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Kualitas Ante Natal Care (ANC) yang belum maksimal. Kegiatan ANC
10 T (TB & BB, Tetanus Toksoid, Tensi, Tinggi fundus, tablet tambah
oleh dukun kampong missal pada kasus risiko tinggi dan bahkan ada
maksimal. Buku KIA bukan hanya diisi namun harus dianalisa (seperti
Disamping itu ibu hamil juga kurang begitu memahami hakikat buku
KIA.
obgyn/kandungan.
seperti hipertensi, pre eklamsi, anemia gizi dan faktor penyulit lainnya
ketika ibu hamil tersebut dirujuk ke Rumah Sakit dan sering terjadi
dibandingkan dengan pada tahun 2016 maka capaian kinerja indikator ini
Tabel 4.2
Capaian Kinerja Jumlah Kematian Ibu (Kasus)
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
Peningkatan /
Tahun Realisasi Kinerja Naik/Turun
Penurunan
2011 120
2012 123 -3 Naik
2013 105 15 Turun
2014 120 -14 Naik
2015 89 15 Turun
2016 92 -3 Naik
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel
sejak tahun 2011 sampai tahun 2016, kecenderungan kasus kematian ibu
140
105
100
89 92
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian Ibu 120 123 105 120 89 92
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel
bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi, secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi
ada 2 (dua) macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen
biasa disebut dengan kematian neonatal yakni kematian bayi yang terjadi
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi
eksogen atau kematian post natal, adalah kematian bayi yang terjadi pada
bulan pertama setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun
untuk Balita.
Jumlah kematian bayi pada tahun 2016 tidak mencapai target yaitu
779 kasus kematian bayi dibandingkan target yang ingin dicapai yaitu 590
kinerja jumlah kasus kematian bayi ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
c. Bayi lahir pada usia 7 bulan dan mengalami asfiksia dan tidak segera
Tabel 4.3
Capaian Kinerja Jumlah Kematian Bayi (Kasus)
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
2011 718
2012 816 -98 Naik
2013 727 89 Turun
2014 851 -124 Naik
2015 834 17 Turun
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel
kinerja indikator ini pada tahun 2016 (779 kasus) maka mengalami
900
Jumlah Kematian Bayi (kasus)
850 851
834
816
800
779
750
727
718
700
650
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian Bayi 718 816 727 851 834 779
Tambahan
meningkat lebih dari 3 kali yang berarti target telah tercapai. Seharusnya
kesehatan maupun penyuluhan gizi kepada ibu balita oleh kader dan
Prevalensi balita yang pendek dan sangat pendek pada tahun 2016
hasil pemantauan status gizi tahun 2016 Balita umur 0 – 59 bulan pendek
selama 90 hari.
Penggunaan ASI.
Eksklusif.
pendek dapat juga dijelaskan karena status gizi ini ditentukan pada waktu
ibu hamil kurang mendapat asupan gizi yang adekuat. Masa kehamilan
normal atau pendek. Apabila konsumsi ibu hamil baik maka bayi yang
tidak baik maka bayi yang akan dilahirkan kurang gizi dan pendek. Syarat
bayi yang sehat dan normal, lahir dengan berat badan di atas 2, 5 kg atau
pendek masih bisa dikoreksi dengan asupan gizi yang cukup seperti
adalah pola asuh, konsumsi dan serangan penyakit infeksi (diare, campak
60% dan realisasinya sebesar 83% berarti tercapai target dengan tingkat
berikut :
spot, dialog interaktif dan media cetak. Adapun rincian kegiatan tersebut
adalah Radio Spot: 5 kali ( RRI, Radio Swasta), Dialog interaktif : 3 kali
(Duta TV, TVRI) dan Media Cetak : 2 media (Banjarmasin Post, Radar
tahun sebelumnya.
pendidikan merupakan salah satu upaya agar para pengajar, peserta didik
dan sehat. Target pada tahun 2016 sebesar 30% sedangkan realisasinya
mencapai 260 sekolah dengan perincian SD 130 dan SMP 130 atau rata-
sekolah sehat tingkat provinsi. Realisasi tidak mencapai target, hal ini
Kementerian Agama)
Baruh Tabing Hulu Sungai Utara meraih juara 2 Best Performance dan
Tabel 4.4
Capaian Kinerja Sasaran 2
Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Indikator Kinerja
No. Satuan Target Realisasi %
Sasaran
Angka penemuan kasus
per 100.000
1 baru TB (CNR) per 133 140 105,26
penduduk
100.000 penduduk
Annual Paracite Index- per 1000 1,0 0,20 180,00
2
API (kasus Malaria) penduduk
Persentase jangkauan
3 program HIV pada % 40,0 40,0 100,00
populasi kunci
Persentase puskesmas
4 yang membentuk % 50,0 40,0 80,00
posbindu
Persentase Kab/Kota
yang mencapai 80% 70,0 77,0 110,00
5 %
Imunisasi Dasar Lengkap
pada bayi
Persentase kab/kota
yang memiliki 50,0 77,0 154,00
6 %
perda/perbup tentang
Kawasan Tanpa Rokok
Rata-rata capaian 121,54
dan tidak menular adalah sebesar 93.04%, yang secara rinci dapat
100.000 penduduk
(+). Berdasarkan data kinerja tahun 2017 yang tersaji dalam tabel 4.4 di
105,26 % atau capaian kinerja melebihi dari target yaitu 140 per 100.000
Selatan.
Malaria)
per 1.000 penduduk atau 180% dari target 1 per 1000 penduduk. Hal itu
menunjukkan bahwa kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016 sudah
Kalimantan Selatan.
dengan tahun 2017 sebesar 0.20 per 1000 penduduk sudah mencapai
(Kasus Malaria) sebesar 1 per 1000 penduduk pada tahun 2017 optimis
capaian kinerja tahun 2016, maka capaian indikator kinerja sasaran ini
Tabel 4.5
Annual Paracite Incidence (API) Malaria
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 sd 2017
2012 2,70
2013 1,50 44,44 Naik
2014 1,20 20,00 Naik
2015 0,91 24,17 Naik
2016 0,55 39,56 Naik
2017 0,20 63,64 Naik
3.5
Per 1000 Penduduk
3
2.70
2.5
1.20
1.50
2
0.5
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 Target
2017
Tahun
Gambar 4.3
Annual Paracite Incidence (API) Malaria Per 1000 Penduduk
Prov Kalimantan Selatan Tahun 2012 s/d 2017
HIV/ AIDS.
atau 100% dari target sebesar 40%. Angka tersebut menunjukkan bahwa
target kinerja indikator ini pada tahun 2017 sudah tercapai. Indikator
HIV/AIDS.
penyakit HIV/AIDS
dalam Rencana Strategis, Prevalensi kasus HIV pada populasi dewasa <
0.26 % maka sampai dengan tahun 2016 kondisi prevalensi kasus HIV di
dalam rangka monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi
tahun ke atas baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun
kinerja atas indikator ini adalah sebesar 40% atau 80% dari target sebesar
50%. Angka di atas menunjukkan bahwa target kinerja indikator ini pada
disebabkan oleh :
pada Bayi
(3 kali), Polio (4 kali) dan Campak (1 kali). Indikator ini digunakan untuk
realisasi capaian kinerja sasaran indikator ini adalah sebesar 77% atau
menghirup asap rokok dari perokok) dari bahaya asap rokok, memberikan
ruang dan lingkungan yang bersih dan segar bagi masyarakat secara
umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.
perda/perbub/kebijakan KTR.
kinerja sasaran indikator ini adalah sebesar 77% atau 154% dari target
sebesar 50%. Angka ini menunjukkan bahwa kinerja pada tahun 2016 ini
tercapai. Tercapainya target kinerja indikator ini pada tahun 2016 ini
mendapatkan anggaran 50% dari total angggaran yang didapat dari cukai
3) Peningkatan Imunisasi.
Tanpa Rokok
kesehatan
Tabel 4.6
Pemerataan dan Mutu Pelayanan kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
sebagai berikut :
yang terakreditasi
masyarakat.
sasaran atas indikator ini adalah sebesar 73% atau sesuai dengan yang
disebabkan oleh :
diakreditasi.
Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.6
dapat bermacam-macam.
utama :
sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Perlindungan Finansial bagi Penduduk yang Membutuhkan Layanan
Kes
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Persentase penduduk
Kalimantan
1. Selatan(termasuk penduduk % 60,0 57,2 95,27
miskin) memiliki jaminan
kesehatan
Persentase pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi
2. % 100,0 100,0 100,00
penduduk miskin yang tidak
menerima manfaat JKN
sebesar 81%, maka pada tahun 2016 kinerja indikator sasaran ini
pada tahun 2016, sampai dengan tahun 2015 ini baru tercapai 81%. Untuk
Tabel 4.8
Penduduk Memiliki Jaminan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
2011 60,0
2012 65,0 8,33 Naik
2013 66,0 1,54 Naik
2014 67,0 1,52 Naik
2015 81,0 20,90 Naik
2016 57,2 -29,38 Turun
berikut :
Gambar 4.4
Persentase Penduduk Memiliki Jaminan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
yang berkualitas.
Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.8
adalah 100% atau sesuai dengan target. Angka ini menunjukkan bahwa
target kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016 telah tercapai.
60% dijamin oleh Jamkesprov dan 40% oleh Jamkesda. Kedua, bagi
provinsi tapi tidak memiliki jaminan sama sekali, maka sepenuhnya akan
dan Jaminan Kesehatan Provinsi. Capaian kinerja indikator ini pada tahun
2016 sama dengan capaian kinerja tahun 2015 yaitu sebesar 100%.
Capaian sampai dengan tahun 2016 ini sudah sesuai sebagaimana target
Tabel 4.9
Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
yang Membutuhkan Pelayanan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
2011 100,0
2012 100,0 0,00 Tetap
2013 100,0 0,00 Tetap
2014 100,0 0,00 Tetap
2015 100,0 0,00 Tetap
2016 100,0 0,00 Tetap
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.
indikator kinerja sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016
sebagai berikut :
Tabel 4.10
Capaian Kinerja Sasaran 5
Meningkatnya Ketersediaan,Penyebaran dan Mutu Obat
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
berikut :
Puskesmas
Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.10
di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja sasaran atas indikator ini
Tercapainya indikator kinerja sasaran ini antara lain didukung oleh adanya
2016, maka pada tahun 2016 target ini telah dapat dicapai. Tantangan
2015, maka pada tahun 2016 menurun, namun dari sisi pencapaian target
kinerja tahun 2016 sudah tercapai atau melebihi dari target kinerja yang
Tabel 4.11
Pemenuhan Kebutuhan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
2011 95,0
2012 100 5,26 Naik
2013 100 0,00 Tetap
2014 100 0,00 Tetap
2015 100 0,00 Tetap
2016 92 8.00 Turun
berikut :
Gambar 4.5
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
syarat kesehatan
masalah kesehatan akibat produk alat kesehatan dan PKRT yang tidak
masyarakat.
Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.12
di atas, bahwa realisasi capaian kinerja sasaran ini adalah sebesar 100%
dari target yang ditetapkan sebesar 85%, sehingga indikator ini tercapai.
dengan baik. Usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
di Kalimantan Selatan.
Tabel 4.12
Cakupan Produk Alat kesehatan dan PKRT diperedaran
yang memenuhi syarat kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016
Peningkatan /
Tahun Realisasi Kinerja Naik/Turun
Penurunan
2011 75,0
2012 80,0 6,67 Naik
2013 85,0 6,25 Naik
2014 90,0 5,88 Naik
2015 71,6 -20,47 Turun
2016 100,0 28,42 Naik
Sumber: Bidang Farmasi Dinkes Prov.Kalsel.
sebesar 90%, maka capaian kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016
2016, maka capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 terpenuhi 100%.
Gambar 4.6
Cakupan Produk Alat kesehatan dan PKRT diperedaran
Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011 s.d. 2016
c. Indikator Kinerja: Kabupaten/ Kota yang melaksanakan SIPNAP
berbasis WEB
Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.12
Kota atau 100% dari target sebesar 13 Kab/ Kota. Angka ini menunjukkan
bahwa indikator kinerja sasaran ini tahun 2016 telah tercapai. Tercapainya
35 Tahun 2009.
capaian kinerja sasaran indikator ini adalah 60% dari target capaian
(Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik). pada tahun 2016, maka
meliputi :
meliputi :
berbahaya
penyalahgunaan narkotika.
utama meliputi :
luar negeri
Indonesia.
Kesehatan.
sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 4.13
Capaian Kinerja Sasaran 6
Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan
Rata-rata capaian
145.83
Sumber: Bidang Promosi Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan Prov Kalsel
kesehatan.
Realisasi 14 RS atau sebesar 175%, hal ini sudah sesuai dengan yang
yang memadai.
kinerja sasaran ini pada tahun 2016 telah tercapai bahkan melebihi target.
Pemantauan - Evaluasi
Tabel 4.14
Capaian Kinerja Sasaran 7
Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis, Pemantauan – Evaluasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Jumlah Dokumen
Anggaran Bidang 5 4
1 Dok 80.00
Kesehatan Setiap
Tahunnya
Jumlah Rekomendasi 13 13
2 Buah 100.00
Monitoring Evaluasi terpadu
Rata-rata capaian 90.00
setiap tahunnya
2016 yang tersaji dalam tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja
Terpadu
tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja sasaran ini
Tabel 4.15
105.93%.
BAB 5
5. 1 SARANA KESEHATAN
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
700
567 580
600
500
400
300
230 225
200
107 97
100 51 51
31 35
0
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas
PONED Perawatan Pembantu Keliling
Gambar 5.1
Jumlah Sebaran Puskesmas di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016
Kerja (Pos UKK) dan sebagainya. Tahun 2016 ada 1.042 Poskedes,
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
yang aktif (strata Purnama dan Mandiri), tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Jumlah Sebaran Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
dan Banjarmasin.
MANDIRI
POSYANDU 2016 3%
PURNAMA PRATAMA
24% 23%
MADYA
50%
Gambar 5.2
Strata Posyandu di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016
30 27
26
25 23
19 19 19 19
20
16
13 13 14
15
11
9
10
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 5.3
Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Prov.Kalimantan Selatan
tahun 2016
2. Rumah Sakit
sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat.
Sakit Privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum
itu juga terdapat RSUD kelas B pendidikan dan Rumah Sakit Jiwa
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
sakit milik kota maka, sistem rujukkan jadi terputus, seharusnya rujukkan
ke rumah sakit tipe B. Gambar berikut ini akan menyajikan status rumah
Tabel 5.2
Data Sebaran Rumah Sakit se Kalimantan Selatan tahun 2016
Rumah Sakit: RSUD Ulin, RSUD Dr. H. M. Anshari Saleh dan RS Gigi dan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Mulut H.Gusti Hasan Aman. Rumah Sakit milik Swasta antara lain RS
Islam, RS Suaka Insan dan RS Sari Mulia, 2 buah rumah sakit khusus (RS
Jumlah tempat tidur di seluruh rumah sakit mencapai 2.428 tempat tidur
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
lainnya.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
digunakan yaitu:
masyarakat.
kesehatan.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
kebutuhan SDM Kesehatan baik dari segi jumlah, mutu dan penyebaran/
serta tenaga bidan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) yang ditempatkan di
ada di setiap kabupaten. Tenaga Bidan PTT Pusat pada tahun 2016
Perawat dan Tenaga Gizi dan Kesmas, ini merupakan salah satu upaya
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
pendayagunaan.
pelayanan kesehatan.
lengkap.
kesehatan yaitu:
Farmasi
4. Tenaga Gizi.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Akupuntur
Pelaksana Teknis (UPT), Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya baik
TNI/Polri belum memilik data mengenai jumlah dan jenisnya. Tujuan yang
sebagai berikut:
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
akademik
pembangunan.
kesehatan.
Tabel 5.3
Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
sekitar 799 Dokter Umum untuk bertugas di Puskesmas atau Rumah Sakit
banyak terdapat di rumah sakit provinsi dan rumah sakit yang ada di Kota
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 5.4
Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016
kekurangan.
Tabel 5.5
Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Provinsi Kalimantan
Selatan, tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Sakit
1 Tenaga Farmasi 8,96 171 187
Kalimantan Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6
Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi, Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Masyarakat di Prov. Kalimantan Selatan, 2016
Masyarakat
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Lingkungan
Sakit.
Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7
Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8
Jumlah & Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016
memadai dan ditunjang dengan SDM Kesehatan yang cukup baik dari
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
dan mencatat jumlah dan jenis SDM Kesehatan baik berdasarkan strata
1. Tenaga Medis
dan dokter gigi. Berikut ini digambarkan tentang keadaan tenaga dokter di
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 5.4
Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
dengan tahun 2015 jumlah dokter umum di Puskesmas ada 353 orang
dan dokter gigi 117 orang maka pada tahun 2016 terjadi penurunan
dalam keberadaan tenaga medis yakni 351 dokter umum dan 107 dokter
Kalimantan Selatan.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
99
99
100
90
80
70 54
54
60
50 38
40 27
31 38
27 22 41
30 14 23
9 22 41
24 24
20 14 23
10
2 - 11
10 3 9 10 5
13 24
8 24
22
1 4 11
2 1 13 22
- 5 1 8
2 1 3
2 1
Gambar 5.5
Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Rumah Sakit Provinsi dan
Rumah Sakit di Kab/Kota se Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
dokter umum tahun 2016 sebanyak 435 orang, dokter gigi 72 orang dan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
(tahun 2015) ada 264 dokter, umum; 30 dokter gigi dan 274 dokter
600
506
500
400
284
300 250 247 231
200
176 157 177 177
200 138
99 90
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 19 10 11 12 13
KAB/KOTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bidan 2016 159 185 393 159 217 207 229 173 164 212 294 214 285
Bidan 2015 176 99 506 157 200 177 250 90 138 177 247 231 284
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016
Gambar 5.6
Kondisi Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota se
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
2016 sebanyak 2.891 orang maka lebih meningkat dibanding tahun 2015
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
450
400
350 294
283
300 242 253
233
250 198 212 214
187
200 159 146
130
150 111
100
50
-
TANB
BJM BJB BJR TAP HSS HST HSU BAL TJG TALA KTB BTL
U
Series1 159 283 242 130 198 146 233 111 253 212 294 214 187
Series2 175 83 401 150 172 1 221 - 160 126 183 222
Gambar 5.7
Kondisi Tenaga Perawat yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota se
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Kota Banjarbaru. Total jumlah Perawat tahun 2016 sebanyak 4.678 orang
maka jauh lebih meningkat dibanding dengan tahun 2015 yakni 1.894
orang Perawat.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
200.000.000.000
anggaran
180.000.000.000
realisasi
160.000.000.000
140.000.000.000
120.000.000.000
100.000.000.000
186.467.227.650
154.087.007.230
80.000.000.000
60.000.000.000
40.000.000.000
20.000.000.000
milyar empat ratus enam puluh tujuh juta dua ratus dua puluh tujuh ribu
enam ratus lima puluh rupiah). Anggaran Belanja Daerah ini dimanfaatkan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh
Tabel 5.8
Alokasi dan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah & Belanja
Daerah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
180.000.000.000
anggaran
160.000.000.000 realisasi
140.000.000.000
120.000.000.000
100.000.000.000
160.168.989.
129.393.816.
80.000.000.000
60.000.000.000
650
391
40.000.000.000
20.000.000.000
-
delapan juta sembilan ratus delapan puluh sembilan ribu enam ratus lima
ratus sembilan puluh tiga juta delapan ratus enam belas ribu tiga ratus
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
26.500.000.000
anggaran
26.000.000.000 realisasi
25.500.000.000
26.298.238.00
24.693.190.83
25.000.000.000
24.500.000.000
9
24.000.000.000
23.500.000.000
tahun 2016 adalah sebesar Rp. 26.298.238.000,- (Dua puluh enam milyar
dua ratus sembilan puluh delapan juta dua ratus tiga puluh delapan ribu
Pegawai yang terdiri atas : (1) Gaji dan tunjangan (2) Tambahan
dan retribusi daerah. Dari total anggaran sebagai mana tersebut diatas,
(Dua puluh empat milyar enam ratus sembilan puluh tiga juta seratus
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
sembilan puluh ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah) ,- atau
Gambar 5.11
Trend Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2010 sampai dengan 2016
Selatan.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
BAB 6
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
permasalahan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB), gizi
lain yang terkait seperti perilaku merokok, perilaku Buang Air Besar
masyarakat lainnya.
Bayi ini menjadi tanggung jawab bersama lintas program dan lintas
6.2 SARAN
HY