Anda di halaman 1dari 281

PRAKATA

Berkat rahmat, ridho dan hidayah dari Allah SWT, buku “Profil

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017” dapat diterbitkan

sebagai rangkaian penyajian data dan informasi yang dilaksanakan oleh

Subbag Perencanaan dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun

2017 menyajikan data tahun sebelumnya yang diharapkan dapat menjadi

informasi, bahan evaluasi dan proyeksi bagi keperluan pembangunan

kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan.

Penyusunan Profil Kesehatan ini mengunakan data/ informasi yang

diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota se Provinsi Kalimantan

Selatan, data Bidang dan Sekretariat, Seksi dan Subbag di lingkungan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan serta dari berbagai sumber

lainnya di luar lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Berbagai hambatan dan masalah dalam kelengkapan data, ketepatan

waktu dan informasi disepakati penyelesaiannya.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017 ini

merupakan hasil kegiatan tahun 2016 yang dituangkan dalam bentuk

narasi, gambar dan analisis situasi umum serta lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan, situasi derajat kesehatan, situasi sumber daya

kesehatan, situasi upaya pelayanan kesehatan dan lampiran tabel-tabel

yang berisi data rekapitulasi.

i
Diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi

dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/ informasi

yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan, dalam rangka

meningkatkan mutu Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

berikutnya. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan

tenaganya dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2017 ini, kami ucapkan terima kasih dan kontribusinya

semoga dapat menjadi nilai ibadah. Amin.

Banjarmasin, Desember 2017


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan

Dr. H. Muhamad Muslim, S.Pd., M.Kes


NIP.19680311 198903 1 003

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Sistematika Penyajian 5
BAB 2 DESKRIPSI UMUM
2.1 Deskripsi Umum Provinsi Kalimantan Selatan 7
2.1.1 Sejarah Provinsi Kalimantan Selatan 7
2.1.2 Visi dan Misi 10
2.1.3 Kondisi Geografis 18
2.1.4 Kondisi Administrasi Pemerintahan 21
2.1.5 Kondisi Demografi 23
2.1.6 Kondisi Pendidikan dan Sosial Budaya 26
2.1.7 Kondisi Kesehatan Lingkungan 28
2.2 Deskripsi Umum Kabupaten/ Kota 34
2.2.1 Kota Banjarmasin 34
2.2.2 Kota Banjarbaru 43
2.2.3 Kabupaten Barito Kuala 47
2.2.4 Kabupaten Banjar 52
2.2.5 Kabupaten Tapin 56
2.2.6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 60
2.2.7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 63
2.2.8 Kabupaten Balangan 67
2.2.9 Kabupaten Hulu Sungai Utara 72
2.2.10 Kabupaten Tabalong 74
2.2.11 Kabupaten Tanah Laut 78

iii
2.2.12 Kabupaten Tanah Bumbu 81
2.2.13 Kabupaten Kotabaru 85
2.3 Deskripsi Umum Dinas Kesehatan Provinsi 89
2.3.1 Visi dan Misi 89
2.3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi 91
2.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 93
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
3.1 Mortalitas 97
3.1.1 Angka Kematian Neonatal 97
3.1.2 Angka Kematian Bayi 99
3.1.3 Angka Kematian Anak Balita 102
3.1.4 Angka Kematian Ibu 104
3.1.5 Angka Harapan Hidup 109
3.2 Morbiditas 114
3.3 Kesehatan Gizi 165
BAB 4 SITUASI PENCAPAIAN KINERJA
4.1 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat 178
4.2 Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular 192
4.3 Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 203
4.4 Perlindungan Finansial bagi Penduduk 207
4.5 Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat 213
4.6 Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kes. 222
4.7 Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Evaluasi 224
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1 Sarana Kesehatan 228
5.2 Tenaga Kesehatan 234
5.3 Pembiayaan Kesehatan 250
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan 259
6.2 Saran 262
Lampiran

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa se Kalimantan Selatan 21


Tabel 2.2 Kondisi Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan 23
Tabel 2.3 Kondisi Penduduk Kalimantan Selatan Berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur dan Kelompok Umur 25
Tabel 2.4 Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2012-2016 27
Tabel 4.1 Capaian Kinerja Status Kesehatan dan Gizi Masy.
Dinas Kesehatan Prov. Kalsel tahun 2016 178
Table 4.2 Capaian Kinerja Jumlah Kematian Ibu 2011-2016 181
Tabel 4.3 Capaian Kinerja Jumlah Kematian Bayi 2011-2016 184
Tabel 4.4 Capaian Kinerja Penyakit Menular tahun 2016 192
Tabel 4.5 API Malaria Prov. Kalsel tahun 2012-2017 195
Tabel 4.6 Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 203
Tabel 4.7 Perlindungan Finansial bagi penduduk yang
Membutuhkan layanan kesehatan 207
Tabel 4.8 Penduduk memiliki Jaminan kesehatan 2011-2016 209
Tabel 4.9 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Yang membutuhkan Pelayanan Kesehatan, 2011-2016 212
Tabel 4.10 Capaian Kinerja Meningkatnya Ketersediaan,
Penyebaran dan mutu Obat tahun 2016 213
Tabel 4.11 Pemenuhan Kebutuhan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Provinsi Kalsel tahun 2011-2016 215
Tabel 4.12 Cakupan Produk Alat Kesehatan dan PKRT di
Peredaran yang memenuhi syarat kesehatan 217
Tabel 4.13 Capaian Kinerja Jumlah, Jenis, Kualitas, Pemerataan
Tenaga Kesehatan tahun 2016 222
Tabel 4.14 Integrasi Perencanaan, Bimbingan teknis, Pemantau
An-Evaluasi tahun 2016 225

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.15 Rata-rata Capaian Kinerja Dinkes Prov. Kalsel, 2016 227
Tabel 5.1 Jumlah Sebaran Posyandu di Prov. Kalsel tahun 2016 230
Tabel 5.2 Data Sebaran Rumah Sakit se Kalimantan Selatan 233
Tabel 5.3 Jumlah dan rasio Tenaga Medis di Provinsi Kalsel 241
Tabel 5.4 Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan tahun 2016 242
Tabel 5.5 Jumlah dan rasio Tenaga Kefarmasian tahun 2016 243
Tabel 5.6 Jumlah dan rasio Tenaga Gizi, Kesehatan Lingkungan
dan Kesehatan Masyarakat di Prov.Kalsel, 2016 244
Tabel 5.7 Jumlah dan rasio Tenaga Kesehatan tahun 2016 245
Tabel 5.8 Jumlah dan rasio tenaga Keteknisan Medis, 2016 245
Tabel 5.8 Alokasi dan realisasi Anggaran Pendapatan Daerah
Dan Belanja daerah Dinas Kesehatan Prov.Kalsel 252

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 PARISAI Logo Kalimantan Selatan 8


Gambar 2 Peta Provinsi Kalimantan Selatan 20
Gambar 3 Peta Kalimantan Selatan dengan Kabupaten/ Kota 22
Gambar 4 Peta Kota Banjarmasin 34
Gambar 5 Peta Kota Banjarbaru 45
Gambar 6 Peta Kabupaten Barito Kuala 48
Gambar 7 Peta Kabupaten Banjar 53
Gambar 8 Peta Kabupaten Tapin 56
Gambar 9 Peta Kabupaten Hulu Sungai Selatan 61
Gambar 10 Peta Kabupaten Hulu Sungai Tengah 64
Gambar 11 Peta Kabupaten Balangan 68
Gambar 12 Peta Kabupaten Hulu Sungai Utara 72
Gambar 13 Peta Kabupaten Tabalong 75
Gambar 14 Peta Kabupaten Tanah Laut 79
Gambar 15 Peta Kabupaten Tanah Bumbu 82
Gambar 16 Peta Kabupaten Kotabaru 86
Gambar 3.1 Jumlah Kematian Neonatal Kab/Kota tahun 2016 98
Gambar 3.2 Trend Kematian Bayi tahun 2011-2016 100
Gambar 3.3 Jumlah Kematian Bayi per Kab/Kota, 2016 101
Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita per kab/Kota, 2016 103
Gambar 3.5 Trend Kematian Ibu tahun 2011-2016 105
Gambar 3.6 Jumlah Kematian Bumil, Bulin, Bufas, 2016 106
Gambar 3.7 Kematian Ibu per Kelompok Umur 107
Gambar 3.8 Penyebab Kematian Ibu tahun 2016 108
Gambar 3.9 AHH Provinsi Kalsel tahun 2010-2016 110
Gambar 3.10 AHH Kab/Kota Prov.Kalsel tahun 2015-2016 111
Gambar 3.11 IPM Prov. Kalsel tahun 2015-2016 113
Gambar 3.12 Peta Stratifikasi Malaria Prov.Kalsel tahun 2016 115

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.13 API per Kab/Kota Prov.Kalsel tahun 2011-2016 117


Gambar 3.14 Trend API Provinsi Kalsel tahun 2008-2016 118
Gambar 3.15 Kasus HIV dan AIDS di Prov. Kalsel, 2016 120
Gambar 3.16 Jumlah Kasus HIV/AIDS berdasarkan tahun 121
Gambar 3.17 Kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin 122
Gambar 3.18 Kasus HIV/AIDS berdasarkan kel.umur 123
Gambar 3.19 Trend Kasus HIV berdasarkan faktor resiko 125
Gambar 3.20 Trend Kasus AIDS berdasarkan faktor resiko 126
Gambar 3.21 Trend Kasus HIV/AIDS berdasarkan
Status Hidup dan Mati tahun 2016 127
Gambar 3.22 Angka Penjaringan Terduga TB/100.000
Penduduk di Prov. Kalsel tahun 2016 131
Gambar 3.23 CNR di Kab/Kota Prov. Kalsel tahun 2016 132
Gambar 3.24 penemuan Pasien TB Paru berdasarkan
Tipe BTA di Kab/Kota Prov.Kalsel, 2016 133
Gambar 3.25 Pasien TB Paru berdasarkan Tipe BTA di
Provinsi Kalsel tahun 2016 134
Gambar 3.26 Pasien TB Paru berdasarkan Gol.Umur di
Prov. Kalsel tahun 2015-2016 135
Gambar 3.27 Pasien TB Paru berdasarkan jenis kelamin
Di Prov. Kalsel tahun 2014-2016 135
Gambar 3.28 Pasien TB Paru berdasarkan Success Rate
Di Prov. Kalsel tahun 2014-2016 136
Gambar 3.29 Cakupan, Kelengkapan dan Target Penemu
an Kasus Pneumonia Prov. Kalsel, 2016 138
Gambar 3.30 Kasus ISPA berdasarkan Klasifikasi, 2016 139
Gambar 3.31 Prosentase Kasus Pneumonia kel.Umur > 5
Tahun dan Pneumonia < 5 tahun, 2016 140

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.32 Perbandingan Kasus ISPA Kel.Umur > 5


Tahun di Prov. Kalsel, tahun 2016 141
Gambar 3.33 Kasus Pneumonia Bayi, Balita, Usia > 5 tahun
di Provinsi Kalsel, tahun 2016 142
Gambar 3.34 PWS Pneumonia Provinsi Kalimantan Selatan, 2016 143
Gambar 3.35 Peta Kasus Kusta di Kab/Kota Prov. Kalsel, 2016 144
Gambar 3.36 Prevalensi Rate Penyakit Kusta/ 10.000 penduduk 145
Gambar 3.37 CDR Kusta/ 100.000 penduduk tahun 2016 146
Gambar 3.38 Proporsi Tipe MB diantara Penderita Baru , 2016 147
Gambar 3.39 Proporsi Penderita Baru dengan tingkat cacat II 148
Gambar 3.40 Proporsi Wanita diantara penderita Kusta baru 149
Gambar 3.41 Kasus Diare pada Balita di Kalsel tahun 2016 150
Gambar 3.42 Penemuan penderita diare semua golongan umur 151
Gambar 3.43 Kasus kematian akibat Diare Kab/Kota tahun 2016 152
Gambar 3.44 Kasus Gigitan Hewan tersangka rabies berdasarkan
Golongan Umur di Prov. Kalsel tahun 2016 153
Gambar 3.45 Kasus Gigitan Hewan penular Rabies berdasarkan
Jenis Hewan di Prov. Kalsel tahun 2016 154
Gambar 3.46 Kasus Gigitan Hewan penular Rabies per bulan 155
Gambar 3.47 Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies 155
Gambar 3.48 Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies 156
Gambar 3.49 Trend Kasus DBD di Kab/Kota tahun 2006-2016 157
Gambar 3.50 Hasil Cakupan Pelaksanaan POPM di Kalsel 160
Gambar 3.51 Hasil Cakupan POMP Kab/Kota, Kalsel, 2016 161
Gambar 3.52 Cakupan Pemberian Obat Cacing Kab/Kota 161
Gambar 3.53 Distribusi KLB PD3I Prov. Kalsel tahun 2016 163
Gambar 3.54 Peta kasus AFP Kab/Kota, Kalsel tahun 2016 164
Gambar 3.55 Jumlah Sampel Balita dalam PSG tahun 2016 165
Gambar 3.56 Status Gizi Balita berdasarkan Indeks BB/Umur 167

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.57 Status Gizi Balita kelompok Umur 0-23 Bulan 167
Gambar 3.58 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang umur 0-23 bulan 168
Gambar 3.59 Status Gizi lebih per Kab/Kota tahun 2016 168
Gambar 3.60 Masalah Gizi Kurang pada Balita Umur
0-23 Bulan tahun 2015-2016 169
Gambar 3.61Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-59 bulan 170
Gambar 3.62 Masalah Gizi Balita per Kelompok Umur, 2016 170
Gambar 3.63 Distribusi Provinsi Berdasarkan Karakteristik
Masalah Gizi di Provinsi Kalsel tahun 2016 171
Gambar 3.64 Komposit Status Gizi Balita berdasar Indeks TB/U 172
Gambar 3.65 Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun 173
Gambar 3.66 Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun 173
Gambar 3.67 status Ibu hamil Risiko KEK berdasarkan LILA 174
Gambar 4.1 Jumlah Kematian Ibu tahun 2011-2016 182
Gambar 4.2 Jumlah Kematian Bayi tahun 2011-2016 185
Gambar 4.3 API Malarian per 1000 penduduk, 2012-2017 196
Gambar 4.4 Persentase Penduduk memiliki Jaminan Kesehatan 210
Gambar 4.5 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 216
Gambar 4.6 cakupan Produk Alat Kesehatan dan PKRT 218
Gambar 5.1 Jumlah Sebaran Puskesmas di Prov.Kalsel, 2016 229
Gambar 5.2 Strata Posyandu di Prov.Kalsel tahun 2016 231
Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas dan RS di Prov.Kalsel, 2016 231
Gambar 5.4 Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Pkm 247
Gambar 5.5 Keadaan tenaga Medis yang bertugas di RS Prov.
dan RS Kab/Kota se Prov.Kalsel tahun 2016 248
Gambar 5.6 Kondisi Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas 249
Gambar 5.7 Kondisi Tenaga Perawat yang bertugas di Puskesmas
Kab/Kota se Prov. Kalsel tahun 2016 250

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.8 Anggaran Belanja Daerah Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 251
Gambar 5.9 Anggaran Biaya Langsung tahun 2016 256
Gambar 5.10 Anggaran Biaya Tidak Langsung tahun 2016 257

xi
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setingi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025

adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa

dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup

dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata,

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh

wilayah Republik lndonesia.

Indikator derajat kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005 – 2025 ditetapkan

sebagai berikut: a) meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69

tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun di tahun 2025; b) menurunnya

Profil Kesehatan 2017 1


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 perseribu kelahiran hidup pada

tahun 2005 menjadi 15,5 perseribu kelahiran hidup pada tahun 2025; c)

menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 262 perseratus ribu terhitung

dari kehamilan, persalinan dan masa nifas pada tahun 2005 menjadi 74

pada tahun 2025; d) menurunnya angka Balita gizi kurang dari 26% pada

tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025. Pencapaian derajat

kesehatan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan

Selatan tahun 2016, Angka Harapan Hidup di Provinsi Kalimantan Selatan

sebesar 67,92 tahun.

Tahun 2016 ini merupakan tahun pertama dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2016-2021 dan tahun kedua

(Midterm tahun 2015-2019) pelaksanaan pembangunan kesehatan

periode pemerintahan Kabinet Kerja yang diselenggarakan dengan

mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) tahun 2015-2019 dan Renstra Kemenkes 2015-2019, maka

diperlukan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah, terencana,

terpadu dan menyeluruh dalam pelaksanaannya perlu keterlibatan semua

komponen bangsa baik sumber daya kesehatan yang ada di level provinsi

maupun kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.

Visi Pembangunan Kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan

adalah Masyarakat Kalimantan Selatan Sehat, Mandiri dan Berkeadilan

Tahun 2021. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan berusaha

mewujudkan visi tersebut dengan menyelenggarakan pembangunan

Profil Kesehatan 2017 2


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan menganut dan

menjunjung tinggi nilai-nilai pro rakyat, Inklusif, Efektif dan Bersih.

Pembangunan kesehatan yang mampu mendorong kemandirian

masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan berperilaku

hidup sehat dan bersih serta mampu meningkatkan pemberdayaan

masyarakat. dalam mendukung upaya promotif dan preventif serta

aksesibilitas pelayanan kesehatan.

Upaya kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan, non

kesehatan, swasta, pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan serta upaya mengatasi permasalahan kesehatan,

perlu dicatat, dilaporkan dan dikelola dengan baik dalam suatu Sistem

Informasi Kesehatan (SIK). Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang

evidence base diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang

akurat, lengkap dan tepat waktu, guna pengambilan keputusan di semua

tingkat administrasi pelayanan kesehatan.

Salah satu produk dari Program Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan adalah dokumen Profil Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016. Profil Kesehatan ini merupakan salah

satu media yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan

masyarakat di suatu wilayah Kabupaten/ Kota, informasi mengenai hasil

evaluasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, gambaran umum

Profil Kesehatan 2017 3


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dan perilaku penduduk, data pendukung, situasi derajat kesehatan, upaya

kesehatan, sumber daya kesehatan serta pencapaian program-program

kesehatan Kabupaten/ Kota di Kalimantan Selatan.

Penyusunan Profil Kesehatan ini merujuk kepada Undang-undang

Pemerintahan Desa Nomor 23/ 2014 yang diterapkan dan ditindaklanjuti

dengan Peraturan perundang-undangan kesehatan seperti Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota, untuk

mewujudkan hal tersebut dan mengetahui keberhasilan pembangunan

kesehatan maka perlu disajikan dalam bentuk Profil Kesehatan. Profil

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 ini dapat digunakan

sebagai acuan untuk memantau pencapaian indikator pembangunan

kesehatan di daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran situasi dan kondisi derajat kesehatan dan

pencapaian program kesehatan di 13 kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2016 dalam rangka meningkatkan pembangunan

kesehatan di Provinsi kalimantan Selatan

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya deskripsi situasi derajat kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2016.

Profil Kesehatan 2017 4


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2. Diketahuinya pencapaian program kesehatan di Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2016.

3. Tersedianya bahan evaluasi pelaksanaan program kesehatan di

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.

1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian profil ini memuat hal-hal sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan; berisikan maksud dan tujuan pembuatan profil

Bab 2 Deskripsi Umum Provinsi Kalimantan Selatan memuat hal-hal

yang berkaitan dengan sejarah, visi misi Kalimantan Selatan,

kondisi geografi, demografi, sosial budaya, pendidikan,

kesehatan lingkungan, tugas fungsi dan struktur organisasi

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan serta deskripsi

singkat kondisi geografi dan mortalitas dari 13 (tiga belas)

Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun

2016; berisikan tentang indikator kesehatan mengenai angka

kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan hasil

pemantauan status gizi masyarakat.

Bab 4 Situasi Capaian Kinerja dari Upaya Kesehatan dan Pelayanan

Kesehatan; berisikan hasil yang dicapai oleh pembangunan

kesehatan mengenai pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,

Profil Kesehatan 2017 5


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

upaya kesehatan ibu dan anak, upaya perbaikan gizi

masyarakat, pelayanan imunisasi, upaya pengendalian

penyakit, upaya kefarmasian dan alat kesehatan serta layanan

jaminan kesehatan masyarakat.

Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan yang menyajikan tentang

keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan

atau anggaran kesehatan.

Bab 6 Penutup; yang menyajikan kesimpulan tentang keadaan umum

dan pencapaian pembangunan kesehatan serta uraian secara

hipotesis berkaitan dengan masalah yang utama dan penyebab

masalah tersebut.

Lampiran

Profil Kesehatan 2017 6


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 2

DESKRIPSI UMUM

2.1 DESKRIPSI UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2.1.1 Sejarah Provinsi Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari 4 (empat)

Provinsi yang ada di Pulau Kalimantan (dulu disebut pulau Borneo).

Provinsi Kalimantan Selatan ibukotanya Banjarmasin yang semula

bernama Bandarmasih sebagai pusat perdagangan dan sosial ekonomi.

Kota Banjarmasin berada di pinggir Sungai Kwin (disebut juga kampung

Kraton) merupakan basis perlawanan Pangeran Samudera dengan

dibantu Patih Bangkit terhadap kekuasaan pedalaman Nagara Daha.

Pemberontakan Pangeran Samudera merupakan pelopor era kebangkitan

dimulainya periode Islam dan berakhirnya jaman Kerajaan Hindu serta

menjadi pendiri Kerajaan Banjar.

Pangeran Antasari seorang bangsawan Banjar maju sebagai

pejuang bersama rakyat Banjar melawan penjajahan Belanda pada tahun

1859 dan sampai tahun 1905 berakhir karena berhasil ditumpas oleh

kolonialisme Belanda. Pemuda Kalimantan akhirnya termotivasi

membentuk Organisasi Kepemudaan sehingga tahun 1929 terbentuk

Persatuan Pemuda Borneo yang tujuannya melawan penjajahan Belanda.

Periode pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pada

tanggal 16 Oktober 1945 dibentuk Badan Pemuda Republik Indonesia

Profil Kesehatan 2017 7


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kalimantan (BPRIK) yang dipimpin oleh Hadhariyah M dan A.Ruslan

meskipun dalam perjuangannya banyak mengalami hambatan dan

tantangan terutama dengan disepakatinya perjanjian Linggarjati pada

tanggal 15 November 1945 sehingga perjuangan di Kalimantan Selatan

menjadi terbatas dan kehilangan kontak dengan Jakarta ibukota negara.

Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh penjajahan Belanda berhasil

dibubarkan pada tahun 1950 sehingga Kalimantan Selatan kembali

menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai hari ini.

Kalimantan Selatan memiliki lambang daerah yaitu ”PARISAI”

dengan warna dasar merah dan hijau, bergaris sisi dengan warna kuning.

Gambar 1 PARISAI Logo Kalimantan Selatan

Gambar 1 menunjukkan logo Kalimantan Selatan yang disebut

Parisai yakni suatu alat untuk bertahan atau menangkis. Warna kuning

maknanya adalah kesuburan dan harapan di masa yang akan datang

sedangkan warna merah adalah lambang keberanian dan kepahlawanan

Profil Kesehatan 2017 8


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

yang gagah perkasa, menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin

oleh hikmah kebijaksanaan dalam menuju masyarakat adil dan makmur

yang diridhoi Allah Subhanahu Waa Taala. Di dalam Perisai terdapat

lukisan yakni: Bintang berwarna kuning emas adalah Ketuhanan Yang

Maha Esa; Rumah berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli

adalah lambang suatu unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan; warna

hitam adalah lambang bahwa penduduk Kalimantan Selatan memiliki

kebulatan tekad dan keunggulan ke arah pelaksanaan Pembangunan

Nasional; Intan adalah lambang penghasilan daerah Kalimantan Selatan

yang bernilai tinggi; warna putih berkilap memancar adalah lambang jika

Pemimpin Kalimantan Selatan dapat memimpin rakyatnya dengan

sungguh-sungguh maka rakyatnya akan cerdas dan mampu

melaksanakan segala pembangunan menuju kemuliaan dan keagungan

Bangsa Indonesia; Buah Padi dan Batang Karet adalah lambang

penghasilan dan sumber kehidupan penduduk Kalimantan Selatan.

Buah Padi sebanyak 17 buah, Intan dengan 8 (delapan) pancaran

dan batang karet sebanyak 1 pohon dengan bergaris 9 yang tersusun 4 di

sebelah kiri dan 5 di sebelah kanan, merupakan susunan angka 1781945

yaitu hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tulisan Waja Sampai

Kaputing adalah lambang bahwa penduduk Kalimantan Selatan tekun,

jika mengerjakan suatu hal sampai tuntas tidak berhenti di tengah jalan.

Profil Kesehatan 2017 9


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2.1.2 Visi dan Misi

Bertitik tolak dari berbagai kondisi pembangunan yang dihadapi

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2015, maka dibutuhkan solusi-

solusi strategis untuk mengatasinya selama lima tahun mendatang maka

untuk itu Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan memiliki Visi

Pembangunan dalam kurun 2016-2021 yang ditetapkan sebagai visi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2016-2021 yaitu:

“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera,

Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing.”

Visi tersebut secara umum mengandung pengertian “Pembangunan

Biru (blue development) Menuju Kedaulatan dan Kemapanan

Berkelanjutan”, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pembangunan Biru (blue development) adalah pembangunan yang

memperhatikan keberadaan sumberdaya, mempertahankan

keragaman (biodiversity), inovasi dan penciptaan lapangan kerja

sekaligus melakukan upaya-upaya penyelamatan lingkungan

(konservasi) dan meningkatkan jasa-jasa lingkungan.

2. Ekonomi biru (blue economy) yaitu sistem ekonomi berbasis inovasi

yang memanfaatkan SDA secara produktif dan efisien, tidak

menghasilkan limbah dan emisi; dan pada saat yang sama mampu

menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pertumbuhan ekonomi

berkualitas dan tidak memerlukan biaya tinggi. Di dalam Ekonomi

Profil Kesehatan 2017 10


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Biru (blue economy) mengandung beberapa prinsip antara lain: (1)

Pemerataan distribusi kesejahteraan yaitu mengupayakan distribusi

kesejahteraan yang adil didalam suatu daerah untuk mengurangi

perbedaan antara si kaya dan si miskin dan mencapai keadilan

sosial serta ekonomi yang berkelanjutan; (2) Ekuitas dan keadilan

ekonomi; (3) Ekuitas antar generasi; (4) Pendekatan pencegahan

yaitu melalui identifikasi resiko terhadap lingkungan, dampak

lingkungan dan mencegah degradasi lingkungan; (5) Hak untuk

berkembang untuk semua komponen; (6) Adanya kerjasama

internasional; (7) Informasi, partisipasi dan akuntabilitas; (8) Adanya

konsumsi dan produksi berkelanjutan; (9) Strategis, terkoordinasi

dan terintegrasi untuk memberikan perencanaan pembangunan

berkelanjutan, ekonomi hijau dan pengentasan kemiskinan; (10)

Mendefinisikan kembali kesejahteraan; (11) Kesetaraan gender; (12).

Menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah polusi dari setiap

bagian dari lingkungan.

3. Kedaulatan dan Kemampuan Berkelanjutan; yaitu Pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) yang memperhatikan

keseimbangan antara pencapaian aspek pertumbuhan ekonomi

(economy growth), sekaligus memperhatikan pemerataan

kesejahteraan (social equity) dan kelestarian dan keberlanjutan

lingkungan (ecological sustainablity) yang dikenal dengan the living

triangle.

Profil Kesehatan 2017 11


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

4. Ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan adalah kondisi

terpenuhinya Pangan bagi daerah sampai dengan perseorangan,

yang tercermin dari tersedianya pangan dan energi yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, beragama, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan, yang didefinisikan sebagai berikut :

a. Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa

dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam

negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan

yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,

ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

b. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang

secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin

hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi

masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai

dengan potensi sumber daya lokal.

c. Ketahanan pangan adalah suatu upaya meningkatkan

ketersediaan pangan, mengembangkan diversifikasi pangan,

mengembangkan kelembagaan pangan, dan mengembangkan

usaha pengelolaan pangan.

Profil Kesehatan 2017 12


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan,

Berkelanjutan, Berdikari dan Berdaya Saing” Visi tersebut mengandung

makna bahwa kondisi Kalimantan Selatan pada tahun 2021 berada dalam

kondisi mapan, yang berarti (baik, tidak goyah, stabil). Kondisi

pembangunan yang mapan di suatu daerah/ wilayah adalah

pembangunan yang dapat memenuhi keperluan generasi masa kini tanpa

mengabaikan generasi yang akan datang.

Pembangunan yang mapan terkait dengan penekanan pada daya

tampung dan daya dukung. Definisi di atas dapat dilihat dari faktor

lingkungan, masa depan dan keadilan sedangkan aspek-aspek

kemapanan tersebut dapat dilihat dari segi: Kemapanan Ekonomi,

Kemapanan Ekologi, Kemapanan Sosial, Kemapanan Budaya,

Kemapanan Pertanian, Kemapanan dalam berpolitik, Kemapanan dalam

kehidupan beragama, dan sebagainya. Diharapkan kemandirian dan

keterdepanan dimaksud, akhirnya akan berdampak terhadap perwujudan

kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan.

Mapan yang terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu Mandiri dan Terdepan,

yang mengandung pengertian:

1. Mandiri

Mandiri adalah terwujudnya kemampuan atau keberdayaan yang

dapat membangun, dan memelihara kelangsungan hidup, berlandaskan

kekuatannya sendiri. Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat haruslah

Profil Kesehatan 2017 13


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dijalankan bersamaan dengan peningkatan kemandirian baik secara

ekonomi dan sosial, yang dapat dilihat antara lain : Kemandirian dari segi

pembiayaan pembangunan, Kemandirian dari segi ketahanan pangan,

Kemandirian dari segi ketahanan energi.

2. Terdepan

Terdepan mempunyai arti paling depan, terdahulu atau utama. Kata

ini menunjukkan semangat bagaimana Kalsel yang selama ini di

anonimkan dengan kata kalah selalu, untuk bangkit menjadi salah satu

provinsi termaju di regional Kalimantan, bahkan juga secara nasional

maka diperlukan adanya semangat dan kerja yang luar biasa dari seluruh

komponen aparat pemerintah daerah, serta seluruh komponen

masyarakat lainnya. Terdepan dapat diartikan dan dilihat dengan tingkat

pencapaian indikator-indikator pembangunan daerah yang dapat diraih

minimal mendekati rata-rata nasional, dan bahkan diharapkan ke

depannya bisa berada di atas rata-rata nasional.

Selanjutnya untuk mendukung Kalimantan Selatan yang Mapan

(Mandiri dan Terdepan) dimaksud, terdapat lima elemen utama

pembangunan yaitu: aspek berdikari, aspek berdaya saing, aspek

sejahtera, aspek berkeadilan, dan aspek berkelanjutan. Penjelasan dari

masing-masing elemen adalah sebagai berikut:

1. Berdikari

Berdikari merupakan kemampuan daerah untuk melaksanakan dan

memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya, terutama dalam hal

Profil Kesehatan 2017 14


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

penyediaan kebutuhan pangan, energi, air bersih, serta pendidikan,

kesehatan. Peningkatan kemandirian dapat diwujudkan oleh pemerintah

provinsi dengan berbagai program pembangunan daerah untuk mengatasi

kemiskinan dan pengangguran. Sampai saat ini kemiskinan dan

pengangguran adalah hal yang berhubungan langsung dengan masalah

pembangunan. Pemerintah harus mengembangkan sektor yang padat

karya dengan tujuan untuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan

masyarakat dengan alat ukur Mandiri Pengangguran (TPT), kemiskinan

(jumlah dan tingkat kemiskinan) dan pemerataan pembangunan (Gini

Rasio).

2. Berdaya Saing

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang

dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat

bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan

berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan

dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap

persaingan eksternal. Provinsi Kalimantan Selatan pada periode ketiga

RPJPD ingin mengembangkan tentang agrobisnis, hal ini dikarenakan

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu lumbung padi

Nasional. Agrobisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau

bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir.

Agrobisnis terbagi dalam dua bidang yaitu peternakan dan budidaya. Di

bidang peternakan misalnya, terdapat hewan-hewan yang bisa diambil

Profil Kesehatan 2017 15


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, itik, bebek dan

lain-lain. Sementara pada bidang budidaya, banyak jenis tanaman pangan

yang dapat dibudidayakan, seperti durian, jeruk, rambutan, pepaya, dan

lain-lain. Upaya pengembangan usaha pertanian dan turunannya

berorientasi pada peningkatan produktivitas, kreatifitas dan inovatif,

dengan memanfaatkan teknologi dan kualitas SDM masyarakat dalam

mengelola sumber daya alam yang diukur dari pengeluaran konsumsi

rumah tangga baik pangan dan non pangan.

3. Berkeadilan

Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera yang merata, materil dan spiritual berdasarkan

Pancasila. Dikarenakan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan

masih terpusat di kota Banjarmasin, maka pembangunan di Provinsi

Kalimantan Selatan belum dapat dikatakan berkeadilan bagi seluruh

masyarakat Povinsi Kalimantan Selatan. untuk itu wilayah lainnya juga

perlu dikembanngkan selanjutnya walaupun sektor pertanian

mendominasi roda perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan tetapi

sektor lainnya tetap juga dikembangkan agar dapat menyerap tenaga

kerja dan berperan serta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,

yang ditunjang dengan Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di

semua bidang pembangunan

4. Sejahtera

Profil Kesehatan 2017 16


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam

pembangunan. Pemerintah didalam setiap implementasi kebijakan selalu

menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Ada

beberapa indikator yang bisa dijadikan landasan bahwa kesejahteraan

masyarakat mengalami penurunan. Indikator tersebut adalah terjadi

perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat Inflasi

terutama untuk kelompok makanan, gagalnya kebijakan dan program

pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat akibat ditundanya atau

dihilangkannya program sosial.

5. Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan,

kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip “memenuhi

kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan

generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi adalah

bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan

kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Hal tersebut di

atas terkandung dua gagasan penting yaitu gagasan kebutuhan,

khususnya kebutuhan esensial kaum miskin yang harus diberi prioritas

utama dan gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi

dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan kini dan hari depan.

Profil Kesehatan 2017 17


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2.1.3 Kondisi Geografis

Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari kawasan dataran

rendah di bagian Barat dan Timur serta dataran tinggi di bagian tengah.

Kawasan dataran rendah berupa lahan gambut dan rawa serta sejumlah

aliran sungai yang kaya akan sumber keanekaragaman flora dan fauna.

Provinsi Kalimantan Selatan mendapat julukan wilayah Seribu Sungai

karena wilayahnya dialiri oleh banyak sungai dan sebagian penduduk

menggantungkan hidupnya dari sungai bahkan melakukan jual beli di

sungai sehingga dinamakan pasar terapung.

Sungai yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 62

sungai. Sungai-sungai besar berfungsi sebagai sarana transportasi yang

penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Sungai Barito

yang panjangnya sekitar 900 km merupakan sungai terbesar yang

mempunyai beberapa anak sungai. Sungai-sungai tersebut pada

umumnya berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut

Jawa dan Selat Makasar.

Kawasan dataran tinggi sebagian besar masih merupakan hutan

tropis yang memiliki berbagai kekayaan alam berupa barang tambang

galian seperti batubara, minyak, pasir kwarsa, biji besi dan lainnya.

Wilayah Kalimantan Selatan dapat dibagi dalam bentuk morfologi daratan

aluvia, bukit dan pegunungan. Wilayah ini didominasi oleh morfologi

Profil Kesehatan 2017 18


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dataran yaitu 33,89 persen dan pegunungan seluas 33,56 persen. Daerah

pegunungan yang disebut pegunungan Meratus terdiri dari beberapa

gunung tak berapi dengan gunung tertinggi adalah gunung Baru Besar

dengan ketinggian 1.892 meter. Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-

rawa tergenang air disamping pengaruh musim hujan dan musim kemarau

sehingga iklimnya tropis. Suhu rata-rata antara 25 samapai 38 derajat,

curah hujan rata-rata 277,9 mm per bulan dengan jumlah hari hujan 156

hari selama setahun. Posisi geografis Provinsi Kalimantan Selatan amat

strategis karena berada di pusat kepulauan Nusantara. Situasi dan kondisi

ini sangat memungkinkan sebagai pusat rujukan kesehatan regional di

kawasan pulau Kalimantan.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari

luas pulau Kalimantan secara keseluruhan atau sama dengan 38.744,23

km2 dan setara dengan 1,96% dari luas Indonesia. Provinsi Kalimantan

Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin, secara geografis terletak di

posisi antara 114 19o13” – 116 33o28” Bujur Timur dan 1 21o 49”– 4 10o

14” Lintang Selatan. Batas – batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

adalah sebagai berikut: sebelah Utara dengan Propinsi Kalimantan Timur,

sebelah Timur dengan Selat Makasar, sebelah Selatan dengan Laut Jawa

dan sebelah Barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah. Peta Provinsi

Kalimantan Selatan dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Profil Kesehatan 2017 19


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Profil Kesehatan 2017 20


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 2 Peta Provinsi Kalimantan Selatan

2.1.4 Kondisi Administrasi Pemerintahan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan

Undang-undang No.5 tahun 1956. Saat ini secara administrasi wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 13 Kabupaten/ Kota yaitu 11

Kabupaten dan 2 Kota, 152 Kecamatan dan 2010 Kelurahan/ Desa (142

Kelurahan dan 1.866 Desa).. Kabupaten Banjar merupakan wilayah yang

paling banyak memiliki desa di wilayahnya tampak pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan dan Desa Se Kalimantan Selatan Tahun 2016

No Kabupaten/Kota Jumlah
Kecamatan Desa
Tanah Laut 11 135
1
Kotabaru 21 206
2
Banjar 19 290
3
Barito Kuala 17 201
4
Tapin 12 135
5
Hulu Sungai Selatan 11 148
6
Hulu Sungai Tengah 11 169
7
Hulu Sungai Utara 10 219
8
Tabalong 12 131
9
Tanah Bumbu 10 150
10
Balangan 8 154
11
Banjarmasin 5 52
12
Banjarbaru 5 20
13

Profil Kesehatan 2017 21


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Jumlah 152 2010


Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/ Kota

Gambar 3 Peta Kalimantan Selatan dengan Kabupaten/Kota

Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa ibukota Kabupaten Barito

Kuala adalah Marabahan; Banjarmasin ibukota Kota Banjarmasin;

Banjarbaru ibukota Kota Banjarbaru; Martapura ibukota Kabupaten

Banjar; Rantau ibukota Kabupaten Tapin; Kandangan ibukota Kabupaten

hulu Sungai Selatan; Barabai ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah;

Paringin ibukota Kabupaten Balangan; Amuntai ibukota Kabupaten Hulu

Sungai Utara; Tanjung ibukota Kabupaten Tabalong; Pelaihari ibukota

Profil Kesehatan 2017 22


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten Tanah Laut; Batulicin ibukota Kabupaten Tanah Bumbu dan

Kotabaru ibukota Kabupaten Kotabaru.

2.1.5 Kondisi Demografi

Tabel 2.2
Kondisi Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

No Kab/Kota Jumlah Jumlah Rata-rata Kepadatan


penduduk Rumah jiwa per penduduk
Tangga rumah per km2
tangga
1 Banjarmasin 675.440 165.044 4,09 6860,04

2 Barito Kuala 302.304 72.167 4,19 100,87

3 Banjarbaru 241.369 54.486 4,43 649,89

4 Banjar 563.062 153.202 3,68 120,61

5 Tapin 184.330 47.355 3,89 84,75

6 HSS 224.474 20.471 10.97 124,37

7 HST 263.376 68.802 3,83 148,74

8 Balangan 125.534 35.244 3,56 66,83

9 HSU 208.607 54.866 3,80 233,68

10 Tabalong 243.477 70.644 3,45 68,10

11 Tanah Laut 329.299 126.618 2,60 90,68

12 Tanah Bumbu 309.380 94.164 3,29 61,06

13 Kotabaru 3.996.475 68.085 4,79 34,58

Jumlah 3.996,479 1.031,148 3,88 104

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten / Kota tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 23


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa jumlah penduduk Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016 adalah 3.996.479 jiwa (data Badan Pusat

Statistik Kabupaten/ Kota). Jumlah penduduk tahun 2016 dibandingkan

dengan jumlah penduduk tahun sebelumnya (2015) yang berjumlah

3.989.793 jiwa maka laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan

Selatan adalah sebesar 1,67 atau kategori sedang (Rendah 0-1%,

Sedang 1-2%, Tinggi >2%). Rata-rata kepadatan penduduk Kalimantan

Selatan tahun 2016 tercatat sebesar 104 jiwa per kilometer persegi, berarti

juga lebih padat dibanding dengan tahun sebelumnya yakni 101 jiwa per

kilometer persegi. Kota Banjarmasin merupakan kota yang terpadat

penduduknya setelah Kota Banjarbaru dan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Berdasarkan jenis kelamin, terjadi perbedaan jumlah penduduk

dimana penduduk Provinsi Kalimantan Selatan didominasi jenis kelamin

laki-laki sebanyak 1.836.739 jiwa dan 1.790.406 perempuan sedangkan

dilihat dari proporsi jumlah penduduk terbesar berada pada kelompok

umur 5-9 tahun yang merupakan usia anak sekolah dan kelompok umur

50-54 tahun yang disebut kelompok pra lansia. Kedua kelompok umur

tersebut termasuk usia rentan terhadap berbagai penularan penyakit

menular maupun penyakit tidak menular.

Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) merupakan angka

yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas

penduduk usia non produktif di Provinsi Kalimantan Selatan yakni sebesar

49 yang berarti bahwa setiap 100 orang kelompok produktif harus

Profil Kesehatan 2017 24


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

menanggung 49 orang dari kelompok tidak produktif. Berdasarkan angka

tersebut maka beban tanggungan kelompok usia produktif di Provinsi

Kalimantan Selatan adalah tinggi, diperjelas dengan tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3
Kondisi Penduduk Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis kelamin,
Umur dan Kelompok Umur tahun 2016

KELOM JUMLAH PENDUDUK


N POK LAKI-LAKI+
O UMUR RASIO JENIS
LAKI-LAKI PEREMPUA PEREMPUA
(TAHUN) KELAMIN
N N
1 2 3 4 5 6

1 1 3
1 0-4 106.48
83,788 72,604 56,392
1 1 3
2 5-9 106.57
88,917 77,274 66,191
1 1 3
3 10 - 14 106.43
71,850 61,473 33,323
1 1 3
4 15 - 19 104.04
67,230 60,742 27,972
1 1 3
5 20 - 24 100.37
62,519 61,926 24,445
1 1 3
6 25 - 29 99.86
70,654 70,897 41,551
1 1 3
7 30 - 34 101.75
63,140 60,328 23,468
1 1 3
8 35 - 39 103.80
55,362 49,676 05,038
1 1 2
9 40 - 44 104.82
32,141 26,060 58,201
1 1 2
10 45 - 49 105.08
06,694 01,537 08,231
8 7 1
11 50 - 54 107.79
5,594 9,410 65,004
5 5 1
12 55 - 59 110.51
5,594 0,309 05,903
3 4 8
13 60 - 64 89.06
8,017 2,688 0,705
2 2 5
14 65 - 69 86.36
5,226 9,210 4,436
1 2 3
15 70 - 74 71.35
6,289 2,831 9,120
1 2 3
16 75+ 58.53
3,717 3,436 7,153

Profil Kesehatan 2017 25


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

7 5 1
17 TT 140.00
2
1 1 3
JUMLAH 102.59
1,836,739 1,790,406 3,627,145
Angka Beban Tanggungan (dependency ratio) sebesar 49

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan hasil SP 2010 Final

2.1.6 Kondisi Pendidikan dan Sosial Budaya

Potensi Sumber Daya Manusia antara lain dapat dilihat dari

jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk. Kualitas

pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan

kualitas hidup. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan dalam

menerima informasi kesehatan, memahami, melaksanakan dan

menginformasikan kembali pengetahuan yang didapat kepada orang lain

(health literacy). Kemampuan membaca dan menulis merupakan

keterampilan minimum yang diperlukan penduduk agar dapat berperilaku

hidup sehat dan mandiri.

Salah satu capaian dalam bidang pendidikan yaitu Angka

Partisipasi Sekolah (APS) yaitu merupakan ukuran daya serap lembaga

pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indicator

dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas

pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS

semakin besar jumlah penduduk yang berkesemapatan mengenyam

pendidikan namun demikian meningkatnya APS tidak selalu diartikan

sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk

mengenyam pendidikan.

Profil Kesehatan 2017 26


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2016 pada tingkat Sekolah Dasar, SLTP dan SLTA, dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4
Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2012-2016

APS Kalsel tahun 2012-2016

Kalsel 2012 2013 2014 2015 2016

APS SD 97.85 98.76 99.24 99.43 99.48

APS SLTP 85.62 86.6 91.83 91.91 92.21

APS SLTA 58.16 60.19 67.18 67.49 67.91

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Tabel 2.4 di atas menampilkan Angka Partisipasi Sekolah

Kalimantan Selatan sejak tahun 2012 sampai tahun 2016, dimana pada

tahun 2016 Angka Partisipasi Sekolah Kalimantan Selatan mengalami

kenaikan dibanding tahun sebelumnya, APS SD, APS SLTP maupun APS

SLTA. Hal ini mengindikasikan penduduk Kalimantan Selatan sudah

banyak yang mampu mengakses fasilitas pendidikan terutama pendidikan

Sekolah Dasar.

Data BPS Kalimantan Selatan tahun 2016 menginformasikan

bahwa jumlah Sekolah Dasar di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

ada 2.902 buah; jumlah TK ada 2.425 buah; jumlah Madrasah Ibtidaiyah

ada 552 buah; jumlah SLTP sebanyak 583 buah; jumlah Madrasah

Profil Kesehatan 2017 27


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Tsanawiyah ada 330 buah; jumlah SMU ada 185 buah; jumlah SMK ada

120 buah dan jumlah Madrasah Aliyah ada 147 buah. Semua sekolah

tersebut berada di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan

Kabupaten/ Kota se Kalimantan Selatan.

Kehidupan sosial budaya penduduk Kalimantan Selatan sangat

dipengaruhi oleh beranekaragam suku bangsa, dominan budaya Suku

Banjar yang merupakan penduduk asli diikuti Melayu Jawa, Dayak

Bakumpai, Dayak Baraki, Dayak Maanyan, Dayak Lawangan, Dayak Bukit

Ngaju, Bugis, Madura, etnis Cina dan Arab Keturunan. Kehidupan

penduduk umumnya bersifat agamis dan sebagian besar memeluk agama

Islam selain itu untuk memupuk rasa solidaritas serta saling menghormati

antar agama maka telah dibangun tempat-tempat ibadah sesuai

kepercayaan yang dianut penduduk Kalimantan Selatan, baik oleh

pemerintah maupun swadaya masyarakat. Jumlah penganut agama

Islam: 96,67%, Protestan: 1,32%, Katolik: 0,44%, Hindu: 0,44%,

Budha:0,32% dan lain-lain: 0,8% (BPS Kalimantan Selatan, tahun 2016) .

Jumlah penduduk miskin di Provinsi kalimantan Selatan tahun 2016

sebanyak 195.700 jiwa menurun dibandingkan tahun 2015 yakni

sebanyak 198.450 jiwa. Kemiskinan adalah dimana terjadi ketidak

mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,

tempat berlindung, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.

2.1.7 Kondisi Kesehatan Lingkungan

Profil Kesehatan 2017 28


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sasaran lingkungan sehat adalah tercapainya pemukiman

lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. Kondisi wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas banyak anak sungai yang

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi dan sumber

air untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK). Perilaku menggunakan

air sungai sebagai sumber MCK inilah yang menyebabkan rawannya

terjadi water born disease dan water based disease seperti penyakit diare,

tipus, disentri dan gangguan gigi. Ketika musim hujan hampir seluruh

wilayah digenangi air sedangkan pada waktu musim kemarau, air sungai

tercemar air laut sehingga air sungai menjadi asin dan terjadi peningkatan

kasus penyakit saluran pencernaan tersebut.

Kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan baik syarat

fisik, bakteriologi dan kimia sebesar 85,43% dari 2.739 sampel yang telah

diperiksa oleh penyelenggara air minum (359.803 buah) pada tahun 2016.

Penduduk Kalimantan Selatan yang memiliki akses berkelanjutan

terhadap air minum yang layak tahun 2016 sebanyak 2.576.212 jiwa

(64,98%). Daerah yang penduduknya termasuk masih rendah dalam

akses berkelanjutan air minum yang layak adalah Kabupaten Tanah

Bumbu (18, 85%), Kabupaten Tabalong (25,66%) dan Kabupaten Tapin

(29,86%). Penduduk di wilayah tersebut cenderung menggunakan sumur

gali terlindungi dan perpipaan.

Sebagian besar sumber air minum rumah tangga terus mengalami

peningkatan dan sarana air bersih atau perpipaan dari PDAM dan

Profil Kesehatan 2017 29


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BPSPAM yang memenuhi syarat ada sebanyak 307 buah yang digunakan

oleh penduduk sebanyak 1.444.988 jiwa. Sebagian besar penduduk

lainnya memanfaatkan air bersih dari jaringan bukan perpipaan seperti

penampungan air hujan (2.518 buah), sumur gali dengan pompa (19.471

buah), sumur gali yang terlindung (133.707 buah), terminal air (938

buah), mata air terlindungi (4.483 buah) dan sumur bor dengan pompa

(36.667 buah). Penduduk Kalimantan Selatan yang akses terhadap

Jamban Sehat pada tahun 2016 sebesar 61,8% atau 2.458.488 jiwa. Jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah penduduk yang akses

terhadap Jamban Sehat hanya 33,2% maka pada tahun 2016 ini

mengalami peningkatan. Sebagian besar penduduk Kalimantan Selatan

sudah menggunakan jamban sehat yakni 87,35% menggunakan jamban

leher angsa, 92,41% memanfaatkan jamban komunal, 72,96%

menggunakan jamban plengsengan dan sebanyak 67,18% penduduk

tahun 2016 masih menggunakan jamban cemplung. Kabupaten Kotabaru

termasuk daerah yang memiliki akses rendah terhadap jamban leher

angsa karena sebagian besar wilayahnya terdiri atas pantai dan lautan

sehingga ada kecenderungan menggunakan jamban plengsengan dan

cemplung.

Limbah terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan adalah limbah

rumah tangga termasuk sampah. Sarana pembuangan limbah cair seperti

air buangan bekas cucian tidak tersedia karena kondisi geografis berawa-

rawa sehingga limbah rumah tangga langsung di buang ke tanah atau ke

Profil Kesehatan 2017 30


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

sungai dekat rumah. Limbah industri seperti perhotelan, rumah makan

yang terletak di pusat kota umumnya sudah termasuk dalam perpipaan

dari PT PAL Banjarmasin dan pembangunan instalasi air limbah

merupakan program ISSDP.

Sampah yang berasal dari pusat perdagangan dan rumah tangga di

Provinsi Kalimantan Selatan biasanya ditempatkan pada tempat

pembuangan Sampah Sementara (TPS) sedangkan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) umumnya berada di luar Kota Banjarmasin. Pengelolaan

sampah rumah tangga biasanya dilakukan dengan cara dibakar dan

diangkut oleh petugas pengambil sampah ke rumah-rumah penduduk,

selain itu sampah juga dapat dibuat kompos, ditimbun dalam tanah

bahkan ada yang dibuang sembarang ke dalam sungai atau ke laut.

Rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 522.245 buah

(53,68%) dari 972.829 rumah yang dibina tahun 2016. Prosentase

tertinggi rumah sehat ada di Kota Banjarbaru (87,39%) dan terendah di

Kabupaten Kotabaru (22,19%). Daerah yang memiliki desa Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) adalah Kota Banjarmasin, Kabupaten

Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Utara,

Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut.

Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu

diikuti dengan perilaku yang hyginies untuk mencapai tujuan kesehatan,

melalui pelaksanaan STBM. Pembangunan kesehatan, sektor air minum,

sanitasi dan hyginies merupakan satu kesatuan dalam prioritas

Profil Kesehatan 2017 31


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada upaya promotif-

preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran

MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air

minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total

berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program

untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan

masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka

mencapai MDGs.

Pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu: Stop buang air

besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan

makanan yang aman di rumah tangga, pengelolaan sampah dengan

benar dan pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap

kegiatan STBM, hal ini tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 tahun

2010 yang mempertegas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor

132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan STBM adalah untuk

mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku hyginies dan

sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3 (tiga) komponen

strategi yaitu:

a. Menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksanannya kegiatan

STBM melalui :

Profil Kesehatan 2017 32


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1) Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku

kepentingan secara berjenjang;

2) Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di daerah; dan

3) Meningkatkan kemitraan multi pihak.

b. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi melalui peningkatan

kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk

sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan pemicuan perubahan

perilaku komunitas:

1) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih

teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat; dan

2) Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader)

untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat

dan mengembangkan system penghargaan kepada masyarakat

untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan STBM melalui

dekelerasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).

c. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan kapasitas produksi

swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi, yaitu melalui

pengembangan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi,

pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.

Suatu desa/ kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM

didasarkan pada kondisi: Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan

di salah satu dusun dalam desa/ kelurahan tersebut; Adanya masyarakat

yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM baik

Profil Kesehatan 2017 33


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari intervensi

STBM; Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka

mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang

telah disepakati bersama.

2.2 DESKRIPSI UMUM KABUPATEN/ KOTA

2.2.1 Kota Banjarmasin

Profil Kesehatan 2017 34


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Semboyan Kota Banjarmasin adalah Kayuh Baimbai atau

Mendayung Bersama-sama. Secara geografis Kota Banjarmasin terletak

antara 3°16´46˝ derajat dan 3°22´54˝ derajat lintang selatan serta

114°31´40˝ derajat dan 114°39´55˝ derajat bujur timur, pada ketinggian

0,16 m di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berawa dan

relatif datar, pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air.

Gambar 4 Peta Kota Banjarmasin

Profil Kesehatan 2017 35


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 4 menunjukkan bahwa wilayah Kota Banjarmasin berada

di sebelah selatan dari wilayah Provinsi kalimantan Selatan, dengan luas

98,46 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala; Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Banjar; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Barito Kuala dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar.

Kota Banjarmasin terdiri dari 5 Kecamatan dengan 52 kelurahan yakni:

Kecamatan Banjarmasin Utara dengan 10 Kelurahan (luas 16,54 km²);

Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan 12 Kelurahan (luas 38,27 km²);

Kecamatan Banjarmasin Barat dengan 9 Kelurahan (luas 13,13 km²);

Kecamatan Banjarmasin Timur dengan 9 Kelurahan (luas 23,86 km²) dan

Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan 12 Kelurahan (6,66 km²)

Penduduk Kota Banjarmasin merupakan yang terpadat

dibandingkan dengan seluruh kabupaten/Kota lainnya di Provinsi

Kalimantan Selatan. Kepadatan penduduk Kota Banjarmasin dari tahun

ke tahun selalu mengalami peningkatan sejalan dengan terjadinya

pertumbuhan penduduk Kota Banjarmasin yang selalu mengalami

peningkatan. Laju pertumbuhan penduduk Kota Banjarmasin tahun 2014

sampai tahun 2015 mencapai 1,72%.

Jumlah masyarakat miskin di Kota Banjarmasin tahun 2016, secara

keseluruhan ada sebanyak 125.640 jiwa, yang terdaftar sebagai peserta

Jaminan Kesehatan Nasional dengan status Penerima Biaya Iuran dari

Pemerintah (PBI) sebanyak 102.743 jiwa (81,8%), masyarakat miskin

Profil Kesehatan 2017 36


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

yang dijamin kesehatannya secara integrasi ada sebanyak 7.323 jiwa

(5,8%) dan masyarakat miskin yang belum memiliki jaminan kesehatan

ada sebanyak 15.574 jiwa (12,4%).

Pembangunan kesehatan Kota Banjarmasin diarahkan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota

Banjarmasin yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pemerintah Kota

Banjarmasin sampai dengan tahun 2016 berupaya untuk mempercepat

Pembangunan kesehatan sejalan dengani visi dan misi Walikota

Banjarmasin yaitu “Kayuh Baimbai Menuju Banjarmasin BAIMAN

(Bertaqwa, Aman, Indah, Maju, Amanah Dan Nyaman)”.

Angka Kematian Bayi di Kota Banjarmasin masih fluktuatif, pada

tahun 2011 naik 32,75 % dibandingkan tahun 2010, kemudian turun 11,

69 % dari tahun 2012, pada tahun 2013 naik kembali sekitar 23,52 %

dibandingkan tahun 2012 dan pada tahun 2014 turun sebesar 13,10 %

dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015 jumlah absolut kematian bayi

ada 55 kasus turun 24,66 % dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2016

turun 20,0 % dari tahun 2015 jumlah absolut kematian bayi tahun 2016

adalah 44 kasus. Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi

antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.

Bayi lahir mati adalah kematian yang terjadi pada bayi yang dilahirkan

yang ditandai dengan tidak adanya satupun tanda-tanda kehidupan pada

saat atau setelah kelahiran.

Profil Kesehatan 2017 37


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Selama beberapa tahun terakhir kematian bayi yang terbanyak

adalah disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kemudian

terbanyak kedua oleh Asfiksia serta faktor lain-lain seperti infeksi, kelainan

kongenital, hipotermi dan aspirasi. Fakta di Indonesia menunjukkan

tingginya tingkat malnutrisi pada ibu hamil, berdasarkan Riskesdas 2013

terdapat 37,1% ibu hamil anemia dan 38,5% ibu hamil KEK. Kekurangan

gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin,

menimbulkan keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan, mati dalam

kandungan dan lahir dengan BBLR selain itu juga ibu dapat mengalami

resiko perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu. BBLR juga

dipengaruhi oleh usia ibu pada saat hamil (terlalu muda dan terlalu tua).

Jarak kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun juga merupakan

resiko penyebab BBLR, faktor resiko lain seperti jumlah anak terlalu

banyak/faktor paritas ibu dan penyakit penyerta juga merupakan faktor

resiko yang sangat berpengaruh pada kejadian berat bayi lahir rendah.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status

kesehatan masyarakat yang terkait dengan berbagai indikator kesehatan

dan indikator pembangunan lainnya. AKB sangat sensitif terhadap

ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan/perawatan antenatal

dan post-natal. Disamping itu, AKB juga berhubungan dengan lingkungan

dan sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga, jumlah anggota

keluarga dan pendidikan ibu, jadi AKB juga memiliki keterkaitan dengan

dengan faktor-faktor pembangunan umum tingkat AKB tidak hanya

Profil Kesehatan 2017 38


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

menggambarkan keberhasilan pembangunan sektor kesehatan tetapi juga

bagian dari keberhasilan dari pembangunan sektor umum. Ada beberapa

hal yang menyebabkan Angka Kematian Bayi di Kota Banjarmasin yang

fluktuatif antara lain :

1. Penduduk Kota Banjarmasin sangat heterogen karena merupakan

ibukota propinsi sehingga permasalahan kesehatan masyarakat

yang berkaitan dengan faktor penyebab kematan bayi juga sangat

kompleks

2. Masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pengenalan tanda

bahaya pada ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat dan sebagian

dari petugas kesehatan, hal ini penting untuk persiapan rujukan

yang tepat saat persalinan sehingga dapat menekan kematian ibu

melahirkan dan kematian bayi

3. Pemanfaatan Buku KIA masih belum optimal oleh keluarga/

masyarakat sebagai sarana pendidikan dan penyuluhan bagi ibu

hamil, ibu nifas dan ibu balita agar dapat mempersiapkan

kehamilan, kelahiran dan perawatan Bayi baru lahir yang lebih sehat

4. Kurangnya sinkronisasi dan koordinasi program-program antar

instansi, antar pemerintah dan swasta dan lembaga swadaya yang

melibatkan peran aktif masyarakat termasuk rumah sakit karena

hampir semua kematian bayi bertempat di rumah sakit.

Upaya penurunan AKI dan AKB, berbagai intervensi dalam

bidang pelayanan KIA sudah dilakukan dan perlu keterlibatan berbagai

Profil Kesehatan 2017 39


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pihak untuk mencapai tujuan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB)

maupun Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa upaya yang telah

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan antara lain :

1. Pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat

(pemanfaatan Buku KIA, Posyandu, kelas ibu hamil dan ibu balita)

2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektor dan

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang

komprehensif dan berkualitas melalui : Kunjungan neonatal, Bayi,

Balita; Kunjungan bagi neonatal dengan resiko tinggi; Penanganan

komplikasi neonatal; Manajemen Asfiksia, BBLR & MTBS/MTBM;

PONED & PONEK; SDIDTK, Pelayanan PKPR dan Penjaringan

Kesehatan Anak Sekolah (UKS)

3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas melalui

pendidikan dan pelatihan, peningkatan pengelolaan manajemen

program yakni Pelaksanaan Audit Maternal dan Perinatal (AMP);

Analisa data dan pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Program.

Upaya penurunan Angka Kematian Bayi maupun kematian ibu

dalam pelaksanaannya bukan hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan

namun lebih kepada kerjasama lintas sektor mengingat AKB terkait

berbagai masalah sosial ekonomi dan perbedayaan perempuan dimana

pendekatan untuk mencegah orang sehat menjadi sakit banyak dilakukan

oleh sektor lain misal pangan dan gizi, sanitasi, lingkungan keluarga,

pemberdayaan masyarakat dan sebagainya termasuk Kementerian

Profil Kesehatan 2017 40


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Agama melalui Undang-undang Perkawinan karena persalinan ibu dengan

usia muda mempunyai resiko menyebabkan kematian sedangkan

pendekatan yang mengarah pada pelayanan kesehatan dari pelayanan

primer sampai rujukan di rumah sakit tentunya dilakukan oleh stakeholder

kesehatan.

Angka Kematian Balita di Kota Banjarmasin dari tahun ke tahun

sangat fluktuatif tahun 2015 naik dibandingkan tahun 2014 dan tahun

2016 jumlah kematian sama dengan tahun 2015 yaitu 7 kasus. Ada

beberapa faktor yang berkenaan dengan perilaku tidak tepat dan

kurangnya pengetahuan berkontribusi pada kematian anak balita yaitu

antara lain para ibu dan masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang

penanggulangan atau pengobatan penyakit-penyakit umum anak; para

ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI, cakupan ASI eksklusif

masih rendah, praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk, pemberian

makanan bayi dan pelayanan lainnya yang buruk mengakibatkan gizi

kurang pada ibu dan anak-anak, yang merupakan penyebab dasar

kematian anak.

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Banjarmasin dalam upaya menurunkan angka kematian bayi yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui

pendidikan dan pelatihan: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

2. Kunjungan rumah (care seeking) bagi bayi dan anak balita sakit

Profil Kesehatan 2017 41


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3. Upaya perbaikan gizi melalui kegiatan yang mencakup peningkatan

program pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif, upaya

penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, Taburia,

4. Meningkatkan kegiatan promotif seperti penyuluhan dan kelas ibu

balita

Jumlah kematian ibu tahun 2015 ada 14 orang sama seperti tahun

2014, meskipun penyebab kematian tersebut bergeser pada penyebab

kematian non obstetri sebanyak 7 orang (50 %) diantaranya karena

gangguan jantung, oedem pulmonal, diabetes mellitus dan gagal ginjal.

Meningkatnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit

degeneratif, selain faktor penuaan juga bisa disebabkan oleh faktor

keturunan dan gaya hidup. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan

seiring proses akreditasi puskesmas membawa hasil penurunan jumlah

kematian ibu menjadi 8 orang tahun 2016.

Faktor 4 terlalu menjadi faktor penyebab tidak langsung kematian

ibu di Kota Banjarmasin diantaranya 1 orang (12,5%) terlalu muda/< 20

tahun dan umur 20- 35 tahun sejumlah 7 orang (87,5 %). Beberapa faktor

penyebab Kematian Ibu dan Bayi karena melahirkan pada usia dini juga

Ibu yang melahirkan pada usia tua. Kurangnya pengetahuan Ibu dalam

kasus kehamilan sehingga ada beberapa Ibu yang melahirkan di rumah

dan menyebabkan keterlambatan mendapatkan penanganan yang cepat

dan tepat. Diperkirakan 15 % kehamilan dan persalinan akan mengalami

komplikasi, sebagian komplikasi ini mengancam jiwa tetapi sebagian

Profil Kesehatan 2017 42


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila Ibu segera mencari

pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan prosedur

penanganan yang sesuai dan mampu melakukan identifikasi dini

komplikasi, jika terjadi komplikasi, tenaga kesehatan dapat memberikan

pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum

melakukan rujukan, proses rujukan yang efektif, pelayanan di rumah sakit

yang cepat dan tepat guna.

Kematian ibu merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik

aspek klinik, aspek sistem pelayanan maupun faktor-faktor non-kesehatan

yang mempengaruhi pemberian pelayanan secara optimal. Dukungan dari

Pemerintah Daerah adalah memberikan azas legalitas berupa peraturan

daerah, yakni Peraturan Daerah (PERDA) Kota Banjarmasin No.8 Tahun

2013 tentang Kesehatan Ibu, Bayi baru lahir, Bayi dan Anak Balita

(KIBBLA), dengan menjamin bahwa setiap ibu mendapatkan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas, penanganan persalinan yang bersih dan aman

di fasilitas kesehatan, mendapatkan penanganan resiko tinggi/komplikasi

dan proses rujukan yang tepat dan cepat

Upaya penurunan jumlah kematian ibu di Kota Banjarmasin telah

dilaksanakan berbagai upaya yaitu 1). Peningkatan cakupan dan akses

pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif dan berkualitas meliputi

Antenatal Care Terpadu, Asuhan Persalinan Normal di fasilitas kesehatan,

Pelayanan KB Paska Persalinan, Skrining/Deteksi dini resiko tinggi pada

ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas,Home care / kunjungan rumah pada

Profil Kesehatan 2017 43


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, Penanganan komplikasi obsteri yang

adekuat, Pelaksanaan PONED, Pelaksanaan PERDA KIBBLA: 2)

Meningkatkan kemitraan lintas sektor dan lintas program yaitu kemitraan

dengan TNI/POLRI, Kemenag, BKBPMP, pendampingan LP/LS pada ibu

hamil/bersalin/nifas berisiko, Kemitraan dengan dukun kampung,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat, pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

dan P4K: 3) Peningkatan surveilans dan informasi KIA yaitu penerapan

Buku KIA, Audit Maternal Perinatal, PWS KIA serta bimbingan, monitoring

dan evaluasi program.

Penyakit terbanyak yang ada di Kota Banjarmasin berdasarkan

kunjungan Puskesmas, untuk penyakit menular, ISPA yang paling banyak

diderita sedangkan untuk penyakit tidak menular didominasi oleh penyakit

Hipertensi Esensial. Penyakit gigi yang banyak diderita adalah penyakit

Pulpa dan Periapikal, gangguan gigi dan jaringan penunjang lainnya

2.2.2 Kota Banjarbaru

Semboyan Kota Banjarbaru adalah Gawi Sabarataan atau Bekerja

Semuanya. Visi Kota Banjarbaru adalah ”Terwujudnya pelayanan

kesehatan yang holistik dan berkarakter” sedangkan misinya adalah

“Mewujudkan Kota Banjarbaru yang berdaya saing dan sejahtera”.

Tanggal 20 April 1999 dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999,

Kota Banjarbaru resmi menjadi sebuah kota dalam wilayah administrasi

Propinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan SK Gubernur KDH Propinsi

Kalimantan Selatan tanggal 29 Mei tahun 1999, Nomor 10 / pem-570-3-3

Profil Kesehatan 2017 44


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pada saat itu wilayah Banjarbaru hanya meliputi 7 desa. Wilayah

Banjarbaru mengalami perkembangan yaitu terdiri atas 3 kecamatan

dengan 12 kelurahan. Kemudian pada tahun 2004 berdasarkan Perda

Nomor 2 tahun 2004 tanggal 26 Pebruari 2004 terbentuklah 5 Kelurahan

baru dan dengan Perda Nomor 3 tahun 2007 kembali dibentuk 3

Kelurahan baru sehingga secara keseluruhan terdapat 20 Kelurahan.

Berikutnya dengan Perda Nomor 4 tahun 2007 wilayah Kota Banjarbaru

terbagi dalam 5 Kecamatan dan 20 Kelurahan yang masing-masing terdiri

dari :

1. Kecamatan Banjarbaru Utara meliputi Kelurahan Loktabat Utara,

Kelurahan Mentaos, Kelurahan Komet, Kelurahan Sungai Ulin.

2. Kecamatan Banjarbaru Selatan meliputi Kelurahan Loktabat Selatan,

Kelurahan Kemuning, Kelurahan Guntung Paikat dan Kelurahan

Sungai Besar.

3. Kecamatan Landasan Ulin meliputi Kelurahan Guntung Payung,

Kelurahan Guntung Manggis, Kelurahan Landasan Ulin Timur dan

Kelurahan Syamsudin Noor.

4. Kecamatan Liang Anggang meliputi Kelurahan Landasan Ulin

Tengah, Kelurahan Landasan Ulin Utara, Kelurahan Landasan Ulin

Barat, Kelurahan Landasan Ulin Selatan.

5. Kecamatan Cempaka meliputi Kelurahan Palam, Kelurahan Bangkal,

Kelurahan Sungai Tiung, Kelurahan Cempaka.

Profil Kesehatan 2017 45


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Secara geografis, Kota Banjarbaru merupakan penghubung Kota

Banjarmasin dengan Kabupaten Banjar di Martapura, yaitu dengan jarak

35 km dari Banjarmasin dan 2 km dari Martapura. Secara astronomi

terletak pada 03027 – 03029 Lintang Selatan dan 114045 – 114045’45’’

Bujur Timur. Luas wilayah Kota Banjarbaru adalah 371,4 km terbagi dalam

5 Kecamatan, Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Cempaka

yaitu 146,7 km ( 40,49 % ) sedangkan kecamatan yang paling sempit

adalah kecamatan Banjarbaru Selatan yaitu 21,96 km (5,91 %).

Gambar 5 Peta Kota Banjarbaru

Profil Kesehatan 2017 46


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 5 menunjukkan bahwa Kota Banjarbaru berbatasan

dengan daerah lain di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut: Utara

berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar; Timur

berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kab. Banjar; Barat

berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar;

Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-bati Kab. Tanah Laut.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru sepanjang tahun

2010-2016 cukup tinggi, hingga perhitungan laju pertumbuhan penduduk

sejak tahun 2011 Kota Banjarbaru mencapai 6%. Tahun 2010 jumlah

penduduk Kota Banjarbaru adalah sebesar 195.022 jiwa dan hingga

sekarang tahun 2016 menjadi 241.369 jiwa. Penduduk di Kota Banjarbaru

lebih banyak di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebesar 121.510 jiwa

dibanding dengan jumlah perempuan yang hanya 112.861 jiwa.

Penduduk yang paling banyak berada di Kecamatan Landasan

Ulin yaitu sebanyak 62.771 orang atau 26,78% sedangkan yang paling

sedikit adalah di Kecamatan Liang Anggang, yaitu sebanyak 36.848 orang

atau 15,72%. Jumlah rumah tangga paling banyak berada di Kecamatan

Landasan Ulin yaitu sebanyak 15.604 rumah tangga atau meliputi 25,31%.

Hal ini disebabkan karena di Kecamatan Landasan Ulin merupakan yang

paling banyak penduduknya sehingga rumah tangganya juga lebih

banyak.

Angka Kematian Bayi di Kota Banjarbaru pada tahun 2015 dapat

ditunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi ( AKB ) sebesar 1/ 1000 KH

Profil Kesehatan 2017 47


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

artinya pada tahun 2015 di Kota Banjarbaru ada sebanyak 5 bayi yang

meninggal dunia dari 4.989 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya sebanyak 27 bayi yang meninggal dunia dari 4.646

kelahiran hidup. Secara kasar Angka Kematian Bayi terbilang sangat baik

jika dibandingkan dengan target nasional yaitu 24 / 1000 KH. Adanya

penurunan AKB memberikan gambaran adanya peningkatan dalam

kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Jumlah absolut Kematian Ibu pada tahun 2015 ada 5 orang

merupakan seluruh jumlah kematian ibu yang dilaporkan Puskesmas / RS

ke Dinas Kesehatan karena tidak menutup kemungkinan masih ada

kematian yang tidak terlaporkan atau tidak terlacak oleh petugas

kesehatan. Secara kasar, angka kematian ibu di Kota Banjarbaru tahun

2015 yaitu sebesar 158 /100.000 KH. Target nasional yang ingin dicapai

2010 sampai dengan 2015 menurunkan Angka Kematian Ibu dari

228/100.000 KH menjadi 118/100.000 KH. Adapun penyebab kematian

ibu antara lain: Pre eklampsi 35%, perdarahan 20%, lain-lain 45%. Semua

kematian yang dilaporkan 90 % terjadi di Rumah Sakit.

2.2.3 Kabupaten Barito Kuala

Semboyan Kabupaten Barito Kuala adalah Selidah atau artinya

satu dalam perkataan, perbuatan, ruhui rahayu, seia sekata, terapung

sama hanyut, terendam sama basah. Salah satu sasaran dari RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Barito

Kuala tahun 2013 - 2017 yaitu “Terwujudnya pelayanan kesehatan bagi

Profil Kesehatan 2017 48


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

masyarakat yang mudah, murah, merata serta memadai yang

diindikasikan semakin mampu, berdaya dan mandirinya masyarakat

dalam dalam berpola hidup bersih dan sehat’”, maka Dinas Kesehatan

selaku SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kesehatan di Kabupaten

menjabarkannya dalam Visi yaitu ‘Terwujudnya masyarakat Barito Kuala

yang mandiri untuk hidup sehat dan berkualitas’.


Sumber : Bappeda Kabupaten Barito Kuala

Gambar 6 Peta Kabupaten Barito Kuala

Profil Kesehatan 2017 49


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 6 menunjukkan peta wilayah Kabupaten Barito Kuala.

Posisi geografis terletak antara 2º29’50”–3º30’18” Lintang Selatan dan

114º20’50”–114º50’18” Bujur Timur. Kabupaten Barito Kuala mempunyai

luas wilayah 2.997 km2, atau sekitar 7,76 % dari luas wilayah Propinsi

Kalimantan Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan Kabupaten Tapin,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar, Kota Banjarmasin;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Sebelah Barat

berbatasan dengan Kabupaten Kapuas (Propinsi Kal-Teng).

Kepadatan penduduk di Kabupaten Barito Kuala tahun 2016

mencapai 100,9 jiwa/ Km2 dimana angka tingkat kepadatan meningkat

dibanding tahun 2015 yaitu 96,54 jiwa/ Km2. Kecamatan Alalak adalah

kecamatan yang memili tingkat kepadatan tinggi yaitu 535,14 per Km2,

sedang yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah Kecamatan

Kuripan yaitu 16,77 Km2. Berdasarkan dari angka Proyeksi Penduduk

Pusdatin Kemenkes RI, penduduk Kabupaten Barito Kuala pada tahun

2016 adalah berjumlah 302.304 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak

151.698 jiwa (50,2%) dan perempuan sebanyak 148.663 jiwa (49,8 %)

dengan sex ratio sebesar 100,73. Rasio beban tanggungan Kabupaten

Barito Kuala pada tahun 2016 adalah 49,45.

Tahun 2016 cakupan rumah sehat di Kabupaten Barito Kuala

sebesar 43,6%, meningkat dibandingkan tahun 2015 (34,0 %). Cakupan

Profil Kesehatan 2017 50


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

persentase rumah sehat tertinggi pada tahun 2016 di wilayah kerja

Puskesmas Wanaraya (94,8%) dan yang terendah di Puskesmas

Tabunganen sebesar 5,7%. Di Kabupaten Barito Kuala masih terdapat

keluarga yang menggunakan penampungan akhir kotoran/tinja di sungai,

terutama daerah yang sekitar sungai. Namun sebagian besar keluarga

khususnya di wilayah perkotaan telah menggunakan penampungan tinja

berupa tangki septik.

Sejak Tahun 2008, Kabupaten Barito Kuala ikut serta dalam

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

(STBM) dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap

sanitasi dengan STBM. Tahun 2016 ada 80 desa (39,8%) sudah

melaksanakan STBM dari 80 desa tersebut ada 20 desa (9.45%),

meningkat dibanding tahun 2013 (10 desa/4,98%) yang sudah bebas

BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Desa yang sudah BABS berada

di Kecamatan Anjir Pasar, Alalak, Mandastana, Wanaraya, Barambai,

Rantau Badauh, Cerebon dan Marabahan.

Puskesmas Berangas Kecamatan Alalak melaporkan jumlah

kematian bayi terbanyak yaitu 10 kasus kematian bayi dan 8 kematian

Neonatal. Angka kematian neonatal (usia s.d 28 hari) adalah 11,1 per

1.000 KH atau 56 kasus kematian, dibandingkan tahun 2015 terjadi

penurunan yaitu 12,6 per 1.000 KH atau 67 kasus kematian. Begitu juga

dengan kematian bayi 0 – 11 bulan terjadi penurunan dibandingkan tahun

2015, tahun 2016 ada kematian sebanyak 68 bayi dengan angka

Profil Kesehatan 2017 51


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kematian bayi sebesar 13.4 per 1.000 KH, sedangkan 2015 ada 84 kasus

kematian dengan angka kematian bayi 15,9 per 1.000 KH. Penyebab

kematian bayi di Barito Kuala pada tahun 2016 dengan tertinggi

disebabkan karena sebab lain yaitu sebesar 27 kasus dan BBLR

sebanyak 21 kasus kematian.

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian

anak sebelum mencapai usia 5 tahun dalam wilayah tertentu selama 1

tahun tertentu per jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada periode

yang sama dikali 1.000. AKABA di Kabupaten Barito Kuala meningkat

dibandingkan pada tahun 2015 yaitu 8 kasus, sedangkan pada tahun

2016 ada 10 kasus kematian anak balita, dengan penyebab kematian

karena DBD (1 kasus) dan penyebab lain (9 kasus). Puskesmas

Mandastana dan Wanarata yang melaporkan jumlah kematian terbanyak

yaitu 2 kasus kematian. Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak

7 kasus, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 12

kasus. Kematian terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 1 kasus dan

kematian saat bersalin sebanyak 6 kasus dengan jumlah kasus tertinggi

kematian ibu pada ≥ 35 tahun. Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016

adalah sebanyak 7 kasus dengan AKI sebesar 138,1 per 1.000 KH sudah

mencapai target Restra Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala untuk

tahun 2016 maksimal 7 kasus kematian. Penyebab kematian Ibu di

Kabupaten Barito Kuala selama tahun 2016 tertinggi disebabkan karena

perdarahan (5 kasus).

Profil Kesehatan 2017 52


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Umur Harapan Hidup waktu lahir menunjukkan rata-rata tahun

hidup yang akan dilalui oleh manusia sejak dilahirkan. Angka UHH

dipengaruhi oleh menurunnya Angka Kematian Bayi, Angka Kematian

Anak, Angka Kematian Ibu dan meningkatnya Status Gizi Masyarakat di

Kabupaten Barito Kuala. Menurut data dari BPS Kabupaten Barito Kuala

UHH pada tahun 2016 adalah 65,0 dan IPM adalah 64,0. Terjadi

peningkatan UHH dan IPM dibanding tahun sebelumnya Namun urutan

peringkat pada tahun 2016 posisi Barito Kuala masih di peringkat ke 12

dari 13 kabupaten se Kalimantan Selatan.

2.2.4 Kabupaten Banjar

Semboyan Kabupaten Banjar adalah Barakat atau Berkah. Luas

wilayah Kabupaten Banjar adalah 4668,50 km yang terdiri dari 19

wilayah kecamatan diantaranya terdapat 1 kecamatan di pesisir

pantai (Kecamatan Aluh-Aluh yang mempunyai 19 desa), 12

kelurahan dan 278 desa, sebagian besar wilayahnya dapat

ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan sarana transportasi

roda empat. Secara geografi wilayahnya terletak antara 20 49’ 55"

sampai 30 43’ 38" Lintang Selatan dan 1140 30’ 20" sampai 1150 35’

37" Bujur Timur. Gambaran topografi Kabupaten Banjar terdiri dari

Ketinggian 0 - 7 meter dari permukaan laut (28,06 % ), daerah ini

merupakan tergenang air atau tergenang secara periodik. Ketinggian

7 - 100 meter dari permukaan laut ( 28,93 %) daerah ini merupakan

daerah persawahan yang baik.

Profil Kesehatan 2017 53


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 7 Peta Kabupaten Banjar

Gambar 7 menunjukkan bahwa Kabupaten Banjar dengan

ibukotanya Martapura, secara administratif sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Tapin, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Tanah Bumbu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Banjarbaru,

Kabupaten Tanah Laut serta Laut Jawa bagian Timur dan sebelah Barat

berbatasan dengan Kabupaten Batola, Kota Banjarmasin dan Sungai

Barito. Ketinggian 100 - 500 meter dari permukaan laut (39,88%)

daerah ini merupakan daerah lereng/ pegunungan. Ketinggian lebih

dari 500 meter dari permukaan laut (2,93%) merupakan daerah

pegunungan yang tidak produktif. Gambaran topografi lain dapat

digambarkan adalah sebanyak 227 desa merupakan kawasan datar dan

Profil Kesehatan 2017 54


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

63 desa lainnya merupakan daerah berbukit-bukit di wilayah Kecamatan

Simpang Empat 26 desa dan kecamatan Sungai Pinang 11 desa.

Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 117/ km, kepadatan

penduduk terbesar adalah wilayah kecamatan Martapura yaitu sebesar

2606,71 jiwa/ km. Padatnya penduduk Kecamatan Martapura karena

merupakan ibukota Kabupaten dengan beberapa fasilitas sosial

ekonomi dan pendidikan. Tingginya kepadatan penduduk ini dapat

menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan sehingga dapat

menyebabkan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dan

penularan penyakit semakin cepat.

Jumlah penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2016 berjumlah

563,062 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 153,202 buah dengan

rata-rata 3,68 jiwa/rumah tangga. Bila dikaitkan dengan banyaknya

keluarga maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di

Kabupaten Banjar memiliki 4 (empat) anggota keluarga dan kondisi ini

terjadi pada hampir di seluruh kecamatan yang ada. Kepadatan penduduk

di Kabupaten Banjar belum merata, hal ini dikarenakan wilayah topografi

dan pemusatan penduduk pada ibu kota Kabupaten. Kepadatan rata-rata

sebesar 121/km, wilayah dengan kepadatan penduduk terbesar adalah

Kecamatan Martapura sebesar 2706,69 jiwa/ km. Padatnya penduduk

Kecamatan Martapura karena merupakan ibukota kabupaten dengan

beberapa fasilitas ekonomi, sosial dan pendidikan. Tingginya kepadatan

penduduk dari segi kesehatan merupakan indikator dalam melihat

Profil Kesehatan 2017 55


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kondisi kesehatan yang akan muncul terutama ketidakseimbangan

kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum,

air bersih, sistem pembuangan air limbah, penanganan sampah

keluarga dan penularan penyakit. Kepadatan penduduk juga

berpengaruh terhadap perencanaan kebutuhan pelayanan kesehatan

yang harus disesuaikan dengan persentase jumlah penduduk yang

ada. Wilayah yang jumlah penduduknya lebih dari 30.000 jiwa

memerlukan sarana pelayanan tambahan berupa Puskesmas

Pembantu untuk dapat memperluas cakupan pelayanan kesehatan.

Kecamatan Martapura dengan jumlah penduduk 123.762 jiwa memiliki

3 Puskesmas Pembantu yang dapat membantu mengurangi beban

Puskesmas Martapura Induk dalam melayani pasien dan juga

memudahkan masyarakat dalam mengakses sarana pelayanan kesehatan

di wilayahnya

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Banjar tahun 2012 (136,64

per 100.000 kelahiran hidup), tahun 2016 mengalami penurunan

adalah 99,33 per 100.000 kelahiran hidup. Ini tergambar dari jumlah

kasus ibu meninggal mengalami penurunan pula tahun 2012 14

orang dan 2016 11 orang. Dimana faktor penyebab 11 kasus ibu

meninggal tersebut kasus perdarahan 3 orang, hipertensi 5 orang,

penyebab lain 3 orang.

Profil Kesehatan 2017 56


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2.2.5 Kabupaten Tapin

Semboyan Kabupaten Tapin adalah Ruhui Rahayu atau

Keteguhan tekad dan kepercayaan diri. Kabupaten Tapin dengan

ibukotanya Rantau terletak di bagian tengah Propinsi Kalimantan Selatan

yang berjarak sekitar 110 km dari ibukota propinsi.

Gambar 8 Peta Kabupaten Tapin

Profil Kesehatan 2017 57


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan gambar 8 diketahui letak geografis Kabupaten Tapin

terletak di antara 2032’43”- 2032’43” Bujur Timur dan 114046’13’’-

115030’33”•Lintang Selatan. Batas Kabupaten Tapin adalah sebagai

berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai

Selatan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjar,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala.

Luas wilayah Kabupaten Tapin adalah 2.700,82 km2 terbagi

atas 12 kecamatan dengan 127 desa dan 8 kelurahan. Daerah yang

paling luas adalah Candi Laras Utara dengan luas 619,91 km2 atau

sebesar 27,05 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tapin,

sementara daerah yang paling sempit adalah Kecamatan Tapin Utara

dengan luas 32,32 km2 atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten

Tapin. Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui,

hampir seluruh area atau 67,34 persen dari total area Kabupaten Tapin

berada pada ketinggian 0-7 m, sedangkan ketinggian lebih dari 500 m

dari permukaan laut hanya berkisar 1,21 persen.

Penyebaran penduduk Kabupaten Tapin tidak merata, pada tahun

2015 kepadatan penduduk di Kabupaten Tapin adalah 1.981 jiwa/km 2

Kecamatan Tapin Utara sebagai daerah ibukota Kabupaten Tapin

memiliki kepadatan tertinggi sekitar 784,29 jiwa/km2 disusul oleh

Kecamatan Binuang 230,24 jiwa/km2 kemudian Kecamatan Salam

Profil Kesehatan 2017 58


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Babaris sebesar 166,83 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang terendah

adalah Kecamatan Candi Laras Utara yaitu hanya..25,40 jiwa/km2.

Umur Harapan Hidup adalah jumlah rata-rata umur hidup

berdasarkan kelompok yang lahir pada tahun yang sama. Tahun 2014

adalah 66,98 tahun dimana kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang

baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 66 tahun.

UHH Kabupaten Tapin cenderung terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun, sejalan dengan terus menurunnya angka kematian

bayi. UHH Kabupaten Tapin capaian tahun 2015 adalah 67

tahun, sementara target UHH Nasional adalah 67,90 tahun sehingga

pada tahun 2015 ini indikator UHH hampir mendekati target nasional dan

pada tahun 2016 UHH adalah 69.62 tahun.AKB untuk Kabupaten Tapin

pada tahun 2011 adalah 19,6 per 1000 KH. Tahun 2012 angka absolut

kematian bayi turun menjadi 25 orang dari 2.658 kelahiran hidup, maka

AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2012 adalah 8,9/1000 KH. AKB

untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2013 adalah 2,92/1000 KH. Dan AKB

pada tahun 2014 adalah 4/1000 KH sedangkan pada tahun 2015 angka

absolutnya adalah 62 bayi dari 3.312 KH. AKB tahun 2015 adalah

18,7/1000 KH, dan AKB tahun 2016 adalah 8 bayi atau 4.64 /1000 KH.

Angka Kematian Anak Balita (AKAB) merupakan jumlah kematian

anak kelompok 1 – 4 tahun dalam wilayah tertentu selama 1 tahun

tertentu per jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada periode yang

sama dikali 1000. AKAB mencerminkan besarnya faktor lingkungan yang

Profil Kesehatan 2017 59


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

berpengaruh pada kesehatan anak seperti gizi, sanitasi, penyakit menular

pada masa kanak-kanak dan kecelakaan yang terjadi di dalam dan di

sekitar rumah. Angka ini juga mencerminkan tingkat dan besarnya

kemiskinan, oleh karena itu merupakan indikator yang sensitif untuk

menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Tahun 2011 angka

kematian anak balita yang dilaporkan sebanyak 6 orang. Dari data

tersebut maka AKAB Kabupaten Tapin tahun 2011 adalah 2,0/1000KH,

tahun 2012 angka kematian anak balita yang dilaporkan sebanyak 5

orang maka AKAB Kabupaten Tapin tahun 2012 adalah 1,9/1000 KH

sedangkan pada tahun 2013 AKAB di Kabupaten Tapin sebesar

1,31/1000 KH. Tahun 2014 AKAB sebesar 5/1000KH , di tahun 2015

angka kematian anak balita adalah 9.3/1000 KH dan pada tahun 2016

angka kematian balita adalah 3orang atau 1.72 / 1000.

AKI mencerminkan resiko yang mengancam ibu–ibu selama

kehamilan dan melahirkan. Angka ini dipengaruhi oleh keadaan sosial

ekonomi, gizi, sanitasi dan yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan

kesehatan ibu. Tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal ada 10 orang

dari 4.110 ibu hamil atau 333/100.000 KH. Tahun 2012 jumlah kematian

ibu maternal ada 10 orang dari 3.121 ibu hamil atau 320/100.000 KH.

Tahun 2013 jumlah kematian ibu 10 orang dengan AKI 328/100.000

KH, pada AKI pada tahun 2014 adalah 5 orang atau 166/100.000

KH dan pada tahun 2015 adalah 5 orang atau 151/100.000 KH dan

AKI pada tahun 2016 adalah 9 orang atau 274.73/ 100.0000 KH.

Profil Kesehatan 2017 60


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Faktor meningkatnya AKI disebabkan oleh kasus perdarahan dan

eklamasi dimana kasus-kasus paling dominan penyebab kematian ibu

hamil, bersalin dan nifas.

2.2.6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Semboyan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah Rakat Mufakat

atau Persatuan yang erat disertai musyawarah. Kabupaten Hulu Sungai

Selatan secara astronomis terletak di antara 02°29”59” sampai - 02°56”10”

Lintang Selatan dan 11°451”19” sampai 115°36”19” Bujur Timur. Lebih

dari separuh wilayah Kabupaten Hulu Sungai berada dikelas ketinggian 0-

7 meter dan di kemiringan 0-2 persen. Menurut kelas ketinggian dari

permukaan laut 58,3 persen wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan

berada pada ketinggian 0-7 meter dan hanya 0,9 persen berada pada

ketinggian di atas 1.000 meter. Berdasarkan kemiringannya 70,95 persen

wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan berada pada kelas kemiringan 0-

2 persen sedangkan 6,99 persen wilayah berada pada kemiringan lebih

dari 40 persen.

Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah

maka kepadatan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah

sekitar 127,4 jiwa / Km². Rasio beban tanggungan di Kabupaten Hulu

Sungai Selatan adalah 50,4 per 100 penduduk. Hasil Sensus Penduduk

oleh Badan Statistik maka jumlah penduduk mencapai 229.889 jiwa,

dengan komposisi berjenis kelamin laki-laki sebanyak 114.892 orang dan

114.997 orang berjenis kelamin perempuan.

Profil Kesehatan 2017 61


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 9 Peta Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Gambar 9 menunjukkan bahwa Kabupaten Hulu Sungai Selatan

memiliki luas wilayah 1.0804,94 km² atau 180,494 hektar. Secara

geografis Kabupaten Hulu Sungai Selatan berbatasan dengan kabupaten

sekitar. Batas Administrasi Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagai

berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara

dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah disebelah Utara; Sebelah Timur:

Kabupaten Banjar dan Kabupaten Kota Baru, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tapin dan Sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin.

Profil Kesehatan 2017 62


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang

menginggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang

dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per

1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal tahun 2016 adalah

14/1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian neonatal terbanyak ada di

wilayah kerja Puskesmas Negara sebanyak 10 kasus, diikuti Puskesmas

Pasungkan 7 kasus dan Puskesmas Telaga Langsat 6 kasus.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000

kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang

rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Angka Kematian Bayi

tahun 2016 adalah 5 per 1000 kelahiran hidup, hal ini lebih baik dari tahun

2015 yang mencapai 8 per 1.000 kelahiran hidup.Target MDGs 2015

adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan target

MDGs hal ini sudah mencapai target.

Kasus kematian terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Kandangan, Puskesmas Pasungkan dan Puskesmas Malinau masing-

masing sebanyak 3 kasus, disusul Puskesmas Batang Kulur 2 Kasus,

sedangkan Puskesmas Gambah, Puskesmas Bayanan, Puskesmas

Baruhjaya, Puskesmas Kaliring, Puskesmas Angkinang, Puskesmas

Bamban, Puskesmas Telaga Langsat dan Puskesmas Loksado masing-

masing hanya 1 kasus.

Profil Kesehatan 2017 63


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang diyatakan sebagai angka

per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tahun 2016 menurun

dari 26 menjadi 21 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs 2015 adalah

32 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian Balita di Kab Hulu

Sungai Selatan tahun 2016 tertinggi 10 kasus di Puskesmas Nagara.

Angka Kematian Ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan

kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status

kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan

dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan

menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Angka Kematian Ibu (AKI) secara umum mengalami trend penurunan,

yaitu dari 164 menjadi 109 per 100.000 kelahiran hidup. Target MDGs

2015 adalah 102, jika dibandingkan dengan target MDGs capaian AKI

Kabupaten Hulu Sungai Selatan masih belum memenuhi target. Kematian

ibu hanya terdapat di wilayah kerja Puskesmas Loksado, Puskesmas

Angkinang, Puskesmas Pasungkan dan Puskesmas Baruh Jaya masing-

masing 1 kasus.

2.2.7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Semboayan Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Murakata atau

Mufakat dengan seia sekata baik dalam pemikiran maupun dalam

pelaksanaan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan salah satu

wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak di tengah-tengah di

Profil Kesehatan 2017 64


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

antara 4 (empat) kabupaten lainnya, dikenal dengan Banua Lima. Ibukota

kabupaten adalah Barabai, secara astronomis terletak antara 2o27’ – 2o46’

Lintang Selatan dan 115o5’ – 115o31’ Bujur Timur. Ketinggian terendah ±

9,53 meter di Kecamatan Labuan Amas Utara, Kecamatan Barabai ± 330

meter dan tertinggi di Gunung Halau-Halau (Gunung besar Pegunungan

Meratus) ± 1.894 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah

bervariasi 0 – 40%. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan secara khusus pada

daerah yang sulit dijangkau (daerah terpencil).

Gambar 10 Peta Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Profil Kesehatan 2017 65


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 10 menunjukkan bahwa Kabupaten Hulu Sungai Tengah

mempunyai luas wilayah 1.770,8 Km2 dengan batas wilayah: Sebelah

Utara dengan Kabupaten Balangan; Sebelah Timur dengan Kabupaten

Kotabaru; Sebelah Selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan;

Sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kecamatan Batang

Alai Timur merupakan wilayah paling luas (778,71 Km2 = 70,8%) dan

berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru dan Kecamatan Barabai

mempunyai luas wilayah paling kecil (40,71 Km2= 2,3%). Kondisi topografi

meliputi kawasan rawa, dataran rendah dan pegunungan Meratus yang

tersebar di 11 Kecamatan dengan 8 kelurahan dan 161 desa.

Kondisi ini menyebabkan wilayah dibedakan menjadi daerah biasa

(perkotaan dan pedesaan), daerah terpencil (sulit transportasi) dan sangat

terpencil terutama yang terletak di wilayah Pegunungan Meratus. Pada

desa-desa dan anak desa tertentu hanya dapat ditempuh dengan jalan

kaki. Desa-desa terpencil dan sangat terpencil sebagian besar terletak di

wilayah Kecamatan Batang Alai Timur dan Hantakan serta sebagian kecil

wilayah Kecamatan Haruyan.

Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan BPS

pada 2016 berjumlah sebanyak 263.376 jiwa yang tersebar di 11

kecamatan dengan kepadatan penduduk 3.591,74 jiwa/Km2. Kecamatan

Barabai mempunyai kepadatan penduduk tertinggi (1.434,73 jiwa/Km2)

dan Kecamatan Batang Alai Timur mempunyai kepadatan penduduk

terendah (10,03 jiwa/Km2). Komposisi penduduk Kabupaten Hulu Sungai

Profil Kesehatan 2017 66


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2016

berdasarkan BPS diketahui penduduk laki-laki dan perempuan hampir

seimbang, penduduk terbanyak pada umur 5-9 tahun.

Jumlah kelahiran di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun

2016 sebanyak 4.435, terdiri dari bayi lahir hidup sebanyak 4.419 orang

dan lahir mati sebanyak 16 orang. Perkiraan angka kematian bayi (AKB)

tahun 2016 sebesar 3,6 per 1.000 kelahiran hidup sama dengan dari

AKB tahun 2015 (36 per 1.000 kelahiran hidup). AKB Kabupaten Hulu

Sungai Tengah jauh berada dibawah AKB nasional 32 per 1.000

kelahiran hidup.

Jumlah Ibu melahirkan hidup di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

pada tahun 2016 sebanyak 4.419 orang. Ibu yang meninggal pada saat

hamil, melahirkan atau nifas sebanyak 8 orang (sama dengan tahun 2015

sebanyak 8 orang). Perkiraan angka kematian Ibu (AKI) tahun 2016

sebesar 181 per 100.000 kelahiran hidup (lebih rendah dari tahun 2015

sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan target AKI nasional sebesar

346 per 100.000 kelahiran hidup).

Gambaran status gizi masyarakat diantaranya dapat dilihat dari

beberapa indikator berikut yaitu; BBLR, gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah

berat badan bayi lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

pada tahun 2016 sebanyak 226 orang dari jumlah bayi yang baru lahir

ditimbang sebanyak 4.375 orang (5,2%). Kasus BBLR terbesar terjadi di

Profil Kesehatan 2017 67


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

wilayah kerja Puskesmas Pandawan yaitu sebanyak 35 orang (12%) dan

di wilayah kerja Puskesmas Birayang yaitu sebanyak 29 orang (14,3%).

Balita dengan BGM sebanyak 613 orang (4,1%) tersebar di 19

Puskesmas dan Baduta dengan BGM sebanyak 309 orang (4,6%)

tersebar di 19 Puskesmas. Jumlah balita dengan gizi buruk tercatat

hanya 7 orang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kasarangan 2 orang

sedangkan Puskesmas Sungai Buluh, Puskesmas Barabai, Puskesmas

Batu Tangga, Puskesmas Hantakan dan Puskesmas Kambat Utara

masing-masing 1 orang. Kasus gizi buruk ini mendapat perawatan

(100%). Jika dibandingkan dengan kasus gizi buruk pada tahun 2015

sebanyak 5 orang maka secara jumlah ini menunjukkan peningkatan.

2.2.8 Kabupaten Balangan

Semboyan Kabupaten Balangan adalah Sanggam atau

Kesanggupan melaksanakan pembangunan yang didasari oleh keikhlasan

untuk masyarakat. Nama Balangan sebenarnya berasal dari nama sebuah

sungai yang mengalir dari daerah Pegunungan Meratus hingga ke Sungai

Barito, selain itu Kabupaten Balangan juga dikenal dengan julukan

Sanggam. Kata Sanggam ini berasal dari bahasa Banjar yang berarti

tangguh, kuat, cakap, atau serba bisa dan dalam masyarakat Balangan

istilah Sanggam berarti ‘kada bamandak lamun kada tuntung’ (Tidak

Berhenti Bila Belum Selesai).

Kabupaten Balangan merupakan satu dari 13 Kabupaten/Kota yang

ada di Propinsi Kalimantan Selatan. Sebelum menjadi sebuah kabupaten,

Profil Kesehatan 2017 68


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

wilayah Kabupaten Balangan merupakan 6 Kecamatan dari Kabupaten

Hulu Sungai Utara. Tanggal 27 Januari 2003, dilangsungkan Sidang

Paripurna DPR RI yang membahas pembentukan dan pemekaran

Kabupaten. Selanjutnya terbitlah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003

tentang pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan

di Propinsi Kalimantan Selatan yang disahkan oleh Presiden Republik

Indonesia pada 25 Februari 2003.

Gambar 11 Peta Kabupaten Balangan

Profil Kesehatan 2017 69


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 11 menunjukkan bahwa bagian utara Kabupaten Balangan

berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan dan

Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur, bagian timur berbatasan

dengan Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten

Paser Provinsi Kalimantan Timur, bagian selatan Kabupaten Hulu Sungai

Tengah Provinsi Kalimantan Selatan, dan bagian barat berbatasan

dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan.

Kabupaten Balangan dengan Ibukota Paringin, mempunyai luas

wilayah 1.878,3 KM² atau hanya 5% dari luas wilayah provinsi Kalimantan

Selatan. Terletak di bagian utara dan berjarak± 200 KM dari Kota

Banjarmasin. Secara Geografis Kabupaten Balangan terletak pada

koordinat 02˚01’37” sampai dengan 2˚35’58” Lintang Selatan dan

114˚50’24” sampai dengan 115˚50’24” Bujur Timur ini.

Jumlah Penduduk Kabupaten Balangan tahun 2016 adalah 125.534

jiwa yang terdiri dari 63.219 jiwa laki-laki dan 62.315 jiwa. Dilihat dari

jumlah penduduk tahun sebelumnya yang berjumlah 123.449 jiwa, laju

pertumbuhan penduduk Kabupaten Balangan adalah sebesar 1,69 atau

kategori sedang ( Rendah 0-1%, Sedang 1-2%, Tinggi >2%)

Kecamatan Paringin yang merupakan pusat pelayanan

perekonomian sebagai kawasan perdagangan skala regional kabupaten

menjadi daerah terpadat di Kabupaten Balangan yaitu 187,98/KM² dan

penduduk di kecamatan ini tersebar dalam 14 desa, 2 kelurahan dan

5.588 Rumah Tangga. Kecamatan Paringin Selatan yang merupakan

Profil Kesehatan 2017 70


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pusat pendukung kegiatan pemerintahan (perkantoran) Daerah

Kabupaten Balangan menjadi kecamatan terpadat ke-3 dengan kepadatan

penduduk sebanyak 147,68/KM², dikecamatan ini masyarakatnya tersebar

dalam 15 desa dan 1 kelurahan dengan 12.819 rumah tangga. Angka

harapan hidup berdasarkan publikasi data Badan Pusat Statistik (BPS)

yang diupload pada ipm.bps.go.id menjelaskan bahwa, angka harapan

hidup masyarakat Balangan tahun 2016 adalah 67,07 berarti dengan

capaian tersebut, angka harapan hidup masyarakat terus mengalami

perbaikan.

Jumlah kematian bayi selama tahun 2016 di Kabupaten Balangan

dari 2.336 kelahiran hidup adalah 10 kematian bayi berusia lebih dari 28

hari sampai 11 bulan dan 21 kematian bayi berusia 0 sampai 28 hari.

Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Balangan tahun 2016 ini jelas

lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana pada

tahun 2015 angka kematian bayi berjumlah 36 orang atau 14,7 per 1.000

kelahiran hidup, sedangkan tahun 2016 kematian bayi berjumlah 31 orang

atau 13,3 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dihubungkan dengan Indikator

RPJMD Kabupaten Balangan Tahun 2016 yang menargetkan AKB 14 per

1.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Balangan dapat dikatakan

mampu menekan Angka Kematian Bayi, namun tetap saja hal tersebut

belum bisa dikatakan lebih baik karena dari 1.000 kelahiran hidup masih

terdapat kasus kematian bayi sebanyak 31 jiwa.

Profil Kesehatan 2017 71


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Jumlah AKB tertinggi terdapat di Puskesmas Paringin Selatan

sebanyak 6 kasus, selanjutnya Puskesmas Paringin dan Puskesmas

Awayan masing-masing dengan 5 kasus.

Jumlah total kematian ibu hamil tahun 2016 adalah 5 orang dengan

rincian meninggal selama kehamilan 2 orang dengan usia antara 20-34

tahun, 1 orang dengan usia >= 35 tahun, selanjutnya yang meninggal

selama masa nifas 2 orang dengan usia >= 35 tahun. Jumlah kelahiran

hidup 2.336 jiwa, maka AKI di Kabupaten Balangan Tahun 2016 adalah

214 per 100.000 Kelahiran Hidup.

Angka Kematian Ibu Kabupaten Balangan tahun 2016 jauh lebih

baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena tahun 2015,

Angka Kematian Ibu sebanyak 246 per 100.000 Kelahiran Hidup, bila

dibandingkan dengan Indikator MDG’s 2015 dan Indikator Kinerja

Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2016 yang sama-sama menargetkan AKI

120 per 100.000, hasil yang dicapai oleh Kabupaten Balangan masih

sangat jauh dari angka yang diharapkan, apalagi dengan target SDG’s

yang menyatakan Angka Kematian Ibu harus dibawah 70 per 100.000.

Kematian ibu di Kabupaten Balangan terjadi di 4 wilayah kerja

Puskesmas, dimana yang tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Juai dengan jumlah 2 kematian, dan masing-masing 1 kematian ibu di

wilayah kerja Puskesmas Paringin Selatan, Awayan dan Puskesmas

Halong sedangkan sebab kematian dari 5 kejadian tersebut diketahui

penyebabnya adalah karena perdarahan dan penyakit lainnya seperti

Profil Kesehatan 2017 72


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

penyakit jantung, TB paru dan radang selaput otak, sesak nafas, dan

komplikasi penyakit lainnya.

2.2.9 Kabupaten Hulu Sungai Utara

Semboyan Hulu Sungai Utara adalah Agung atau maknanya Kata-

kata kebenaran yang mengandung nilai pendidikan, keluhuran budi dan

cita-cita. Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki struktur geologi tanah

merupakan tanah basah (alluvial) dan sepanjang daerah aliran sungai

juga merupakan tanah rawa/ gambut yang memiliki tingkat keasaman

yang cukup tinggi.

Gambar 12 Peta Kabupaten Hulu Sungai Utara

Gambar 12 menunjukkan batas-batas wilayah Kabupaten Hulu

Sungai Utara yakni: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barito

Profil Kesehatan 2017 73


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Timur (Propinsi Kalimantan Tengah) dan Kabupaten Tabalong, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Barito Kuala, Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Balangan dan sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Barito Selatan. Seluruh wilayah kabupaten yang

memiliki 10 kecamatan ini berada di daerah dataran dengan

kemiringan 0-2 derajat dan sebagian besar berada di kelas ketinggian 0-7

meter dari permukaan laut. Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki tanah

subur yang dilalui beberapa buah sungai yakni sungai Negara, sungai

Tabalong dan sungai Barito.

Kabupaten Hulu Sungai Utara secara astronomis memiliki luas

wilayah 892,70 Km2 atau hanya sekitar 2,38% dari luas Propinsi

Kalimantan Selatan. Secara umum Kabupaten Hulu Sungai Utara

berada pada koordinat 114 sampai 115 Lintang Selatan dan antara 2

sampai 4 Bujur Timur. Jumlah penduduk di Kabupaten Hulu Sungai

Utara adalah 225.386 jiwa dengan luas wilayah 892,70 Km, yang tersebar

di 10 kecamatan, 219 desa/kelurahan.

Jumlah kematian Bayi sebanyak 80 orang meningkat jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (77 kasus). Kematian terbanyak

pada usia 0-7 hari menunjukkan kualitas dan kemampuan bidan dalam

memberikan penanganan terhadap komplikasi neonatus masih rendah.

Kematian bayi yang tinggi lebih banyak disebabkan oleh BBLR dan

Asfiksia. Penanganan dasar BBLR adalah menjaga suhu tubuh dan

Profil Kesehatan 2017 74


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pemberian nutrisi yang secara teori dengan Perawatan Metode Kanguru

serta pemberian ASI akan sangat membantu sedangkan kasus asfiksia

memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam bertindak.

Jumlah kematian Balita usia 1-5 tahun tahun 2016 menurun dari

tahun 2015 sebanyak 11 anak. Seperti halnya tahun sebelumnya masih

terdapat kasus kematian yang disebabkan karena penyakit yang berasal

dari lingkungan seperti Diare. Hampir setiap tahun terdapat kasus

kematian karena tenggelam, ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dari

orangtua/ pengasuh karena memang Hulu Sungai Utara merupakan

wilayah yang sebagian besarnya adalah air.

Jumlah kematian ibu tahun 2012 sebanyak 18 kasus maka pada

tahun 2013 terdapat jumlah kematian ibu 10 kasus dan pada tahun

2014 terjadi penurunan yang bermakna menjadi 4 kasus. Tahun 2015

berjumlah 2 kasus dan tahun 2016 meningkat lagi menjadi 4 kasus.

Kematian ibu tahun ini terjadi di rumah sakit (2 kasus), di rumah pasien

ada (1 kasus) dan di tolong oleh tenaga Non Nakes (Dukun Kampung),

dalam meninggal dalam perjalanan saat rujukan ( 1 kasus).

2.2.10 Kabupaten Tabalong

Semboyan Kabupaten Tabalong adalah Saraba Kawa atau Serba

Bisa maknanya semua pekerjaan selalu dapat diselesaikan. Kabupaten

Tabalong merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Kalimantan

Selatan dengan luas wilayah 3.946 Km2 atau 10.61% dari luas Provinsi

Kalimantan Selatan. Kecamatan terluas di Kabupaten Tabalong adalah

Profil Kesehatan 2017 75


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kecamatan Muara Uya seluas 924.16 Km2 atau 23.42% dari luas seluruh

wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan yang terkecil adalah Muara

Harus yaitu seluas 62.90 Km2 atau 1.59% dari luas wilayah Kabupaten

Tabalong.

Gambar 13 Peta Kabupaten Tabalong

Gambar 13 menunjukkan batas wilayah Kabupaten Tabalong

adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi

Kalimantan Timur, sebelah Timur dengan Propinsi Kalimantan Timur,

sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan

sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah.

Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung, terbentuk sebagai

Profil Kesehatan 2017 76


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

wilayah Kabupaten pada tanggal 1 Desember 1954, terletak pada ujung

utara Provinsi Kalimantan Selatan di posisi antara 1o18” – 2o25” Lintang

selatan dan 115o 9”– 115o 47” Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten

Tabalong terletak pada jalur segitiga emas atau segitiga pertumbuhan di

antara lintas Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan

Selatan.

Kabupaten Tabalong sebagai pintu gerbang Provinsi Kalimantan

Selatan lewat jalur darat dari provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan

Tengah, berada pada posisi strategis yang dikenal sebagai jalur segitiga

emas, hal ini memungkinkan Kabupaten Tabalong sebagai pusat

perkembangan terutama pada aspek ekonomi dan aspek sosial budaya.

Ditinjau dari topografi, pada umumnya wilayah Kabupaten Tabalong

berupa dataran tinggi dan bergunung-gunung di bagian Utara, bagian

Tengah merupakan daerah datar dan bergelombang, sedangkan bagian

Selatan didominasi oleh dataran rendah dan rawa.

Wilayah administratif Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya

Tanjung terdiri dari 12 Kecamatan yang terbagi atas tiga wilayah

pengembangan (WPP), bagian utara meliputi Kecamatan Haruai, Bintang

Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian tengah meliputi Kecamatan

Tanta, Tanjung dan Murung Pudak serta bagian Selatan meliputi

Kecamatan Banua Lawas, Pugaan, Kelua dan Kecamatan Muara Harus.

Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Tabalong ini sebanyak 131 yang

terdiri dari 121 desa dan 10 kelurahan, Kecamatan Tanjung dan Banua

Profil Kesehatan 2017 77


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Lawas mempunyai desa terbanyak dengan masing-masing memiliki 15

desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Upau dengan 6 desa.

Berdasarkan data dari BPS, penduduk Kabupaten Tabalong tahun

2016 berjumlah 243.477 jiwa yang terdiri dari laki-laki 123.806 jiwa dan

perempuan 119671 jiwa. Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan

jumlah penduduk dari tahun 2015 yang berjumlah 239.593 jiwa, terdiri dari

laki-laki 121.661 jiwa dan perempuan 117.932 jiwa. Setiap tahunnya

jumlah penduduk laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan jumlah

penduduk perempuan sedangkan rasio jenis kelamin tahun 2016

mengalami perubahan yaitu sebesar 103,46%. Umur Harapan Hidup

(UHH) untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk. UHH tahun 2015 berdasarkan data dari BPS

Kabupaten Tabalong yaitu 69,39 lebih tinggi dari tahun 2016 yaitu 69,84.

Angka kematian Neonatal di Kabupaten Tabalong pada tahun 2016

sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup atau 32 neonatal dari 4.125 kelahiran

hidup. Angka kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tabalong tahun 2016

sebesar 3 per 1000 Kelahiran Hidup, jauh lebih rendah jika di bandingkan

dengan AKB tahun 2015 yang sebesar 9,2 per 1000 kelahiran hidup

sehingga dapat dikategorikan rendah sedangkan Tahun 2014 AKB-nya

9,5 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2013, AKB di Kabupaten

Tabalong sebesar 12,2 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2016 dari 1.000

kelahiran hidup terdapat 3 bayi meninggal dunia. Data Absolut kematian

bayi tahun 2015 berjumlah 14 bayi.

Profil Kesehatan 2017 78


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Kematian Balita di Kabupaten Tabalong tahun 2016 yang

dilaporkan sebanyak 4 per 1.000 Kelahiran Hidup, keadaan ini mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang tidak ada kematian Balita.

Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Tabalong pada tahun 2016 sebanyak

7 ibu dari 4.125 kelahiran hidup, setara dengan 168 per 100.000 Kelahiran

hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2016 ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 145 per 100.000 kelahiran

hidup. Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI), di

Indonesia sejak tahun 2007 telah dikembangkan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

2.2.11 Kabupaten Tanah Laut

Semboyan Kabupaten Tanah Laut adalah Tuntung Pandang.

Secara astronomis Kabupaten Tanah Laut terletak di antara 114°30’20”

BT-115° 23’31” BT dan 3°30’33” LS–4°11’38”LS, dengan luas wilayah

3.631,35 km2 atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah

Propinsi Kalimantan Selatan. Keadaan alam Kabupaten Tanah Laut

berupa daerah bergunung, hutan lebar, dataran rendah, daerah pantai

dan secara adminitratif terbagi menjadi 11 kecamatan, 135 desa/

kelurahan yang terdiri dari 130 desa dan 5 kelurahan. Wilayah paling

luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km2 kemudian

Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km2 dan Kecamatan Kintap

Profil Kesehatan 2017 79


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dengan luas 537,00 km2 sedangkan kecamatan yang luas daerahnya

paling kecil adalah Kecamatan Kurau dengan luas 127 km2.

Gambar 14 Peta Kabupaten Tanah Laut

Gambar 14 menunjukkan kondisi geografis Kabupaten Tanah

Laut terletak paling selatan di Propinsi Kalimantan Selatan dengan

ibukota Pelaihari yang dibatasi: sebelah Barat dan Selatan oleh Laut

Profil Kesehatan 2017 80


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Jawa, sebelah Timur oleh Kabupaten Tanah Bumbu dan sebelah Utara

oleh Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Jumlah Rumah Tangga

di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016 sebanyak 126.618 Rumah

Tangga, masing–masing rumah tangga dihuni rata-rata 3 jiwa. Jumlah

penduduk menurut kelompok umur 0-14 dan 65+ tahun sebanyak

110.478 jiwa, serta jumlah penduduk menurut kelompok umur 15-64

tahun 218.820 jiwa. Hal ini menunjukkan rasio beban tanggungan di

Kabupaten Tanah Laut tahun 2016 sebesar 50.5%, yang berarti dalam

100 penduduk Tanah Laut yang produktif disamping menanggung

dirinya sendiri, juga menanggung 50.5 orang yang belum/sudah tidak

produktif lagi.

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan rutin bulanan puskesmas

ke kabupaten, kematian yang tercatat pada sarana pelayanan

kesehatan dasar adalah kematian ibu melahirkan (maternal mortality),

bayi lahir mati dan kematian bayi usia <28 hari (kematian neonatus).

Jumlah kematian ibu maternal pada Tahun 2016 sebanyak 6 orang

dan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 6.094 orang. Angka

Kematian Ibu tertinggi di Kabupaten Tanah Laut terjadi di Tahun

2012 sebesar 147.5 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI terendah di

Tahun 2016 sebesar 98 per 100.000 kelahiran hidup, dengan

demikian di Tahun 2016 Kabupaten Tanah Laut AKI sudah berada

di bawah target MDGs (102/ 100.000 kelahiran hidup). Upaya

strategis dalam menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood

Profil Kesehatan 2017 81


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang

dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan

persalinannya.

Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Tanah Laut pada tahun

2016 sebesar 87 bayi dan jumlah kelahiran hidup tahun 2016 sebanyak

6.094 bayi. Berdasarkan hal ini, Angka Kematian Bayi tahun 2016

adalah sebesar 14/ 1.000 kelahiran hidup (pada tahun 2015

sebesar 12/ 1.000 kelahiran hidup), bila dibandingkan tahun

sebelumnya terdapat kecenderungan mengalami kenaikan walaupun

sudah lebih rendah dari target MDGs yaitu 23/ 1.000 kelahiran hidup.

Ada 19 Puskesmas di wilayah Kabupaten Tanah Laut terdapat kematian

bayi, penyumbang kematian bayi tertinggi pada Puskesmas Pelaihari

sebanyak 12 bayi. Capaian AKB Tahun 2012 - 2016 mengalami

kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka mengalami

kenaikan pada tahun 2016 (14/ 1.000 kelahiran hidup).

2.2.12 Kabupaten Tanah Bumbu

Semboyan Kabupaten Tanah Bumbu adalah Bersujut atau Bersih,

Syukur, Jujur dan Damai. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu

Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Kota Baru sejak tanggal 8 April

2003 yang terdapat di Propinsi Kalimantan Selatan, memiliki luas wilayah

5.066,96 km² berdasarkan undang-undang Nomor 2 tahun 2003.

Secara administrasif dan berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang

Profil Kesehatan 2017 82


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 115 Derajat 15’-116

Derajat 04’ Bujur Timur dan 02 Derajat 52’-03 Derajat 47’ Lintang Selatan.

Gambar 15 Peta Kabupaten Tanah Bumbu

Gambar 15 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanah Bumbu memiliki

batas wilayah sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Kabupaten

Kotabaru dan Kecamatan Kelumpang Hulu; Timur berbatasan dengan

Kabupaten Banjar; Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut

dan Laut Jawa; Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut.

Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 Km²

Profil Kesehatan 2017 83


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

atau 13,50% dari total luas propinsi Kalimantan selatan dan mempunyai

150 Desa / Kelurahan yang terbagi dalam 10 Kecamatan, Yaitu :

a. Kecamatan Kusan Hilir dengan luas wilayah 401,54 Km²

b. Kecamatan Sungai Loban dengan luas wilayah 358,41 Km²

c. Kecamatan Sungai Danau dengan luas wilayah 876,58 Km²

d. Kecamatan Kusan Hulu dengan luas wilayah 1.609,39 Km²

e. Kecamatan Batulicin dengan luas wilayah 127,71 Km²

f. Kecamatan Karang Bintang dengan luas wilayah 118,02 Km²

g. Kecamatan Mentewe dengan luas wilayah 1.011,21 Km²

h. Kecamatan Simpang Empat dengan luas wilayah 302,32 Km²

i. Kecamatan Kuranji dengan luas wilayah 110,24 Km²

j. Kecamatan Angsana dengan luas wilayah 151,54 Km²

Relif muka sampai bergelombang, bergunung-gunung dengan

ketinggian 0-1245 Meter dari Permukaan Laut (MDPL) dan terdapat 3

(Tiga) Daerah Aliran Sungai Yaitu DAS Kusan, DAS Satui dan DAS

Batulicin selain terdapat sungai besar juga banyak memiliki sungai-sungai

kecil antara lain Sungai Loban, Sungai Sebamban dan Sungai Perak.

Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari daerah Pantai Laut, daerah rawa-

rawa dan dataran rendah, daerah hutan dan pegunungan. Wilayah

Kabupaten Tanah Bumbu memiliki beberapa lokasi pertanian, perkebunan

dan daerah penangkapan ikan serta kawasan pertambangan yang sangat

luas. Letak geografisnya mempunyai posisi penting dengan adanya

pelabuhan Batulicin sehingga mobilitas penduduknya dan arus barang

Profil Kesehatan 2017 84


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

yang melewati pelabuhan tersebut cukup memberi konstribusi kepada

pemerintah setempat.

Berdasarkan Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Tanah Bumbu jumlah penduduk tahun 2016 adalah terdiri dari

159.594 laki-laki dan 149.786 perempuan. Penduduk terbanyak adalah di

Kecamatan Simpang Empat yaitu 76.307 jiwa. Kepadatan penduduk

yang tertinggi adalah Kecamatan Simpang Empat sebesar 252.40 jiwa

per km2 kemudian Kecamatan Karang Bintang dengan kepadatan

penduduk 162.99 jiwa per km2, Kecamatan Batulicin kepadatan

Penduduk 139.60 jiwa per km2, Kecamatan Kusan Hilir 117.42 jiwa per

km2, Kecamatan Kuranji 89.18 jiwa per km2, Kecamatan Sungai Loban

64.51 jiwa per km2, Kecamatan Satui 60.08 jiwa per km2, Kecamatan

Mantewe 23.44 jiwa per km2 dan kepadatan penduduk terkecil yaitu

Kecamatan Kusan Hulu 12.34 jiwa per km2.

Jumlah kematian neonatal pada tahun 2016 sebanyak 31 bayi dan

dengan angka kematian rata-rata 5,23 per 1000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian neonatal diantaranya dari faktor ibu yaitu kehamilan

dibawah umur 20 tahun dan di atas usia 35 tahun merupakan kehamilan

beresiko tinggi; Jumlah paritas yang banyak dengan jarak kelahiran

kurang dari dua tahun; Status gizi yang kurang baik pada ibu waktu

pembuahan dan selama hamil. Faktor Janin yaitu BBLR dimana Berat

Badan Lahir Rendah kurang dari 2500 gram, Asfiksia yaitu keadaan

dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur,

Profil Kesehatan 2017 85


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

infeksi karena sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang juga

berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini

bayi tidak mempunyai imunitas. Tahun 2016 jumlah kematian bayi

sebanyak 41 bayi dan pada tahun 2015 sebanyak 57 bayi, jika

dibandingkan dengan tahun lalu angka kematian bayi sebesar 6,9 per

1.000 kelahiran hidup maka jumlah kematian bayi menurun. Jumlah

kematian Balita sebanyak 56 balita dengan penyakit yang banyak diderita

adalah BBLR dan asfiksia, rata-rata angka kematian balita sebesar 9,4 per

1.000 kelahiran hidup.

Tahun 2016 kematian maternal sebanyak 6 orang terdiri dari 1 ibu

bersalin dan 5 ibu nifas. Angka Kematian Ibu Maternal pada tahun 2016

adalah 101 per 100.000 Kelahiran hidup. Upaya percepatan penurunan

Angka Kematian Ibu telah banyak dilakukan antara lain melalui

peningkatan aksesibilitas serta kualitas pelayanan. Upaya peningkatan

aksesibilitas dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat melalui penempatan tenaga bidan, dokter, perawat,

gizi dan tenaga penyuluh di daerah pedesaan, baik terpencil dan sangat

terpencil sedangkan dari aspek kualitas pelayanan dilakukan melalui

upaya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan

dasar dan rujukan (PONED/PONEK) serta lintas program yang terkait.

2.2.13 Kabupaten Kotabaru

Semboyan Kabupaten Kotabaru adalah Sa’ijaan atau Semufakat,

satu hati dan se iya sekata. Kabupaten Kotabaru memiliki wilayah seluas

Profil Kesehatan 2017 86


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

9.422,46 km2 merupakan kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan

Selatan dengan luas lebih dari seperempat (25,11%) dari luas wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 16 Peta Kabupaten Kotabaru

Gambar 16 menunjukkan bahwa Kabupaten Kotabaru berbatasan

dengan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah Utara, sebelah Selatan

dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan Selat Makasar dan sebelah

Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah; Hulu Sungai Selatan;

Banjar dan Tanah Bumbu. Kabupaten ini terbagi menjadi 21 kecamatan

dengan 198 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Hampang merupakan

kecamatan yang terluas dengan luas 17,88% dari luas wilayah

Profil Kesehatan 2017 87


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten Kotabaru, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil

adalah kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas

wilayah Kotabaru. Kondisi alam di Kabupaten Kotabaru sangat bervariasi

terdiri dari perpaduan tanah pegunungan dan daerah pantai (genangan)

serta daerah daratan dengan perairan yang dipenuhi pulau-pulau kecil.

Kecamatan Hampang merupakan kecamatan yang terluas dengan luas

wilayah 17,88% dari luas wilayah Kabupaten Kotabaru sedangkan

kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Pulau

Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas wilayah Kotabaru. Tinggi

rendahnya suatu tempat dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai

mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Hasil pengamatan Stasiun

Meteorologi Stagen, suhu rata-rata di Kotabaru dan sekitarnya berkisar

antara 25,50C sampai dengan 27,30C.

Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru melaporkan jumlah

penduduk Kabupaten Kotabaru hasil Proyeksi Penduduk 2016 adalah

325.827 jiwa yang tersebar di 202 desa / kelurahan. Jumlah terbanyak

masih berada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan 88.701 jiwa. Jumlah

penduduk terkecil berada di Kecamatan Kelumpang Utara yang hanya

tercatat sebesar 5.931 jiwa. Jumlah penduduk yang begitu besar dan

terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan penyebaran

penduduk. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kotabaru masih terpusat

di Kecamatan Pulau Laut Utara sekitar 27,32% penduduk tinggal di

Kecamatan tersebut. Ironisnya,kecamatan Hampang yang memiliki luas

Profil Kesehatan 2017 88


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

sekitar 17,88 persen dari luas total Kabupaten Kotabaru hanya dihuni

Isekitar 3,53 persen penduduk. Besarnya jumlah penduduk dikecamatan

Pulau Laut Utara menyebabkan kepadatan penduduk kecamatan tersebut

menjadi sangat tinggi yaitu 557 penduduk per km2. Kepadatan penduduk

Kecamatan Hampang sebagai kecamatan dengan wilayah terluas hanya

sebesar 7 penduduk per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru

sudah di atas 100. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

di Kabupaten Kotabaru lebih banyak daripada jumlah penduduk

perempuan.

Penghitungan Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir di

Kabupaten Kotabaru pada Tahun 2016 adalah 68,4 tahun (BPS

Kabupaten Kotabaru, 2016) sedangkan Umur Harapan Hidup Waktu

Lahir (Eo) di Kalimantan Selatan adalah 68,61 tahun (BPS Provinsi

KalSel, 2016). Umur Harapan Hidup di Kabupaten Kotabaru cenderung

meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 yaitu 68,01 tahun, tahun

2013 sebesar 68,07 tahun, tahun 2014 sebesar 68,14 tahun dan tahun

2015 sebesar 68,4.

Angka Kematian Ibu pada tahun 2016 mengalami kenaikan

dibanding pada tahun 2015. Tahun 2014 sebesar 39/100.000 Kelahiran

Hidup yaitu sejumlah 2 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebesar

160,77/ 100.000. Target AKI tahun 2016 adalah 150/100.000 Kelahiran

Hidup. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa

penyebab kematian ibu pada tahun 2016 adalah Eklamsi sebanyak 38% (5

Profil Kesehatan 2017 89


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kasus), Pos Histeriktomi sebesar 8% (1 kasus) dan 8% akibat Infeksi (1

kasus), HPP sebanyak 27% (4 kasus) dan lainnya 13% (2 kasus).

Angka Kematian Bayi pada tahun 2016 sebanyak 17,43/ 1.000

Kelahiran Hidup atau sejumlah 94 kasus, mengalami peningkatan

dibanding tahun 2015 yakni 10,05/1.000 Kelahiran Hidup atau sejumlah

50 kasus. Kasus kematian bayi di Kabupaten Kotabaru sejumlah 94 kasus,

dan terjadi hampir disemua wilayah kecamatan di Kabupaten Kotabaru.

Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Kecamatan

Pulau Laut Utara dengan 26 kasus. Penyebab kematian bayi terbesar

adalah karena asfiksia sebanyak 26 kasus. Kasus kematian Balita pada

Tahun 2016 sebanyak 8 Balita dengan jumlah kematian Balita terbesar

(sebanyak 3 Balita) di wilayah Kecamatan Pulau Laut Utara.

2.3 DESKRIPSI UMUM DINAS KESEHATAN PROVINSI

KALIMANTAN SELATAN

2.3.1 Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan masih mengacu

kepada misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kalsel Mapan

(Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri dan

Berdaya Saing. Visi tersebut mengharapkan terwujudnya pembangunan di

Provinsi Kalimantan Selatan dengan menitikberatkan salah satunya pada

pembangunan di bidang kesehatan. Beranjak dari visi tersebut maka

Profil Kesehatan 2017 90


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dicanangkan misi pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan

Selatan yakni:

1. Mengembangkan Sumberdaya Manusia Kesehatan yang Agamis,

Sehat, Cerdas dan Terampil;

2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan

pengembangan program kesehatan

3. Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasiskan

kearifan lokal; dan

4. Mewujudkan tatakelola pemerintahan bidang kesehatan yang

profesional dan berorientasi pada pelayanan publik.

5. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis

sumberdaya lokal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;

Salah satu makna dari misi tersebut adalah untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia kesehatan melalui pembangunan

kesehatan dan pendidikan berkelanjutan. Sasaran yang ingin dicapai erat

berkaitan dengan layanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat

Kalimantan Selatan.

Upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran Pembangunan

kesehatan Indonesia pada periode 2015-2019 dan kaitannya dengan

RPJMD 2016 – 2021 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status

gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan

Profil Kesehatan 2017 91


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kesehatan yang juga dinamakan dengan Rencana Aksi RPJMN 2015-

2019 yakni dengan meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;

meningkatnya pengendalian penyakit; meningkatnya akses dan mutu

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,

tertinggal dan perbatasan; meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan

universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem

Jaminan Sosial Nasional Kesehatan; terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan, obat dan vaksin; serta meningkatkan responsivitas sistem

kesehatan.

2.3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6

Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja

Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan disebutkan bahwa

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dipimpin oleh Kepala

Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dan 4 (empat) Kepala Bidang.

Struktur organisasi tahun 2016 secara rinci sebagai berikut :

a. Sekretaris

1. Subbag Penyusunan Program

2. Subbag Keuangan

3. Subbag Umum dan Kepegawaian

b. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan 2017 92


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1. Seksi Pengamatan penyakit, imunisasi dan kesehatan matra

2. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

3. Seksi Penyehatan Lingkungan

c. Bidang Promosi Kesehatan dan Sumberdaya Kesehatan

1. Seksi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

2. Seksi Jaminan Kesehatan Masyarakat

3. Seksi Tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan

d. Bidang Pelayanan Kesehatan:

1. Seksi Kesehatan Dasar, rumah sakit dan rujukan

2. Seksi Kesehatan Keluarga

3. Seksi Kesehatan Gizi

e. Bidang Farmasi dan Litbang

1. Seksi Farmasi, alat kesehatan, kosmetika, dan obat tradisional

2. Seksi Makanan Minuman, Narkotika, dan Bahan Berbahaya

3. Seksi Litbang, Hukum dan Kemasyarakatan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan juga membawahi

Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu :

1. Instalasi Gudang Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan

2. Unit Kewaspadaan dan Penanganan Krisis Kesehatan

Profil Kesehatan 2017 93


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat

4. Laboratorium Kesehatan

5. Balai Pelatihan Kesehatan

2.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan

Selatan Nomor 48 tahun 2009 tentang tugas pokok, fungsi dan

uraian tugas unsur-unsur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

a. Tugas pokok: Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang

Kesehatan sesuai dengan azas desentralisasi dan dekonsentrasi.

b. 8 (delapan) Fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang kesehatan

3. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan & pengaturan &

fasilitasi kegiatan pengendalian penyakit dan penyehatan

lingkungan

4. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan &

fasilitasi promosi kesehatan, peningkatan jasmani kesehatan

masyarakat dan peningkatan kapasitas sumberdaya kesehatan

Profil Kesehatan 2017 94


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

5. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan &

fasilitasi pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan

6. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan

pengawasan kefarmasian, penelitian dan pengembangan

7. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian unit pelaksana teknis

8. Pengelolaan kegiatan kesekretariatan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan

capaian kinerja program yang akan dicapai lima tahun kedepan dalam

rangka mendukung pencapaian visi misi Kepala Daerah,yakni:

1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar dan Rujukan

4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

5. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

6. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

8. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

9. Pengembangan Lingkungan Sehat

10. Obat dan perbekalan Kesehatan

11. Pengawasan Obat dan Makanan

12. Pengembangan Obat Asli Indonesia

13. Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

14. Perlindungan Kesehatan Masyarakat Miskin

Profil Kesehatan 2017 95


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

15. Dukungan Peningkatan Pembangunan Kesehatan

16. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Profil Kesehatan 2017 96


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 3

SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Derajat kesehatan merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan kesehatan dan menjadi isu global yang terungkap

secara tegas dalam sasaran-sasaran Sustainable Development Goals

(SDG’s). Derajat kesehatan masyarakat merupakan pilar utama

peningkatan kualitas sumber daya manusia bersama-sama dengan

pendidikan dan ekonomi, sehingga dengan kondisi derajat kesehatan

masyarakat yang tinggi diharapkan akan tercipta sumber daya

manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk

menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam

pembangunan di segala bidang.

Derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan

merupakan gambaran profil kesehatan individu atau kelompok individu

(masyarakat) di suatu daerah. Untuk menilai derajat kesehatan di

suatu wilayah digambarkan dan ditentukan oleh berbagai faktor yang

saling berinteraksi satu sama lain tidak hanya berasal dari sektor

kesehatan melainkan juga dipengaruhi faktor-faktor ekonomi,

pendidikan, lingkungan sosial dan faktor lainnya. Status kesehatan

masyarakat diukur dengan menggunakan indikator yang umum telah

disepakati baik secara nasional maupun internasional seperti

Profil Kesehatan 2017 95


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

peningkatan umur harapan hidup (Life Expectacy), angka kematian

(mortalitas), angka kesakitan penyakit (morbiditas) serta status gizi.

Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang :

1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka/ Umur

Harapan Hidup (AHH/UHH) adalah perkiraan rata-rata lamanya

hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak

lahir.

2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi

(AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI)

per 100.000 Kelahiran Hidup.

3. Morbiditas dilihat dari pola 10 penyakit utama, penyakit menular

(TB paru, Pneumonia, HIV/AIDS dan IMS, Kusta, Malaria),

Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi/ PD3I (Polio dan

AFP, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Hepatitis dan

Campak), Penyakit Potensial KLB/Wabah (DBD, Diare, Rabies,

Filariasis). Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus,

Obesitas, Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara).

4. Status Gizi dilihat dari indikator balita gizi buruk dan hasil

pemantauan status gizi.

Profil Kesehatan 2017 96


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3.1 MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat

dilihat dari kejadian kematian dimasyarakat dari waktu ke waktu.

Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya. Mortalitas yang disajikan yaitu Angka

Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian

Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu Pengaruh dari faktor kesehatan

seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya

kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor

lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial serta faktor lain.

3.1.1 Angka Kematian Neonatal (AKN) per-1.000 Kelahiran Hidup

Kematian yang terjadi pada Bayi usia 0 sampai dengan 28 hari atau

dengan arti lain yaitu jumlah kematian bayi berumur antara satu bulan

sampai kurang dari satu tahun, yang terjadi selama satu tahun per 1000

kelahiran. Angka Kematian Neonatal di Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2016 sebesar 9,48 per 1.000 kelahiran hidup atau total 682

neonatal dari 72.391 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan tahun

2015 ada 545 kematian neonatal dari 71.889 kelahiran hidup berarti ada

peningkatan kasus kematian neonatal dari tahun sebelumnya. Untuk

mengetahui angka kematian neonatal per kabupaten/ kota tahun 2016

dapat dilihat pada gambar berikut :

Profil Kesehatan 2017 97


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

200 laki-laki perempuan Total neonatal

180 91

76 78
160

140 64
56
120 54 53
51
100

80 32
40 31
55
60 28 33
18 21 20
27 17 20
40 25
48 45 51 46 12 12
20 37 33 9 3
29 26
20 19 17
12
0 0

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.1
Jumlah Kematian Neonatal Per Kab/Kota se Kalimantan Selatan
Tahun 2016
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa kabupaten yang tertinggi dalam

hal kematian neonatal adalah Kabupaten Banjar (91 kasus). Jenis

kelamin laki-laki lebih tinggi dibanding jenis kelamin perempuan pada

kematian neonatal di Provinsi Kalimantan Selatan. Penyebab kematian

neonatal diantaranya dari faktor ibu yaitu kehamilan dibawah umur 20

tahun dan di atas usia 35 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi,

Jumlah paritas yang banyak dengan jarak kelahiran kurang dari dua

Profil Kesehatan 2017 98


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

tahun, status gizi ibu yang kurang baik pada saat pembuahan dan selama

kehamilan. Faktor Janin yaitu BBLR dimana berat badan lahir kurang dari

2500 gram dan Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur selain itu juga bisa akibat adanya

infeksi karena sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang juga

berasal dari orang lain dan dalam hal ini bayi belum memiliki imunitas.

3.1.2 Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) ini didefinisikan sebagai jumlah bayi

yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai

umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi

diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang

dari 20; sedang 20-49, tinggi 50-99 dan sangat tinggi jika AKB di atas 100

per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2009). Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat

kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat

sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan

sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan

yang dicapai dalam bidang pencegahan penyakit, penyebab kematian

tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB, dengan demikian

angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua

upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang

kesehatan masyarakat.

Profil Kesehatan 2017 99


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Trend Kematian Bayi


900

850 851 834


816
800
779
750

727
700 718

650
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.2 Trend Kematian Bayi di Prov. Kalimantan Selatan


tahun 2011-2016

Berdasarkan gambar 3.2 diketahui bahwa jumlah kematian bayi di

Provinsi Kalimantan Selatan masih fluktuatif dan tahun 2016 trendnya

menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total kematian bayi di

Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2016 ada 779 kasus dari

71.910 kelahiran hidup sedangkan tahun 2015 sebanyak 834 kasus dari

71.889 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 10,83 per 1.000 Kelahiran Hidup,

lebih rendah jika di bandingkan dengan AKB tahun 2015 yang sebesar

11,6 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2014 sebesar 22 per 1.000

kelahiran hidup sehingga AKB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

dapat dikategorikan rendah.

Profil Kesehatan 2017 100


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Angka Kematian Bayi Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

adalah 4,6 per 1000 kelahiran hidup atau dapat diartikan dari 1.000

kelahiran hidup masih terdapat 5 kasus kematian bayi. Jika dihubungkan

dengan indikator RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2016 yang

menargetkan AKB 40 per 1.000 kelahiran hidup maka Provinsi Kalimantan

Selatan dinyatakan dapat menekan Angka Kematian Bayi.

Laki-laki Perempuan Total kematian bayi

180
160
87
140
120
68 44
100 41

80
28
60 17 17 16
15 15
40 8 10
6
20
0

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.3 Jumlah Kematian Bayi Per Kab/Kota se Kalsel


Tahun 2016

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa jumlah absolut kematian bayi

tertinggi tahun 2016 ada di Kabupaten Tanah Laut (87 kasus) dan Barito

Kuala (68 kasus). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kematian

bayi diantaranya adalah aksesibilitas atau keterjangkauan berbagai

Profil Kesehatan 2017 101


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

fasilitas kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang

terampil serta kesediaan masyarakat untuk mengubah dari pola pikir

budaya tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan

dan yang penting juga upaya mencegah kejadian 3 (tiga) Terlambat yakni

terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan

atau tempat rujukan dan terlambat mendapatkan pertolongan. Penyebab

kematian bayi umumnya adalah karena bayi dalam kondisi Berat Badan

Lahir Rendah, lahir mati, kelainan bawaan, Diare dan Asfiksia.

Berdasarkan Riskesdas 2013 terdapat 37,1% ibu hamil anemia dan

38,5% ibu hamil Kurang Energi Kalori yang mengakibatkan tingginya

tingkat malnutrisi pada ibu hamil di Indonesia. Kekurangan gizi pada ibu

hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, menimbulkan

keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan, mati dalam kandungan dan lahir

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR salah satu kondisi yang

menyebabkan kematian pada bayi di Provinsi Kalimantan Selatan.

3.1.3 Angka Kematian Anak Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang

dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5

tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. AKABA juga

dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah,

gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, gambaran tingkat

keberhasilan program KIA/ Posyandu. AKABA merefleksikan pengaruh

faktor lingkungan terhadap kesehatan anak Balita seperti kesehatan

Profil Kesehatan 2017 102


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

lingkungan, nutrisi, penyakit menular dan kecelakaan yang terjadi di

sekitar rumah.

AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu

dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai

angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif untuk AKABA berdasarkan

pedoman MDGs adalah >140 sangat tinggi, 71-140 tinggi, sedang 20-70

dan rendah <20. Jumlah absolut kematian anak Balita di Provinsi

Kalimantan Selatan tampak pada gambar berikut:

Laki-laki Perempuan Total kematian Balita

35
16 15
30
12
25
10

20
7 7
7
15
5
10 3 3 3

5
0 0

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.4
Jumlah Kematian Balita Per Kab/Kota se Kalsel
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 103


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa kematian anak Balita di Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016 termasuk kategori rendah namun tetap

perlu diperhatikan dalam pemberian solusi permasalahan. AKABA di

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 tidak jauh berbeda dibandingkan

pada tahun 2015 yaitu 1,18 per 1000 Kelahiran Hidup atau 85 kasus

sedangkan pada tahun 2016 ada 1,22 per 1000 Kelahiran Hidup atau

sebanyak 88 kasus. Kabupaten Kotabaru dan Hulu Sungai Tengah tidak

ada kasus kematian anak Balita sedangkan Kabupaten Banjar dan Tanah

Bumbu cukup banyak kasus karena pengaruh faktor lingkungan, akses Air

Bersih, imunisasi dasar, penanganan segera terhadap penyakit serta

kondisi geografis.yang memungkinkan timbulnya kecelakaan bagi Balita.

3.1.4 Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan gambaran tentang

banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari

yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan

karena sebab lain per 100.000 kelahiran hidup sejak terminasi kehamilan

tanpa memandang lama dan tempat persalinan. Informasi mengenai

tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) bermanfaat untuk pengembangan

program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan

kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi

(making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang

dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam

penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga

Profil Kesehatan 2017 104


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk

mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan

reproduksi. Gambaran perkembangan jumlah Kematian Ibu di Provinsi

Kalimantan Selatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar

berikut.

Kematian Ibu
125 123
124
120 120 120
115
113
110
105
105
100
95
2011
2012
2013
2014
2015
2016

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.5 Trend Kematian Ibu di Prov Kalimantan Selatan


Tahun 2011-2016

Gambar 3.5 menunjukkan trend angka absolut kematian ibu di

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 berfluktuatif, tertinggi pada tahun

2015 dan menurun pada tahun 2016. Angka Kematian Ibu Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 188,97 per 100.000 kelahiran

hidup. Banyaknya kejadian faktor 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua,

terlalu banyak dan terlalu sering) menjadi faktor penyebab tidak langsung

Profil Kesehatan 2017 105


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kematian ibu di di Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2014 sampai

dengan tahun 2016 terjadi penurunan jumlah kematian ibu, telah

digalakkan proses persalinan di fasilitas kesehatan, adanya Perda Kibbla,

Program Perencanaan Pencegahan Persalinan dan Komplikasi (P4K),

Asuhan Persalinan Normal (APN) meskipun masih banyak tenaga Bidan

yang belum sesuai standar APN. Penyebab kematian ibu sebagian besar

akibat terjadinya perdarahan dan komplikasi kehamilan/ persalinan yaitu

preeklampsi/ eklampsi. Jumlah kematian ibu per golongan umur tampak

pada gambar 3.6 berikut ini.

14 13 14
12 11
10 9 9
8 7 8
6 6 6 8
6 6 7
6 5
6
4 4 4 5 5
2 3 3 4 4 5
2 3
2 1 2 2 3
0 0 2 3 3
0 0 0 1 1 2
0 0 1 1 2 2
0
0 0 1

Kematian ibu hamil Kematian ibu bersalin kematian ibu nifas Total Kematian Ibu

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.6
Jumlah Kematian Ibu Hamil; Ibu Bersalin; Ibu Nifas dan Total
Kematian Ibu Per Kabupaten/ Kota se Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 106


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan gambar 3.6 diketahui jumlah kematian ibu di

Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016, kematian ibu

saat hamil, bersalin dan nifas. Kematian ibu saat nifas (49 kasus) lebih

tinggi dibandingkan kematian ibu saat bersalin dan hamil. Kota

Banjarmasin, Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Banjar merupakan

daerah yang berkontribusi lebih tinggi terhadap kematian ibu dibanding

kabupaten/kota lainnya.

5
33

< 20 tahun

20-34 tahun

≥ 35 tahun

61

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.7
Kematian Ibu per Kelompok Umur di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016

Gambar 3.7 menunjukkan kasus kematian ibu tertinggi tahun 2016

adalah kelompok usia 20-34 tahun (61 kasus). Seiring bertambahnya usia

meningkat pula penyakit degeneratif, pengaruh faktor penuaan,faktor

Profil Kesehatan 2017 107


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

keturunan dan gaya hidup selama kehamilan dan masa nifas (42 hari

setelah melahirkan).

Penyebab kematian ibu

perdarahan

28 28
hipertensi

infeksi

gangguan sistem peredaran


darah
2
gangguan metabolisme
4
6 24
lain-lain

Sumber: Profil Kab/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.8
Penyebab Kematian Ibu di Prov. Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.8 menggambarkan bahwa penyebab kematian ibu tahun

2016 tertinggi adalah perdarahan dan penyebab lain yang memperburuk

kondisi ibu seperti faktor non obstetri diantaranya karena gangguan

jantung, oedem pulmonal, diabetes mellitus dan gagal ginjal.

Belajar dari kejadian ini maka diperlukan upaya-upaya untuk

mengendalikan atau menurunkan kasus kematian ibu, diantaranya adalah

meningkatkan pembinaan audit maternal ke daerah potensi,

meningkatkan fasilitas Puskesmas PONED, pelayanan Polindes,

membina kemitraan dengan Tenaga non Nakes (Dukun Kampung

Profil Kesehatan 2017 108


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Terlatih), meningkatkan kualitas ANC, akseptor Keluarga Berencana dan

perawatan ibu saat nifas serta setiap ibu hamil harus kontak dengan

dokter minimal 1 kali. Pelaksanaan advokasi kemitraan Bidan –Dokter

dan Bidan –Dukun Kampung untuk pendampingan ibu hamil, bersalin dan

melahirkan serta nifas merupakan salah satu upaya penting untuk

mengatasi permasalahan ini. Selain itu juga perlu peningkatan sumber

daya kesehatan dalam hal kapasitas tenaga kesehatan terhadap

Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan, orientasi dalam

pelayanan persalinan normal sesuai standar, orientasi pengenalan tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, pengadaan alat deteksi dini

resiko hamil, kapasitas fasilitator kelas ibu hamil dan penggunaan alat

deteksi resiko ibu hamil serta adanya review pelayanan antenatal dan

kelas ibu kesehatan reproduksi di Kabupaten/ Kota se Kalimantan

Selatan.

3.1.5 Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada

umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Umur

Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) di Kalimantan Selatan adalah 68,61

tahun (BPS Provinsi KalSel, 2016). Umur Harapan Hidup waktu lahir

menunjukkan rata-rata tahun hidup yang akan dilalui oleh manusia sejak

dilahirkan. Angka Umur Harapan Hidup dipengaruhi oleh menurunnya

Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak, Angka Kematian Ibu dan

Profil Kesehatan 2017 109


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

meningkatnya Status Gizi Masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan

Selatan AHH pada tahun 2016 adalah 67,92 tahun, tampak pada gambar

di bawah ini:

68 67,92
67,8
67,8 67,72

67,6 67,47
67,35
67,4

67,2

67 66,88

66,8

66,6

66,4

66,2
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.9
Angka Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 –
2016

Gambar 3.9 di atas menyajikan grafik perkembangan Angka

Harapan Hidup di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2016. Terjadi peningkatan AHH dari tahun ke tahun namun

masih berkisar pada angka 67, umur 67 tahun merupakan kelompok usia

lanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa orang di Kalimantan Selatan

Profil Kesehatan 2017 110


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

berpotensi untuk memiliki umur yang panjang dan menjalani kehidupan

sebagai lansia (umur lebih dari 60 tahun). Angka Harapan Hidup di

Kalimantan Selatan (67,92 tahun) sudah sesuai atau mencapai target

nasional yang telah ditetapkan yakni sebesar 67,90 tahun, dimana

kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang baru lahir diperkirakan akan

hidup rata-rata sampai umur 67 tahun karena Umur Harapan Hidup

adalah jumlah rata-rata umur hidup berdasarkan kelompok yang lahir

pada tahun yang sama.

2015 2016

72

70

68

66

64

62

60

58
Tala Ktb Banj Bato Tapi HSS HST HSU Tbal Tanb Blan Bma Bjba Kals
ar la n ong u gan sin ru el
2015 68,62 68,49 65,97 64,94 69,47 64,14 64,83 62,49 69,74 69,19 66,95 70,32 71,36 67,8
2016 68,76 68,61 66,17 65,14 69,62 65,38 65,06 62,71 69,84 69,19 67,07 70,44 71,43 67,92

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017


Gambar 3.10
Angka Harapan Hidup Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2015-2016

Profil Kesehatan 2017 111


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan gambar 3.10 di atas diketahui bahwa Angka Harapan

Hidup tahun 2015-2016 yang tertinggi ada pada Kota Banjarbaru dan

Banjarmasin sedangkan yang terendah pada Kabupaten Hulu Sungai

Utara. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti

dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya

termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan nutrisi dan kalori yang

termasuk dalam program pemberantasan kemiskinan. Pentingnya

peningkatan Program Pengendalian Penyakit dan Program Kesehatan

Usia Lanjut juga untuk mendukung kebermaknaan harapan hidup yang

lebih baik.

Angka harapan Hidup merupakan salah satu indikator yang dapat

mengukur derajat kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu indikator

yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia. (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Tahun 2015 dan 2016 di Kabupaten/Kota se Kalimantan

Selatan tampak pada gambar berikut:

Profil Kesehatan 2017 112


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Tala Ktb Banj Bato Tapi HSS HST HSU Tbal Tanb Blan Bma Bjba Kals
ar la n ong u gan sin ru el
2015 66,99 66,61 66,39 63,53 67,67 66,31 66,56 62,49 69,35 67,58 65,34 75,41 77,56 68,38
2016 67,44 67,1 66,87 64,33 68,05 67,52 67,07 63,38 70,07 68,28 66,25 75,94 77,96 69,05

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017


Gambar 3.11
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2015 dan 2016

Gambar 3.11 menunjukkan perbandingan Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 dan

2016. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi ada pada Kota

Banjarbaru (77.96) dan Kota Banjarmasin (75.94) sudah di atas angka

nasional sedangkan Kalsel (69.05) masih dibawah angka IPM nasional

(70.18) tahun 2016 dan rangking 4 diantara 5 (lima) provinsi di Pulau

Profil Kesehatan 2017 113


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kalimantan setelah Kaltim (74.59); Kaltara (69.20); Kalteng (69.13); dan

Kalbar (65.88).

3.2 MORBIDITAS

Angka Kesakitan (Morbiditas) penduduk didapat dari data yang

berasal dari masyarakat (Community Base Data) yang dapat diperoleh

melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas

Kesehatan maupun dari sarana pelayanan kesehatan melalui sistem

pencatatan dan pelaporan.

3.2.1 Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam profil ini antara lain

Penyakit Malaria, HIV/AIDS, TB Paru, Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA), Diare, Kusta, Rabies, Demam Berdarah Dengue dan Filariasis.

a) Penyakit Malaria

Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

parasit plasmodium yang ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles

betina, hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia dan

mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan bahkan bisa membawa

kematian. Solusi untuk meningkatkan Program P2 Malaria diantaranya

perlu dilaksanakan pelatihan petugas baik dokter, paramedis, mikroskopis

dan pengelola program malaria Kab/Kota,Puskesmas, Rumah Sakit

pemerintah maupun swasta; meningkatkan survelans migrasi;

meningkatkan KIE malaria terhadap masyarakat dengan melibatkan

LS/LP; membentuk dan mengaktifkan Pos Malaria Desa (POSMALDES)

Profil Kesehatan 2017 114


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

serta meningkatkan koordinasi antara pemerintah, Ormas, LSM dan lintas

sektor terkait dalam upaya penanggulangan Malaria.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.12 Peta Stratifikasi Malaria Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 115


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan gambar 3.12 tersebut di atas diketahui kabupaten/ kota

yang memiliki Annual Parasite Incidence (angka kasus Malaria per tahun)

API =1-5 adalah Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong. Wilayah

Tabalong cenderung berubah warna merah. API 4,06 artinya setiap 1000

penduduk terdapat 6 orang yang menderita malaria positif dan hal inilah

yang menyebabkan Kabupaten Tabalong menjadi daerah merah. Apabila

API nya < 1 maka barulah daerah / kabupaten tersebut dikatakan daerah

hijau. Hal yang sangat berpengaruh juga dalam kasus Malaria adalah

mobilitas penduduk yang berasal dari luar kecamatan, kabupaten maupun

provinsi. Penderita Malaria Klinis terbanyak di Kabupaten Tabalong pada

tahun 2016 terdapat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Muara Uya

sebanyak 929 penderita dan di wilayah kerja UPT. Jaro sebanyak 331

penderita.

Endemis Malaria di beberapa kecamatan wilayah utara inilah yang

menyebabkan Kabupaten Tabalong dikategorikan merah (Hci > 5) kasus

malaria di Kalimantan Selatan. Desa endemik Malaria di Kabupaten

Tabalong berjumlah 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan :

Kecamatan Jaro, Kecamatan Muara Uya dan Kecamatan Bintang Ara.

Kabupaten Balangan meskipun tidak termasuk sebagai daerah endemik

Malaria, namun secara geografis berbatasan dengan Kabupaten

Tabalong, Kotabaru dan Provinsi Kalimantan Timur dan Tengah yang

merupakan daerah endemik Malaria, sehingga sampai sekarang ini masih

ditemukan beberapa kasus Malaria di masyarakat dan bahkan jumlahnya

Profil Kesehatan 2017 116


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kenyataan yang

berhubungan dengan geografis juga semakin nampak dari temuan kasus

suspek dan positif Malaria yang lebih tinggi terjadi di beberapa wilayah

kerja puskesmas yang berbatasan dengan wilayah endemis Malaria

seperti Puskesmas Halong, Uren, Awayan dan Tebing Tinggi yang

berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Kota Baru dan

Kabupaten Paser Kalimantan Tengah.

14

12

10

0
BJM BJB BJR TPN HSS HST HSU BLG TAB BTL Tala TNB KTB
2011 0,13 1 1,4 2,2 1,6 0,8 0,51 0,51 3,4 1,59 3,9 11,4 6,3
2012 0,08 1,3 1,2 2,1 1,7 0,8 0,72 0,72 5,6 1,7 3,4 12,2 4,8
2013 0,06 0,78 1,17 2,38 1,31 0,67 0,37 1,06 5,28 0,79 1,34 5,59 4,92
2014 0,05 0,23 1,05 1,19 0,73 0,77 0,32 2,23 7,68 0,3 0,92 1,56 3,73
2015 0,01 0,63 0,32 0,65 0,24 0,47 0,22 2,55 7,27 0,15 0,37 0,87 0,93
2016 0,06 0,04 0,31 0,56 0,1 0,15 0,19 2,43 3,85 0,06 0,22 0,51 0,56

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.13
API per Kabupaten/ Kota Prov. Kalsel
Tahun 2011- 2016

Gambar 3.13 menunjukkan bahwa Kabupaten Tabalong memiliki

API Malaria tertinggi. Berdasarkan analisis data di atas ternyata kasus

malaria berhubungan erat dengan meningkatnya aktivitas ilegal loging,

Profil Kesehatan 2017 117


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

ilegal mining dan pembukaan lahan perkebunan baru seperti karet, sawit,

dan lain-lain. Beberapa kasus diduga adalah kasus impor dari wilayah

Kalimantan Timur dan saat ini dicurigai adanya penularan setempat di

desa Solan dan Lano.

Kabupaten Balangan juga memiliki API lumayan tinggi dan jika

dihubungkan dengan semakin meningkatnya jumlah suspek atau dugaan

Malaria di Kabupaten Balangan, semua ini tidak lepas dari semakin

gencarnya program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria yang

melaksanakan pemeriksaan darah kepada mereka yang akan pergi

ataupun datang dari daerah endemik malaria, juga kepada semua ibu

hamil saat kunjungan pertama. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan kepada

mereka yang positif malaria, juga diketahui bahwa mereka memang sakit

setelah datang dari daerah-daerah endemik tersebut.

2,5

1,5

0,5

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
API 0,8 0,98 1,51 2,8 2,5 1,79 1,37 0,88 0,53

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.14
Trend API Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2008 –2016

Profil Kesehatan 2017 118


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.14 menunjukkan perkembangan API (Annual Parasite

Incidence ) dari tahun ke tahun cenderung menurun. API tahun 2015 dan

2016 mencapai dibawah 1 per 1000 penduduk. Indikator RPJMN untuk

Program pengendalian malaria adalah mencapai 1 per 1000 penduduk

maka baik target RPJMN maupun target MDGs 2015 telah tercapai.

Hubungan hambatan dalam penanganan malaria adalah lemahnya

koordinasi lintas sektoral, kurangnya SDM dan masih belum optimalnya

pemberdayaan masyarakat setempat. Pengendalian malaria perlu

kepedulian setiap orang dan kerjasama semua pihak terkait yakni sektor

Pendidikan Nasional: pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai

materi pelajaran Muatan Lokal; sektor agama: penyebaran luasan

informasi melalui khutbah Jumat; PKK: penggerakan ibu rumah tangga

dalam pencarian pengobatan dan pencegahan gigitan nyamuk Anopheles;

sektor Kimpraswil: penyediaan Air Bersih dan mandi cuci kakus, kali

bersih dan mengalirkan genangan air; sektor peternakan: penyuluhan

penempatan kandang sebagai cattle barrier; sektor pertanian: penanaman

padi serempak dan sanitasi kebun; sektor perikanan: budidaya ikan

pemakan jentik dan penanamaan kembali pohon bakau.

b) HIV/ AIDS
HIV dan AIDS, kedua singkatan ini sering kali disandingkan

sehingga orang biasanya menganggapnya suatu kondisi yang sama

padahal, keduanya adalah diagnosis yang berbeda. HIV (Human

Immunodeficiency Virus) adalah virus (retrovirus) yang menginfeksi sel-sel

sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan manusia. HIV dapat

Profil Kesehatan 2017 119


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dengan cairan

tubuh orang yang terinfeksi HIV, misalnya melalui hubungan seksual,

transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dan

penularan dari ibu ke anak yang dilahirkan atau disusui. AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi kesehatan seseorang

ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap penyakit. Dimana

HIV (Human Immunodeficeincy Virus) adalah adanya virus yang

menyerang dan merusak sistem kekebalan manusia namun belum

menimbulkan gejala sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency

Syndrome) merupakan sekumpulan gejala yang terjadi ketika HIV

menyebabkan kerusakan serius pada sistem imun. Artinya, orang yang

terinfeksi HIV bisa saja hidup sehat, namun orang yang sudah pada

kondisi AIDS pasti memiliki Virus HIV.

AIDS, 771
HIV, 896

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.15
Kasus HIV dan AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016.

Profil Kesehatan 2017 120


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.15 menyajikan data Kasus HIV dan AIDS Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016. Kasus AIDS lebih tinggi dibanding kasus

HIV. Tes HIV adalah satu-satu nya cara untuk mengetahui apakah

seseorang sudah terkena HIV atau tidak. Tes HIV dapat dilakukan baik

secara sukarela maupun atas anjuran Petugas Kesehatan. Jumlah kasus

HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan sejak tahun 2002 sampai dengan

tahun 2016 dapat dilihat pada gambar grafik berikut.

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
200 200 200 200 200 200 200 200 201 201 201 201 201 201 201 TOT
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 AL
HIV 4 5 7 20 14 29 9 23 34 52 124 118 114 152 191 896
AIDS 0 0 0 0 10 18 23 28 38 65 88 83 108 132 178 771
TOTAL 4 5 7 20 24 47 32 51 72 117 212 201 222 284 369 1667
KUMULATIF 4 9 16 36 60 107 139 190 262 379 591 792 1014 1298 1667 1667

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.16
Jumlah Kasus HIV AIDS Berdasarkan Tahun Temuan
Sejak 2002 - Des 2016

Terhitung sejak Tahun 2002 sampai dengan bulan Desember 2016

di Provinsi Kalimantan Selatan telah di temukan dan dilaporkan sebanyak

1667 kasus HIV dan AIDS. Kasus HIV dan AIDS tersebut dengan rincian

Profil Kesehatan 2017 121


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

adalah HIV sebanyak 896 Kasus (54%) dan AIDS sebanyak 771 Kasus

(46%). HIV dan AIDS pertama kali ditemukan dan dilaporkan pada tahun

2002, yaitu sebanyak 4 kasus HIV. Selama 14 Tahun penanggulangan

HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan sudah ditemukan dan dilaporkan

secara kumulatif sebanyak 1.667 kasus HIV dan AIDS. Selama tahun

2016 (Januari-Desember) telah ditemukan dan dilaporkan sebanyak 265

Kasus HIV dan AIDS. Semakin banyaknya Kasus HIV dan AIDS yang

ditemukan menunjukkan semakin intensifnya upaya Pencegahan dan

Penanggulangan HIV dan AIDS di setiap lapisan masyarakat dalam upaya

pembongkaran Fenomena Gunung Es di Masyarakat.

1800 1667

1600

1400

1200

1000 870 896


760 771
800
501 490
600
369
400 270

200 37 37
0
0
LAKI-LAKI PEREMPUAN TIDAK DIKETAHUI TOTAL

HIV AIDS TOTAL

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.17
Kasus HIV/ AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 122


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.17 menunjukkan bahwa jenis kelamin Laki-laki lebih

mendominasi dalam kasus HIV atau AIDS dibanding dengan jenis kelamin

perempuan. Peningkatan penemuan kasus pada laki-laki pada tahun 2016

dikarenakan semakin meningkatnya penjangkauan dan keterbukaan dari

komunitas populasi kunci. Masih perlu usaha yang lebih besar untuk

membongkar kasus HIV dan AIDS pada Laki-laki karena Laki-laki adalah

kunci rantai penularan yang menjadi Sumber Penyebar HIV AIDS yang

paling dominan karena Perilaku Berisikonya. Meningkatnya penemuan

kasus HIV dan AIDS pada Perempuan dikarenakan sudah banyaknya

program difokuskan pada Perempuan khususnya Kelompok Populasi

Kunci melalui Program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS).

KASUS HIV & AIDS BERDASARKAN


KELOMPOK USIA
1667
1800
1600
1400
1200 896
1000 653 540 771
800 400
600 289
253 251 224
140
400 5 3 8 10 15 25 2 7 9 22 10 32 84 16 39 55 5 7 12 101 8 109
200
0

HIV AIDS TOTAL

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.18
Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 123


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.18 memperlihatkan bahwa Jumlah Kasus HIV/ AIDS

berdasarkan kelompok umur tampak pada gambar berikut. Kasus HIV dan

AIDS di temukan dan dilaporkan paling banyak pada usia-usia produktif

(20-29 tahun) sebesar 39,2%. Tingginya kasus HIV dan AIDS pada usia

Muda Produktif ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan

tentang pencegahan dan penularan HIV AIDS di kalangan usia Produktif,

di samping makin tingginya budaya permisif terhadap perilaku-perilaku

yang dinilai melanggar norma agama dan budaya. Pemberian informasi

tentang HIV dan AIDS (Pengertian, Penularan, Pencegahan, Perawatan,

dan Pengobatan) kepada Orang Muda sedini mungkin selayaknya

dilakukan melalui jalur pendidikan, media massa dan Organisasi

Kepemudaan atau Kemasyarakatan. Pemberian informasi melalui media

KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) audio-visual dapat menjadi salah

satu sarana pembelajaran yang efektif dikarenakan lebih menarik

perhatian kelompok Usia Muda Produktif.

Lima besar Kasus HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan adalah:

Kota Banjarmasin (568 Kasus) 34,1%, Kab Tanah Bumbu (293 kasus)

17,6%, Kota Banjarbaru (207 kasus) 12,4%, Kab.Banjar (76 Kasus) 4,6%,

Kab. Tabalong (72 kasus) 4,3% dan Kab. Kotabaru (65 kasus) 3,9%.

Faktor resiko yang dominan terjadi pada kasus HIV/ AIDS sebagai berikut:

Profil Kesehatan 2017 124


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

58
14 4
17

SEKSUAL

PERINATAL

PENASUN

TRANSFUSI

TDK DIKETAHUI

803

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.19
Trend kasus HIV Berdasarkan Faktor Resiko tahun 2016

Tingginya kasus HIV dan AIDS yang ditemukan dan dilaporkan

menunjukkan semakin efektif dan aktifnya Program Penanggulangan HIV

dan AIDS di Kabupaten/Kota sehingga berhasil membongkar estimasi

kasus “gunung Es” HIV dan AIDS yang tersembunyi di daerahnya, serta

semakin tingginya kesadaran warga masyarakat terhadap HIV dan AIDS

sehingga mau memeriksakan dirinya melalui VCT dan Tes HIV.

Profil Kesehatan 2017 125


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

42 8 1
24

SEKSUAL

PERINATAL

PENASUN

TRANSFUSI

TDK DIKETAHUI

696

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.20
Trend Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko tahun 2016

Gambar 3.19 dan 3.20 menunjukkan bahwa akibat perilaku dalam

hubungan seksual merupakan faktor resiko tertinggi dalam penularan HIV

dan AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016. Sebesar 20,2%

Populasi Kunci yang terkena HIV dan AIDS adalah Wanita Pekerja Seks

yang berada di Lokasi Prostitusi di Kab/Kota. Sebanyak 539 Kasus HIV

dan AIDS atau 32,3% adalah laki-laki yang pernah berhubungan seks

dengan Populasi Kunci yang sudah terpapar atau terkena HIV dan AIDS.

Dampak dari perilaku berisiko laki-laki ini adalah sebanyak 369 kasus atau

22,1% dari Ibu-Ibu Rumah Tangga (Pasangan Risti) di Kalsel terkena HIV

dan AIDS yang diperoleh dari Pasangannya (HRM). Ujung akhir dampak

dari perilaku berisiko laki-laki berisiko tinggi ini adalah dilahirkannya anak-

anak dengan HIV AIDS dari ibu-ibu positif sebanyak 2,6%.

Profil Kesehatan 2017 126


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1800
1600
1400
1200
1000
800
600 LAKI-LAKI
400 PEREMPUAN
200
TD
0
HIDU MAT HIDU MAT HIDU MAT TOT
TD TD TD TOTAL
P I P I P I AL
HIV AIDS HIV DAN AIDS
LAKI-LAKI 351 3 15 381 104 16 732 107 31 870
PEREMPUAN 424 2 64 213 49 8 637 51 72 760
TD 0 0 37 0 0 0 0 0 37 37
TOTAL 775 5 116 594 153 24 1369 158 140 1667

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.21
Kasus HIV/AIDS berdasarkan Status Hidup dan Mati
tahun 2016

Gambar 3.21 menjelaskan bahwa sebesar 82,1 % Kasus HIV dan

AIDS ditemukan masih Hidup pada saat Periode Pelaporan, sedangkan

9,5% dilaporkan Meninggal pada saat periode Pelaporan. Semakin tinggi

Angka Harapan Hidup ODHA maka semakin baik kualitas pelayanan dan

mereka juga perlu: Dukungan sosial; Pengobatan teratur dan perawatan

kesehatan, factor psikologis maupun sosial yang diterima oleh ODHA

karena ODHA memiliki rasa diskriminasi dan stigma. Tujuan Pengendalian

HIV AIDS Mengendalikan penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup

ODHA serta menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV dan

AIDS. Sebanyak 197 Kasus HIV dan AIDS di laporkan melalui Rumah

Profil Kesehatan 2017 127


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sakit Umum Daerah Ansari Saleh Banjarmasin dan sebesar 104 Kasus

HIV AIDS dilaporkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.

Sebanyak 15 kasus dilaporkan dari RSUD Damanhuri Barabai, 11 Kasus

ditemukan melalui PKM Teluk Dalam, 5 Kasus dari PKM Pekauman, 4

kasus dari RSUD Ratu Zalecha Martapura, RSU Suaka Insan, RSUD

Kotabaru, dan PKM Cempaka Putih, 3 kasus dari RSUD Pembalah

Batung Amuntai dan 2 kasus dari RSUD Boejasin Pleihari, PKM

Banjarbaru dan PKM Pelambuan. Sebagian besar Rumah Sakit Swasta

atau RSUD Kab/Kota dan Puskesmas secara perlahan-lahan sudah dapat

melayani HIV AIDS. Diperlukan adanya sosialisasi secara intensif kepada

masyarakat tentang keberadaan unit layanan yang dapat melayani Tes

HIV di Kabupaten dan Kota sehingga akses masyarakat tidak lagi

tertumpu di dua (2) rumah sakit Rujukan HIV Kota Banjarmasin. Sesuai

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 188.44/0477/KUM/2009

tentang Sistem Layanan Kesehatan HIV, maka seluruh Petugas

Kesehatan yang mengetahui dan atau Menemukan Seseorang dengan

Gejala HIV dan AIDS, wajib melaporkan secara berjenjang kepada Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Berdasarkan Jenis Pekerjaannya, sebesar 326 kasus atau 19,6%

berprofesi sebagai Wanita Pekerja Seks (WPS). Tingginya angka Kasus

HIV dan AIDS pada WPS ini adalah karena intensifnya Progam

Penanggulangan HIV AIDS di Lokasi Populasi Kunci yang ada di

Kab/Kota dan yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah semakin

Profil Kesehatan 2017 128


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

banyaknya Angka Kasus HIV dan AIDS Pada Ibu Rumah Tangga 281

kasus atau 16,9%. Ditemukannya Kasus HIV dan AIDS pada Ibu Rumah

tangga ini sebuah indikasi kuat bahwa Kasus HIV dan AIDS tidak hanya

berada pada Populasi Kunci yang Rawan Menularkan atau Rawan Ditulari

tapi sudah memasuki Populasi Umum (Masyarakat) yang tidak pernah

melakukan Perilaku yang berisiko.

HIV dan AIDS dapat menyerang seseorang tanpa memandang

jenis pekerjaan tertentu, setiap orang mempunyai resiko yang sama untuk

tertular HIV dan AIDS. Sebaiknya menggunakan kondom dan melakukan

hubungan seksual yang aman pada siapapun dan yang terpenting adalah

mempelajari pencegahan dan pengobatannya serta selalu melakukan test

HIV secara rutin. Keputusan Presiden No.75 Tahun 2006 mengamanatkan

perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh

Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal

mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah

strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi

Penanggulangan AIDS disemua tingkat. Anggaran dari sektor pemerintah

diharapkan juga akan meningkat, sejalan dengan kompleksitas masalah

yang dihadapi. Sektor akan meningkatkan sumber daya dan cakupan

program masing masing. Masyarakat sipil termasuk Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) akan meningkatkan perannya sebagai mitra

pemerintah sampai tingkat desa.

Profil Kesehatan 2017 129


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kegiatan yang dilaksanakan program Pengendalian HIV-AIDS di

Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 yaitu; Kegiatan

layanan mobile VCT HIV-AIDS/IMS di Tempat2 hiburan/ hotel / tempat

kerja; Kegiatan layanan VCT HIV/IMS pada Puskesmas LK; Survey

Tingkat Pengetahuan > 14 Tahun; Penjangkauan popolasi Risiko Tinggi;

Pemetaan populasi kunci bekerjasama dengan LP/LS, LSM; Pertemuan

kemitraan dgn LP/LS terkait; Sosialisasi pencegahan HIV-AIDS di

Beberapa Tempat Hiburan/ Sekolah/ Instansi, Tempat Kerja/ Masyarakat;

Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu); Peningkatan peran serta KPA

(Komisi Penanggulangan AIDS) dan LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dalam rangka penguatan/ koordinasi kelembagaan,

penjangkauan populasi risiko tinggi dan pendampingan pengobatan HIV-

AIDS; meningkatkan dan mengembangkan program dengan

memfokuskan akses layanan bermutu, manajemen logistic, penguatan

jejaring layanan, kolaborasi TB HIV serta meningkatkan dan memperkuat

pengembangan SDM di Kalimantan Selatan.

c) Penyakit TB Paru

TB Paru atau Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular

yang sampai dengan sekarang ini masih menjadi masalah yang sangat

serius di masyarakat, namun sebenarnya TB Paru juga masuk kategori

penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan menjadi salah

satu prioritas dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular. TB Paru menjadi salah satu penyakit yang menjadi target dalam

Profil Kesehatan 2017 130


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

komitmen nasional ”Millenium Development Goals (MDGs)”, selain

Malaria dan HIV/AIDS yang penting untuk lebih diperhatikan dan

dikendalikan dengan berbagai program yang bertujuan mengendalikan

penyakit ini. Penduduk di Kalimantan Selatan masih banyak yang diduga

menderita TB Paru dan diketahui dari hasil penjaringan sebagai berikut.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.22
Angka Penjaringan Terduga TB / 100.000 penduduk di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.22 menunjukkan bahwa di Kabupaten Barito Kuala dan

Kota Banjarmasin tertinggi dalam angka penjaringan terduga TB Paru /

100.000 penduduk. CNR (Case Notification Rate) merupakan angka yang

menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan dicatat di antara

100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini berguna untuk

Profil Kesehatan 2017 131


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

menunjukkan kecenderungan (trend) penemuan kasus pada wilayah

tersebut. CNR tahun 2016 atau kasus baru di Kalimantan Selatan adalah

136 per 100.000 penduduk dan seluruh kasus terduga TB adalah 649 per

100.000 penduduk. Data CNR tahun 2016 ini menurun dibandingkan

dengan CNR tahun 2015 yang sebesar 141 per 100.000 penduduk. CNR

per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar 3.23 berikut.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.23
Case Notification Rate (CNR) di Kabupaten/ Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.

Selain CNR, indikator lain dalam pengendalian Tuberkulosis

adalah CDR (Case Detection Rate) yaitu jumlah penderita baru dengan

Profil Kesehatan 2017 132


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BTA Positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah penderita baru

BTA Positif yang diperkirakan ada di wilayah tersebut. Lima komponen

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yaitu:

Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan;

Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin

mutunya; Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi

pasien; Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif; Sistem

monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian

terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.24
Penemuan Pasien TB Paru Berdasarkan Tipe BTA di Kab / Kota
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.

Profil Kesehatan 2017 133


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.24 menunjukkan Penemuan Pasien TB Paru

Berdasarkan Tipe BTA di Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2016. Pasien Tuberkulosis Paru dengan sedangkan BTA (–)

terbanyak ada di Kabupaten Banjar dan pasien BTA (+) tertinggi di Kota

Banjarmasin tahun 2016, sedangkan tahun 2015 tertinggi di BTA (+) ada

di Kabupaten Barito Kuala, sehingga di kabupaten/ kota tersebut. perlu

pembinaan teknis yang lebih intensif lagi dalam pengendalian dan

pemberantasan penyakit Tuberkulosis.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.25
Pasien TB Paru Berdasarkan Tipe BTA di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.

Gambar 3.25 menunjukkan bahwa jumlah absolut pasien BTA (+) di

Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 3.127 (56,7%), angka ini menurun

Profil Kesehatan 2017 134


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 63,2%. Penderita Tuberkulosis

tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.26
Pasien TB Paru Berdasarkan Golongan Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2015-2016.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.27
Pasien TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2014-2016.

Profil Kesehatan 2017 135


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan Gambar tersebut diatas diketahui jumlah Pasien TB

Paru tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan pada kelompok umur 45-54

tahun dan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2014-2016 menunjukkan

bahwa jenis kelamin laki-laki lebih dominan menderita TB Paru

dibandingkan perempuan karena mobilitas mereka yang tinggi, rentan

terpapar dengan berbagai faktor resiko terkait dengan perilaku cenderung

suka merokok maupun faktor lingkungan di mana mereka tinggal dan jenis

pekerjaannya.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016


Gambar 3.28
Pasien TB Paru Berdasarkan Success Rate di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2014-2016

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (tulang, kulit, dan ginjal),

oleh karena itu jika tidak dikendalikan, penyakit ini terus menyebar dan

Profil Kesehatan 2017 136


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

ditularkan melalui droplet dan udara dari seseorang yang terinfeksi TB

Paru hal ini diperburuk lagi dengan kondisi hygiene sanitasi yang kurang

baik. Program TB Paru memiliki 5 (lima) indikator yang harus mencapai

target yakni angka CDR (Penemuan Kasus Baru TB Paru BTA (+) ), yang

selama 5 (lima) tahun masih dibawah target nasional yaitu minimal 70%,

sedangkan angka konversi, kesembuhan dan sukses rate sudah di atas

target nasional (konversi > 80 %, kesembuhan dan sukses rate > 85%).

Belum tercapainya angka penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) ini

diperkirakan pasien TB berobat di UPK Non DOTS yang tidak terlaporkan

atau perkiraan estimasi kasus yang terlalu tinggi.

d) Peyakit Infeksi Saluran Pernafasan (Pneumonia)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu

penyebab utama kematian bayi dan anak balita di negara berkembang

termasuk Indonesia. Pneumonia merupakan Infeksi Saluran Pernafasan

Bawah Akut yang umumnya menyebabkan hampir semua kematian ISPA

pada Balita, namun kenyataannya penyakit ini merupakan penyakit yang

oleh negara maju dianggap terabaikan (the neglected disease) atau

penyakit yang terlupakan (the forgetten disease) di negara berkembang

karena begitu banyak anak yang meninggal karena Pneumonia, namun

sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah Pneumonia.

Kegiatan yang dilaksanakan Program Pengendalian Penyakit ISPA

untuk meningkatkan cakupan yaitu Penemuan kasus pneumonia

dilakukan secara aktif dan pasif; Kunjungan Rumah Care Seeking

Profil Kesehatan 2017 137


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Pneumonia; Pelacakan kasus pneumonia di Rumah Sakit; Pertemuan

Kemitraan Program P2 ISPA Tingkat Kelurahan; Peningkatan mutu

pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik; Peningkatan

peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita dan

pencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan; Monitoring dan

pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang dan terstandar; Pertemuan

Evaluasi Program dilaksanakan secara berkala.

350,00
307,86

300,00

250,00

200,00
%

150,00
82,28

100,00
77,54
56,65

80,47
42,46

49,47

53,95

61,91

50,00
31,59
8,66

29,44

0,00
4,38

4,87

Cakupan Kelengkapan Target

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.29
Cakupan, Kelengkapan dan Target Penemuan Kasus Pneumonia
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 138


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.29 menunjukkan cakupan penemuan Pneumonia Balita

tahun 2016 sebesar 61,91% belum mencapai target. Pelaksanaan

Program P2 ISPA penemuan dan tatalaksana penanganan kasus ISPA

(Pneumonia Balita) dilaksanakan melalui kerjasama lintas program yaitu

melalui kegiatan MTBS pada sarana kesehatan tingkat pertama seperti

puskesmas, puskesmas pembantu dan pelayanan kesehatan desa atau

posyandu.

92,27%
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00% 7,45%
20,00% 0,28%
10,00%
0,00%
Pneumonia Pneumonia Berat Batuk Bukan
Pneumonia

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.30
Kasus ISPA berdasarkan Klasifikasi Pneumonia, Pneumonia Berat
dan Bukan Pneumonia di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Penderita Batuk Bukan Pneumonia lebih tinggi dibanding kasus

Pneumonia dan Pneumonia Berat. Kasus Pneumonia menurut kelompok

umur < 5 tahun lebih tinggi daripada kasus Pneumonia ≥ 5 tahun

(termasuk orang dewasa).

Profil Kesehatan 2017 139


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1.033,
7%

13.262, 93%

Pneumonia < 5th Pneumonia ≥ 5th

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.31
Prosentase Kasus Pneumonia Kelompok Umur > 5 tahun dan
Pneumonia < 5 tahun di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016

Penyakit Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit

yang sering terjadi pada anak. Kejadian batuk pilek pada Balita di

Indonesia diperkirakan 3 – 6 kali dalam setahun. Sekitar 40 – 60

kunjungan berobat ke puskesmas karena ISPA, demikian juga di rumah

sakit 10 – 30 % kunjungan rawat jalan dan rawat inap disebabkan oleh

penyakit ISPA. Tujuan utama program penanggulangan (P2) ISPA yaitu

Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena Pneumonia, melalui

Pengendalian Pneumonia Balita, Kesiapsiagaan dan respon terhadap

Pneumonia serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi

wabah dan Pengendalian ISPA umur > 5 tahun dan khususnya umur < 5

tahun sangat penting dilaksanakan.

Profil Kesehatan 2017 140


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

32.590

30.692

32.350
27.406
35.000

24.036
30.000

17.570
25.000

15.334
14.476
12.651
20.000

11.280

10.744
15.000

7.932
7.359

10.000

5.000
220

185

145

143

84
72

48

12

36
28

28
24

8
0

Bukan Pneumonia Pneumonia

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.32
Perbandingan Kasus ISPA Kelompok Umur > 5 tahun di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.32 menunjukkan bahwa Kasus ISPA Kelompok Umur >

5 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 tertinggi di Kota

Banjarmasin, Hulu Sungai Utara dan Barito Kuala. Kasus Pneumonia

terendah di Kabupaten Kotabaru. Hal ini berhubungan dengan keaktifan

petugas untuk melaksanakan care seeking ISPA serta pencatatan dan

pelaporan dengan memperhatikan kelengkapan laporan dan ketepatan

waktu penyampaian laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota kemudian ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan.

Profil Kesehatan 2017 141


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1.033, 7%

3.951, 28%

9.311, 65%

Bayi Balita ≥ 5 Tahun

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.33
Kasus Pneumonia Bayi, Balita dan Usia > 5 tahun di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.33 menunjukkan bahwa kasus Pneumonia Balita (65%)

lebih tinggi dibanding kasus Pneumonia pada Bayi (28%) dan usia lebih

dari 5 (lima) tahun termasuk kasus orang dewasa (7%). Program

pemberantasan penyakit ISPA fokus pada penanggulangan Pneumonia

Balita dan Bayi, karena kedua kelompok usia tersebut merupakan

kelompok usia rentan, biasanya dimulai dengan batuk pilek, napas cepat

diikuti stridor dan wheezing, jika tidak cepat mendapat pertolongan akan

berakibat lebih parah menjadi Pneumonia Berat bahkan kematian akibat

kesukaran bernafas.

Profil Kesehatan 2017 142


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

160

140 143

120

100

80
71 71 68 65 61,91
60 57 55
50 49
44
40
34 36

20

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES PRO
Cakupan Target

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.34
PWS Pneumonia Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.34 menunjukkan hasil pemantauan wilayah setempat

cakupan kasus Pneumonia dibanding dengan target, kasus tertinggi pada

bulan Desember 2016 sehingga total cakupan Pneumonia sebesar

61,91% artinya pada setiap seratus orang terdapat 62 orang yang

menderita Pneumonia di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan

RISKESDAS tahun 2013 diketahui bahwa Prevalensi Pneumonia Balita

untuk Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 5,3% jadi pada saat

sekarang cakupan Pneumonia jauh lebih tinggi, disamping itu selain

penemuan di Puskesmas, tingginya angka kejadian penyakit Pneumonia

ini juga merupakan kontribusi dari laporan Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

di Provinsi Kalimantan Selatan.

Profil Kesehatan 2017 143


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

a) Penyakit Kusta

Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan

oleh Micobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan

lain, kecuali otak. Penderita kusta juga memiliki stigma dan rasa

diskriminasi. Wilayah yang ditemukan kasus Kusta dapat dilihat pada

gambar 3.35.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.35
Peta Kasus Kusta di Kabupaten/ Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 144


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1,4 1,28

1,2 1,01
1,07
0,95 0,98
1
0,80
0,8 0,60
0,55 0,60
0,6 0,45 0,47
0,35
0,4 0,23
0,19
0,2
0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.36
Prevalensi Rate Penyakit Kusta per 10.000 Penduduk di Kabupaten/
Kota Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas diketahui Prevalensi Rate Penyakit

Kusta di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0.60 per 10.000 penduduk.

Prevalensi merupakan indikator utama P2 Kusta dan mengetahui angka

penemuan aktif dan pasif dengan melibatkan unsur masyarakat/ kader,

petugas kesehatan di desa, kecamatan dan wasor, dimana penderita

kusta juga memiliki stigma dan diskriminasi di tengah masyarakat.

Prevalensi Rate tertinggi ada di Kabupaten Tapin dan Balangan. Di

Kabupaten Balangan selama tahun 2016 hanya ditemukan kasus baru

kusta tipe basah (Multi Basiller/MB) sebanyak 14 kasus yang tersebar di

12 wilayah kerja Puskesmas, kecuali di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Profil Kesehatan 2017 145


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Selatan, Puskesmas Tebing Tinggi, Puskesmas Lampihong dan

Puskesmas Lok Batu yang tidak ditemukan kasus penyakit Kusta sama

sekali.

7,81
8
7 6,24
6
5 4,12
3,80
4 3,40
2,72 2,97
2,54 2,57
3 2,25
2 1,47 1,32
0,94 0,75
1
0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.37
Case Detection Rate Kusta per 100.000 penduduk Kabupaten/ Kota
di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016

Gambar 3.37 menunjukkan CDR tertinggi ada di Kabupaten Tapin

yakni sebesar 7,81 per 100.000 penduduk. Case Detection Rate Kusta

untuk mengetahui apakah upaya penemuan penderita berjalan secara

aktif atau pasif karena upaya penemuan menjadi prioritas utama untuk

memutus mata rantai penularan dan meningkatkan angka RFT/

kesembuhan.

Profil Kesehatan 2017 146


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

100 100 100 100


100 88 90 93 86 89
90 79 80 80 80
80 67
70
60
50
40
30
20
10
0

Gambar 3.38
Proporsi Tipe MB di antara Penderita Baru di Kabupaten/ Kota
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.38 menjelaskan bahwa beberapa Kabupaten/ Kota 100%

terkena Kusta tipe MB. Kusta tipe MB banyak mengandung kuman dan

dapat menimbulkan cacat sehingga memberikan stigma dan diskriminasi.

Kalau bisa jangan sampai penduduk terkena Kusta dan jika sudah terkena

kusta agar tidak tipe MB karena dapat menimbulkan kecacatan bagi

penderita.

Profil Kesehatan 2017 147


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.39
Proporsi Penderita Baru dengan Tingkat Cacat II dan Anak

Berdasarkan gambar 3.39 di atas diketahui bahwa ada penderita

Kusta Baru ditemukan dan sudah dalam keadaan cacat karena terlambat

ditemukan, sengaja disembunyikan keluarga, rasa malu, diisolasi di

daerah persawahan dan kecenderungan masih terus terjadi penularan

baru di tengah-tengah masyarakat kita. Tokoh masyarakat, tokoh agama

harus proaktif untuk mengatasi permasalahan Kusta ini terutama peran

anggota keluarga sangat dominan.

Profil Kesehatan 2017 148


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.40
Proporsi Wanita di antara Penderita Kusta Baru
tahun 2016

Gambar 3.40 menunjukkan bahwa banyak jenis kelamin wanita

yang terkena Kusta terutama di Kabupaten Banjar. Wanita mempunyai

peran vital dalam rumah tangga dan wanita yang mengalami Kusta akan

berdampak terhadap semua aspek rumah tangga.

b) Diare

Penyakit Diare adalah penyakit yang didukung oleh faktor

lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan sehari-hari yang tidak

memenuhi syarat, sarana jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat,

Profil Kesehatan 2017 149


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

serta kondisi sanitasi perumahan yang tidak hygienis. Secara klinis

penyebab penyakit diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 (enam)

besar yaitu: infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan

sebab-sebab lain namun yang sering ditemukan di lapangan adalah diare

yang disebabkan infeksi dan karena keracunan.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.41
Kasus Diare pada Balita di Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.41 menjelaskan bahwa cakupan penderita Diare pada

Balita yang dilayani paling banyak di Kabupaten Kotabaru sebesar 4.036

Balita dari target balita Diare sebesar 5493 Balita dengan IR Diare Balita

843/1000 Balita yaitu sebesar 73 %. Cakupan penderita Diare Balita yang

dilayani paling rendah di Kabupaten Tanah Laut sebesar 138 Balita dari

target Balita Diare sebesar 5.551 Balita dengan Insiden Rate Diare Balita

sebesar 843/1000 Balita atau 2,5 %.

Profil Kesehatan 2017 150


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

19499
20000
18000 16047
16000
14000
12000 9528
8616 9286 8898
10000 7506
6552 6513 6939 6328
8000
5253
6000 3578
4000
2000
0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.42
Penemuan Penderita Diare Semua Golongan Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 3.42 diketahui bahwa penemuan kasus

Diare tertinggi di Kota Banjarmasin sebanyak 19.499 orang (11,75%).

Penemuan kasus diare belum berjalan maksimal dan Layanan Rehidrasi

Oral tidak berjalan baik karena terkendala pengadaan paket LROA yang

masih kurang; Keterlibatan kader dalam Layanan rehidrasi Oral Aktif

masih sangat kurang; Kurangnya dukungan dana Pusat dan Daerah untuk

kegiatan program HPISP; Logistik Rapid Test Hepatitis di Gudang Farmasi

Provinsi Kalsel belum terpakai karena belum melakukan peningkatan

kapasitas petugas DDHB Bumil dan Kelompok beresiko. Pencegahan

Penyakit Diare dan KLB bekerjasama dengan Program Promosi

Kesehatan, Surveilans dan Kesehatan Lingkungan.

Profil Kesehatan 2017 151


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

4,5 4
4
3,5 3
3
2,5
2
1,5 1 1 1 1
1
0,5 0 0 0 0 0 0 0
0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.43
Kasus Kematian akibat Diare di Kabupaten/ Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2016

Gambar 3.43 menunjukkan kematian akibat penyakit Diare tahun

2016 terbanyak ada di Kabupaten Kotabaru. Tujuan Pengendalian

Penyakit Diare adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat Diare dengan terlaksananya penanganan Diare sesuai standar,

terwujudnya pemahaman masyarakat tentang upaya penanganan diare di

rumah tangga serta pencegahan penyakit Diare. Kegiatan yang

dilaksanakan Program Pengendalian Diare di Kabupaten/ Kota Tahun

2016, yaitu: Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standart

disarana kesehatan (Puskesmas, Pustu, Poskesdes) melalui Lima

Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE); Peningkatan mutu pelayanan

melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik; Peningkatan peran serta

Profil Kesehatan 2017 152


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

masyarakat dalam rangka penanganan tatalaksana diare di tingkat rumah

tangga; Monitoring dan pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang dan

terstandar; Perencanaan dan pengelolaan Logistik Program P2 Diare

(Oralit, Zinc dan RL) bekerjasama dengan Instalasi Gudang Farmasi.

c) Rabies

Rabies adalah nama penyakit yang ditularkan oleh anjing atau

hewan lain yang sudah terjangkit virus Rabies kemudian menggigit

korbannya dan menimbulkan kesakitan yang serius, perlu penangan

segera.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.44
Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Berdasarkan Golongan
Umur di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 153


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Berdasarkan Golongan

Umur di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 tertinggi pada kelompok

umur 15 sampai 44 tahun. Jenis hewan paling memungkinkan dapat

menularkan Rabies adalah anjing, kucing dan kera sehingga hewan

tersebut juga perlu dilakukan vaksinasi anti rabies.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.45
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies berdasarkan Jenis Hewan di
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.

Gambar 3.45 menunjukkan bahwa hewan Anjing jika menggigit

berpeluang sebagai penular penyakit Rabies terutama Anjing liar yang

tidak pernah di berikan Vaksin Anti Rabies., selain itu juga harus waspada

jika terjadi gigitan dari hewan kucing atau kera yang memiliki peluang juga

sebagai penular rabies meskipun prosentasinya sangat kecil.

Profil Kesehatan 2017 154


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.46
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies per bulan di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2014-2016.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.47
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2003-2016

Profil Kesehatan 2017 155


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.48
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar tersebut di atas menunjukkan perbandingan kasus gigitan

dengan diberikan Vaksin Anti Rabies sejak tahun 2003 sampai 2016.

Kasus gigitan hewan cenderung meningkat sampai dengan tahun 2016.

Kasus gigitan hewan tertinggi ada di Kota Banjarbaru karena banyak

hewan yang ditemukan dan aktifnya pelaporan petugas kesehatan ketika

ada kejadian gigitan hewan penular Rabies.

d) Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit

menular yang sering menimbulkan wabah dan dapat menyebabkan

kematian. Penyakit DBD di Indonesia merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat dengan jumlah penderita yang cenderung

meningkat serta penyebaran yang makin luas. Kasus DBD di dunia rata-

Profil Kesehatan 2017 156


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

rata setiap tahunnya dilaporkan ada 925.896 kasus. Kasus DBD di

Indonesia tahun 2015-2016 rata-rata 92.208 / tahun (10 % total kasus

dunia). Kasus DBD di Kalimantan Selatan tahun 2015-2016 rata-rata

5.717/ tahun (6 % total kasus dunia). Tahun 2016, dari 13 Kabupaten/Kota

yang ada, tercatat sebanyak = 4 Kabupaten/Kota. (30 %) IR < 49/100.000

Penduduk dengan total kasus sebanyak = 4.099 kasus (Rata-Rata IR 106

/100.000 penduduk) dan total kematian karena DBD sebanyak = 29 kasus

(CFR 0,71%) yang tersebar pada 6 Kabupaten/Kota.

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.49
Trend Kasus DBD di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
sejak tahun 2006 sampai tahun 2016

Gambar 3.49 menunjukkan trend kasus DBD di Kabupaten/Kota

Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2006 sampai tahun 2016 yang

Profil Kesehatan 2017 157


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

cenderung semakin meningkat dan perlu perhatian lebih intensif dalam

pengendalian kasus DBD. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi musim di

daerah tropis dimana sedang terjadi musim hujan. Curah hujan yang tinggi

akan menunjang perkembangan populasi nyamuk yang merupakan vektor

penyakit DBD. Sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan

penduduk di Wilayah Kabupaten/ Kota, penyebaran penyakit Demam

Berdarah Dengue juga semakin meluas, apalagi ditambah dengan

meningkatnya curah hujan serta perilaku masyarakat dan kondisi

lingkungan yang tidak sehat, dapat menjadi tempat berkembang biaknya

nyamuk Aedes Aegypti.

Tujuan Pengendalian Penyakit DBD adalah Terwujudnya

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar terhindar dari penyakit DBD, IR < 52/100.000 penduduk pada daerah

endemis, Tercapainya Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95 % , Case Fatality

Rate (CFR ) < 5 %. Mengingat nyamuk penular Aedes Aegypti tersebar

luas di rumah maupun ditempat tempat umum (TTU) sehingga untuk

memberantas jentik / nyamuk perlu peran serta masyarakat yang di kenal

dengan istilah PSN-DBD secara terus menerus dan pembinaan peran

serta masyarakat dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan

lintas sektor. Kegiatan yang dilaksanakan Program Pengendalian DBD

yaitu: Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD; Pemantauan Jentik

secara berkala oleh kader jumantik; Kegiatan Sosialisasi Pengendalian

Penyakit DBD; Peningkatan peran serta masyarakat melalui program

Profil Kesehatan 2017 158


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pemantauan jentik mandiri; Pertemuan Kader Jumantik; Pemeriksaan

kader clonestrase petugas fogging; Pembuatan stiker Pemantauan Jentik

Mandiri/ formulir pemantauan; Kegiatan Fogging Fokus; Penyediaan dan

peningkatan SDM serta logistik penunjang lainnya; Monitoring dan

pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang dan terstandar serta

Pertemuan Monitoring Evaluasi.

e) Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

berupa cacing laria, yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu

Wuchereria bancro i, Brugia malayi dan Brugia mori. Penyakit ini

menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filaria menular melalui

gigitan nyamuk yang mengandung cacing laria dalam tubuhnya, dalam

tubuh manusia cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan

menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di

kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.

Program Eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar

kesepakatan WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal Of Ellimination Of

Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year

2020“ Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar

yang dilaksanakan yaitu memutuskan rantai penularan dengan

pemberian obat massal pencegahan filariasis (POMP filariasis) di

daerah endemis dan mencegah serta membatasi kecacatan karena

filariasis agar penderita mampu merawat dirinya sendiri.

Profil Kesehatan 2017 159


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.50
Hasil Cakupan Pelaksanaan POPM di Kalimantan Selatan 2016

Berdasarkan gambar 3.50 di atas dapat dilihat cakupan pemberian

obat pencegahan Massal Filariasis > 90 %. Kabupaten Kotabaru masih <

90 % yakni 89% namun masih di atas dari target capaian indikator yang

ditetapkan pusat 85%, Kabupaten Tabalong hanya mencapai 77 % di

bawah target yang telah ditetapkan. Ada 91% Cakupan POMP

Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016, pada gambar

di bawah ini.

Profil Kesehatan 2017 160


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.51
Hasil Cakupan POMP Kabupaten/ Kota Prov. Kalsel 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.52
Cakupan Pemberian Obat Cacing di Kabupaten Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016.

Profil Kesehatan 2017 161


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan gambar 3.52 di atas diketahui ada lima kabupaten

yang melakukan pemberian obat cacing, Kota Banjarmasin yang telah

mencapai 99,79 %, hasil secara keseluruhan pemberian obat cacing 95

%. Sasaran pemberian obat adalah semua penduduk di wilayah tersebut

kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat,

penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan

marasmus kwasiorkor dapat di tunda pengobatannya. Upaya yang telah

dilakukan melalui dana dekonsentrasi tahun 2016 adalah dengan

memberikan dana transport untuk kader dalam pemberian obat POPM

kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan capaian

pemberian obat pencegahan Masal Filariasis.

3.2.2 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi atau yang

termasuk dalam katagori PD3I ini adalah Tetanus Neonatorum (TN),

Difteri, Pertusis, dan Tetanus non Neonatorum (TNN). Campak atau

morbili merupakan penyakit infeksi yang akut dan sangat menular sering

terjadi pada anak-anak.

Profil Kesehatan 2017 162


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.53
Distribusi KLB PD3I Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.53 menunjukkan Kejadian Luar Biasa pada tahun 2016

meliputi kasus Pertusis sebanyak 2 kasus, Difteri 4 kasus dan campak 3

kasus. Campak dapat menular secara langsung maupun tidak langsung

melalui pernafasan yang terkontaminasi sekret orang yang terinfeksi, pada

fase catarhall (ditandai dengan bintik-bintik merah pada kulit, demam,

conjunctivitis, bronchitis).

Angka AFP dinyatakan sebagai jumlah kasus AFP Non Polio yang

ditemukan di antara 100.000 penduduk < 15 tahun per tahun di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. AFP adalah kondisi yang

abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya

kekuatan otot tanpa penyebab jelas. Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit

atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot.

Profil Kesehatan 2017 163


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 3.54
Peta Kasus AFP Kab/ Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2016

Gambar 3.54 menunjukkan Peta Kasus AFP pada tahun 2016, di

Provinsi Kalimantan Selatan dilaporkan adanya 22 kasus AFP, Kabupaten

Banjar dan Hulu Sungai Selatan masing-masing ditemukan 4 kasus AFP.

Target penemuan kasus AFP per tahun adalah 2/100.000 penduduk usia

<15 tahun. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio

dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan, surveilans AFP dan

pengamanan virus polio liar di laboratorium. Surveilans AFP adalah

pengamatan yang dilakukan terhadap kasus lumpuh layuh akut (AFP)

pada anak usia <15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap

Profil Kesehatan 2017 164


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

penyakit polio. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasikan

daerah resiko tinggi untuk terjadinya transmisi virus polio, memantau

kemajuan program eradikasi polio, dan membuktikan Indonesia bebas

polio. Penemuan kasus dalam surveilans AFP dilaksanakan melalui

surveilans aktif di RS dan surveilans berbasis masyarakat.

3.3 KESEHATAN GIZI

Permasalahan gizi masyarakat merupakan isu kesehatan

masyarakat yang sungguh penting dan perlu perhatian sektor

kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentu kondisi

derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan RI melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam

rangka merespon permasalahan gizi yang sering ditemukan seperti

anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan

yodium.

Salah satu permasalahan gizi saat ini adalah stunting, riset

kesehatan dasar tahun 2013 mencatat prevalensi stunting nasional

mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan

tahun 2007 (36,8 %). Artinya pertumbuhan tak maksimal diderita oleh

sekitar 9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat

pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Profil Kesehatan 2017 165


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru

nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia

dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan

penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat

dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 diketahui bahwa terdapat dua

Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang prevalensi anak kategori

pendek di atas 50 persen yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah (51,7

%) dan Kabupaten Hulu Sungai Utara (56%). Pemantauan Status Gizi

telah dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 dengan

jumlah sampel sebanyak 4.135 Balita.

Gambar 3.55
Jumlah Sampel Balita dalam Pemantauan Status Gizi
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 166


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.56
Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks Berat Badan/ Umur di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.57
Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-23 Bulan
tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 167


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.58
Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Kelompok Umur 0-23 Bulan
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.59
Status Gizi lebih per kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 168


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar tersebut di atas menggambarkan persentase Gizi Buruk di

Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar 3,7% dan Gizi Kurang sebesar

13,3% sedangkan Gizi Lebih sebesar 1,2%.

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.60
Masalah Gizi Kurang pada Balita Umur 0-23 Bulan
tahun 2015-2016

Profil Kesehatan 2017 169


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.61
Status Gizi Balita Kelompok Umur 0-59 Bulan tahun 2016

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.62
Masalah Gizi Balita per Kelompok Umur
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 170


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.63
Distribusi Provinsi Berdasarkan Karakteristik Masalah Gizi di
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa Masalah gizi balita

berdasarkan indeks BB/TB dan TB/U dibagi menjadi empat kategori yaitu

baik, akut, kronis dan akut-kronis. Status Gizi Balita berdasarkan Berat

Badan per Umur di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 pada

kelompok umur 0-23 bulan Gizi Baik sebanyak 81,8% sedangkan pada

kelompok umur 0-59 bulan, gizi Baik sebanyak 76,6% namun tetap

diwaspadai pada kasus gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih yang

cenderung meningkat di wilayah Kalimantan Selatan. Kabupaten Hulu

Sungai Utara merupakan wilayah yang memiliki angka gizi buruk dan gizi

kurang tertinggi pada tahun 2016.

Profil Kesehatan 2017 171


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.64
Komposit Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks TB/U
di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 172


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.65
Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun tahun 2016

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.66
Status Gizi Penduduk Dewasa umur > 18 tahun tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 173


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar tersebut menunjukkan penduduk di Kota Banjarmasin dan


Banjarbaru lebih banyak yang mengalami Obesitas.

Sumber: Buku Saku PSG Prov.Kalsel, 2016

Gambar 3.67
Status Ibu Hamil Risiko KEK Berdasarkan LILA tahun 2016

Beberapa contoh intervensi spesifik dan sensitif berdasarkan

masalah gizi sebagai berikut: Wilayah dengan kategori baik pada Balita

(0-59 bulan). Suatu wilayah dengan kondisi Balita yang status gizi Kurus

dan Sangat Kurus (BB/TB) < 5%, dan Balita yang status gizinya Pendek +

sangat pendek (TB/U) < 20% dikategorikan dalam kondisi baik, namun

bukan berarti semua capaikan kinerja program gizi yang sudah

dilaksanakan di wilayah tersebut baik dan tidak ada masalah. Untuk bisa

mempertahankan kondisi baik tersebut, maka kinerja program harus tetap

dipertahankan dan terus ditingkatkan agar kategori masalah gizi dalam

Profil Kesehatan 2017 174


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

suatu wilayah tidak berubah menjadi akut, kronis atau bahkan menjadi

keduanya.

Profil Kesehatan 2017 175


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Profil Kesehatan 2017 176


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 4
SITUASI PENCAPAIAN KINERJA
UPAYA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu

Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya

Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi masalah

kesehatan. Upaya Kesehatan Masyarakat mencakup upaya-upaya

promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit

menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan

dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan

jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan

penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan

narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta

penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, masyarakat serta swasta untuk memelihara,

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya Kesehatan Perorangan

mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,

pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan

pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Upaya

Profil Kesehatan 2017 177


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kesehatan dan pelayanan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan dapat

tercermin dalam delapan sasaran yaitu (1) Pemberdayaan dan promosi

kesehatan, (2) Status kesehatan dan gizi masyarakat, (3) Meningkatnya

mutu dan pelayanan kesehatan, (4) Menurunnya angka kesakitan akibat

penyakit menular, (5) Meningkatnya mutu lingkungan hidup yang lebih

sehat, (6) Meningkatnya sediaan farmasi, alat kesehatan, obat dan

makanan yang memenuhi standart dan terjangkau oleh masyarakat, (7)

Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis, (8) Meningkatnya

penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi

risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk

terutama penduduk miskin. Pencapaian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2016 sebagaimana berikut ini

4.1 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Tabel 4.1
Capaian Kinerja Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 178


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

No Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %


1 Jumlah kematian ibu per tahun kasus 85 92 91.76
2 Jumlah kematian bayi per tahun kasus 590 779 67.96
Persentase Balita Gizi Kurang yang
3 Prevalensi 13 50.67 189.76
mendapat makanan tambahan
4 Prevalensi pendek & sangat pendek Prevalensi 44 31.1 58.19
Persentase promosi kesehatan melalui
5 Persentase 60 87 145.00
media massa
6 Persentase satuan pendidikan
menengah & pendidikan khusus yang Persentase 30 7 23.33
mendapatkan promosi kesehatan
Rata - rata Capaian 96.00
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui Status Kesehatan dan Gizi

Masyarakat dirumuskan dalam beberapa indikator kinerja sasaran dengan

target dan realisasi pada tahun 2016. Rata-rata capaian indikator kinerja

Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat pada tahun 2016 adalah sebesar

96,0%, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Indikator Kinerja : Jumlah Kematian Ibu per tahun

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau

kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa

memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian

yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.

Indikator ini digunakan untuk mengukur` keberhasilan dalam peningkatkan

pelayanan kesehatan ibu dan anak, meliputi pengembangan program

peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan yang

aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), peningkatan jumlah

Profil Kesehatan 2017 179


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem

rujukan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran.

Jumlah kematian ibu sebagai indikator inti dalam program

kesehatan yaitu 92 kasus kematian ibu pada tahun 2016. Bila

dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah

setinggi-tingginya 85 kasus kematian. Berarti tidak mencapai target

dengan capaian kinerja 91,76 %. Dibandingkan dengan kasus kematian

ibu pada tahun 2015 kasus kematian ibu tahun 2016 meningkat. Jika pada

tahun 2015 terjadi sebanyak 89 kasus kematian ibu bersalin di seluruh

Kabupaten/Kota se-Kalimantan Selatan. Capaian kinerja indikator ini telah

mencapai 101,11% dari target setinggi-tingginya sebesar 90 kasus. Tidak

tercapainya target kinerja ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Kualitas Ante Natal Care (ANC) yang belum maksimal. Kegiatan ANC

10 T (TB & BB, Tetanus Toksoid, Tensi, Tinggi fundus, tablet tambah

darah, tes skirinig lab urin dan Hb.

b. Persalinan masih terjadi ditolong oleh tenaga bukan kesehatan yaitu

oleh dukun kampong missal pada kasus risiko tinggi dan bahkan ada

keluarga yang juga menolong persalinan.

c. Persalinan terjadi di luar fasilitas pelayanan kesehatan (di rumah atau

di tempat klinik bidan yang tidak terstandar)

d. Kelas ibu hamil dan penggunaan buku KIA pelaksanaannya belum

maksimal. Buku KIA bukan hanya diisi namun harus dianalisa (seperti

ketika mengukur tekananan darah dengan tensimeter kepada ibu

Profil Kesehatan 2017 180


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

hamil yang kecenderungan naik terus harus direncanakan untuk

dirujuk bukan diperlakukan seperti keadaan kehamilan normal).

Disamping itu ibu hamil juga kurang begitu memahami hakikat buku

KIA.

e. Sistem rujukan belum dilaksanakan secara optimal padahal di setiap

Rumah Sakit Kabupaten/Kota sudah tersedia dokter spesialis

obgyn/kandungan.

f. Keterlambatan dalam mengidentifikasi ibu hamil yang risiko tinggi

seperti hipertensi, pre eklamsi, anemia gizi dan faktor penyulit lainnya

sehingga keterlambatan ini menyebabkan keadaan yang lebih parah

ketika ibu hamil tersebut dirujuk ke Rumah Sakit dan sering terjadi

kematian di fasilitas Rumah Sakit tersebut.

g. Kemitraan Bidan dan Dukun sudah lama digalang namun masih

ditemukan beberapa kejadian Dukun Kampung melakukan

pertolongan disamping itu tidak adanya sanksi terhadap penegakan

aturan dan kebijakan ini.

Capaian kinerja indikator pada tahun 2015 yang sebesar 89 kasus,

dibandingkan dengan pada tahun 2016 maka capaian kinerja indikator ini

mengalami peningkatan kasus kematian ibu melahirkan. Jika dilakukan

perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun, maka hasilnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Capaian Kinerja Jumlah Kematian Ibu (Kasus)
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Profil Kesehatan 2017 181


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Peningkatan /
Tahun Realisasi Kinerja Naik/Turun
Penurunan
2011 120
2012 123 -3 Naik
2013 105 15 Turun
2014 120 -14 Naik
2015 89 15 Turun
2016 92 -3 Naik
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel

Tabel 4.2 menyajikan kondisi kinerja jumlah kematian ibu, dimana

sejak tahun 2011 sampai tahun 2016, kecenderungan kasus kematian ibu

melahirkan di Kalimantan Selatan berfluktuasi naik-turun, sebagaimana

tampak pada gambar di bawah ini :

140

120 120 123 120


Jumlah Kematian Ibu (kasus)

105
100
89 92
80

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian Ibu 120 123 105 120 89 92
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel

Gambar 4.1 Jumlah Kematian Ibu (Kasus)


Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Profil Kesehatan 2017 182


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2. Indikator Kinerja : Jumlah Kematian Bayi per tahun

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu aspek penting

dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di suatu wilayah

dari sisi kesehatan masyarakatnya. Angka ini menggambarkan keadaan

sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kematian

bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai

bayi berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan

kematian bayi, secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi

ada 2 (dua) macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen

biasa disebut dengan kematian neonatal yakni kematian bayi yang terjadi

pada bulan pertama setalah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh

faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang

tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi

eksogen atau kematian post natal, adalah kematian bayi yang terjadi pada

bulan pertama setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh

lingkungan luar. Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan

dalam peningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, terutama

pelayanan kesehatan ibu hamil, program pencegahan penyakit menular

pada anak-anak, program perbaikan gizi dan pemberian makanan sehat

untuk Balita.

Jumlah kematian bayi pada tahun 2016 tidak mencapai target yaitu

779 kasus kematian bayi dibandingkan target yang ingin dicapai yaitu 590

Profil Kesehatan 2017 183


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kasus atau capaian kinerja sebesar 67,96 %. Tidak tercapainya target

kinerja jumlah kasus kematian bayi ini disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain :

a. Bayi yang dilahirkan mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

dikarenakan pengetahuan ibu yang kurang selain itu ibu mengalami

sakit pada waktu hamil

b. Ibu masih muda sebagai implikasi terjadinya perkawinan usia muda.

c. Bayi lahir pada usia 7 bulan dan mengalami asfiksia dan tidak segera

ditangani dengan baik.

d. Kurangnya tenaga kesehatan yang melakukan praktek sesuai dngan

standar untuk asuhan bayi baru lahir.

e. Belum memadai fasilitas kesehatan

f. Terlambat dalam mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat

merujuk karena transportasi dan akses yang sulit sehingga

mengakibatkan terlambat mendapat pertolongan saat tiba di Rumah

Sakit karena sudah parah.

Jika dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke

tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Capaian Kinerja Jumlah Kematian Bayi (Kasus)
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Profil Kesehatan 2017 184


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun Realisasi Kinerja Peningkatan / Penurunan Naik/Turun

2011 718
2012 816 -98 Naik
2013 727 89 Turun
2014 851 -124 Naik
2015 834 17 Turun
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel

Tabel 4.3 di atas menunjukkan capaian kinerja indikator ini pada

tahun 2015 yang sebesar 834 kasus, dibandingkan dengan capaian

kinerja indikator ini pada tahun 2016 (779 kasus) maka mengalami

penurunan kasus kematian bayi. Sejak tahun 2011, kecenderungan kasus

kematian bayi di Kalimantan Selatan berfluktuasi naik-turun, sebagaimana

tampak pada grafik di bawah ini :

900
Jumlah Kematian Bayi (kasus)

850 851
834
816
800
779
750
727
718
700

650
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian Bayi 718 816 727 851 834 779

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Prov. Kalsel

Gambar 4.2 Jumlah Kematian Bayi (Kasus)


Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Profil Kesehatan 2017 185


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3. Indikator Kinerja: Balita Gizi Kurang yang Mendapat Makanan

Tambahan

Jumlah Balita gizi kurang yang mendapat intervensi makanan

tambahan merupakan intervensi yang sangat tepat dalam

penanggulangan masalah kekurangan gizi pada Balita namun jumlah

Balita kurang yang mendapat makanan tambahan melampaui target dari

13% menjadi 50,67% atau capaian target sebesar 189,76% atau

meningkat lebih dari 3 kali yang berarti target telah tercapai. Seharusnya

target yang ditetapkan adalah 100% mengingat intervensi pemberian

makanan tambahan sangat tepat dalam penanggulangan masalah Balita

gizi kurang. Indikator ini untuk mengukur keberhasilan intervensi

penurunaan kasus balita gizi kurang melalui pemberian makanan

tambahan untuk balita penderita gizi kurang. Tercapainya target

pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang pada balita

tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Penimbangan Balita di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk memantau pertumbuhan Balita.

b. Dilaksanakannya kegiatan penyuluhan baik kegiatan penyuluhan

kesehatan maupun penyuluhan gizi kepada ibu balita oleh kader dan

petugas kesehatan di Puskesmas

Profil Kesehatan 2017 186


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

c. Intervensi pemberian makanan tambahan (PMT) yang sesuai dengan

jumlah dan kandungan gizi, pemberiannya memperhatikan keadaan

kekurangan gizi pada Balita dari 1 bulan sampai dengan 3 bulan.

Indikator kinerja sasaran Balita gizi kurang yang mendapat

makanan tambahan ini merupakan indikator baru yang dilaksanakan

pada tahun 2016 sehingga belum dapat dibandingkan dengan realisasi

pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya.

4. Indikator Kinerja : Prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek

Prevalensi balita yang pendek dan sangat pendek pada tahun 2016

tidak mencapai target realisasinya mencapai 31,1% dari target penurunan

tahun 2016 sebesar 44 % atau capaian sebesar 58,19 %. Berdasarkan

hasil pemantauan status gizi tahun 2016 Balita umur 0 – 59 bulan pendek

21,3 % dan sangat pendek 9,8 % (Direktorat Gizi Masyarakat, Kemkes.,

2016). Tidak tercapainya target penurunan prevalensi balita pendek dan

sangat pendek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Kegiatan

program perbaikan gizi masyarakat antara lain di fokuskan pada :

a. Kegiatan spesifik pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).

Kegiatan dimulai dari intervensi terhadap

1) Ibu hamil dengan pencegahan anemia ibu hamil dengan

pemberian TTD selama 90 tablet selama kehamilan,

pencegahan ibu hamil kekurangan energy kronik (KEK) dengan

pemberian makanan tmbahan (PMT) berupa Biskuit Ibu Hamil

selama 90 hari.

Profil Kesehatan 2017 187


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2) Ibu menyusui dengan pemberian Kapsul Vitamin A Nifas setelah

melahirkan sebanyak 2 kapsul. Penerapan Peningkatan

Penggunaan ASI.

3) Bayi dan Balita, dengan pencegahan Bayi BBLR, anak

stunting/pendek, gizi kurang/buruk selama dalam kandungan ibu

hamil dengan PMT ibu hamil.

4) Usia sekolah, remaja, usia produktif dan lansia.

b. Gerakan penyelamatan melalui 1000 HPK sesuai dengan Peraturan

Presiden RI Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi.

c. Skrining dan penapisan di Posyandu serta fasilitas kesehatan

(Poskesdes/Polindes, Puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya)

dengan kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak

balita. Bila pertumbuhan anak bermasalah maka secara dini dapat di

intervensi/ditanggulangi segera atau langsung dengan intervensi PMT

Penyuluhan dan PMT Pemulihan.

d. Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai anak

berumur 6 bulan. Setelah itu anak mulai dikenalkan dengan Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI

Eksklusif.

Tidak tercapainya target penurunan Balita pendek dan sangat

pendek dapat juga dijelaskan karena status gizi ini ditentukan pada waktu

Profil Kesehatan 2017 188


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

ibu hamil kurang mendapat asupan gizi yang adekuat. Masa kehamilan

merupakan periode yang sangat menentukan apakah bayi akan dilahirkan

normal atau pendek. Apabila konsumsi ibu hamil baik maka bayi yang

akan dilahirkan juga akan normal, sebaliknya apabila konsumsi makanan

tidak baik maka bayi yang akan dilahirkan kurang gizi dan pendek. Syarat

bayi yang sehat dan normal, lahir dengan berat badan di atas 2, 5 kg atau

panjang badan lebih dari 48 cm namun sekalipun bayi yang dilahirkan

pendek masih bisa dikoreksi dengan asupan gizi yang cukup seperti

pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan bergizi yang memenuhi

syarat sesuai dengan pertumbuhan dan penambahan berat badan.

Keadaan ini menurut berbagai penelitian masih bisa diperbaiki sebelum

anak berusia 2 tahun.

Program perbaikan gizi sudah dilaksanakan, intervensi berupa

pendidikan dan penyuluhan gizi serta pemberian makanan tambahan

telah dilakukan namun keadaan sosial ekonomi masyarakat terutama

masyarakat miskin dan yang berpendidikan rendah masih menjadi

penyebab tidak langsung terjadinya masalah kekurangan gizi dan lahirnya

Balita yang pendek (stunting). Disamping itu penyebab langsungnya

adalah pola asuh, konsumsi dan serangan penyakit infeksi (diare, campak

dan ISPA) sangat memperburuk keadaan kesehatan dan gizi balita di

tahun-tahun pertama kehidupannya. Indikator kinerja sasaran Balita

pendek dan sangat pendek ini merupakan indikator baru yang

Profil Kesehatan 2017 189


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dilaksanakan pada tahun 2016 sehingga belum dapat dibandingkan

dengan realisasi pencapaian pada tahun sebelumnya.

5. Indikator Kinerja: Promosi Kesehatan Melalui Media Massa

Salah satu upaya promotif dan preventif dalam program kesehatan

masyarakat adalah perubahan perilaku melalui kegiatan Komunikasi

Informasi dan Edukasi (KIE) berdasarkan target program 2016 adalah

60% dan realisasinya sebesar 83% berarti tercapai target dengan tingkat

pencapaian sasaran sebesar 145%. Pencapaian target kegiatan ini dapat

dijleaskan melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sebagaimana

berikut :

Kegiatan yang dilakukan berupa promosi kesehatan melalui radio

spot, dialog interaktif dan media cetak. Adapun rincian kegiatan tersebut

adalah Radio Spot: 5 kali ( RRI, Radio Swasta), Dialog interaktif : 3 kali

(Duta TV, TVRI) dan Media Cetak : 2 media (Banjarmasin Post, Radar

Banjar). Indikator kinerja sasaran promosi kesehatan melalui media massa

ini merupakan indikator baru yang dilaksanakan pada tahun 2016

sehingga belum dapat dibandingkan dengan realisasi pencapaian pada

tahun sebelumnya.

6. Indikator Kinerja: Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus

yang Mendapat Promosi Kesehatan.

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditataran

pendidikan merupakan salah satu upaya agar para pengajar, peserta didik

dan semua pihak di lingkungan sekolah menerapkan perilaku hidup bersih

Profil Kesehatan 2017 190


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dan sehat. Target pada tahun 2016 sebesar 30% sedangkan realisasinya

sebesar 7% dengan demikian tidak mencapai target dengan pencapaian

23,33%. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan

Selatan (2016). Jumlah sekolah Dasar (SD) di Kalimantan Selatan

berjumlah 2913 sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah

593 (satuan pendidikan menengah) yang menjadi sasaran sedangkan

realisasi SD dan SMP yang melaksanakan promosi kesehatan baru

mencapai 260 sekolah dengan perincian SD 130 dan SMP 130 atau rata-

rata 10 SD/SMP per Kabupaten/Kota. Kegiatan ini berupa penilaian/

sekolah sehat tingkat provinsi. Realisasi tidak mencapai target, hal ini

terjadi disebabkan antara lain :

a. Pembinaan sekolah sehat tidak hanya cukup melalui kegiatan lomba

namun dapat melalui kegiatan lain seperti penyuluhan cuci tangan

pakai sabun, makanan jajanan yang sehat dan bergizi

b. Terbatasnya anggaran dalam kegiatan pembinaan dan intervensi

dalam kegiatan mendorong terwujudnya lingkungan sekolah untuk

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Tanggungjawab pembinaan sekolah sehat tidak hanya tugas sektor

kesehatan namun menurut Peraturan Bersama Tahun 2014 TP

UKS/Madrasah menjadi tanggungjawab (Sekretariat Daerah Provinsi –

melalui Biro Kesra, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan

Kementerian Agama)

Profil Kesehatan 2017 191


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

d. Sementara peran sektor lain masih belum maksimal baik perhatiannya

maupun kontribusinya dalam pembinaan sekolah sehat.

Meskipun capaian realisasi hanya 7% namun Provinsi Kalimantan

Selatan selama tahun 2016 dalam kegiatan lomba sekolah meraih

prestasi nasional selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, seperti: TK Jaro

Tabalong meraih lomba sekolah sehat (Tahun 2014).Sekolah Dasar

Baruh Tabing Hulu Sungai Utara meraih juara 2 Best Performance dan

MTsN Ampukung Tabalong meraih juara 3 Best Achievement. Indikator

kinerja sasaran satuan pendidikan menengah dan pendidikan khusus

yang mendapatkan promosi kesehatan ini merupakan indikator baru

yang dilaksanakan pada tahun 2016 sehingga belum dapat dibandingkan

dengan realisasi pencapaian tahun sebelumnya.

4.2 Sasaran 2: Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Sasaran Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

tersebut dirumuskan dalam beberapa indikator kinerja sasaran dengan

target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.4
Capaian Kinerja Sasaran 2
Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 192


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Indikator Kinerja
No. Satuan Target Realisasi %
Sasaran
Angka penemuan kasus
per 100.000
1 baru TB (CNR) per 133 140 105,26
penduduk
100.000 penduduk
Annual Paracite Index- per 1000 1,0 0,20 180,00
2
API (kasus Malaria) penduduk
Persentase jangkauan
3 program HIV pada % 40,0 40,0 100,00
populasi kunci
Persentase puskesmas
4 yang membentuk % 50,0 40,0 80,00
posbindu
Persentase Kab/Kota
yang mencapai 80% 70,0 77,0 110,00
5 %
Imunisasi Dasar Lengkap
pada bayi
Persentase kab/kota
yang memiliki 50,0 77,0 154,00
6 %
perda/perbup tentang
Kawasan Tanpa Rokok
Rata-rata capaian 121,54

Sumber: Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Prov.i Kalsel

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata capaian

indikator kinerja sasaran Meningkatnya pengendalian penyakit menular

dan tidak menular adalah sebesar 93.04%, yang secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Indikator Kinerja : Angka penemuan kasus baru TB (CNR) per

100.000 penduduk

Penderita Tuberculosis adalah penderita yang menurut

pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan sediaan dahaknya) dinyatakan

positif TB Paru. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB-Paru BTA

(+). Berdasarkan data kinerja tahun 2017 yang tersaji dalam tabel 4.4 di

Profil Kesehatan 2017 193


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

atas dapat dijelaskan bahwa indikator kinerja angka penemuan kasus

baru TB (CNR) per 100.000 penduduk sudah tercapai yaitu sebesar

105,26 % atau capaian kinerja melebihi dari target yaitu 140 per 100.000

penduduk. Angka penemuan kasus baru TB (CNR) per 100.000 penduduk

menunjukkan banyaknya penemuan kasus TB/cakupan, semakin tinggi

angka tersebut semakin baik yang artinya petugas berkinerja baik di

lapangan dan kesadaran masyarakat untuk mengakses layanan

pengobatan. Hal ini akan berdampak pada penurunan penyakit TB karena

pasien akan segera ditangani/diberikan pengobatan TB oleh petugas dan

mencegah terjadinya penularan baru di masyarakat. Keberhasilan

indikator kinerja ini didukung oleh :

1) Program TB merupakan salah yang mendapatkan bantuan teknis

dan manajerial dari Global Fund dalam upaya penemuan kasus,

peningkatan kapasitas, logistik dan monitoring di Kalimantan

Selatan.

2) Meningkatnya angka kesembuhan penderita yang mencapai 90%.

3) Upaya promotif dan preventif salah satunya yaitu penyuluhan bagi

masyarakat tentang penyakit TB

4) Upaya kuratif yaitu pengobatan bagi penderita TB sehingga tidak

terputus di tengah pengobatan (berkelanjutan)

2. Indikator Kinerja : Annual Paracite Incidence (API) (Kasus

Malaria)

Profil Kesehatan 2017 194


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Penderita Malaria adalah kasus dengan gejala klinis malaria

(demam tinggi disertai menggigil) dengan atau tanpa pemeriksaan

sediaan darah di laboratorium. Indikator ini digunakan untuk mengukur

keberhasilan dalam upaya penurunan angka kesakitan (morbiditas) akibat

Malaria di masyarakat. Capaian indikator kinerja ini adalah sebesar 0.20

per 1.000 penduduk atau 180% dari target 1 per 1000 penduduk. Hal itu

menunjukkan bahwa kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016 sudah

tercapai dan melebihi target. Tercapainya indikator kinerja sasaran ini

antara lain didukung oleh :

a. Program Malaria merupakan salah yang mendapatkan bantuan teknis

dan manajerial dari Global Fund seperti penemuan kasus, pengobatan

dan monitoring, dalam upaya mencapai eliminasi penyakit malaria di

Kalimantan Selatan.

b. Terintegrasinya Program Pemberantasan Malaria dengan Program

Imunisasi dan Kesehatan Ibu berupa pembagian kelambu

berinsektisida kepada keluarga yang mempunyai bayi dan telah

mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan ibu hamil yang sudah

memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 4 kali.

Bila dibandingkan dengan target sasaran sebagaimana tercantum

dalam Rencana Strategis, Annual Paracite Incidence (API) (Kasus

Malaria) sebesar 1 per 1000 penduduk, maka capaian kinerja sampai

dengan tahun 2017 sebesar 0.20 per 1000 penduduk sudah mencapai

180%. Berdasarkan data tersebut, target Annual Paracite Incidence (API)

Profil Kesehatan 2017 195


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

(Kasus Malaria) sebesar 1 per 1000 penduduk pada tahun 2017 optimis

tercapai dan melebihi dari target indikator. Apabila dibandingkan dengan

capaian kinerja tahun 2016, maka capaian indikator kinerja sasaran ini

pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 63,64%. Bila dilakukan

perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun, maka hasilnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5
Annual Paracite Incidence (API) Malaria
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 sd 2017

Tahun Realisasi Kinerja Peningkatan / Penurunan Naik/Turun

2012 2,70
2013 1,50 44,44 Naik
2014 1,20 20,00 Naik
2015 0,91 24,17 Naik
2016 0,55 39,56 Naik
2017 0,20 63,64 Naik

Sumber: Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Berikut ini adalah gambaran pencapaian kinerja indikator ini sampai

tahun 2017 dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Rencana

Strategis pada tahun 2016 :

Profil Kesehatan 2017 196


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

3.5
Per 1000 Penduduk

3
2.70
2.5
1.20
1.50
2

1.5 0.91 0.55 1.00


1 0.20

0.5

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 Target
2017
Tahun

Sumber: Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 4.3
Annual Paracite Incidence (API) Malaria Per 1000 Penduduk
Prov Kalimantan Selatan Tahun 2012 s/d 2017

3. Indikator Kinerja : Jangkauan program HIV pada populasi kunci

Penderita HIV (Human Immuno-deficiency Virus)/ AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome) adalah penderita yang menurut hasil

pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif HIV. Indikator ini digunakan

untuk mengukur keberhasilan dalam upaya penanggulangan penyakit

HIV/ AIDS.

Realisasi capaian kinerja atas indikator ini adalah sebesar 40%

atau 100% dari target sebesar 40%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

Profil Kesehatan 2017 197


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

target kinerja indikator ini pada tahun 2017 sudah tercapai. Indikator

kinerja sasaran ini tercapai disebabkan karena semua faktor beresiko

sudah dilakukan konseling. Beberapa upaya yang dilakukan Dinas

Kesehatan Provinsi Kalsel untuk tercapainya indikator sasaran ini :

1) Terbentuk Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang terdiri

dari unsur Masyarakat, LSM, Organisasi keagamaan dan pemerintah

yang secara terus menerus melaksanakan sosialisasi tentang

HIV/AIDS.

2) Petugas melaksanakan penjangkauan dan pendampingan terhadap

populasi kunci tebih aktif serta setting up layanan HIV/AIDS baru di

kabupaten/kota yang beresiko tinggi.

3) Gencarnya pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat

khususnya kepada masyarakat beresiko tinggi terhadap terjadinya

penularan terhadap HIV/AIDS

4) Pembuatan regulasi/ aturan kebijakan tentang penanggulangan

penyakit HIV/AIDS

Jika dibandingkan dengan target sasaran sebagaimana tercantum

dalam Rencana Strategis, Prevalensi kasus HIV pada populasi dewasa <

0.26 % maka sampai dengan tahun 2016 kondisi prevalensi kasus HIV di

Kalimantan Selatan sudah mencapai pada angka 0,27% atau sudah

mencapai 150% dari target.

4. Indikator Kinerja : Puskesmas yang membentuk Posbindu

Profil Kesehatan 2017 198


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Posbindu atau Pos Binaan Terpadu merupakan salah satu upaya

kesehatan berbasisi masyarakat yang bersifat promotif dan preventif

dalam rangka monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi

(Penyakit jantung, diabetes, penyakit paru, asma,dan kanker) serta

gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah

tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Tujuan

utama kegiatan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.

Sasaran Posbindu PTM cukup luas mencakup semua masyarakat usia 15

tahun ke atas baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun

masyarakat dengan kasus PTM.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 bahwa realisasi capaian

kinerja atas indikator ini adalah sebesar 40% atau 80% dari target sebesar

50%. Angka di atas menunjukkan bahwa target kinerja indikator ini pada

tahun 2016 tidak tercapai. Tidak tercapainya indikator kinerja sasaran

disebabkan oleh :

1) Masih rendahnya minat masyarakat menjadi kader Posbindu. Karena

kegiatan Posbindu PTM pada dasarnya merupakan kegiatan milik

masyarakat yang dilaksanakan sepenuhnya dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat. Sektor kesehatan khususnya

Puskesmas lebih berperan dalam hal pembinaan Posbindu PTM yaitu

memberikan bimbingan teknis dan pelatihan kepada kader dan

menerima pelayanan rujukan dari Posbindu PTM di wilayah kerjanya.

Profil Kesehatan 2017 199


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2) Belum adanya integrasi dalam pelaksanaan Posbindu. Posbindu

dapat dilaksanakan terintegrasi dengan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat yang sudah ada di tempat kerja, di lembaga pendidikan,

tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/

beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga,

pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.

Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan

Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi

kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan

tenaga yang ada.

3) Masih lemahnya dukungan dana CSR (Corporate Social

Responsibility) dari beberapa perusahaan yang beroperasi di

kabupaten/ kota dalam rangka mendukung operasional kegiatan

Posbindu. Selain dana CSR pemerintah daerah melalui Dinas

Kesehatan memberikan dukungan berupa kebijakan, dana, sarana

dan prasarana untuk menunjang keberlangsungan Posbindu.

5. Kabupaten/Kota yang mencapai 80 % imunisasi dasar lengkap

pada Bayi

Bayi usia 9-11 bulan dikatakan mendapat imunisasi dasar lengkap

apabila telah memperoleh imunisasi BCG (1 kali), DPT (3 kali), Hepatitis B

(3 kali), Polio (4 kali) dan Campak (1 kali). Indikator ini digunakan untuk

mengukur jangkauan (akses) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan imunisasi bayi usia 0-11 bulan.

Profil Kesehatan 2017 200


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa

realisasi capaian kinerja sasaran indikator ini adalah sebesar 77% atau

110% dari target sebesar 70%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

indikator kinerja sasaran ini tercapai. Tercapainya target indikator kinerja

sasaran ini dikarenakan kondisi sebagaimana berikut :

1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi sehingga

dapat mempengaruhi dan mengubah sikap, persepsi dan kebiasaan

seseorang. Pengetahuan imunisasi adalah dimana seseorang

mengetahui tentang imunisasi, agar mendapatkan kepercayaan

masyarakat terhadap imunisasi dibutuhkan banyak pengetahuan

tentang imunisasi secara benar.

2) Adanya dukungan pada program imunisasi yaitu adanya refreshing

kegiatan imunisasi bagi bidan desa daerah terpencil dan sangat

terpencil. Bidan Desa merupakan ujung tombak pelaksanaan program

imunisasi dengan salah satu tugasnya adalah meningkatkan peran

serta masyarakat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada

Bayi dan Balita.

3) Monitoring, supervisi dan bimbingan teknis yang terus menerus dari

petugas kesehatan untuk memotivasi bidan koordinator di puskesmas

dan masyarakat dalam program imunisasi dengan mengembangkan

DQA (Data Quality Self Assesment)

6. Indikator Kinerja: Kabupaten/Kota yang memiliki Perda/

Peraturan Bupati tentang Kawasan Tanpa Rokok

Profil Kesehatan 2017 201


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan dan/atau mempromosikan produk tembakau.

Kawasan Tanpa Rokok ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan yang efektif kepada para perokok pasif (yang terpaksa

menghirup asap rokok dari perokok) dari bahaya asap rokok, memberikan

ruang dan lingkungan yang bersih dan segar bagi masyarakat secara

umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.

Pemerintah perlu mengadakan peraturan untuk menyelamatkan

masyarakat dari bahaya rokok yaitu salah satunya dengan menerapkan

perda/perbub/kebijakan KTR.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 bahwa realisasi capaian

kinerja sasaran indikator ini adalah sebesar 77% atau 154% dari target

sebesar 50%. Angka ini menunjukkan bahwa kinerja pada tahun 2016 ini

tercapai. Tercapainya target kinerja indikator ini pada tahun 2016 ini

antara lain disebabkan oleh :

1) Adanya dukungan Pemerintah Daerah ( Pemerintah Kabupaten/ Kota)

untuk melaksanakan kebijakan dari Undang-undang Kesehatan Tahun

Nomor 36 Tahun 2009 pasal 113 sampai 116 dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Instruksi Menteri Kesehatan

Nomor 84/Menkes/Ins/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan serta Instruksi Menteri

Profil Kesehatan 2017 202


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Ins/III/1990

tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

2) Dianggarkannya kegiatan tentang Kawasan Tanpa Rokok melalui

anggaran cukai rokok setiap tahunnya dimana sektor kesehatan minimal

mendapatkan anggaran 50% dari total angggaran yang didapat dari cukai

rokok. Pencapaian indikator kinerja sasaran ”meningkatnya pengendalian

penyakit menular dan tidak menular” didukung oleh program-program dan

kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2016, yaitu berupa:

a. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular:

1) Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

2) Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik.

3) Peningkatan Imunisasi.

4) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.

5) Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit.

6) Monitoring, evaluasi dan pelaporan.

b. Program Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

1) Pengendalian Penyakit Tidak Menular

2) Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok

3) Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kawasan

Tanpa Rokok

4) Monitoring Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Kab/Kota

4.3 Sasaran 3: Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan

kesehatan

Profil Kesehatan 2017 203


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Penanggungjawab atas pencapaian sasaran ini adalah Bidang

Pelayanan Kesehatan dan Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Sasaran tersebut

terumuskan dalam beberapa indikator kinerja sasaran dengan target dan

realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.6
Pemerataan dan Mutu Pelayanan kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %

Jumlah kecamatan yang memiliki


1 minimal 1 puskesmas yang kecamatan 52 38 73
terakreditasi

Jumlah kab/kota yang memiliki 1


2 kab/kota 4 5 125
RSUD yang terakreditasi
Rata-rata capaian 99.04

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa rata-rata

capaian indikator kinerja sasaran Pemerataan dan mutu pelayanan

kesehatan adalah sebesar 99.04%, yang secara rinci dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Indikator Kinerja: Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas

yang terakreditasi

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas adalah

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan, bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh

Profil Kesehatan 2017 204


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas harus memberikan

pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik

melalui Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dengan memberikan pelayanan rawat inap maupun

pelayanan rawat jalan.

Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas

yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan

yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Tujuan dari Akreditasi Puskesmas yaitu meningkatkan mutu pelayanan

dan keselamatan pasien, perlindungan bagi sumber daya manusia

kesehatan, masyarakat, lingkungan dan institusi serta meningkatkan

kinerja dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan atau kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 bahwa capaian kinerja

sasaran atas indikator ini adalah sebesar 73% atau sesuai dengan yang

ditargetkan. Belum tercapainya indikator kinerja sasaran ini antara lain

disebabkan oleh :

1. Belum tersedianya SDM yang memiliki kompetensi untuk melakukan

persiapan bagi Puskesmas yang akan diakreditasi, sehingga sangat

Profil Kesehatan 2017 205


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

diperlukan pendampingan petugas yang telah dilatih oleh Tim

Akreditasi Kementrian Kesehatan RI bagi puskesmas yang akan

diakreditasi.

2. Perlunya kerja sama lintas sektor dalam pelaksanaan persiapan

akreditasi puskesmas yang terlibat (camat, rumah sakit daerah, TNI,

kepolisian, lurah, kepala desa/lurah, RW/RT, dan lain-lain).

Stakeholder ini pula menjadi pendukung sekaligus tim uji pertama

yang menilai apakah puskesmas tersebut sudah ada kemajuan dalam

pelayanan masyarakat, tepat sasaran dan memiliki prinsip

berkemajuan serta inovatif.

3. Perlunya komitmen dari tenaga kesehatan di puskesmas dalam

pelaksanaan akreditasi puskesmas karena akreditasi bukan hanya

mendapat pengakuan yang diberikan oleh lembaga eksternal akan

tetapi juga untuk perbaikan sistem dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Indikator Kinerja: Kabupaten/ Kota yang memiliki minimal 1

RSUD yang terakreditasi

Akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh

pemerintah pada manajemen rumah sakit karena telah memenuhi standar

yang ditetapkan. Indikator ini digunakan untuk mengukur mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan ke masyarakat yang semakin selektif dan

berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu dengan meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat

Profil Kesehatan 2017 206


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

masyarakat untuk berobat ke luar negeri. Akreditasi rumah sakit dilakukan

secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.6

di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja sasaran ini

adalah 125% dari target 4 kab/kota atau 100%. Tidak tercapainya

indikator kinerja sasaran ini dikarenakan :

1. Adanya kesiapan personil rumah sakit dalam memahami pentingnya

akreditasi rumah sakit. Persiapan akreditasi rumah sakit diperlukan

sumber daya yang khusus karena adopsi sistem akreditasi tidak

sepenuhnya dipahami oleh banyak tenaga kesehatan, misalnya

persepsi tentang bagaimana standar baku akreditasi rumah sakit

dapat bermacam-macam.

2. Kesiapan anggaran rumah sakit untuk siap diakreditasi karena

akreditasi rumah sakit memerlukan biaya yang luar biasa mahal.

Rumah Sakit sebagai BLUD di Kabupaten/ Kota sehingga lebih

fleksibel dalam pengaturan anggaran sehingga dapat memenuhi

banyak standar yang ada di dalam standar akreditasi.

Pencapaian indikator kinerja sasaran ”Meningkatnya pemerataan

dan mutu pelayanan kesehatan” tidak terlepas dari dukungan program-

program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2016,

yaitu berupa Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan

utama :

1) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Profil Kesehatan 2017 207


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2) PembinaanUpaya Kesehatan Dasar dan Kes. Pengembangan

3) PenilaianKinerja Puskesmas Kab/Kota se Kalsel

4) Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

5) Peningkatan PPGD bagi Puskesmas Perawatan dan Daerah Terpencil

6) Pengadaan Peralatan dan Perbekalan Kesehatan Pelayanan Kesmas

4.4 Sasaran 4: Perlindungan finansial bagi penduduk yang

membutuhkan pelayanan kesehatan.

Sasaran tersebut terumuskan dalam beberapa indikator kinerja

sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.7
Perlindungan Finansial bagi Penduduk yang Membutuhkan Layanan
Kes
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %

Persentase penduduk
Kalimantan
1. Selatan(termasuk penduduk % 60,0 57,2 95,27
miskin) memiliki jaminan
kesehatan

Persentase pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi
2. % 100,0 100,0 100,00
penduduk miskin yang tidak
menerima manfaat JKN

Rata-rata capaian 95,27

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata capaian

indikator kinerja sasaran Meningkatnya perlindungan finansial bagi

Profil Kesehatan 2017 208


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

penduduk yang membutuhkan pelayanan kesehatan adalah sebesar

95,27%, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator Kinerja: Penduduk Kalimantan Selatan (termasuk

penduduk miskin) Yang Memiliki Jaminan Kesehatan

Jaminan kesehatan merupakan upaya untuk mewujudkan

kesehatan masyarakat yang berkualitas mengarah pada perwujudan

tingkat derajat kesehatan yang baik, serta pelayanan kesehatan yang

memadai melalui pendekatan penyelenggaraannya dengan prinsip

managed care yaitu suatu cara yang menggunakan pendekatan

terintegrasi antara pembiayaan dan pelayanan melalui penerapan kendali

mutu dan kendali biaya. Untuk menjamin akses masyarakat (terutama

masyarakat miskin) di Kalimantan Selatan terhadap pelayanan kesehatan

baik dasar maupun rujukan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota secara sinergis telah mengembangkan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Provinsi (Jamkesprov) dan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Indikator ini digunakan untuk mengukur komitmen Pemerintah

Daerah dalam menjamin pemenuhan hal-hak dasar masyarakat di bidang

kesehatan. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015 yang

sebesar 81%, maka pada tahun 2016 kinerja indikator sasaran ini

mengalami penurunan sebesar 23,8%. Bila dibandingkan dengan target

sasaran sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis bahwa 100%

penduduk Kalimantan Selatan memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan

Profil Kesehatan 2017 209


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pada tahun 2016, sampai dengan tahun 2015 ini baru tercapai 81%. Untuk

dapat mencapai target pada tahun 2016, diperlukan peningkatan dan

pemantapan penyelenggaraan Jamkesda dan Jamkesprov terutama untuk

memberikan jaminan bagi masyarakat yang tidak memilki jaminan

pemeliharaan kesehatan. Setiap penduduk Indonesia secara bertahap

akan dijamin kesehatannya secara bertahap. Sejak tanggal 1 Januari

2014 Pemerintah menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun

ke tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8
Penduduk Memiliki Jaminan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Tahun Realisasi Kinerja Peningkatan / Penurunan Naik/Turun

2011 60,0
2012 65,0 8,33 Naik
2013 66,0 1,54 Naik
2014 67,0 1,52 Naik
2015 81,0 20,90 Naik
2016 57,2 -29,38 Turun

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.

Pencapaian kinerja indikator sasaran sampai dengan tahun 2015

dibandingkan dengan target pada tahun 2016 digambarkan sebagai

berikut :

Profil Kesehatan 2017 210


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.

Gambar 4.4
Persentase Penduduk Memiliki Jaminan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

b. Indikator Kinerja: Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Miskin yang Membutuhkan Pelayanan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan upaya untuk

mewujudkan kesehatan masyarakat yang berkualitas yang mengarah

pada perwujudan tingkat derajat kesehatan yang baik, serta pelayanan

kesehatan yang memadai melalui pendekatan penyelengaraannya

dengan prinsip-prinsip managed care. Untuk menjamin akses masyarakat

(masyarakat miskin) di Kalimantan Selatan terhadap pelayanan kesehatan

baik dasar maupun rujukan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota secara sinergis telah mengembangkan Program Jaminan

Profil Kesehatan 2017 211


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kesehatan Provinsi (Jamkesprov) dan Jaminan Kesehatan Daerah

(Jamkesda). Indikator ini digunakan untuk mengukur komitmen

Pemerintah Daerah dalam menjamin pemenuhan hal-hak dasar

masyarakat di bidang kesehatan khususnya kelompok masyarakat miskin

yang memiliki kendala finansial untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang berkualitas.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.8

di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja sasaran ini

adalah 100% atau sesuai dengan target. Angka ini menunjukkan bahwa

target kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016 telah tercapai.

Tercapainya indikator kinerja sasaran ini didukung oleh adanya kebijakan

Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Provinsi

yang dalam pelaksanaannya ada dua mekanisme. Pertama, bagi

masyarakat miskin yang dijamin oleh Jaminan Kesehatan Daerah

(Kabupaten/Kota) yang dirujuk ke rumah sakit provinsi maka pembiayaan

sesuai MoU antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah

Kabupaten/Kota akan dibiayai melalui sharing (cost sharing) dengan pola

60% dijamin oleh Jamkesprov dan 40% oleh Jamkesda. Kedua, bagi

masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit

provinsi tapi tidak memiliki jaminan sama sekali, maka sepenuhnya akan

dibiayai oleh Jaminan Kesehatan Provinsi. Dengan demikian seluruh

masyarakat miskin di Provinsi Kalimantan Selatan yang membutuhkan

pelayanan kesehatan dapat terlayani melalui Jaminan Kesehatan Daerah

Profil Kesehatan 2017 212


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dan Jaminan Kesehatan Provinsi. Capaian kinerja indikator ini pada tahun

2016 sama dengan capaian kinerja tahun 2015 yaitu sebesar 100%.

Capaian sampai dengan tahun 2016 ini sudah sesuai sebagaimana target

yang ditetapkan di dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021, bahwa seluruh masyarakat miskin

terlindungi melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Bila dilakukan

perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun, maka hasilnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9
Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
yang Membutuhkan Pelayanan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Tahun Realisasi Kinerja Peningkatan / Penurunan Naik/Turun

2011 100,0
2012 100,0 0,00 Tetap
2013 100,0 0,00 Tetap
2014 100,0 0,00 Tetap
2015 100,0 0,00 Tetap
2016 100,0 0,00 Tetap
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Kalsel.

Pencapaian indikator kinerja sasaran ”Meningkatnya Perlindungan

Finansial Bagi Penduduk yang Membutuhkan Pelayanan Kesehatan” di

atas tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama

yang dilaksanakan selama tahun 2016, yaitu berupa Program Kemitraan

Peningkatan Pelayanan Kesehatan, dengan kegiatan utama: Kemitraan

Profil Kesehatan 2017 213


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

pengobatan bagi pasien kurang mampu, Monitoring, evaluasi dan

pelaporan dan Peningkatan pembinaan jaminan kesehatan provinsi.

4.5 Sasaran 5 : Ketersediaan, penyebaran dan mutu obat

Penanggungjawab atas pencapaian sasaran ini adalah Bidang

Farmasi dan Litbang Hukum Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan. Sasaran tersebut terumuskan dalam beberapa

indikator kinerja sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016

sebagai berikut :

Tabel 4.10
Capaian Kinerja Sasaran 5
Meningkatnya Ketersediaan,Penyebaran dan Mutu Obat
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %

Persentase ketersediaan obat


1. % 90 92 102,22
dan vaksin di Puskesmas
Persentase produk alat
kesehatan dan kesehatan
2. perbekalan rumah tangga % 85,0 100,0 117,65
(PKRT) di peredaran yang
memenuhi syarat kesehatan

Jumlah kab/kota yang


3. melaksanakan SIPNAP berbasis kab/kota 13,0 13,0 100,00
WEB

Persentase industri dan usaha


4. produksi obat tradisional yang % 60,0 60,0 100,00
memenuhi standar CPOTB

Rata-rata capaian 104,97


Sumber: Bidang Farmasi dan Litbang Hukum Masyarakat Dinkes Prov. Kalsel.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata capaian

indikator kinerja sasaran Meningkatnya ketersediaan, penyebaran dan

mutu obat adalah sebesar 104,97 %, secara rinci dijelaskan sebagai

berikut :

Profil Kesehatan 2017 214


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

a. Indikator Kinerja: Persentase ketersediaan obat dan vaksin di

Puskesmas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di sarana

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

jaringannya), ketersediaan obat dan vaksin menjadi salah satu faktor

penting untuk menjamin kelancaran maka kebutuhan ketersediaan obat

dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan dasar harus dipenuhi sesuai

kebutuhan. Indikator ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan

obat dan vaksin untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan

di sarana pelayanan kesehatan dasar.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.10

di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja sasaran atas indikator ini

adalah sebesar 90% atau sudah sesuai dengan yang ditargetkan.

Tercapainya indikator kinerja sasaran ini antara lain didukung oleh adanya

komitmen pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam bentuk

penyediaan anggaran yang memadai untuk pengadaan obat dan

perbekalan kesehatan termasuk vaksin, guna memenuhi kebutuhan di

sarana pelayanan kesehatan dasar. Kementerian Kesehatan

menyediakan anggran untuk pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar

melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan mengalokasikan anggaran APBD untuk pengandaan obat dan

vaksin buffer stock serta Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan

anggaran untuk pengadaan obat dan vaksin sesuai kebutuhan daerah

Profil Kesehatan 2017 215


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

masing-masing. Bila dibandingkan dengan target sasaran sebagaimana

tercantum dalam Rencana Strategis dimana diharapkan seluruh

kebutuhan obat dan vaksin di Puskesmas dapat tercukupi pada tahun

2016, maka pada tahun 2016 target ini telah dapat dicapai. Tantangan

kedepan adalah bagaimana menjaga stabilitas penyediaan obat dan

vaksin dapat terjaga untuk menunjang pelayanan kesehatan di sarana

pelayanan kesehatan dasar (puskesmas/pustu dan jaringannya).

Jika dibandingkan dengan capaian indikator kinerja ini pada tahun

2015, maka pada tahun 2016 menurun, namun dari sisi pencapaian target

kinerja tahun 2016 sudah tercapai atau melebihi dari target kinerja yang

sudah ditetapkan. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari

tahun ke tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11
Pemenuhan Kebutuhan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Tahun Realisasi Kinerja Peningkatan / Penurunan Naik/Turun

2011 95,0
2012 100 5,26 Naik
2013 100 0,00 Tetap
2014 100 0,00 Tetap
2015 100 0,00 Tetap
2016 92 8.00 Turun

Sumber: Bidang Farmasi Dinkes Prov.Kalsel.

Profil Kesehatan 2017 216


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Pencapaian kinerja indikator sasaran sampai dengan tahun 2015

dibandingkan dengan target pada tahun 2016 dapat digambarkan sebagai

berikut :

Sumber: Bidang Farmasi Dinkes Prov.Kalsel.

Gambar 4.5
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

b. Indikator Kinerja : Produk alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi

syarat kesehatan

Salah satu persyaratan penting bagi produk alat kesehatan dan

PKRT yang beredar haruslah memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini

dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan timbulnya

masalah kesehatan akibat produk alat kesehatan dan PKRT yang tidak

Profil Kesehatan 2017 217


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

terstandar. Indikator ini menggambarkan keberhasilan upaya pembinaan

dan pemantauan peredaran produk alat kesehatan dan PKRT di

masyarakat.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.12

di atas, bahwa realisasi capaian kinerja sasaran ini adalah sebesar 100%

dari target yang ditetapkan sebesar 85%, sehingga indikator ini tercapai.

Tercapainya indikator kinerja ini dikarenakan produk alat kesehatan dan

PKRT memang harus memenuhi standar atau syarat kesehatan sebelum

beredar ke masyarakat dan kesadaran produsen/ masyarakat terhadap

keselamatan dalam menggunakan produk alat kesehatan dan PKRT

dengan baik. Usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimanatan Selatan adalah pemantauan dan pembinaan baik kepada

produsen maupun kepada penjual, dalam hal pemantauan Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan bekerja sama dengan Balai POM

di Kalimantan Selatan.

Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke

tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12
Cakupan Produk Alat kesehatan dan PKRT diperedaran
yang memenuhi syarat kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 s.d. 2016

Profil Kesehatan 2017 218


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Peningkatan /
Tahun Realisasi Kinerja Naik/Turun
Penurunan
2011 75,0
2012 80,0 6,67 Naik
2013 85,0 6,25 Naik
2014 90,0 5,88 Naik
2015 71,6 -20,47 Turun
2016 100,0 28,42 Naik
Sumber: Bidang Farmasi Dinkes Prov.Kalsel.

Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015 yang

sebesar 90%, maka capaian kinerja indikator sasaran ini pada tahun 2016

kenaikan sebesar 100%. Produk obat dan makanan yang beredar di

Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan target sasaran sebesar

85% memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat pada tahun

2016, maka capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 terpenuhi 100%.

Target 85% peredaran produk obat dan makanan di Provinsi Kalimantan

Selatan yang memenuhi standar kesehatan pada tahun 2016 dapat

dicapai. Pencapaian kinerja indikator sasaran tahun 2016 dibandingkan

dengan target pada tahun 2015 digambarkan sebagai berikut :

Profil Kesehatan 2017 219


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 4.6
Cakupan Produk Alat kesehatan dan PKRT diperedaran
Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011 s.d. 2016
c. Indikator Kinerja: Kabupaten/ Kota yang melaksanakan SIPNAP

berbasis WEB

Aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)

dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi

Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh Unit Pelayanan

(Apotek, Klinik & Rumah Sakit), Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh

Indonesia. Indikator ini digunakan agar hasil pelaporan narkotika dan

Profil Kesehatan 2017 220


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

psikotropika mudah dioperasionalkan dengan berbasis WEB dan

pelaporannya yang representatif, akurat, valid dan mudah didistribusikan.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 yang tersaji dalam tabel 4.12

diketahui bahwa capaian indikator kinerja sasaran ini adalah 13 Kab/

Kota atau 100% dari target sebesar 13 Kab/ Kota. Angka ini menunjukkan

bahwa indikator kinerja sasaran ini tahun 2016 telah tercapai. Tercapainya

indikator kinerja sasaran ini didukung oleh meningkatnya pembinaan dan

pemantauan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan.

Faktor pendukung yang juga mempengaruhi pencapaian kinerja indikator

ini pada tahun 2016 adalah ketentuan dari Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia yang mewajibkan untuk pelaporan narkotika dan

psikotropika. Berdasarkan hukum Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3

Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan

Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi serta adanya

pedoman dalam psikotropika UU No. 5 Tahun 1997 dan narkotika UU No.

35 Tahun 2009.

d. Indikator Kinerja : Industri dan usaha produksi obat tradisional

yang memenuhi standar CPOTB

Produk obat tradisional (jamu) yang baik adalah yang diproses

melalui proses pengolahan yang memenuhi kaidah cara produksi yang

baik (good manufacturing process). Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB) adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat

tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan

Profil Kesehatan 2017 221


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat

keamanan produk obat tradisional (jamu) yang beredar di pasaran.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 dijelaskan bahwa realisasi

capaian kinerja sasaran indikator ini adalah 60% dari target capaian

sebesar 60%. Tercapainya koordinasi yang baik antara Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam pembinaan produsen obat tradisional (jamu) yang

ada di Kalimantan Selatan. Jika dibandingkan dengan target sasaran

sebesar 60% industri dan usaha produksi obat tradisional yang

memenuhi syarat di Kalimantan Selatan memenuhi persyaratan CPOTB

(Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik). pada tahun 2016, maka

target sudah terpenuhi sebesar 100%. Pencapaian indikator kinerja

sasaran ini tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan

utama yang dilaksanakan selama tahun 2016, yaitu berupa :

a. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatan utama

meliputi :

1) Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

2) Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

3) Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

4) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

5) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

6) Pengawasan mutu alat kesehatan dan PKRT.

Profil Kesehatan 2017 222


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

b. Program Pengawasan Obat dan Makanan, dengan kegiatan utama

meliputi :

1) Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan

berbahaya

2) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

3) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang bahaya

penyalahgunaan narkotika.

c. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia, dengan kegiatan

utama meliputi :

1) Pengembangan standarisasi tanaman obat bahan asli Indonesia

2) Peningkatan promosi obat bahan alam Indonesia di dalam dan

luar negeri

3) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

4) Peningkatan dan pengembangan bahan obat bahan alam

Indonesia.

4.6 Sasaran 6: Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga

Kesehatan.

Penanggungjawab atas pencapaian sasaran ini adalah Bidang

Promosi Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan. Sasaran tersebut terumuskan dalam beberapa indikator kinerja

sasaran dengan target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.13
Capaian Kinerja Sasaran 6
Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan

Profil Kesehatan 2017 223


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %

Jumlsh RS Provinsi dan


Kab/Kota yang telah terpenuhi
1 RS 8 14 175.00
dokter spesialis sesuai
Permenkes 56 Tahun 2014
Jumlah Puskesmas yang
memenuhi standar minimal
2 Puskesmas 30 35 116.67
ketenagaan sesuai Permenkes
75 tahun 2014

Rata-rata capaian
145.83
Sumber: Bidang Promosi Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan Prov Kalsel

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa rata-rata

capaian indikator kinerja sasaran Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan

pemerataan tenaga kesehatan adalah sebesar 145,83%. Pencapaian

indikator kinerja sasaran “Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan

pemerataan tenaga kesehatan” didukung oleh program-program dan

kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2016, yaitu berupa

Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, dengan kegiatan utama

sebagai berikut: Peningkatan Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan di

Puskesmas dan Provinsi Kalimantan Selatan, Peningkatan Pembinaan

Tenaga Kesehatan, Penempatan dan Pengembalian dr / drg / bidan PTT,

Monitoring Kegiatan PTT dan Kepegawaian, Peningkatan Mutu Pelayanan

Sarana Kesehatan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan

e. Indikator Kinerja : Rumah Sakit Provinsi dan Kab/Kota yang telah

terpenuhi dokter spesialis sesuai Permenkes 56 Tahun 2014

Profil Kesehatan 2017 224


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Ketersediaan dokter spesialis menjadi salah satu faktor penting

untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat di sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maka

kebutuhan ketersediaan dokter spesialis di sarana pelayanan kesehatan

harus dipenuhi sesuai kebutuhan. Indikator ini digunakan untuk

mengetahui tingkat terpenuhinya kebutuhan dokter spesialis untuk

menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan

kesehatan.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa

capaian kinerja sasaran atas inidikator ini adalah sebesar 8 RS dengan

Realisasi 14 RS atau sebesar 175%, hal ini sudah sesuai dengan yang

ditargetkan. Tercapainya indikator kinerja sasaran ini antara lain didukung

oleh adanya komitmen pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota)

dalam bentuk penyediaan anggaran dan penyebaran tenaga kesehatan

yang memadai.

f. Indikator Kinerja: Puskesmas yang memenuhi standar minimal

ketenagaan sesuai Permenkes 75 tahun 2014

Jumlah Puskesmas yang memenuhi standar minimal ketenagaan

sesuai permenkes 75 tahun 2014 adalah puskesmas yang di dalamnya

telah terpenuhi minimal standar tenaga kesehatan yang melakukan /

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Indikator ini

Profil Kesehatan 2017 225


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

digunakan untuk mengukur rasionalitas pelayanan oleh tenaga kesehatan

dalam pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data kinerja tahun 2016 bahwa capaian indikator

kinerja sasaran ini adalah 30 Puskesmas dengan Realisasi sebanyak 35

Puskesmas sebesar 116,67%. Angka ini menunjukkan bahwa indikator

kinerja sasaran ini pada tahun 2016 telah tercapai bahkan melebihi target.

Tercapainya indikator kinerja sasaran ini didukung oleh meningkatnya

pembinaan dan pemantauan pendistribusian tenaga kesehatan di

pelayanan kesehatan. Faktor pendukung yang juga mempengaruhi

pencapaian kinerja indikator ini pada tahun 2016 adalah dengan

pelaksanaan akreditasi puskesmas.

4.7 Sasaran 7: Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan

Pemantauan - Evaluasi

Penanggungjawab atas pencapaian sasaran ini adalah Sub Bagian

Perencanaan Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Sasaran tersebut terumuskan dalam beberapa indikator kinerja sasaran

dengan target dan realisasi pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.14
Capaian Kinerja Sasaran 7
Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis, Pemantauan – Evaluasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 226


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi %

Jumlah Dokumen
Anggaran Bidang 5 4
1 Dok 80.00
Kesehatan Setiap
Tahunnya
Jumlah Rekomendasi 13 13
2 Buah 100.00
Monitoring Evaluasi terpadu
Rata-rata capaian 90.00

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata capaian

indikator kinerja sasaran Meningkatnya Integrasi Perencanaan, Bimbingan

Teknis dan Pemantauan - Evaluasi adalah sebesar 90%. Pencapaian

Indikator ini didukung oleh kegiatan utama sebagaimana berikut:

Peningkatan Manajemen Kesehatan, Pembinaan Perencanaan Program

Kesehatan Daerah, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, Pengembangan

Sistem Informasi Kesehatan, Peningkatan Hukum Kesehatan dan

Kehumasan, Pengembangan Pencatatan Penyebab Utama Kematian

Bidang Kesehatan dan Litbang.

a. Indikator Kinerja : Jumlah dokumen anggaran bidang kesehatan

setiap tahunnya

Anggaran adalah salah satu yang tidak bisa terlepaskan dari

pelaksanaan kegiatan dan pelaksanaan kebijakan terkait kesehatan,

anggaran bidang kesehatan dapat di bagi menjadi 5 pada tahun

sebelumnya yaitu : 1) APBD, 2) APBN, 3) Dana Alokasi Khusus (DAK), 4)

Bantuan Luar Negeri, 5) Tugas Pembantuan (TP). Indikator ini digunakan

untuk mengetahui besaran anggaran kesehatan yang ada di Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan data kinerja tahun

Profil Kesehatan 2017 227


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

2016 yang tersaji dalam tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja

sasaran atas indikator ini adalah sebesar 5 Dokumen dengan Realisasi 4

Dokumen atau sebesar 80%. Tidak tercapainya indikator kinerja sasaran

ini dikarenakan hilangnya Anggaran Tugas Pembantuan (TP) di Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Hilangnya Anggaran TP

merupakan kebijakan Pemerintah Pusat yang mengalihkan semua

Anggaran Tugas Pembantuan (TP) menjadi Dana Alokasi Khusus (DAK).

b. Indikator Kinerja : Jumlah Rekomendasi Monitoring Evaluasi

Terpadu

Monitoring Evaluasi adalah suatu kegiatan dimana untuk

mengetahui kondisi pelaksanaan kegiatan ataupun pelaksanaan kebijakan

bidang kesehatan baik yang dilaksanakan di Provinsi maupun di

Kabupaten/Kota. Indikator ini digunakan untuk mengukur hasil capaian

pelaksanaan kegiatan maupun pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan

baik di Provinsi Maupun di Kabupaten/Kota. Berdasarkan data kinerja

tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja sasaran ini

adalah 13 Buah dengan realisasi 13 buah atau sebesar 100%.

Rata-rata capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Rata Rata Capaian Kinerja


Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 228


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

No. Sasaran Strategis Capaian Kinerja Ket.

Meningkatnya status kesehatan dan gizi


1 96.00%
masyarakat
Meningkatnya pengendalian penyakit menular
2 111.04%
dan tidak menular
Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan
3 99.04%
kesehatan
Meningkatnya perlindungan finansial bagi
4 penduduk yang membutuhkan pelayanan 95.27%
kesehatan
Meningkatnya ketersediaan, penyebaran dan
5 104.30%
mutu obat
Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan
6 145.83%
pemerataan tenaga kesehatan
Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan
7 90.00%
teknis dan pemantauan-evaluasi

RATA-RATA CAPAIAN KINERJA SASARAN 105.93%

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja sasaran Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 adalah sebesar

105.93%.

Profil Kesehatan 2017 229


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 5

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Situasi Sumber Daya Kesehatan mendeskripsikan mengenai

sarana kesehatan meliputi Puskesmas, Rumah Sakit (Rumah Sakit Umum

dan Rumah Sakit Khusus), Sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM); Tenaga Kesehatan serta pembiayaan atau anggaran

di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.

5. 1 SARANA KESEHATAN

1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten /Kota yang berada di wilayah kecamatan dan melaksanakan

tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Puskesmas sebagai

unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem

pelayanan kesehatan. Puskesmas harus melakukan Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang paripurna. Dasar pertimbangan untuk membangun dan menentukan

wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor luas wilayah, kondisi

geografis dan kepadatan penduduk.

Profil Kesehatan 2017 228


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

700

567 580
600

500

400

300
230 225
200
107 97
100 51 51
31 35

0
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas
PONED Perawatan Pembantu Keliling

Sumber : Bidang Yankes Dinkes Prov.Kalsel

Gambar 5.1
Jumlah Sebaran Puskesmas di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas di Provinsi

Kalimantan Selatan sampai akhir tahun meningkat dibanding dengan

tahun sebelumnya, tahun 2015 ada 225 Puskesmas sedangkan tahun

2016 sebanyak 230 Puskesmas. Berdasarkan rasio puskesmas terhadap

jumlah penduduk sebagian besar sudah memenuhi 1 puskesmas untuk

melayani penduduk sebanyak 30.000 jiwa. Puskesmas juga perlu

didukung dengan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Bersumber daya

Masyarakat (UKBM). UKBM diantaranya adalah Pos Pelayanan terpadu

(Posyandu), Polindes (Pondok Bersalin desa), Pos Upaya Kesehatan

Kerja (Pos UKK) dan sebagainya. Tahun 2016 ada 1.042 Poskedes,

Profil Kesehatan 2017 229


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

sebanyak 3.796 buah Posyandu dan diantaranya ada 1.023 Posyandu

yang aktif (strata Purnama dan Mandiri), tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1
Jumlah Sebaran Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016

No Kabupaten/ Posyandu Madya Pratama Mandiri Jumlah Posyandu


Kota Pratama Aktif
1 Banjarmasin 24 288 74 1 387 75
2 Barito Kuala 138 222 22 0 382 22
3 Banjarbaru 40 82 32 4 158 36

4 Banjar 182 197 118 24 521 142


5 Tapin 11 139 61 6 217 67
6 Hulu Sungai 105 126 45 14 290 59
Selatan
7 Hulu Sungai 120 151 129 8 408 137
Tengah
8 Hulu Sungai 56 128 35 0 219 35
Utara
9 Balangan 63 88 18 4 173 22

10 Tabalong 14 105 147 7 273 154


11 Tanah Laut 44 131 87 11 273 98
12 Tanah 34 67 74 14 189 88
Bumbu
13 Kotabaru 32 186 60 28 306 88
863 1910 902 121 3796 1023

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016

Berdasarkan tabel 5.1 tersebut diketahui jumlah Posyandu yang

aktif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah posyandu yang

tersebar di Kabupaten/Kota maka penting sekali dilakukan revitalisasi

Posyandu dan refreshing Kader Posyandu terutama di Kabupaten Hulu

Profil Kesehatan 2017 230


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Balangan, Barito Kuala, Banjarbaru

dan Banjarmasin.

MANDIRI
POSYANDU 2016 3%

PURNAMA PRATAMA
24% 23%

MADYA
50%

Sumber: Seksi Pemberdayaan Masyarakat,tahun 2016

Gambar 5.2
Strata Posyandu di Prov. Kalimantan Selatan
tahun 2016

Puskesmas Rumah sakit

30 27
26
25 23
19 19 19 19
20
16
13 13 14
15
11
9
10

Sumber: Seksi Sumber Daya Kesehatan, tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 231


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 5.3
Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Prov.Kalimantan Selatan
tahun 2016

2. Rumah Sakit

Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada

masyarakat yang utamanya menyelenggarakan upaya kuratif dan

rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan

kesehatan rujukan. Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, rumah

sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat.

Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

147/ Menkes/ PER/ I/ 2010 tentang Perizinan Rumah Sakit. Rumah

Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah

Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba sedangkan Rumah

Sakit Privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Rumah sakit privat di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

berjumlah 40 buah. RSUD di Provinsi Kalimantan Selatan ada 10 RSUD

kelas C dan 2 RSUD kelas D yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, selain

itu juga terdapat RSUD kelas B pendidikan dan Rumah Sakit Jiwa

Sambang Lihum Klas A yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit

pendidikan dan resmi dinamakan sebagai teaching hospital di Provinsi

Kalimantan Selatan. Setiap Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Profil Kesehatan 2017 232


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Selatan masing-masing memiliki 1 ( satu) Rumah Sakit Umum Daerah

tetapi yang menjadi permasalahan adalah belum rampungnya

pembangunan dan belum beroperasionalnya Rumah Sakit milik

pemerintah Kota Banjarmasin, dengan belum beroperasionalnya rumah

sakit milik kota maka, sistem rujukkan jadi terputus, seharusnya rujukkan

dari puskesmas dan jaringannya ke rumah sakit tipe C, menjadi langsung

ke rumah sakit tipe B. Gambar berikut ini akan menyajikan status rumah

sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016.

Tabel 5.2
Data Sebaran Rumah Sakit se Kalimantan Selatan tahun 2016

B. Pendidikan I RSUD Ulin Banjarmasin

B I RSUD Jiwa Sambang Lihum

RSUD Banjarbaru, Banjarbaru


RSUD Ratu Zalecha, Martapura
K RSUD H.Hasan Basry, Kandangan
E RSUD H.Damanhury, Barabai
C 10 RSUD Pambalah Batung, Amuntai
L
RSUD H.Boejasin, Pelaihari
A RSUD Kotabaru, Kotabaru
RSUD Datu Sanggul, Rantau
S
RSUD Tanjung, Tabalong
RSUD Abdul Azis, Marabahan
D 2 RSUD Amanah Husada, Batu Licin
RSUD Balangan

Sumber : Subbag Renpor Dinkesprov Kalsel.

Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu

Rumah Sakit: RSUD Ulin, RSUD Dr. H. M. Anshari Saleh dan RS Gigi dan

Profil Kesehatan 2017 233


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Mulut H.Gusti Hasan Aman. Rumah Sakit milik Swasta antara lain RS

Islam, RS Suaka Insan dan RS Sari Mulia, 2 buah rumah sakit khusus (RS

Bedah Siaga dan RSIA Annisa), semuanya berada di Kota Banjarmasin.

Kapasitas rumah sakit di Provinsi Kalimantan Selatan sampai saat

ini masih belum sebanding dengan jumlah penduduk yang dilayani.

Jumlah tempat tidur di seluruh rumah sakit mencapai 2.428 tempat tidur

sehingga satu tempat tidur rumah sakit rata-rata digunakan untuk

melayani 1.000 orang, dengan jumlah penduduk, 3,9 juta orang,

Kalimantan Selatan masih kekurangan sekitar 1.500 tempat tidur rumah

sakit. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana

rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas

perawatan yang biasanya diukur dari jumlah tempat tidurnya serta

rasionya terhadap jumlah penduduk. Jumlah tempat tidur suatu RS

menggambarkan kemampuan RS tersebut dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

5.2 TENAGA KESEHATAN

Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 1

ditetapkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,

pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu Sumber Daya

Manusia (SDM) Kesehatan dalam rangka penyelenggaran pelayanan

kesehatan. Untuk meningkatkan SDM Kesehatan, dalam Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) 2009 ditetapkan bahwa diselenggarakan

Profil Kesehatan 2017 234


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

melalui 4 (empat) upaya pokok, antara lain; 1) Perencanaan SDM

Kesehatan, 2) Pengadaan SDM Kesehatan, 3) Pendayagunaan SDM

Kesehatan, serta 4) Pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan.

5.2.1 Perencanaan SDM Kesehatan

Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dapat dikelompokkan

dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi: Perencanaan SDM

Kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan kebutuhan

SDM Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-

lainnya.

2. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan pada tingkat wilayah:

Perencanaan ini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM

kesehatan berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah (Provinsi/

Kabupaten/ Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan

institusi dan organisasi.

3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana:

Perecanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan

saat prabencana, terjadi bencana, dan pasca bencana, termasuk

pengelolaan kesehatan pengungsi maka untuk itu pengelola

kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab pada ketiga

Profil Kesehatan 2017 235


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kelompok tersebut di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis

perhitungannya untuk masing-masing kelompok.

Adapun strategi dalam Perencanaan SDM Kesehatan perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional & global.

2. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata,

serasi, seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan

dunia usaha baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam

upaya pemerataan SDM Kesehatan perlu memperhatikan

keseimbangan antara hak dan kewajiban perorangan dengan

kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM Kesehatan oleh

pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang

proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

3. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional

upaya kesehatan dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju

Indonesia Sehat 2010.

4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan

didasarkan pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan

keadaan daerah masing-masing.

Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui Undang-Undang No

36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Undang -Undang ini

Profil Kesehatan 2017 236


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

menyatakan bahwa pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata

bagi masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun

dengan memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana

kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional

tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 antara lain memuat tentang

pedoman penyusunan perencanaan sumberdaya kesehatan ditingkat

provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Perencanaan kebutuhan

tenaga kesehatan terdapat empat metode penyusunan yang dapat

digunakan yaitu:

1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga

kesehatan berdasarkan epidemiologi penyakit utama yang ada di

masyarakat.

2. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga

kesehatan berdasarkan permintaan akibat beban pelayanan

kesehatan.

3. Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga

kesehatan berdasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang

ditetapkan, misalnya Puskesmas, dan Rumah Sakit.

5.2.2 Pengadaan SDM Kesehatan

Pengadaan SDM Kesehatan dilakukan dengan tujuan memenuhi

Profil Kesehatan 2017 237


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

kebutuhan SDM Kesehatan baik dari segi jumlah, mutu dan penyebaran/

pemerataan SDM Kesehatan yang akan bertugas di sarana pelayanan

kesehatan baik pada tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota.

Upaya pemerataan dan penyebaran tenaga kesehatan maka Kementerian

Kesehatan menempatkan tenaga medis baik dokter maupun dokter gigi

serta tenaga bidan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) yang ditempatkan di

daerah dengan kriteria terpencil dan sangat terpencil. Pengadaan tenaga

medis dan bidan PTT di Provinsi Kalimantan Selatan diangkat dan

ditempatkan sesuai dengan kebutuhan sarana pelayanan kesehatan yang

ada di setiap kabupaten. Tenaga Bidan PTT Pusat pada tahun 2016

sudah diangkat menjadi CPNS untuk itu dalam rangka pemenuhan

kebutuhan tenaga kesehatan di tingkat provinsi, maka Pemerintah

Kalimantan Selatan pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017

melakukan rekrutmen Tenaga Kesehatan PTT Provinsi yaitu Bidan,

Perawat dan Tenaga Gizi dan Kesmas, ini merupakan salah satu upaya

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan untuk

penempatan di desa Biasa, Terpencil dan Sangat Terpencil yang tersebar

di 13 (tiga belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

5.2.3 Pemberdayaan SDM Kesehatan

Pemberdayaan SDM Kesehatan adalah upaya pemerataan,

pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan. Beberapa permasalahan

klasik dalam pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan yakni:

Profil Kesehatan 2017 238


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1. Kurang serasinya antara kemampuan produksi dengan

pendayagunaan.

2. Penyebaran tenaga kesehatan yang kurang merata.

3. Kompetensi tenaga kesehatan kurang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan.

4. Pengembangan karir kurang berjalan dengan baik.

5. Standar profesi tenaga kesehatan belum terumuskan dengan

lengkap.

6. Sistem penghargaan dan sanksi tidak berjalan dengan semestinya.

Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya

pengadaan tenaga kesehatan sesuai jenis, jumlah dan kualifikasi yang

telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan

kebutuhan pembangunan kesehatan Undang- Undang Tenaga Kesehatan

Nomor 36 Tahun 2014 terdapat enam kelompok pendidikan tenaga

kesehatan yaitu:

1. Keperawatan yang meliputi Sekolah Perawat Kesehatan, Sekolah

Pengatur Rawat Gigi, Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Gigi.

2. Kefarmasian, meliputi Apoteker, Sekolah Menengah Farmasi, Analis

Farmasi

3. Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan)

4. Tenaga Gizi.

5. Keterapian Fisik meliputi Fisioterapi, Okupasi Terapi, Terapi Wicara,

Profil Kesehatan 2017 239


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Akupuntur

6. Keteknisan Medis meliputi Analis Kesehatan, Teknik Gigi, Ortotik

Prostetik, Teknik Elektro Medik, Teknik Radiologi, Pendidikan

Teknologi Transfusi Darah, Perekam Medik dan Informatika

Kesehatan serta Kardiovaskuler.

5.2.4 Pembinaan dan Pengawasan Mutu SDM Kesehatan

SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang

bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) dengan

status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/Polri dan Swasta. SDM

Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, Unit

Pelaksana Teknis (UPT), Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya baik

milik pemerintah, swasta dan TNI/Polri namun keberadaan SDM

Kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan Swasta dan

TNI/Polri belum memilik data mengenai jumlah dan jenisnya. Tujuan yang

ingin dicapai oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan adalah

menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dengan karakteristik

sebagai berikut:

1. Memiliki bekal kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain

2. Bekerja dengan benar dapat dipertanggungjawabkan secara

Profil Kesehatan 2017 240


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

akademik

3. Sanggup menggunakan wewenang secara arif dan bijaksana

4. Mampu berperan aktif sebagai perencana, pelaksana dan penggerak

pembangunan.

Strategi dasar untuk mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan :

1. Meningkatkan mutu lulusan pendidikan tenaga kesehatan.

2. Meningkatkan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan.

3. Meningkatkan kemitraan dan kemandirian institusi pendidikan tenaga

kesehatan.

Peningkatan mutu lulusan tenaga kesehatan acuannya adalah

Undang Undang Tenaga Kesehatan Nomor 36 Tahun 2014 yang

menetapkan bahwa tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan

keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari

lembaga pendidikan. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

juga berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.

5.2.5 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Sarana Kesehatan

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan

Jumlah dan rasio tenaga kesehatan di sarana kesehatan yang ada

di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut ini:

Tabel 5.3
Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 241


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

No Jenis Tenaga Medis Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


penduduk Puskesmas Rumah
Sakit
1 Dokter Umum 19,67 351 435
2 Dokter Gigi 4,48 107 72
3 Dokter Spesialis 11,81 0 472
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Tabel 5.3 menunjukkan rasio tenaga medis tahun 2016: dokter

umum sebesar 19,67/ 100.000 penduduk, jika standarnya 40/100.000

penduduk dengan jumlah penduduk sebesar 3.996.479 jiwa maka berarti

masih kekurangan tenaga dokter sebanyak 20/100.000 penduduk atau

sekitar 799 Dokter Umum untuk bertugas di Puskesmas atau Rumah Sakit

di Provinsi Kalimantan Selatan. Dokter Gigi standarnya 11/100.000 maka

di Provinsi Kalimantan Selatan juga masih kekurangan sebanyak

6/100.000 penduduk atau sebanyak 240 orang Dokter Gigi sedangkan

Dokter Spesialis dilihat dari rasio sudah memenuhi standar 7/100.000

penduduk namun tidak terjadi pemerataan tenaga dokter spesialis karena

banyak terdapat di rumah sakit provinsi dan rumah sakit yang ada di Kota

Banjarmasin sedangkan rumah sakit di beberapa Kabupaten/Kota tidak

memiliki dokter spesialis.

2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan

Profil Kesehatan 2017 242


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan jenis Bidan, Perawat dan

perawat Gigi di Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2016 dapat dilihat

pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4
Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016

No Jenis Tenaga Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


Keperawatan penduduk Puskesmas Rumah
Sakit
1 Bidan 91,10 2921 720
2 Perawat 135,22 2508 2896
3 Perawat Gigi 13,84 408 145
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah dan rasio tenaga

keperawatan jenis Bidan yang ada di sarana kesehatan tahun 2016

sebesar 91/100.000 penduduk, maka kekurangan akan tenaga Bidan

sebesar 9/100.000 penduduk. Hal dapat dilengkapi dengan keberadaan

Bidan di desa. Rasio perawat per 100.000 penduduk sudah mencukupi

sedangkan perawat gigi di Provinsi Kalimantan Selatan masih sangat

kekurangan.

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan

Tabel 5.5
Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Provinsi Kalimantan
Selatan, tahun 2016

No Jenis Tenaga Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


Kefarmasian penduduk Puskesmas Rumah

Profil Kesehatan 2017 243


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Sakit
1 Tenaga Farmasi 8,96 171 187

2 Teknis Kefarmasian 10.25 208 202

Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah dan rasio tenaga

kefarmasian di sarana kesehatan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan

pada Tahun 2016 Tenaga farmasi termasuk asisten apoteker dengan

target 30/1000.000 penduduk maka masih memerlukan tambahan tenaga

farmasi sebesar 21/100.000 penduduk. Teknisi kefarmasian juga perlu

ditingkatkan lagi terutama untuk membantu pelayanan di Rumah Sakit.

4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi, Kesehatan Lingkungan dan

Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan

Jumlah dan rasio tenaga Gizi, Kesmas dan Kesling di Provinsi

Kalimantan Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6
Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi, Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Masyarakat di Prov. Kalimantan Selatan, 2016

No Jenis Tenaga Kesehatan Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


penduduk Puskesmas Rumah Sakit
1 Gizi 13,39 390 145

2 Kesehatan 3,80 113 39

Masyarakat

3 Kesehatan 7,98 267 52

Profil Kesehatan 2017 244


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Lingkungan

Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui jumlah dan rasio tenaga Gizi,

Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan (sanitarian) Tahun

2016 maka di sarana kesehatan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan

masih memerlukan tambahan tenaga kesehatan tersebut terutama untuk

meningkatkan upaya preventif dan promotif di Puskesmas dan Rumah

Sakit.

5. Jumlah dan Rasio Tenaga Keterapian Fisik di Sarana Kesehatan

Jumlah dan rasio tenaga Keterapian Fisik di Provinsi Kalimantan

Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7
Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016

No Jenis Tenaga Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


Keterapian Fisik penduduk Puskesmas Rumah
Sakit
1 Fisioterapis 0,88 9 26
2 Radiografer/ Rontgen 2,88 10 105
3 Refraksionis Optisen 0,15 3 3
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 245


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui jumlah dan rasio Tenaga Keterapian

Fisik di sarana kesehatan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan juga

masih sedikit, dimana tenaga Refraksionis Optisen masih sangat kurang,

demikian juga tenaga Fisioterapis di Rumah Sakit.

6. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Sarana Kesehatan

Jumlah dan rasio tenaga Keteknisan Medis di Provinsi

Kalimantan Selatan, tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8
Jumlah & Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Provinsi
Kalimantan Selatan, tahun 2016

No Jenis Tenaga Rasio/100.000 Jumlah di Jumlah di


Keteknisan Medis penduduk Puskesmas Rumah
Sakit
1 Analis Kesehatan 10,10 188 216
2 Teknik Elektro Medik 2,83 41 72
3 Rekam Medik 0,93 0 37
Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa jumlah dan rasio Tenaga Keteknisan

Medis di sarana kesehatan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan perlu

ditingkatkan lagi untuk mendukung pemeriksaan kesehatan dan

kelancaran pelayanan publik di Rumah Sakit dan Puskesmas.

5.2.6 Kondisi SDM Kesehatan

Keberhasilan pembangunan kesehatan disuatu daerah sangat

tergantung kepada ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang

memadai dan ditunjang dengan SDM Kesehatan yang cukup baik dari

Profil Kesehatan 2017 246


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

segi jumlah, mutu dan penyebarannya. Data SDM Kesehatan yang

lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya masih sulit untuk

dipenuhi, karena masih terbatasnya kemampuan dalam menginventarisir

dan mencatat jumlah dan jenis SDM Kesehatan baik berdasarkan strata

pendidikan maupun tugas fungsionalnya di sarana pelayanan kesehatan.

1. Tenaga Medis

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan yang dimaksud dengan tenaga medis adalah meliputi dokter

dan dokter gigi. Berikut ini digambarkan tentang keadaan tenaga dokter di

Kab/Kota se Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016.


Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 247


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 5.4
Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Gambar 5.4 menunjukkan keberadaan tenaga dokter umum tertinggi

ada di Puskesmas wilayah Kota Banjarmasin (51 orang) dan Kabupaten

Tabalong (48 orang) sedangkan yang paling sedikit dokter umumnya di

Puskesmas Kabupaten Tapin (15 orang). Kabupaten yang paling sedikit

keberadaan dokter gigi adalah Kabupaten Balangan (3 orang) sedangkan

dokter spesialis tidak terdapat sama sekali pada Puskesmas yang

tersebar di Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2016. Jika dibandingkan

dengan tahun 2015 jumlah dokter umum di Puskesmas ada 353 orang

dan dokter gigi 117 orang maka pada tahun 2016 terjadi penurunan

dalam keberadaan tenaga medis yakni 351 dokter umum dan 107 dokter

gigi yang bertugas di Puskesmas Kabupaten/Kota wilayah Provinsi

Kalimantan Selatan.

Profil Kesehatan 2017 248


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

99
99
100
90
80
70 54
54
60
50 38
40 27
31 38
27 22 41
30 14 23
9 22 41
24 24
20 14 23
10
2 - 11
10 3 9 10 5
13 24
8 24
22
1 4 11
2 1 13 22
- 5 1 8
2 1 3
2 1

DOKTER UMUM DOKTER GIGI


SPESIALIS

Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Gambar 5.5
Keadaan Tenaga Medis yang bertugas di Rumah Sakit Provinsi dan
Rumah Sakit di Kab/Kota se Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Gambar 5.5 menunjukkan keberadaan tenaga dokter spesialis

tertinggi ada di Rumah Sakit wilayah Kota Banjarmasin sedangkan

tenaga medis paling sedikit ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara di

Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2016. Jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya sebenarnya ada peningkatan tenaga medis, jumlah

dokter umum tahun 2016 sebanyak 435 orang, dokter gigi 72 orang dan

Profil Kesehatan 2017 249


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dokter spesialis sebanyak 472 orang sedangkan tahun sebelumnya

(tahun 2015) ada 264 dokter, umum; 30 dokter gigi dan 274 dokter

spesialis yang bertugas Rumah Sakit Provinsi dan Kabupaten/Kota

wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

600
506
500

400
284
300 250 247 231
200
176 157 177 177
200 138
99 90
100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 19 10 11 12 13
KAB/KOTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bidan 2016 159 185 393 159 217 207 229 173 164 212 294 214 285
Bidan 2015 176 99 506 157 200 177 250 90 138 177 247 231 284

Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Gambar 5.6
Kondisi Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota se
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas wilayah Provinsi

Kalimantan Selatan tertinggi di Kabupaten Banjar. Kondisi Bidan tahun

2016 sebanyak 2.891 orang maka lebih meningkat dibanding tahun 2015

yakni 2.732 orang.

Profil Kesehatan 2017 250


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

450
400
350 294
283
300 242 253
233
250 198 212 214
187
200 159 146
130
150 111
100
50
-
TANB
BJM BJB BJR TAP HSS HST HSU BAL TJG TALA KTB BTL
U
Series1 159 283 242 130 198 146 233 111 253 212 294 214 187
Series2 175 83 401 150 172 1 221 - 160 126 183 222

Sumber: Profil Kes.Kab/Kota di Prov.Kalsel tahun 2016

Gambar 5.7
Kondisi Tenaga Perawat yang bertugas di Puskesmas Kab/Kota se
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa Tenaga Perawat yang bertugas di

Puskesmas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 tertinggi di

Kota Banjarbaru. Total jumlah Perawat tahun 2016 sebanyak 4.678 orang

maka jauh lebih meningkat dibanding dengan tahun 2015 yakni 1.894

orang Perawat.

5.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan pada

Tahun 2016 dibiayai dari berbagai sumber penganggaran antara lain

APBD dan APBN. Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan yang disajikan di sini adalah Anggaran Belanja Daerah, Belanja

Langsung dan Belanja Tidak langsung.

Profil Kesehatan 2017 251


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

200.000.000.000
anggaran
180.000.000.000
realisasi
160.000.000.000

140.000.000.000

120.000.000.000

100.000.000.000

186.467.227.650

154.087.007.230
80.000.000.000

60.000.000.000

40.000.000.000

20.000.000.000

Sumber: Subbag Perencanaan Dinkes Prov. Kalsel


Gambar 5.8.
Anggaran Belanja Daerah Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa Anggaran Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 dengan besaran biaya belanja

daerah sebesar: Rp. 186.467.227,650 (seratus delapan puluh enam

milyar empat ratus enam puluh tujuh juta dua ratus dua puluh tujuh ribu

enam ratus lima puluh rupiah). Anggaran Belanja Daerah ini dimanfaatkan

untuk pembiayaan pelaksanaan kegiatan pada 18 program yang menjadi

urusan kesehatan. Realisasi penyerapan dana pada tahun 2016 adalah

sebesar Rp. 154.087.277.230,- (seratus lima puluh empat milyar delapan

Profil Kesehatan 2017 252


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh

rupiah) atau 82.63%, sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 5.8
Alokasi dan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah & Belanja
Daerah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 253


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Lanjutan Alokasi dan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah


dan Belanja Daerah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 254


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Lanjutan Alokasi dan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah dan


Belanja Daerah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 255


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Lanjutan Alokasi dan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah


dan Belanja Daerah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016

Profil Kesehatan 2017 256


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

180.000.000.000
anggaran
160.000.000.000 realisasi
140.000.000.000
120.000.000.000
100.000.000.000

160.168.989.

129.393.816.
80.000.000.000
60.000.000.000

650

391
40.000.000.000
20.000.000.000
-

Sumber: Subbag Perencanaan Dinkes Prov. Kalsel

Gambar 5.9 Anggaran Biaya Langsung tahun 2016

Gambar 5.9 menunjukkan bahwa Anggaran Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan untuk Biaya Langsung tahun 2016 sebesar:

Rp. 160.168.989,650 (Seratus enam puluh milyar seratus enam puluh

delapan juta sembilan ratus delapan puluh sembilan ribu enam ratus lima

puluh rupiah) dan sudah dilaksanakan dengan realisasi belanja langsung

sebesar Rp 129.393.816,391 (Seratus dua puluh sembilan milyar tiga

ratus sembilan puluh tiga juta delapan ratus enam belas ribu tiga ratus

Sembilan puluh satu rupiah) atau sebesar: 80,7%.

Profil Kesehatan 2017 257


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

26.500.000.000
anggaran
26.000.000.000 realisasi

25.500.000.000

26.298.238.00

24.693.190.83
25.000.000.000

24.500.000.000

9
24.000.000.000

23.500.000.000

Sumber: Subbag Perencanaan Dinkes Prov. Kalsel

Gambar 5.10 Anggaran Biaya Tidak Langsung

Gambar 5.10 menunjukkan bahwa total anggaran belanja tidak

langsung yang dikelola Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2016 adalah sebesar Rp. 26.298.238.000,- (Dua puluh enam milyar

dua ratus sembilan puluh delapan juta dua ratus tiga puluh delapan ribu

rupiah). Anggaran belanja tidak langsung ini digunakan untuk Belanja

Pegawai yang terdiri atas : (1) Gaji dan tunjangan (2) Tambahan

penghasilan berdasarkan beban kinerja dan (3) Insentif pemungutan pajak

dan retribusi daerah. Dari total anggaran sebagai mana tersebut diatas,

tingkat penyerapan anggaran belanja tidak langsung Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 mencapai Rp. 24.693.190.839,-

(Dua puluh empat milyar enam ratus sembilan puluh tiga juta seratus

Profil Kesehatan 2017 258


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

sembilan puluh ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah) ,- atau

sebesar 82.63%,-. Perbandingan APBN dan APBD tahun 2016 dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.11
Trend Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2010 sampai dengan 2016

Gambar 5.11 menunjukkan peningkatan yang bermakna Anggaran

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2010 sampai

dengan tahun 2016 baik APBN maupun APBD Provinsi Kalimantan

Selatan.

Profil Kesehatan 2017 259


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Profil Kesehatan 2017 260


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BAB 6

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

1. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan di Provinsi

Kalimantan Selatan masih perlu ditingkatkan dengan kerja keras,

baik untuk jajaran kesehatan maupun instansi terkait sesuai dengan

visi Kalsel Mapan (mandiri dan terdepan). Penanggulangan

permasalahan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB), gizi

buruk dan gizi kurang pada Balita (terutama stunting), penyakit

menular dan sanitasi lingkungan, tetap menjadi penekanan utama

dalam pembangunan kesehatan tanpa mengabaikan permasalahan

lain yang terkait seperti perilaku merokok, perilaku Buang Air Besar

di sungai, pola makan keluarga yang belum seimbang dan perilaku

masyarakat lainnya.

2. Kondisi Derajat Kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan terutama

informasi morbiditas dari Bidang Pemberantasan dan

Pengendalian Penyakit (P2P) masih perlu perhatian serius dan

capaian program harus ditingkatkan terus: penyakit Malaria di

Kabupaten Tabalong: penyakit Kusta di Kabupaten Balangan dan

Tapin: penyakit TB Paru di Kabupaten Banjar; Kasus Gizi Stunting

di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Penyakit HIV/AIDS di Kota

Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Bumbu; penyakit Diare di

Profil Kesehatan 2017 259


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten Kotabaru; Penyakit menular ISPA dan Demam

Berdarah Dengue di Kota Banjarmasin juga masih terus menjadi

permasalahan dari tahun ke tahun. Semua penyakit tersebut erat

kaitannya dengan lingkungan dan gaya hidup masyarakat yang

tidak sehat di Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Situasi derajat kesehatan terkait mortalitas juga masih perlu

ditingkatkan dalam upaya masyarakat sadar gizi sedangkan

gambaran status gizi tahun 2016 masih didominasi kasus BBLR

dan gizi buruk namun semua kasus telah mendapatkan penanganan

dari tenaga kesehatan. Beberapa permasalahan yang mendasari

diantaranya adalah masih lemahnya penguatan komitmen

pemangku kebijakan dan belum optimalnya kemitraan antar

masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan. Program

Kesehatan Keluarga merupakan salah satu kegiatan bertujuan

menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi serta Kematian Balita.

Program ini masih perlu ditingkatkan dengan penekanan pada

layanan Continuum of Care. Penurunan Angka Kematian Ibu dan

Bayi ini menjadi tanggung jawab bersama lintas program dan lintas

sektor karena keberhasilannya terkait dengan sasaran SDG’s dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

4. Kondisi capaian kinerja masih ditingkatkan terus sesuai dengan

sasaran dan indikator kinerja dengan membandingkan dengan

capaian di tahun sebelumnya. Upaya Kesehatan Perorangan

Profil Kesehatan 2017 260


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

maupun Upaya Kesehatan Masyarakat perlu diprioritaskan karena

masyarakat semakin menuntut pelayanan kesehatan yang lebih

baik dan optimal dari Puskesmas di Kabupaten/Kota dan

jaringannya. Untuk menjamin kualitas/ mutu pelayanan kesehatan

Akreditasi Puskesmas harus dikembangkan di 230 Puskesmas di

Provinsi Kalimantan Selatan, baik dari segi kelanjutan

pembangunan fisik sarana dan kelengkapan peralatan kesehatan

dengan keterlibatan lintas sektor baik di lingkup tingkat Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Provinsi Kalimantan Selatan.

5. Kondisi Sumber Daya Bidang Kesehatan tergambar sebagian

masih belum memenuhi standarisasi yang dipersyaratkan untuk

dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada

masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan. Rasio jumlah tenaga

medis/paramedis masih belum tercukupi. Sumber Daya Kesehatan

mengacu pada Standar Ketenagaan Minimal (SKM), segi

ketenagaan kesehatan Puskesmas dan Rumah Sakit di Provinsi

Kalimantan Selatan dinilai masih sangat kurang untuk beberapa

jenis tenaga medis seperti dokter gigi di Puskesmas dan

penempatan dokter spesialis kecenderungan lebih tinggi di Kota

Banjarmasin. Tenaga Kesmas, Keterapian Fisik dan Keteknisan

Medis dirasakan masih perlu ditingkatkan lagi untuk mendukung

upaya preventif, promotif dan rehabilitatif di sarana kesehatan yang

ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

Profil Kesehatan 2017 261


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

6.2 SARAN

1. Pelaksanaan program pembangunan kesehatan di Provinsi

Kalimantan Selatan masih sangat perlu ditingkatkan dengan

mengacu pada prioritas permasalahan kesehatan yang ada,

terutama penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi serta kasus

Stunting. Pendekatan yang persuasif kepada ibu hamil, ibu

melahirkan dan keluarganya melalui upaya promotif dan preventif

untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu dan

peningkatan status gizi.

2. Pembangunan kesehatan untuk pelayanan daerah terpencil dan

sangat terpencil yang belum tersedia sarana dan tenaga kesehatan

perlu kegiatan puskesmas keliling dengan frekuensi yang lebih

sering dan dana operasional khusus. Penting juga pembentukan

Pos UKK untuk pekerja sektor informal dan peningkatan Posyandu

Pratama dan Madya menuju Posyandu Mandiri.

3. Pendidikan yang lebih tinggi dan pelatihan program kesehatan

perlu dianggarkan pembiayaan yang memadai untuk meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia bidang Kesehatan bagi tenaga

medis, paramedis, kesehatan masyarakat serta keterapian fisik di

sarana kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Profil Kesehatan 2017 262


Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Demikian deskripsi hasil pembangunan kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2016 yang dibukukan dalam bentuk Profil

Kesehatan 2017 sebagai dokumentasi dan evaluasi beberapa capaian

yang harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi dalam mewujudkan

Masyarakat Kalimantan Selatan Sehat, Mandiri dan Terdepan serta

mendukung pencapaian program nasional dan prioritas nasional.

HY

Profil Kesehatan 2017 263

Anda mungkin juga menyukai