Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIARE

(AKUT DAN KRONIS)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI / PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari ( Kapita Selekta
Kedokteran FKUI 2008).
Diare akut adalah diare awalnya mendadak dan berlangsung singkat,dalam beberapa
jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga
minggu pada orang dewasa dan dua minggu pada bayi anak-anak (Kapita selekta
kedokteran, FKUI 2008).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari
dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare
akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu. Adapun sistem organ pencernaan atau sistem
gastrointestinal yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia
dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu : kardia, fundus, antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
2) Usus kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum).
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
f. Usus Besar (colon)
Usus besar atau colon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri) dan Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum).
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian colon menanjak dari usus besar.
h. Umbai Cacing (appendix)
Umbai cacing atau appendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
i. Anus (rektum)
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot springter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses buang air
besar ( defekasi) yang merupakan fungsi utama anus

3. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang utama adalah infeksi parasit, virus maupun bakteri. Penyebab
lain diare antara lain : efek samping obat-obatan tertentu, pemberian makan per
selang, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorpsi, paralitik
ileus dan obstruksi usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya, diare dibadakan menjadi
diare sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi disebabkan oleh :
a) Infeksi (virus,bakteri dan parasit).
b) Hiperperistaltik usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin alergi dan sebagainya).
c) Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama candida.

Diare osmotik disebabkan oleh :

a) Malabsorpsi makanan (karbohidrat,lemak,protein,vitamin dan mineral).


b) Kekurangan kalori protein (KKP).
( Soeparman & Waspadji 2011 )

4. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau minuman yang
tercemar. Di negara berkembang tingginya prevalensi penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Dalam penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur (1993 – 1994) terhadap
123 pasien diare dewasa yang di rawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi
dengan E. coli (38,29%), V cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%) sebagai tiga
penyebab terbanyak.
( Doenges et al 2010 )

5. PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a) Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, merupakan penyebab kematian pada diare.
b) Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan
natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan,
produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel kedalam intrasel.
Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan Kussmaul.
c) Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi
kematian.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan
dapat dilihat pada lampiran.
( Doenges at al 2010 )
6. PATHWAY

Sumber: www.wordpress.com
7. MANIFESTASI KLINIS
a) Frekuensi defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b) Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, distensi, gemuruh
usus (borborigimus), dan demam.
c) Kekurangan cairan dapat menyebabkan rasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
d) Pernapasan Kussmaul sebagai tanda asidosis metabolic.
e) Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus
(tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f) Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>120 kali per menit),
tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
g) Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung.
h) Perfusi ginjal yang menurun dapat terjadi anuria.
( Soeparman & Waspadji 2011 )
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :

Derajat Dehidrasi
Gejala Klinis Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran Baik ( CM ) Gelisah Apatis – koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal (80x/mnt) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kuszmaull
Kulit
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Turgor & Tonus Biasa Agak kurang Kurang sekali
Diuresis Normal Oligouria Anuria
Selaput lender Normal Agak kering Kering/Asidosis
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan
yang perlu dilakukan :
a) Pemeriksaan tinja
 Makroskopis dan mikroskopis.
 Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
 Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
 pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
b) Pemeriksaan darah.
 Darah lengkap.
 pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan keseimbangan asam
basa.
 Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.
c) Duodenal intubation.
 Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
( Soeparman & Waspadji 2011 )

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila tak tersedia
dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul natrium bikarbonat 7, 5 % 50
ml.
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Dapat dihitung
dengan cara (Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan dari masing-masing derajat
dehidrasi adalah : dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X BB), berat (10% X
BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
b) Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
c) Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-hati
dengan pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus seperti
loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela, dan colitis
pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila pasien amat kesakitan dapat
diberikan antimotilitas usus dalam jangka pendek selama 1 – 2 hari saja. Pemberian
antiemetik pada anak dan remaja dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal. ( Soeparman & Waspadji 2011 )

B. KONSEP DASAR ASKEP

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Riwayat kesehatan untuk mengetahui awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien
sebelumnya, terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu, asupan diet
harian.
 Ditanyakan tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan mengeluarkan
feses, adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan darah dalam feses.
 Pengkajian obyektif mencakup penimbangan BB, mengkaji adanya hipotensi postural,
takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi bau dan warna.
 Auskultasi abdomen menunjukkan bising usus dan karakternya.
 Distensi abdomen dan nyeri tekan perlu dikaji, membran mukosa dan kulit perlu
diinspeksi untuk menentukan status hidrasi.
 Kulit perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN/POTENSIAL KOMPLIKASI


a) Diare b.d proses infeksi,inflamasi di usus
b) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
c) Kerusakan integritas kulit b.d ekresi/BAB sering
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan
e) Resiko syok (hipopolemi)

3. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Noc Intervensi Nic Rasional

1. Diare b.d · bowel elimination Diare Management · Untuk mnegetahui efek


proses · fluid balance · Evaluasi efek samping obat terhadap
infeksi, · hydration samping gastrointestinal
inflamasi · electrolyte acid base pengobatan · Untuk mengobati diare
di usus belance terhadap · Agar dapat mengetahui
kriteria hasil : gastrointestinal perkembangan kesehatan
· menjaga daerah · Ajarkan pasien pasien
sekitar rectal dari untuk · Untuk mengetahui
iritasi menggunakan obat pemasukan pasien
· feses berbentuk, anti diare · Menghindari iritan
BAB sehari sekali tiga · Intruksikan meningkatkan istirahat
hari pasien /keluarga usus
· tidak mengalami untuk mencatat · Mengetahui cairan yang
diare warna, jumlah, masuk dan untuk
· menjelaskan frekuensi dan memenuhi kebutuhan
penyebab diare dan konsistensi dari cairan
rasional tindakan feses · Untuk mengkaji
· Evaluasi intake beratnya diare
makanan yang · Untuk membuat pasien
masuk rileks dan dapat istirahat
· Identifikasi factor · makanan yang masuk
penyebab dari dapat tercerna dan tidak
diare terjadi kekurangan nutrisi
· Observasi turgor
kulit secara rutin
· Ukur
diare/keluaran
BAB
· Ajarkan teknik
menurunkan stress
· Intruksikan
pasien untuk
makan rendah
serat,tinggi protein
dan tinggi kalori
jika
memungkinkan
2. Kekuranga · fluid balance Fluid managemend · Memberikan informasi
n volume · hydration · pertahankan tentang keseimbangan
cairan b.d · nutritional status : catatan intake dan cairan
kehilangan food and fluid intake output yang akurat · Hipotensi (termasuk
cairan kriteria hasil : · monitor status postural),takhikardia,dem
aktif · mempertahankan hydrasi am dapat
urine output sesuai (kelembaban menunjukanrespon
dengan usia dan BB, membran mukosa, terhadap dan /atau efek
BJ urine normal HT nadi adekuat, kehilangan cairan ·
normal tekanan darah Mempertahankan
· tekanan ortostatik), jika istirahat usus akan
darah,nadi,suhu tubuh diperlukan memerlukan penggantian
dalam batas normal · monitor vitl sign cairan untuk
· tidak ada tanda-tanda · kolaborasi memperbaiki
dehidrasi,elastisitas pemberian cairan kehilangaan/anemia.
turgor kulit IV · Mengetahui pemasukan
baik,membran mukosa · monitor status nutrisi pada pasien
lembab,tidak ada rasa nutrisi · Memenuhi status cairan
haus yang berlebihan · Dorong masukan dan nutrisi pasien dapat
oral meningkatkan proses
· Berikan penyembuhan
penggantian · Tidak terjadi iritasi dan
nasogatrik sesuai infeksi
output · Meningkatkan proses
· Kolaborasi degan penyembuhan
dokter · Mengetahui pemasukan
Hypovolemia dan pengeluaran cairan
management pasien
· Monitor status · Mengetahui nilai Hb
cairan termasuk dan Ht agar dalam batas
intake dan output normal
cairan · Indikator cairan dan
· Monitor tingkat status nutrisi
Hb dan Ht
· Onitor tanda vital
· Monitor Berat
badan
3. Kerusakan · Tissue integrity : - Observasi - Area ini meningkat
integritas skin and mucous kemerahan resikonya untuk
kulit b.d membranes esplorasi pada kerusakan dan
ekresi/BA · Hemodyalisis akses daerah kulit memerlukan pengobatan
B sering Kriteria hasil : - Gunakan krem lebih intensif
· Inegritas kulit yang kulit 2X /sehari - Memberi rasa nyaman
baik bisa setelah mandi pada klien
dipertahankan - Anjurkan pada - Untuk mencegah
(sensasi, elastisitas, ibu agar selalu terjadinya iritasi kulit
temperatur, hidrasi, menjaga karena lembab
pigmentasi) kebersihan daerah - Memberikan informasi
· Tidak ada luka/lesi bokong dan anus yang adekuat dan
pada kulit - Gunakan tehnik menambah pengetahuan
· Perfusi jaringan baik septic dan ibu
· Menunjukan antiseptic saat
pemahaman dalam mengganti popok
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidera
berulang
· Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
4. Ketidak · Nutritional status Nutrition · Mengetahui faktor
seimbanga · Nutritional statusb: maagement penyebab ketidak
n nutrisi food and fluid intake · Kaji adanya seimbangan nutisi
kurang · Nutritional status : alergi makanan · Memperbaiki status
dari nutrient intake ·Berikan informasi nutrisi pasien
kebutuhan · Weight control tentang kebutuhan · Memungkinkan saluran
tubuh b.d Kriteria hasil nutisi usus untuk mematikan
penurunan · Adanya peninkatan · Kaji kemampuan kembali proses
intake BB sesuai dengan pasien untuk pencernaan, protein perlu
makanan tujuan mendapatkan untuk
· BB ideal sesuai nutrisi yang menyembuhkan integritas
dengan tinggi badan dibutuhkan jaringan.
· Mampu Nutrition · Mengetahui pemasukan
mengidentifikasi monitoring dan pengeluatran nutrisi
kebutuhan nutrisi · BB pasien dalam pasien
· Tidak ada tanda- batas normal · Mengetahui pentingnya
tanda malnutrisi · Monitor adanya nutrisi bagi proses
· Tidak terjadi penurunan BB penyembuhan
penurunan BB yang · Monitor jumlah · Mengetahui keinginan
berarti dan tipe pasien terhadap nutrisi
aktivitasyang bisa · Memberikan rasa
dilakukan kontrol
· Monitor turgor · Mengetahui perubahan
kulit BB
· Monitor mual dan · Melibatkan pasien
muntah dalam pemilihan menu
· Monitor pucat, · Mengetahui pemenuhan
kemerahan, nutrisi
kekeringan · Mengatahui jumlah
jaringan nutrisi yang masuk dan
konjungtiva keluar
· Kolaborasi · Mengetahui kekurangan
dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi pasien
untuk menentukan · Mengetahui status
jumlah kalori dan nutrisi pasien
nutrisi yang
dibutuhkan pasien

5. Resiko · Syok prevention Syok prevention · Mengetahui aliran darah


syok · Syok management · Monito status yang mengalir pada tubuh
(hipopole Kriteria hasil : sirkulsi BP, warna · Hipotensi (termasuk
mi) · Nadi dlam bats yang kulit, suhu kulit, postural),takhikardia,dem
dihrapkan denyut jantung, am dapat
· Irama jantung dalam HR, dan ritme, menunjukanrespon
batas yang diharapkan nadi perifer dan terhadap dan /atau efek
· Frekuensi cafilari refil kehilangan cairan
nafas jantung dalam · Monitor suhu dan · Mengetahui pemasukan
batas yang diharapkan pernafasan dan pengeluaran
· Natrium serum dbn · Monitor input · Untuk mencegah dan
· Kalium serum dbn dan autput mengantisipasi
· Klorida serum dbn · Monitor tanda komplikasi
· Kalsium serum dbn awal syok · Mengatahui kelancaran
· PH darah serum dbn · Monitor sirkulasi
Hidrasi inadekuat · Untuk menghindari
· Indikator : oksigenasi syok
· Mata cekung tidak jaringan · Hipotensi (termasuk
ditemukan · Lihat dan pelihara postural), takhikardia,
· Demam tidak kepatenan jalan demam dapat
ditemukan nafas menunjukanrespon
· TD dbn Syok management terhadap dan /atau efek
· Ht dbn · Monitor tekanan kehilangan cairan
nadi · Mengetahui kebutuhan
· Monitor status status cairan
cairan,input outpu · Mengetahui keadaan
· Monitor fungsi neurologis
neurologis · Mengetahui fungsi renal
· Monitor fungsi · Untuk mencegah
renal komplikasi
· Memonitor gejala
gagal pernafasan
(misaknya, rendah
PaO2 peningkatan
PaO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC.
Doengoes. 2010. Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2008. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Doenges at al (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (2012). Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (2011). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai