Anda di halaman 1dari 13

PONDASI DANGKAL

1. Pengertian

Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena


semua beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu
bangunan ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya.
Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu
diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi
adalah bangunan sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung
seluruh berat dari bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah
dibawahnya sekaligus menstabilkan beban

Pondasi dangkal merupakan pondasi yang mempunyai kedalaman kurang dari


3 meter. Perhitungan tingkat kedalaman tersebut didasarkan pada sepertiga dari
ukuran lebar alas pondasi. Pondasi dangkal hanya bisa digunakan pada tanah yang
stabil, memiliki daya dukung tinggi, dan bersifat keras. Selain itu, spesifikasi
bangunan yang akan didirikan di atasnya pun tidak boleh terlalu tinggi maupun
terlalu besar.
Di sisi lain, pondasi dangkal tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada
tanah gambut atau tanah bekas rawa. Hal ini dikarenakan saat dibuat di tanah yang
tidak stabil, maka pondasi ini tidak akan cukup mampu menopang bangunan
sehingga berisiko besar ambruk. Kalaupun terpaksa membuat pondasi dangkal di
tanah yang labil, maka tanah tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu kekuatannya
memakai sistem cerucup atau tiang pancang yang ditanam di bawah pondasi.

2. Persyaratan Perencanaan Pondasi

Dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan tipe pondasi


terdapat juga Syarat-syarat umum dari pondasi yaitu :
1. Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral
dari bawah pondasi khususnya untuk pondasi rakit dan pondasi telapak.
2. Kedalaman harus berada dibawah daerah perubahan volume musiman yang
disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan tanaman.
3. Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau
pergeseran tanah.
4. Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh
bahan berbahaya yang terdapat didalam tanah.
5. Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri
konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan perlu dilakukan.
6. Metode pemasangan harus seekonomis mungkin.
7. Pergerakan tanah keseluruhan dan pergerakan diferensial harus dapat
ditolerir dan elemen pondasi dan elemen bangunan atas.
8. Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk
perlindungan lingkungan.

3. Jenis-jenis pondasi dangkal


a. Pondasi Menerus (Continue Footing)
Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah
jenis pondasi yang banyak dipakai untuk bangunan rumah yang tidak
bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini mempunyai
ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama.
Oleh karena itu untuk memasang pondasi menerus lebih dahulu harus
dibuatkan galian tanahnya dengan kedalaman yang sama, yang
kemudian dipasang profil – profil untuk memasang pondasi sehingga
diperoleh bentuk yang direncanakan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat
dibuat dari pasangan batu bata dengan lebar dasar 2-3 kali tebal
pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup diletakan
pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang
mendukung beban bangunan yang lebih besar dan banyak
yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi
umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal.
Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
- Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama
- Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom
- Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak
bertingkat;
- Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian
bawah diperlebar menjadi pelat.

Contoh Pondasi Menerus :

Gambar pondasi menerus


b. Pondasi Setempat (Single Footing)
Pondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah
kolom pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan
pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan
sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang
bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.

Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :


- Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
- Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
- Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor
sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban.

Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat yang dangkal antara lain:


1. Pondasi Telapak, adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang
yang dibentuk papan/telapak. Pondasi ini biasanya digunakan
sebagai tumpuan struktur kolom, khususnya untuk bangunan
bertingkat.

Gambar Pondasi Telapak

2. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak


dipasang di bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang
dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian
atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu dibuat keluar
permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter.

Gambar Pondasi Umpak

c. Pondasi Rakit (Raft Fondation)


Pondasi rakit adalah sebuah pelat beton besar yang digunakan
untuk menghubungkan permukaan (interface) antara satu atau lebih
kolom di dalam beberapa garis (jalur) dengan tanah dasar. Secara
umum pelat pondasi rakit dapat dianalisis dengan dua anggapan.
Pertama pelat pondasi rakit dianggap merupakan struktur yang
fleksibel, berarti pelat pondasi akan mengalami deformasi yang tidak
sama akibat beban yang bekerja. Kedua, pelat pondasi rakit dianggap
merupakan struktur yang kaku yang berarti pelat dianggap mengalami
deformasi yang sama akibat beban yang bekerja. Pondasi ini dapat
menopang gedung bertingkat banyak, tendon air minyak, mesin,
peralatan industri, dan bangunan berat lainnya. Terutama memiliki
luasan besar.
Jenis jenis pondasi rakitan lazim :
 Pelat rata
 Pelat yang telapak ada di bawah kolom
 Balok dan pelat
 Pelat dengan kaki tiang
 Dinding ruang bangunan bawah tanah sebagai bagian pondasi
telapak
Pertimbangan penggunaan/pemilihan jenis Pondasi rakit/pelat, antara
lain jika :
 Kekokohan landasan tidak memenuhi kebutuhan, atau beban
bangunan besar sehingga pondasi lajur menjadi lebar menjadi
seluas gedung. Struktur bangunan rangka dengan jarak tiang
dengan beban yang tinggi dan jaraknya < 8 m
 Beban bangunan yang besar sudah dibagi seragam pada seluruh
luas bangunan oleh struktur bangunan masif
 Wilayah bangunan yang sering banjir dan pondasi pelat beton
bertulang dilengkapi dinding kaki beton bertulang yang
sekaligus kedap air sehingga menghindari naiknya air dari
bawah.
 Perhitungan dilakukan seperti perhitungan pelat lantai yang
terbalik tekanan tanah = beban berguna dari bawah dan kolom
dengan beban bangunan = reaksi tumpuan dari atas ke bawah
pada gedung dengan pondasi pelat beton bertulang berada di
bawah permukaan air tanah perlu diperhatikan gaya apungnya.

Gambar pondasi rakit


Gambar pondasi rakit di lapangan

4. Metode pelaksanaan pondasi

a. Pondasi Menerus (Continue Footing)

Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali, tempat penimbunan
tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar dari site, juga tempat
penimbunan sementara batu-batu kali tersebut sebelum dipasang.
Pekerjaan Galian
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan galian adalah :

1. Siapkan alat-alat yang diperlukan


2. Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi bagian bawah
dengan kedalaman yang disyaratkan.
3. Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan yang tepat.
4. Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan
5. Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana.
Rencana
Galian Pondasi

Pekerjaan Urugan Pasir


Beberapa hal yang harus dilakukan dalam peker—jaan urugan pasir adalah :

1. Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk mendapatkan
kelembaban yang optimum untuk pemadatan.
2. Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper.
3. Jika diperlukan ulangi langkah satu dan dua sehingga didapatkan tebal pasir urug
seperti yang direncanakan.

Pekerjaan Urugan Pasir

Pekerjaan Pasangan Pondasi


Pada pekerjaan pasangan pondasi ada 2 tahap yaitu pembuatan profil dan pemasangan
batu kali.
Pembuatan profil :
1. Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil). Profil
dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.
2. Pasang bilah batu datar pada kedua patok,setinggi profil.
3. Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik
tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang direncanakan dan bidang atas
profil sesuai peil pondasi.
4. Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku
agar lebih kuat.
5. Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikatkan dengan profil,
sehingga menjadi kuat dan kokoh.
6. Cek ketegakan / posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada yang tidak
tepat,demikian juga peilnya.

Pemasangan batu kali :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari permukaan
urugan pasir.
3. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.
4. Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan (aanstamping) dengan
tinggi 25cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut sehingga tak ada
rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air.
5. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan adukan,
sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut rata.

b. Pondasi Setempat ( Single Footing)

Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali, tempat penimbunan
tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar dari site, juga tempat
penimbunan sementara batu-batu kali tersebut sebelum dipasang.
Pekerjaan Galian
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan galian adalah :

1. Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
2. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah
tempat meletakkan pondasi.
3. Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 bila tanah dasar
masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian
tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat,
dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
4. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerja. Semua galian tanah harus
ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak
mengganggu pekerjaan.
Pekerjaan Penulangan
a). Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi lain agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan
proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Proses perakitan
tulangan adalah sebagai :
- Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran pondasi setempat.
- Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
- Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
b). Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan
dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini
tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan adalah:
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan
tegak turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar
tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan
menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung
sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan
dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut
beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.

Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor di dalamnya atau diatasnya. Tahap-
tahap pekerjaan bekisting, yaitu :
- Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok (sendok spesi).
- Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan
tertentu.
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di
cor.
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak
terjadi retak.
Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah : semen, pasir, kerikil/split
serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton
dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat
beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena
mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen
merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah
butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya
yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan
batu pecah.
Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat, yaitu:
- Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan
juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
- Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu
atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100
cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x
60 cm x 100 cm.
- Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti:
semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk
pengecoran.
- Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan
volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3
volune split serta air secukupnya.
- Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama
masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur
kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya
- Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
- Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah
yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/
dan dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada
ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang
besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.

Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan


mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan
beberapa cm untuk sambungan kolom.

c. Pondasi Rakit ( Raft Fondation )

Pekerjaan Persiapan

Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft fondation


yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Persiapan pekerjaan raft fondation
Alat Bahan Tenaga Kerja
- Concrete Pump - Solar - Operator alat
- Vibrator - Batako - Pekerja terampil
- Concrete mixer - Kawat - Pekerja setengah terampil
- Alat bantu pertukangan - Besi - Mandor
- Surveyor

Pekerjaan Pembuatan Lantai Kerja dan Bekisting Permanent yang Terbuat Dari
Batako
Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian
tanah layer 3 selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang
memiliki elevasi – 11.55 m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai pondasi
bangunan, jadi harus ada lantai kerja dimana lantai kerja dibuat dengan menggunakan
batako sebagai bekisting permanent.
Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun
oleh tanah lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja dicor
karena ada penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom, setelah itu
baru pengecoran dilakukan.

Pekerjaan GA vertical
Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai
dikerjakan. Tahapan pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran,
fabrikasi strand, cleaning dan desanding, Install strand, grouting, pasang plat dan
angker block, stressing, pemotongan strand dan grouting finish pada lantai.

Pekerjaan Tulangan
Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi
tulangan dilakukan di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai
dengan bar bending schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft fondation
adalah sebagai berikut:
1) Penyimpanan baja tulangan Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas
pada sub bab berikutnya.
2) Mempelajari gambar rencana atau shop drawing
3) Pemotongan tulangan Pemotongan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab
berikutnya.
4) Pembengkokan tulangan Pembengkokan tulangan akan lebih jelas dibahas pada
sub bab berikutnya.
5) Perakitan baja tulangan Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi
pekerjaan raft fondation, setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat
perakitan tulangan raft fondation, dirakit pula tulangan utama kolom. Tulangan utama
kolom dirakit setelah tulangan raft fondation hampir selesai dirakit. Elevasi tulangan
raft fondation harus sesuai dengan rencana, maka digunakan beton decking atau beton
tahu untuk menjaga tulangan utama tetap pada posisinya.
Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir beton dan semen
dengan tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area pembuatan kolom
adalah 1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan cakar ayam. Pada saat
perakitan tulangan raft foundation juga dipasang kawat harmonika untuk menjaga
beton supaya tidak melebar pada saat pengecoran.
Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengecekan terhadap diameter tulangan,
jumlah tulangan, jarak antar tulangan dan panjang penyaluran tulangan, serta ikatan
tulangan.

Pekerjaan chemical anchor dan water stop


Chemical anchor dipasang pada D-Wall sebagai penyambung antara D-Wall
dengan raft fondation. Water stop dipasang supaya tidak ada kebocoran pada beton,
sehingga air pada beton masuk ke dalam water stop.

Pekerjaan bekisting
Pekerjaan bekisting Raft foundation hanya dikerjakan pada pinggir – pinggir
saja, karena bekisting pada Raft foundation berfungsi sebagai stop cor. Bekisting
terbuat dari papan phenolite film atau multiplek yang tebalnya ± 12 mm. Setelah
pekerjaan bekisting selesai dilakukan pengecekan terhadap kekokohan bekisting,
kelurusan bekisting, jika bekisting sudah memenuhi maka sudah siap untuk
pengecoran.

Pekerjaan pengecoran dan test therma couple


Pengecoran Raft fondation di proyek ini dibagi dalam beberapa zone, karena
untuk mengefisiensikan waktu, serta agar volume pengecoran tidak terlalu besar.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya:
1) Pengujian beton
- Slump test
Slump test diuji pada saat concrete mixer tiba di proyek sebelum
pengecoran. Setiap satu concrete mixer melakukan satu kali pengujian
slump test.
- Uji kuat tekan beton
Pengujian kuat tekan beton dilakuan dengan cara menghitung kekuatan
tekan beton yang berasal dari sample yang diambil pada saat pengecoran.
Sample beton biasanya berupa silinder yang memiliki diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 7
hari dan 28 hari
2) Penuangan beton pada cetakan
Pengecoran dilakukan pada malam hari, karena suhu dan cuaca relatif
stabil. Sebelum pengecoran raft fondation dikerjakan, untuk
menyambungkan beton lama dengan beton baru maka digunakan bonding
agent pada dinding atau bagian pinggir beton lama. Area yang akan dicor
harus ditutupi terpal karena beton menggunakan admixture atau bahan
tambah serta floor hardener. Beton disalurkan dari concrete mixer ke
concrete pump, kemudian disalurkan lagi melalui pipa ke area yang akan
dicor. Tinggi jatuh beton dari pipa pada saat pengecoran ≤ 50 cm.
3) Pemadatan beton
Beton yang sudah dituang, lalu digetarkan dengan menggunakan vibrator,
supaya tidak keropos. Setelah cetakan terisi penuh, permukaan beton
langsung dirapihkan dan diratakan dengan menggunakan ruskam sehingga
merata.

4) Pelaksanaan floor hardener


Floor hardener merupakan suatu bahan sejenis semen yang digunakan pada
lantai. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk memperkeras lapisan atas
atau permukaan beton dan sebagai bahan finishing lantai. Selain itu,
digunakan pada daerah yang banyak mengalami gesekan atau benturan
seperti pada tempat parkir kendaraan. Metode pelaksanaan floor hardener
terdiri dari :
1. Untuk mendapatkan permukaan yang rata maka pelaksanaan
pengecoran harus dilakukan dengan mengikuti relat yang telah
disiapkan dengan pengukuran menggunakan theodolite yang continue
pada seluruh permukaan lantai.
2. Jidar atau ruskam sebaiknya menggunakan bahan yang kuat dan kaku
( alumunium box )
3. Floor hardener mulai ditaburkan secara manual setelah air yang naik
ke permukaan tidak terlihat lagi. Pemakaiannya dengan dosis 4 kg/m²
atau sesuai dengan yang disyaratkan.
4. Penaburan awal menggunakan sekitar 2/3 bagian dari dosis, lalu
ditaburkan secara merata pada seluruh permukaan dan dibiarkan
sampai meresap pada permukaan setelah itu diratakan secara manual.

Pembongkaran Bekisting
Setelah beton sudah mengeras maka cetakan bekisting dibuka. Pembongkaran
bekisting raft fondation dikerjakan jika umur beton sudah mencapai ≥ 24 jam
(dilaksanakan pekerjaan ini di karenakan sistem pengecoran raft foundation per zone,
jadi bekisting berfungsi sebagai stop cor).

Pekerjaan Perawatan Beton


Perawatan pada beton dilakukan untuk menjaga mutu beton, dan supaya beton
tidak retak setelah pengecoran. Perawatan beton pada daerah raft fondation yaitu
menggunakan sterofoam atau triplek setelah selesai pengecoran
Referensi :

1. http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-yulliantyn-3414-
1-pondasi-).pdf
2. http://www.arsindo.com/artikel/pondasi-setempat/
3. http://rzal37.blogspot.co.id/2012/07/macam-macam-pondasi.html
4. https://jefrihutagalung.wordpress.com/2014/03/03/metode-pelaksanaan-
mat-foundation-pondasi-rakit/
5. http://www.dataarsitek.com/2016/12/jenis-dan-macam-macam-pondasi-
dangkal-dalam.html
6. http://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pelaksanaan-
pondasi-batu-kali
7. www.google.id

Anda mungkin juga menyukai