3. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang utama adalah infeksi parasit, virus maupun bakteri. Penyebab
lain diare antara lain : efek samping obat-obatan tertentu, pemberian makan per
selang, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorpsi, paralitik
ileus dan obstruksi usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya, diare dibadakan menjadi
diare sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi disebabkan oleh :
a) Infeksi (virus,bakteri dan parasit).
b) Hiperperistaltik usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin alergi dan sebagainya).
c) Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama candida.
4. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau minuman yang
tercemar. Di negara berkembang tingginya prevalensi penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Dalam penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur (1993 – 1994) terhadap
123 pasien diare dewasa yang di rawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi
dengan E. coli (38,29%), V cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%) sebagai tiga
penyebab terbanyak.
( Doenges et al 2010 )
5. PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a) Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, merupakan penyebab kematian pada diare.
b) Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan
natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan,
produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel kedalam intrasel.
Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan Kussmaul.
c) Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi
kematian.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan
dapat dilihat pada lampiran.
( Doenges at al 2010 )
6. PATHWAY
Sumber: www.wordpress.com
7. MANIFESTASI KLINIS
a) Frekuensi defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b) Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, distensi, gemuruh
usus (borborigimus), dan demam.
c) Kekurangan cairan dapat menyebabkan rasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
d) Pernapasan Kussmaul sebagai tanda asidosis metabolic.
e) Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus
(tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f) Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>120 kali per menit),
tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
g) Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung.
h) Perfusi ginjal yang menurun dapat terjadi anuria.
( Soeparman & Waspadji 2011 )
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :
Derajat Dehidrasi
Gejala Klinis Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran Baik ( CM ) Gelisah Apatis – koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal (80x/mnt) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kuszmaull
Kulit
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Turgor & Tonus Biasa Agak kurang Kurang sekali
Diuresis Normal Oligouria Anuria
Selaput lender Normal Agak kering Kering/Asidosis
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan
yang perlu dilakukan :
a) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
b) Pemeriksaan darah.
Darah lengkap.
pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan keseimbangan asam
basa.
Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.
c) Duodenal intubation.
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
( Soeparman & Waspadji 2011 )
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila tak tersedia
dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul natrium bikarbonat 7, 5 % 50
ml.
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Dapat dihitung
dengan cara (Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan dari masing-masing derajat
dehidrasi adalah : dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X BB), berat (10% X
BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
b) Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
c) Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-hati
dengan pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus seperti
loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela, dan colitis
pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila pasien amat kesakitan dapat
diberikan antimotilitas usus dalam jangka pendek selama 1 – 2 hari saja. Pemberian
antiemetik pada anak dan remaja dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal. ( Soeparman & Waspadji 2011 )
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat kesehatan untuk mengetahui awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien
sebelumnya, terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu, asupan diet
harian.
Ditanyakan tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan mengeluarkan
feses, adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan darah dalam feses.
Pengkajian obyektif mencakup penimbangan BB, mengkaji adanya hipotensi postural,
takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi bau dan warna.
Auskultasi abdomen menunjukkan bising usus dan karakternya.
Distensi abdomen dan nyeri tekan perlu dikaji, membran mukosa dan kulit perlu
diinspeksi untuk menentukan status hidrasi.
Kulit perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.