1. Transmisi Sabuk
Transmisi sabuk adalah sistem transmisi tenaga/daya/momen puntir dari poros yang
satu ke poros yang lain melalui sabuk (belt) yang melingkar/melilit pada puli yang terpasang
pada poros-poros tersebut.
a. Pemindahan tenaga berlangsung secara elastik, maka tidak dibutuhkan kopling elastik.
b. Tidak berisik.
b. Diukur dari besarnya tenaga yang ditransmisikan, sistem transmisi sabuk memerlukan
dimensi/ukuran yang lebih besar dari sistem transmisi roda gigi atau rantai.
1.1 Sabuk V
Sabuk V adalah sabuk karet dengan tambahan benang-benang rajutan sebagai
elemen penguat terhadap tegangan tarik pada bagian atas dari profil sabuk berbentuk
trapesium. Bagian luar dari sabuk V berupa rajutan yang divulkanisir sebagai pelindung
bagian dalam.
Ada juga bentuk khusus dari sabuk V sempit, yaitu permukaan sisi dalamnya berbentuk
cekung / concave dengan tujuan sebagai stabilisator benang benang rajutan sehingga
gesekan antara molekul-molekul didalam sabuk dapat dikurangi.
1.2 Sabuk Gigi (timing belt Zahnriemen)
Merupakan elemen transmisi dengan bentuk gabungan antara rantai dan shaft
rata. Dengan demikian keuntungan dari kedua jenis elemen transmisi tersebut ada
didalam sabuk gigi, yaitu :
1. Fleksibel / luwe / tidak kaku.
2. Perbandingan angka putaran (rasio) tepat, karena tidak terjadi selip.
3. Tidak berisik.
4. Tanpa pelumasan.
Jenis sabuk ini terbuat dari plastik polyurethane / karet neopren dengan bagian
inti / bagian pembawa beban terletak di zona netral (zona bebas devormasi) dari kawat
baja yang digulung secara memanjang / aksial. Gaya keliling Fu yang dipindahkan dari
pulley yang satu ke puli yang lain oleh sabuk ini dapat mencapai 5000 N dan kecepatan
kelilingnya vu sampai 60 m/s.
Sistem transmisi roda gigi banyak digunakan pada berbagai mesin. Sebagai contoh di
bidang otomotif, sistem transmisi yang digunakan adalah transmisi roda gigi.
Roda gigi merupakan elemen mesin yang digunakan untuk memindahkan daya dan
putaran dari satu poros ke poros lain tanpa terjadi slip.
Prinsip dasar dari sistem transmisi roda gigi merupakan pengembangan dari prinsip
transmisi roda gesek. Gerakan dan daya yang ditransmisikan melalui roda gigi, secara
kinematis ekuivalen dengan yang ditransmisikan melalui roda gesek atau cakram.
1) Roda gigi lurus (spur gear). Roda gigi lurus terjadi karena bentuk gigi dari roda gigi
tersebut berbentuk lurus. Gigi-gigi didesain sedemikianrupa sehingga menyerupai
beam (batang) lurus. Roda gigi lurus dalam operasionalnya menggunakan poros yang
sejajar.
2) Roda gigi miring (helical gear). Roda gigi miring mempunyai bentuk gigi miring denga
sudut kemiringan tertentu. Keuntungannya adalah kontak gigi terjadi sepanjang
kemiringan gigi, sehingga mampu menghasilkan putaran ang tinggi.
3) Roda gigi kerucut (bevel gear). Roda gigi kerucut dihasilkan dari gabungan gigi-gigi
yang mengikuti bentuk kerucut dengan sudut tertentu. Roda gigi kerucut mampu
melayani kerja mesin dengan poros yang membentuk sudut tertentu, sebagai contoh
poros input dengan posisi horisontal dan output diinginkan dalam posisi vertikal.
4) Roda gigi cacing (worm gear). Roda gigi cacing merupakan roda gigi gabungan antara
roda gigi biasa dengan batang gigi atau batang berulir. Keunggulan roda gigi ini terletak
pada perbandingan transmisi yang dapat didesain sangat tinggi sama 1 : 100. Roda gigi
cacing mempunyai poros yang saling bersilangan.
5) Roda gigi planiter (planetary gear). Roda gigi planiter merupakan roda gigi yang terdiri
dari beberapa roda gigi yang dirangkai menjadi satu kesatuan. Roda gigi tersebut
meliputi roda gigi mahatahari sebagai pusat, roda gigi planet, roda gigi gelang dan
lengan pembawa planet. Keunggulan roda gigi planeter terletak pada beberapa output
yang dapat dihasilkan dengan hanya satu input.
INSPEKSI SISTEM TRANSMISI MESIN PENUMBUK
1. Belt
3. Motor 2
4. Gearbox 1
Model : FCA
Type : 60
Ratio :
5. Gearbox 2
Model : WPO
Type : 60
Ratio : 1:20
Untuk memasang dan mencopot sabuk v pada mesin ini yaitu dengan cara melepas
baut dan mur yang terpasang pada rangka tersebut. Dengan lepasnya baut dan mur maka
nantinya rangka tempat menyimpan motor akan dapat bergerak dikarenakan pada ujung
rangka terdapat engsel. Oleh karena itu sabut v yang menghubungkan gearbox dan motor
dapat dilepas.
TRANSMISI MESIN BUBUT
2. Motor
N : 2850 rpm
V : 380 V
I : 2,4 KW
Arus : 7,5 A
F : 50 HZ
3. Diameter Puli
Ø1 : 140 mm
Ø2 : 56 mm
L : 32,5 mm
3. Roda Gigi
No Tipe Roda Gigi Modul (m) Banyak gigi (z) Diameter (dp)
1 Spur gear 2 54
2 Spur gear 2
3 Spur gear 2
4 Spur gear 2
5 Spur gear 2
6 Spur gear 2
7 Spur gear 2
8 Spur gear 2
9 Spur gear 2
10 Spur gear 2
11 Spur gear 1,5 50 65
12 Spur gear 1,5 100 126
13 Spur gear 1,5 126 162
14 Spur gear 1,5 95 121
TRANSMISI MESIN SCRAP
Cara Kerja
1. Belt 1
2. Belt 2
Diameter Puli 1 : 62 mm
Diameter Puli 2 : 94 mm
Diameter Puli 3 : 124,5 mm
Diameter Puli 4 : 145,5 mm
6. Gear
No Tipe Roda Gigi Modul (m) Banyak gigi (z) Diameter (dp)
1 Spur gear 1,5 40 42 mm
2 Spur gear 1,5 48
3
4
5
6
1. Masalah
Pada eretan sampingnya, antara mikrometer dan penunjukannya terdapat gap atau celah
yang cuup besar, mengakibatkan ketidakakuratan dalam penunjukan.
2. Penyebab
Dikarenakan jarak penempatan bearing di poros yang terdapat eretan tidak tepat,
sehingga poros dapat bergerak ke kiri dan ke kanan.
Bagian dalam poros yang terdapat eretan harus dibongkar, lalu ukur atau lihat dalam
buku manual jarak bearing dari ujung poros. Setelah itu geser jarak bearing hingga sesuai
dengan standar yang ada di buku manual.
Troubleshooting Mesin Bubut
1. Masalah
Masalah yang terdapat dalam mesin bubut yaitu untuk eretan melintang dan eretan atas
yang mana saat awal diputar, tidak menggerakan eretan sendiri tetapi setelah beberapa garis
dari penunjukan mikro meter baru ikut bergerak.
2. Penyebab
Penyebab dari masalah tersebut terjadi karena buat yang mengencangkan mikrometer
pada eretan tersebut longgar atau tidak kencang.
3. Penyelesaian masalah
Penyelesaiannya yaitu dengan mengencangkan baut yang ada di eretan tersebut. Namun
untuk pengencangannya tersendiri tidak boleh terlalu kencang dikarenakan nantinya eretan
tersebut tidak dapat diputar. Sehingga gaya atau torsi yang digunakan untuk pengencangan baut
tersebut harus tepat.
Gambar 1 Proses pengencangan pada eretan di tailstock
Gambar 2 Eretan melintang
Gambar 3 Proses Pengencangan pada eretan atas