Anda di halaman 1dari 92

BAB V

ANALISA HIDROLOGI

5.1 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi yang diperlukan oleh tanaman pada suatu petak
tersier sawah, banyaknya tergantung pada berbagai faktor, diantaranya adalah :

1. Data Curah Hujan


2. Evapotranspirasi Potensial (ETo)
3. Koefisien Tanaman (Kc)
4. Penggunaan Air Konsumtif (ETC)
5. Curah Hujan Efektif (Re)
6. Pola Tanam
7. Perkolasi
8. Efisiensi Irigasi Secara Keseluruhan (E)
9. Pergantian Lapisan Air (WLR)
10. Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah

5.1.1 Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata

Untuk perhitungan curah hujan rata – rata dilakukan dengan metode


polygon thiesen. Data yang digunakan data curah hujan Stasiun Gunung Nago,
curah hujan Stasiun Batu Busuk, dan curah hujan Stasiun Ladang Padi setengah
bulanan dari tahun 1996-2015. Seperti yang tertera pada table 5.1 sampai table 5.3
di bawah ini :

80
Table 5.1. Data Curah Hujan Stasiun Gunung Nago Setengah Bulanan

81
Table 5.2. Data Curah Hujan Stasiun Batu Busuk Setengah Bulanan

82
Table 5.3. Data Curah Hujan Stasiun Ladang Padi Setengah Bulanan

83
Dari data table di atas maka dapat dihitung curah hujan rata-rata setengah bulanan
dengan menggunakan cara polygon thiesen dengan data luas kawasan seperti table
5.4 berikut :

Table 5.4. Data Luas Kawasan Poligon Thiesen

Stasiun Luas Poligon (km2)


Batu Busuk 99.265
G. Nago 3.91
Ladang Padi 21.209
Total 124.384

Contoh perhitungan pada bulan Januari setengah bulan pertama :

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat di table 5.5 dibawah ini :

84
Table 5.5. Curah Hujan Rata-rata Setengah Bulanan (Metode Poligon Thiesen)

5.1.2 Evapotranspirasi Potensial (ETo)

85
Untuk menghitung evapotranspirasi (Eto) digunakan metode Pan Evapotranspirasi dengan menggunakan data berupa
data PAN (table 5.6), nilai yang diambil merupakan data Stasiun Gunung Nago seperti tabel dibawah ini :

Table 5.6. Data Pan stasiun Gunung Nago

86
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung nilai Evapotranspirasi (Eto).

Rumus = 0.7 * Epan

Dimana = Eto = Evapotranspirasi

0.7 = Koefesien Panci

Epan = Evapotranspirasi Panci (rata – rata)

Contoh perhitungan menggunakan data Evapotranspirasi Panci selama bulan Januari


dua minggu pertama.

Eto = 0,7 * Epan

= Untuk perhitungan seterusnya penulis menampilkan data table 5.7 seperti


yang bawah ini:

Table 5.7. Evapotranspirasi

87
Sumber : Hasil perhitugan

5.1.3 Koefisien Tanaman (Kc)


Koefisien tanaman untuk padi dan palawija yang di pakai adalah koefisien tanaman
yang di tetapkan oleh FAO, seperti yang dijelaskan pada Bab II halaman 11. Jenis
bibit padi yang diambil yaitu jenis bibit unggul dengan nilai koefisien persetengah
bulan yaitu 1,10 ; 1,10 ; 1,05 ; 1,05 ; 0,95 ; 0,00 (dengan umur padi 3 bulan).
Sedangkan nilai koefisien palawija yang di pakai yaitu 0,5 ; 0,75 ; 1,0 ; 1,0 ; 0,82 ;
0,45 (dengan umur 3 bulan) ( Sumber : Kriteria Perencanaan 01 Perencanaan Jaringan
Irigasi, 2013)

5.1.4 Penggunaan Air Konsumtif (ETC)

Penggunaan air konsumtif adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu areal
tanaman akibat terjadinya penguapan pada permukaan tanah atau air, juga akibat
transpirasi (penguapan yang terjadi pada tanaman).

Contoh perhitungan ETc pada setengah bulan Januari minggu pertama

88
ETc = Kc x ETo

= 0.667 x 3.261

= 2.41 mm/hari

5.1.5 Perhitungan Curah Hujan Efektif (Re)

Hujan efektif adalah banyak air hujan yang diserap oleh akar tanaman (root
zone). Perhitungan Curah Hujan Efektif (Re) disini menggunakan Rumus Harza
seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 halaman 15.

Hal yang pertama di lakukan yaitu dari urutkan data curah hujan rata- rata
setengah bulanan (table 5.5) dari yang kecil ke besar seperti table di bawah ini :

89
Tabel 5.8 Rangking Data Curah Hujan Rata-rata Setengah Bulanan

90
Untuk mencari nilai R80% atau M

R80 padi =M = (N/5) + 1 ( dimana N = banyaknya data (tahun) )


= (20/5) + 1

=5 (terletak pada data yang ke 5)

Sedangkan untuk mencari nilai R50 palawija dengan rumus :


R50 = (N/2) + 1
Dimana N = banyaknya data (tahun)
Sehingga :
R50 = (20/2) + 1
R50 = 11 (terletak pada data yang ke 11)

Setelah mendapatkan nilai R80 dan selanjutnya masukkan ke tabel berikut


untuk mencari nilai Re harian padi dan Re harian palawija dengan contoh perhitungan
sebagai berikut :

Data bulan januari setengah bulanan minggu pertama :

Nilai Re padi = 93.29 mm (data ke 5)

Nilai Re Palawija = 107.08 mm (data ke 11)

Jumlah hari = 15

Re bulanan (padi) = 70 % x Re padi = 0,7 x 93.29 = 65.31 mm

Re bualanan (palawija) = 70 % x Re palawija = 0,7x 107.08 = 74.957 mm

Re harian (padi) = Re bulanan (padi) / jumlah hari

= 65.31 / 15

= 4.354 mm/hari

91
Re harian (palawija) = Re bulanan (palawija) / jumlah hari

= 74.957 / 15

= 5.00 mm/hari

Tabel 5.9 Hasil perhitungan nilai Re

5.1.6 Pola Tanam

Pola tanam yang dipakai pada irigasi ini adalah Padi-padi-palawija, seperti pada
gambar di bawah ini :

Gambar 5.1 Pola Tanam di wilayah irigasi Batang kuranji

5.1.7 Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah tanah dari zona tidak jenuh, yang terletak
diantara tanah sampai ke permukaan tanah (zona jenuh). Laju perkolasi sangat
bergantung pada sifat-sifat tanah seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 pada table
2.3. Di lokasi tinjauan jenis tanahnya liat lempung (Silty Clay) dengan nilai perkolasi
2 mm/hari.

92
5.1.8 Penggantian Lapisan Air (WLR)

Setelah pemupukan diusahakan untuk menjadwalkan dan menggantikan lapisan air


menurut kebutuhan. bila tidak ada penjadwalan. Maka lakukan penggantian sebanyak dua
kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama setengah bulanan), selama dua bulan
setelah transplantasi.

5.1.9 Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut:

a. Untuk perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan

Contoh perhitungan diambil pada bulan Oktober pada setengah bulan pertama dengan
data sebagai berikut :
Bulan = Oktober 1
Evapotranspirasi (Eto) = 3,555 mm/hari
Perkolasi (P) = 2 mm
Eff di pintu intek = 0,65
T (waktu penyiapan lahan) = 45 hari
S (masa penjenuhan) = 250 hari
` Hujan Efektif (Re) = 3.55 mm/hari
M = (1,1 x ETo)+ P
= (1,1 x 3,555)+ 2
= 5,91 mm/hari
K = (M x T)/S
= (5,91 X 45)/250
= 1.06
ek = 2,718^1.06
= 2,90
ek -1 = 2,90-1
= 1,90

93
IR = (M. ek )/ (ek -1)
= (5,91 x 2,90)/1,90
= 9.03 mm/hari
NFR = IR – Re
= 9.03 – 3.55
= 5.47 mm/hari
NFR(l/dt/ha) =NFR/Eff
= 5.47*0,116
=0,63 l/dt/ha
Luas Tanaman Padi = 2132 Ha
DR = NFR/0,65
= 0,63/0,65
= 0.98 lt/dt/ha
DR = (0.98 lt/dt/ha x luas tanaman padi ) / 1000

= (0.98 lt/dt/ha x 2132 Ha ) / 1000


= 2.08 m3/dt

b. Untuk perhitungan kebutuhan air pada masa tanam untuk padi sawah

Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi untuk masa penanaman padi adalah sebagai
berikut :
Bulan = November 2
Eto = 3.263 mm/hari
P = 2 mm/hari
T = 45 hari
WLR = 1,1 mm/hari
Re = 4,90 mm/hari
Eff di pintu intek = 0,65
Kc = 1,083

94
Etc = Eto x Kc
= 3.263 x 1,083
= 3.53
NFR = Etc + P + WLR – Re
= 3,53 + 2 + 1,1 – 4,90
= 1.74 mm/hari
NFR = NFR*eff
= 1.74* 0,116 = 0,20 l/dt/ha
DR = NFR/0,65
= 0,20/0,65
= 0,31 l/dt/ha
Luas areal = 2132 ha
DR = (0,45 l/dt/ha x 2132 ha)/1000
= 0.66 m3/dt

c. Untuk perhitungan kebutuhan air pada masa tanam untuk palawija

Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi untuk masa penanaman padi adalah sebagai
berikut :
Bulan = Juli 2
Eto = 3,756 mm/hari
P = 2 mm/hari
Re = 4.17 mm/hari
Eff di pintu intek = 0,65
Kc = 0.867
Etc = Eto x Kc
= 3,756 x 0.67
= 3.25 mm/hari

95
NFR = Etc – Re
= 3.25 – 4.17
= -0.91 mm/hari
NFR = NFR x 0,116
= -0.91 x 0,116
= -0.11 l/dt/ha
DR = NFR/0,65
= 0,11 / 0,65
= -0.16 l/dt/ha
Luas areal = 2132 ha
DR = (-0.16 x luas areal)/1000
= (-0.16 x 2132)/1000
= -0.35 m3/dt (tanda min menandakan pada bulan tersebut curah
hujannya telah memenuhi kebutuhan air,sehingga DR = 0)
= 0 m3/dt

Perhitungan selanjutnya lihat pada tabel 5.10 dan grafik 5.1 di bawah ini :

96
Table 5.10 Rencana Kebutuhan Air Irigasi

1.12

1.12

2.38

97
Grafik 5.1 Kebutuhan Air Irigasi Batang Kuranji

98
5.1.10 Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan)

Contoh perhitungan : Bulan Februari setengah bulan kedua pada tahun 1996

I. Data Meteorologi
1. Evapotranspirasi = 3,562 mm/hari
2. Jumlah hari = 14 hari
3. Curah hujan = 257.57 mm
4. Hari hujan (n) = 5 hari
II. Evapotranspirasi Potensial (EP) =Evapotranspirasi x jumlah hari
= 3,562 x 14
= 49.87 mm/14 hari
III. Limit Evapotranspirasi
5. Penutup lahan (m) = 30% (untuk lahan pertanian
yang diolah seperti sawah,ladang. Sumber:Kp 01 2013)
6. E/EP = ((m/20) x (18-n))/EP

= ((0,3/20) x (18 – 5))/49,87

= 0,004

7. Evapotranspirasi air terukur (E) = E/Ep x Ep


= 0,004 x 49,87
= 0,2 mm
8. Et = Ep – E = 49,87 – 0,2
= 49,67 mm
IV. Water Balance
9. Water surplus (P – Et) = 257.57 – 49,67
= 207.90 mm
10. Tampungan air tanah = 0 mm
11. Kelembapan air tanah = 200 mm (nilai antara 50-
250mm. Sumber: Kp 01 2013)
12. Volume air tanah (9) – (10) = 207.9 – 0
= 207.9 mm

13. Infiltrasi (I) = 50% x Wtr.Surplus (i= 50 % karena berada didataran tinggi )
= 0,50 x 207.9
I = 103.95 mm

14. 0,5 x (1 + K) x I (nilai k =0,6 karena berada di dataran tinggi)

99
= 0,5 x (1 + 0,6) x I
= 0,5 x (1 + 0,6) x 103.95
= 83.16 mm/14 hari

15. K x (Vn – 1) = K x (Vn – 1) ... (Vn -1)= 50 mm


= 0,6 x 50
= 30 mm/14 hari

16. Volume tampungan (Vn) = hasil 14 + hasil 15


= 83.16 + 30
= 113.16 mm/14 hari

17. Δ Vn= Vn – (Vn-1) = Vn – (Vn – 1)


= 113.16 – 50
= 63.16 mm/14 hari

18. Aliran dasar = I - Δ Vn = hasil 13 – hasil 17


= 103.95 – 63.16
= 40.79 mm/14 hari
19. Aliran permukaan = hasil 12 – hasil 13
= 207.90 – 103.95
= 103.95 mm
20. Aliran sungai = hasil 18 + hasil 19
= 40.79 + 103.95
= 144.74 mm

21. Debit =

= 124.384 x 1000 x (144.74 / 1000)


86400 x 14
3
= 14.884 m /detik

Untuk perhitungan debit andalan per tahunnya selama delapan tahun (1996 sampai
2015), selanjutnya disusun dalam table 5.11.a sampai 5.11.t, kemudian debit andalan
pertahun tersebut direkap (table 5.12) dan di rangking (table 5.13) dari urutan besar
ke yang kecil, untuk menentukan debit andalan dengan probalitas 80%. Selanjutnya
digambarkan dalam bentuk grafik (grafik 5.2)

100
Tabel 5.11.a Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 1996

101
Tabel 5.11.b Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 1997

102
Tabel 5.11.c Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 1998

103
Tabel 5.11.d Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 1999

104
Tabel 5.11.e Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2000

105
Tabel 5.11.f Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2001

106
Tabel 5.11.g Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2002

107
Tabel 5.11.h Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2003

108
Tabel 5.11.i Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2004

109
Tabel 5.11.j Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2005

110
Tabel 5.11.k Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2006

111
Tabel 5.11.l Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2007

112
Tabel 5.11.m Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2008

113
Tabel 5.11.n Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2009

114
Tabel 5.11.o Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2010

115
Tabel 5.11.p Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2011

116
Tabel 5.11.q Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2012

117
Tabel 5.11.r Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2013

118
Tabel 5.11.s Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2014

119
Tabel 5.11.t Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 2015

120
Tabel 5.12 Rekap ni;ai Ketersediaan Air (Debit Andalan) Dengan Menggunakan Metode F.J Mock Tahun 1996-2015

121
Tabel 5.13 Rengking Data Debit Andalan dari Besar ke Kecil

Debit andalan = 80% x N = 80 % x 20 = 16 (Debit andalan terletak pada data 16)

122
Grafik 5.2 Ketersediaan Air Pada Daerah Irigasi (DI) Batang Kuranji

123
Grafik 5.3 ketersediaan air irigasi vs kebutuhan air irigasi

124
5.2. Analisa Frekuensi Curah Hujan

Perhitungan analisa frekuensi curah hujan sangat diperlukan dalam rangka


mendapatkan besarnya Curah Hujan Rencana dan Debit Banjir Rencana
serta untuk mengetahui banyaknya air yang tersedia di sungai guna
memenuhi kebutuhan tanaman akan air.

5.2.1. Parameter Statistik dan Pemilihan Metode

Analisis yang digunakan adalah analisis statistik distribusi curah hujan


maksimal harian dalam satu tahun. Untuk memperoleh distribusi frekuensi,
metode yang umum dipakai untuk menentukan curah hujan rencana adalah
distribusi Normal, Gumbel, Log Normal dan Log Pearson tipe III.

Penentuan tipe distribusi terbaik yang akan digunakan dilakukan dengan


memperhatikan besaran statistic data hujan dan sebagai perbandingan semua
tipe distribusi diuji kecocokannya dengan metode Chi-Kuadrat dan
Smirnov- Kolmogorov. Disamping uji kecocokan juga dilakukan pengujian
terhadap batas kepercayaan data dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Untuk keperluan tersebut, data curah hujan telah diambil dari tiga stasiun
curah hujan yang berada berdekatan dengan Catchment Area, yaitu Stasiun
Batu Busuak, Stasiun Gunung Nago dan Stasiun Ladang Padi. Data tersebut
selengkapnya tersaji pada tabel di bawah ini.

125
Tabel 5.14. Curah Hujan Maksimal (mm) Stasiun Batu Busuak, Gunung Nago
dan Ladang Padi

Batu Busuk G. nago

a. Metode Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas normal, jika data
yang digunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus
sebagai berikut:
Tabel 5.15. Perhitungan Parameter Statistik Distribusi Normal

XT = X + KT . SD
Dimana :
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata – rata
SD = Standar deviasi
KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (Lampiran Tabel
Nilai Variabel Reduksi Gaus)

126
SD = √(23534,36 / 19) = 35,19

Nilai Kt dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran, didapat untuk T = 2


maka nilai KT = 0.

XT 2= 150,25 + 35,19 (0) = 150,2549 mm

Tabel 5.16. Perhitungan Distribusi Probabilitas Normal

b. Metode Log Normal


Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas Log Normal, jika
data yang digunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-
rumus sebagai berikut: :
Log XT = Log X + KT . S Log X
Dimana :
Log XT = Nilai Logaritmis Hujan rencana denga periode ulang T
tahun
Log X = Nilai rata – rata dari Log X
S Log X = Standar deviasi dari Log X
KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (Lampiran
Tabel Variabel Reduksi Gaus)

Tabel 5.17 Perhitungan Parameter Statistik dari Distribusi Log Normal

127
Tabel 5.18. Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Normal

c. Metode Gumbel
Jika data hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah berupa
sampel (populasi terbatas), maka perhitungan hujan rencana berdasarkan
Distribusi Probailitas Gumbel Dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
XT = X + SD x K
Dimana :
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun

128
X = Nilai rata-rata
SD = Standar deviasi

K = Faktor frekuensi Gumbel : K =

YT = Reduced variate = -Ln (-Ln ); nilai YT bisa ditentukan

berdasarkan lampiran
SN = Reduced Standar Deviasi
YN = Reduced Mean

Tabel 5.19. Perhitungan Parameter Statistik dari Distribusi Gambel

Tabel 5.20. Perhitungan Distribusi Gumbel

d. Metode Log Pearson Type III

129
Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas Log Pearson Type III
dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut :

Log XT = Log X + KT S Log X

Dimana :

Log XT = Nilai Logaritmis Hujan rencana dengan periode ulang T


tahun
Log X = Nilai rata-rata dari Log X
S Log X = Variabel deviasi dari Log X
KT = Variabel standar, besarnya bergantung koefisien (Cs atau
G)

Cs = -1,1 T 2 tahun , = 0,033 ; T 5 tahun, = 0,850

Tabel 5.21. Perhitungan Parameter Statistik dari Distribusi Log Pearson


Type III

Tabel 5.22. Perhitungan Distribusi Log Person Type III

130
5.2.2. Uji Kesesuaian Distribusi Probabilitas

Uji Distribusi Probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah


persamaan distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi
statistik sampel data yang dianalisis.

a. Metode Chi Kuadrat (χ²)


Rumus yang digunakan dalam perhitungan dengan metode uji chi
kuadrat adalah sebagai berikut:

χ² =

Dimana :
χ² = Parameter chi kuadrat terhitung
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama
N = Jumlah sub kelompok

Derajat nyata atau derajat kepercayaan ( ) tertentu yang sering diambil

adalah 5%. Drajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :

Dk = k – (p + 1)

K = 1 + 3,3 log n

Dimana:
Dk = Derajat kebebasan
P = Banyaknya paremeter, untuk Chi kuadrat adalah 2
K = Jumlah kelas distribusi

131
N = Banyaknya data
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan curah
hujan rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai
simpangan maksimum terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis.

χ² < χ² kritis
Dimana:
χ² = parameter Chi kuadrat terhitung
χ²cr = parameter Chi kuadrat kritis (Tabel)
Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung parameter Statistik X rata-rata dan Standar deviasi
Tabel 5.23. Data Hujan Yang telah diurutkan dari besar ke kecil

2. Menghitung Jumlah Kelas


Jumlah data (n) = 20
Kelas distribusi (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 5.29  6 kelas
3. Menghitung derajat kebebasan (DK) dan X2cr

132
Parameter (P) =2
Derajat kebebasan (Dk) = k – (P + 1)
= 6 – (2 + 1) = 3
Nilai X2cr dengan jumlah data (n) = 20,  = 5 % dan Dk = 3 adalah
X2cr = 7.815 (Tabel Lampiran )

4. Menghitung kelas distribusi


Kelas distribusi = 1/k x 100
Interval distribusi adalah = 16,67 % , 33,33%, 50%, 66,67%,
83,33%.
Persentase 16,67%
P(x) = 16,67 %
T = 1/Px = 1/0,16 = 6 tahun
Persentase 33,33%
P(x) = 33,33%
T = 1/Px = 1/0,33= 3 tahun
Persentase 50 %
P(x) = 50%
T = 1/Px = 1/0,50 = 2 tahun
Persentase 66,67%
P(x) = 66,67%
T = 1/Px = 1/0,66 = 1,5 tahun
Persentase 83,33%
P(x) = 83,33%
T = 1/Px = 1/0,83 = 1,2 tahun

5. Menghitung interval kelas


a) Distribusi probabilitas normal
Nilai berdasarkan T dari Tabel Nilai Variabel reduksi Gaus

T = 6 tahun, = 0,928

133
T = 3 tahun, = 0,4126

T = 2 tahun, = 0

T = 1.5 tahun, = -0,4412

T = 1.2 tahun, = -0,9971

Nilai Xrt = 150,25


Nilai SD = 35,19
Interval kelas :

=X+ .

Sehingga :
X6= 150.25 + (0.928 x 35.19) = 182.915 mm
Tabel 5.24. Interval Kelas Distribusi Probabilitas Normal

T Kt X S Xt
6 0.928 150.25 35.19 182.915
3 0.4126 150.25 35.19 164.776
2 0 150.25 35.19 150.255
1.5 - 0.4412 150.25 35.19 134.727
1.2 - 0.9971 150.25 35.19 115.162

b. Distribusi Probabilitas Gumbel


Dengan jumlah data (n) = 20 maka didapat nilai
Yn = 0,5236 dan Sn = 1,063

Sehingga :

T = 6 tahun, = 1,073

134
T = 3 tahun, = 0,3407

T = 2 tahun, = -0,1506

T = 1.5 tahun, = -0,5726

T = 1.2 tahun, = -1,0208

Maka interval kelas

=X+ .

X = 150.25 + (1,073 x 35.19) = 188.018 mm


6

Tabel 5.25. Interval Kelas Distribusi Probabilitas Gumbel

T Kt X S Xt
6 1.073 150.25 35.19 188.018
3 0.3407 150.25 35.19 162.245
2 -0,1506 150.25 35.19 144.954
1.5 - 0.5726 150.25 35.19 130.102
1.2 - 1.0208 150.25 35.19 114.328

c. Distribusi Probabilitas Log Normal

T = 6 tahun, = 0,928

T = 3 tahun, = 0,4126

T = 2 tahun, = 0

T = 1.5 tahun, = -0,4412

T = 1.2 tahun, = -0,9971

Nilai Log X = 2.25

135
Nilai S Log X = 0.10

Interval kelas : Log = Log X + . S Log X

Sehingga :
Log X6 = 2.16 + (0.928 x 0.11)
= 2.267
Xt = 10^2.267 = 185.181 mm
Tabel 5.26. Interval Kelas Distribusi Probabilitas Log Normal

T Kt Log X S log x Log Xt Xt


6 0.928 2.16 0.11 2.267 185.181
3 0.4126 2.16 0.11 2.210 162.263
2 0 2.16 0.11 2.164 145.979
1.5 -0.4412 2.16 0.11 2.115 130.369
1.2 -0.9971 2.16 0.11 2.053 113.055

d. Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III

Nilai dihitung berdasarkan nilai Cs = -1,1

Dan nilai T untuk berbagai periode ulang

T = 6 tahun, = 0,932

T = 3 tahun, = 0,305

T = 2 tahun, = 0,033

T = 1.5 tahun, = 0.025

T = 1.2 tahun, = 0.020

Nilai Log X = 2.16

136
Nilai S Log X = 0.11

Interval kelas : Log = Log X + . S Log X

Sehingga :

Log X6 = 2,16+ (0,932 x 0,11)

= 2,267

Xt =10^2.267 = 185.351

Tabel 5.27 Interval Kelas Distribusi Probabilitas Log Pearson Tipe III

T Kt Log X S log x Log Xt Xt


6 0.932 2.16 0.11 2.267 185.351
3 0.305 2.16 0.11 2.198 157.861
2 0.033 2.16 0.11 2.167 147.218
1.5 0.025 2.16 0.11 2.167 146.905
1.2 0.020 2.16 0.11 2.166 146.721

6) Perhitungan Nilai Chikuadrat (χ²)

Tabel 5.28. Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Normal

Tabel 5.29. Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Gumbel

137
Tabel 5.30. Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Normal

Tabel 5.31. Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Pearson Type III

Tabel 5.32. Rekapitulasi Nilai χ² dan χ²cr

138
Berdasarkan Tabel 5.32 maka distribusi yang dipilih adalah distribusi gumbel
dan Log Normal

b. Metode Simirnov Kalmogorof


1. Distribusi Probabilitas Normal
Tabel 5.33. Perhitungan Uji Distribusi Normal dengan Metode Smirnov
Kolmogorof

139
Keterangan :

Kolom (1) = nomor urut data


Kolom (2) = data hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom (3) = peluang empiris (dihitung dengan persamaan weibull)

n : banyak data = 20
Kolom (4) = untuk distribusi Probabilitas Normal
XT = X + KT. S , sehingga
KT = XT – X atau
S
KT = Xi – X
S
Dimana KT = f(t)
X = 150.25
S = 35.19

140
Contoh untuk kolom (4) baris (1) :

f(t) = (230.98 – 150.25) / 35.19

= 2.29

Kolom (6) = peluang teoritis = 1 – luas di bawah kurve normal (Z)


sesuai dengan nilai f(t), yang ditentukan dengan tabel.
Contoh :

Untuk nilai f(t) = 2.29 maka luas wilayah di bawah kurve normal adalah
0,9911, sehingga nilai kolom (5) baris (1) = 1 – 0,9890 = 0,011

Demikian seterusnya untuk baris berikutnya dengan cara yang sama.

Kolom (7) = ΔP = Kolom (6) – Kolom (3)


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa :
a. Simpangan maksimum (ΔP max) = 0,13
b. Jumlah data (n) = 20, dan derajat kepercayaan (α) adalah 5% maka
nilai Δp kritis 0.29.
c. Jadi Δp max < Δp kritis, maka Distribusi Probabilitas Normal dapat
diterima untuk menganalisis data hujan.

2. Distribusi Probabilitas Log Normal


Tabel 5.34. Perhitungan Uji Distribusi Log Normal dengan Metode Smirnov
Kolmogorof

141
Jika jumlah data 20 dan α (derajat kepercayaan) adalah 5% maka dari
tabel diperoleh Δp kritis = 0,29

Jadi Δp max < Δp kritis 0,08 < 0,29 Distribusi Probabilitas Normal dapat
diterima untuk menganalisis data hujan.

3. Untuk Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III


Tabel 5.35. Perhitungan Uji Distribusi Log Pearson Tipe III dengan Metode
Smirnov Kolmogorof

142
Jika jumlah data 20 dan α (derajat kepercayaan) adalah 5% maka dari tabel
diperoleh Δp kritis = 0,29

Jadi Δp max < Δp kritis 0,08 < 0,29 Distribusi Probabilitas Log Pearson Tipe III
dapat diterima untuk menganalisis data hujan.

Keterangan :

Kolom (1) = nomor urut data


Kolom (2) = data hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom (3) = peluang empiris (dihitung dengan persamaan weibull)

n : banyak data = 20
Kolom (4) = untuk distribusi Log Pearson Tipe III
Log XT = log X + KT. S log X , sehingga

143
KT = Log XT – Log X atau KT = Log Xi – Log X

S Log X S Log X

Dimana KT = f(t)
Log X = 2.16
S Log X = 0.111
Cs = -1.1
Contoh untuk kolom (4) baris (1) :
f(t) = (2.3636 – 2.16) / 0.111
= 1.79
Kolom (5) = ditentukan berdasarkan nilai Cs, KT atau f(t)
Contoh angka kolom (5) baris (1):

f(t) = 1.79 dan Cs = -1.1, diperoleh persentase peluang teoritis terlampaui


P'(x) dengan cara diinterpolasi nilai pada tabel terlampir.

Maka dengan f(t) = 1.79 dan Cs = -1.1

Demikian seterusnya dengan cara yang sama.

Kolom (6) = ΔP = Kolom (5) – Kolom (3)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa :


a. Simpangan maksimum (ΔP max) = 0.08
b. Jumlah data (n) = 20, dan derajat kepercayaan (α) adalah 5% maka
nilai Δp kritis 0.29
c. Jadi Δp max < Δp kritis, maka Distribusi Probabilitas Log Person
Type III dapat diterima untuk menganalisis data hujan.

4. Untuk Distribusi Probabilitas Gumbel

Tabel 5.36. Perhitungan Uji Distribusi Gumbel dengan Metode Smirnov


Kolmogorof

144
Jika jumlah data 20 dan α (derajat kepercayaan) adalah 5% maka dari
tabel diperoleh Δp kritis = 0,29

Jadi Δp max >Δp kritis 0,05 > 0,29 Distribusi Probabilitas Normal dapat
diterima untuk menganalisis data hujan

Tabel 5.37. Rekapitulasi Nilai Δp kritis dan Δp max

Berdasarkan Tabel 5.36, distribusi Log Normal, Gumbel, Log Person


Type III dan Normal dapat diterima karena nilai Δp maksimum < dari
Δp kritis, selanjutnya untuk perhitungan Hujan Rencana digunakan
distribusi log normal.

145
Dari kedua metoda uji derajat kepercayaan distribusi tersebut yang bisa
dipakai untuk hujan rancangan adalah data yang dihitung dengan
Metode Log Normal, karena kedua uji derajat kepercayaan dapat
diterima.

Tabel 5.38. Distribusi Log Normal

No. Peride Ulang Curah Hujan Maksimum


(mm) / Tahun
1. 2 145,98
2. 5 181,05
3. 10 202,67
4. 25 226,05
5. 50 246,89
6. 100 265,26

5.3. Analisa Debit Banjir Rencana

Data curah hujan yang dipakai adalah data distribusi hujan Log normal
dikarenakan pada uji distribusi probabilitas (Smirnov-Kolmogorof dan Chi
Kuadrat) distribusi log normal memenuhi syarat kedua distrbusi probabilitas
tersebut (Smirno-Kolmogorof dan Chi Kuadrat).

Analisa perhitungan debit banjir rencana untuk perencanaan bendung


Gunung Nago menggunakan Metode Rasional dan Metode Nakayasu.

5.3.1. Metode Rasional

Persamaan matematik metode Rasional dinyatakan dalam bentuk :


Q = 0,278 C. I .A
Perhitungan :
Luas DAS = 124,384 km2
C (Koefisien Aliran Permukaan) = 0,49

Table 5.39. Koefisien Pengaliran penggunaan lahan

146
Untuk menentukan nilai tc menggunakan Rumus Kirpich :
- Panjang Sungai Batang kuranji (L) = 19.409 km
- Kemiringan Dasar Sungai (S) = 0.052

- tc =

= 2.031 jam

Untuk menghitung Intensitas hujan menggunakan metode mononobe :

I =

= (145.979/24)*((24/2.031496)^(2/3))

= 31.550 mm/jam

Perhitungan untuk mencari nilai Q (debit puncak) sungai.


Q = 0,278 C. I .A
= 0,278 x 0,49 x 31.550 x 124.384
= 534.5355 mm/jam

Tabel 5.40. Perhitungan debit rencana metode Rasional

5.3.2 Metode Hasper

Q = ά β. I.A

147
keterangan:
ά = Koefisien pengairan
β = Koefisien reduksi
I = Intensitas hujan (m3/dtk/km2)
A = luas daerah (Km2)

Perhitungan debit banjir rencana dengan periode ulang T tahun


menggunakan Metode Haspers disajikan dalam tabel 5.52
Luas DAS (A) = 124,384 km2
Panjang Sungai (L) = 19.409 km
Kemiringan Dasar Sungai (s) = 0.052
Koefisien pengaliran (α) ditentukan dengan rumus :

α = 0,422

Koefisien reduksi (tc) ditentukan dengan rumus :

β = 0,706
Waktu konsentrasi (tc) ditentukan dengan rumus :

tc

tc
tc = 2,063 jam
Besarnya curah hujan (r dalam satuan mm) untuk lama hujan
tertentu (t=tc dalam satuan jam) dan (hujan harian maksimum R24 dalam
satuan mm) dirumuskan:
Untuk 2 jam < t < 19 jam :

r= = 105,4714

148
Besarnya intensitas hujan (I dalam satuan m3/dt/km2) ditentukan
berdasarkan hubungan antara r (mm) dan t (jam) dengan rumus :

I = 11,25203

Tabel 5.41. Perhitungan debit rencana metode Hasper

5.3.3 Metode Hidrograf Satuan Nakayasu


Untuk menghitung besarnya debit dengan metode HSS Nakayasu
digunakan persamaan sebagai berikut:
Total Hidrograf Langsung

Dimana :
Qtotal = Debit banjir rancangan untuk periode ulang T
tahun
R1,R2,R3,..,R5 = Curah Hujan (mm)
Un = Ordinat Unit HSS Nakayasu

1. Waktu Kelambatan, time lag (tg)


untuk L > 15 Km,
2. Waktu puncak

3. Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak

4. Debit puncak

149
A = Luas DAS (Km2)

Ro = Satuan kedalaman hujan (mm)

Tp = Waktu puncak (jam)

T0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam)

tg = Waktu kelambatan

Qp = Debit puncak (m3/det)

L = Panjang sungai utama (Km)

Bentuk HSS Nakayasu diberikan oleh grafik berikut :

0,8 Tr Tg

Qp

0,3² Qp
0,3 Qp

Tp T0,3 1,5 T0,3 t

Grafik 5.4 Hidrograf satuan sintetis Nakayasu

Bentuk hidrograf satuan diberikan persamaan berikut :


1. Pada kurva naik ( 0 < t < Tp )

Qt = Qp

2. Pada kurva turun ( Tp < t < T0,3 )


Qt = Qp x
3. Pada kurva turun ( T0,3 < t < T0,32 )
Qt = Qp x
4. Pada kurva turun (t < T0,32)
Qt = Qp x
Perhitungan awal :
Untuk perhitungan menggunakan intensitas curah hujan mononobe

150
Tabel 5.42 Hujan Rencana Distribusi Log Normal

No Tahun Kt Slogx log xrt Log Xt Xt


1 2 0 0,111321 2,164289 2,164289 145,9787
2 5 0,84 0,111321 2,164289 2,2578 181,0504
3 10 1,28 0,111321 2,164289 2,306781 202,6661
4 25 1,706 0,111321 2,164289 2,354204 226,0497
5 50 2,05 0,111321 2,164289 2,392499 246,8872
6 100 2,33 0,111321 2,164289 2,423669 265,2581

Untuk menghitung debit banjir menggunakan metoda nakayasu ini yaitu yang
pertama mengubah curah hujan setengah bulan menjadi jam-jaman dengan cara
menggunakan metoda mononobe kita menggunakan prediksi hujan selama 6
jam, seperti yang dijelaskan dibawah ini dan direkap pada table 5.43.

Rumus Mononobe :

Keterangan rumus : I x xC
I = intensitas hujan (mm/jam)
X24 = Hujan Harian Rencana (mm)
T = Durasi hujan atau konsetrasi( jam)
C = koefisien pengaliran

Table 5.43.Hujan jam jaman

Penjelasan :
Kolom (1) : durasi (jam)
Kolom ( 2) : Hujan jam-jaman (mm/jam) .( 2 tahun)
Contoh : 1 jam . I2 = (145.979 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 39,361 mm/jam
Kolom (3) : Hujan jam-jaman (mm/jam) .( 5 tahun)

151
Contoh : 1 jam . I5 = (181.050 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 48,817 mm/jam
Kolom (4) : Hujan jam-jaman (mm/jam) . (10 tahun)
Contoh : 1 jam . I10 = (202.666 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 54,646 mm/jam
Kolom (5) : Hujan jam-jaman (mm/jam) . (25 tahun)
Contoh : 1 jam . I25 = (226.050 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 60,951 mm/jam
Kolom (6) : Hujan jam-jaman (mm/jam) . (50 tahun)
Contoh : 1 jam . I50 = (246.887 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 66,569 mm/jam
Kolom (7) : Hujan jam-jaman (mm/jam) . (100 tahun)
Contoh : 1 jam . I100 = (265.258 / 6) X ((6 / 1)^(2/3)) X 0.49 = 71,523 mm/jam

Tabel 5.44 Waktu lengkung hidrograf nakayasu

Tabel 5.45 Persamaan lengkung hidrograf nakayasu

Tabel 5.46 Ordinat hidrograf nakayasu

152
153
Grafik 5.5 Grafik hasil hitungan Hidograf satuan

154
Contoh perhitungan :
1. Waktu Kelambatan, time lag (tg)
L = 19.409 Km
A = 124.38 Km2

untuk L > 15 Km,

tg = 0,4 + 0,058 x 19.409


tg = 1,5247 jam
2. Waktu puncak
Tp = tg +0,8 Tr , Tr = 0.75 x tg = 0,75 x 1.5247 = 1,1443jam
Tp = 1,5247 + 1,1443
Tp = 2,4412 jam
3. Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak
T0.3 = α x tg = 2 x 1.5257 = 3.0514 jam
4. Debit puncak
Qp= (1/3,6) x A x R0 x (1/0.3Tp+T0,3 )
=(1/3,6) x 124,38 x 1 x (1/(0,3x2,4412)+3.0514)
= 9,1313 m3 m3/dt
5. Debit bagian lengkung naik : 0 < t < tp atau 0 < t < 2,441 jam
Qa = Qp x (t/Tp) 2.4
6. Debit bagian lengkung turun : tp < t < t0,3 atau pada bagian 2.441 jam <
t < 5.493 jam

7. Debit bagian lengkung turun : t0,3 < t < 1,5 t0,3 atau pada bagian 5.493
jam < t < 10.070 jam

8. Debit pada bagian turun : t > 1,5 t0,3 atau t > 10.070 jam
Qd3 = Qp x 0,3 (t-tp+1,5xt0,3)/(2xt0,3)

155
Tabel 5.47 Hasil hitungan Q2tahun Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

156
Grafik 5.6 Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 39,36mm,
24,80mm 18,92mm, 15,62mm, 13,46mm, 11,92mm, dan hidograf limpasan total

157
Tabel 5.48 Hasil hitungan Q5tahun Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

158
Grafik 5.7 Grafik Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 48,82mm, 30,75mm

23,47mm, 19,37mm, 16,70mm, 14,78mm, dan hidograf limpasan total

159
Tabel 5.49 Hasil hitungan Q10 tahun Metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu

160
Grafik 5.8 Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 54,65mm, 34,42mm

26,27mm, 21,69mm, 18,69mm, 16,55mm, dan hidograf limpasan total

161
Tabel 5.50 Hasil hitungan Q25 tahun Metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu

162
Grafik 5.9 Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 60,95mm, 38,40mm

29,30mm, 24,19mm, 20,84mm, 18,46mm, dan hidograf limpasan total

163
Tabel 5.51 Hasil hitungan Q50 tahun Metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu

164
Grafik 5.10 Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 66,57mm, 41,94mm

32,00mm, 26,42mm, 22,77mm, 20,16mm, dan hidograf limpasan total

165
Tabel 5.52 Hasil hitungan q100 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

166
Grafik 5.11 Grafik Hidograf limpasan akibat hujan setinggi 71,52mm, 45,06mm

34,38mm, 28,38mm, 24,46mm, 21,66mm, dan hidograf limpasan total

167
Tabel 5.53 Rekap hitungan debit rencana dengan Metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu

168
Grafik 5.12 Debit Banjir Metoda Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

169
Tabel 5.54. Rekap Perhitungan debit rencana metode Rasional, Hasper dan
Nakayasu

Kesimpulan dari hitungan :


Untuk perencanaan bendung dipakai debit banjir periode ulang 100 tahun,
dari ketiga metoda debit banjir diambil yaitu 1183,881 m3/dt, dengan
alasan :
1) Debit (Q100 tahun) dipakai aman terhadap konstruksi dibanding
dengan debit (Q25 atau Q50 tahun). Kemungkinan banjir yang
akan terjadi Q100 tahun, di segi keamanan kita sudah antisipasi
rusaknya konstruksi dan ambruknya konstruksi tidak terulang
kembali.
2) Untuk pengambilan debit banjir diambil karena dari metode
Nakayasu debit (Q100 tahun) mempunyai debit yang paling besar.
Jadi debit yang diambil yaitu metode nakayasu tersebut sebesar
(Q100 tahun) = 1183,881 m3/d

170
171

Anda mungkin juga menyukai