Umur : 30 tahun
Suku : Toraja
Pendidikan terakhir : S1
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Gaduh gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang perempuan 30 tahun MRS karena gaduh gelisah yang
dialami sejak 1 minggu yang lalu. Kejadian ini berawal ketika pasien
hendak pergi beribadah ke gereja dan dilarang oleh keluarganya.
Menurut keluarga pasien bahwa pasien ini sering mengamuk,
melempar-lempar barang, memukul keluarganya, tidak tidur malam,
sering keluar berkeliaran serta sering berbicara sendiri. Pasien sudah
tidak mengkonsumsi obat selama 3 bulan dikarenakan pasien merasa
stres kalau minum obat terus.
1
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial
Ditemukan stressor psikososial berupa masalah dengan keluarga,
pekerjaan, dan ekonomi.
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya
- Gangguan psikiatri sebelumnya 2 tahun yang lalu
- Trauma (-)
- Infeksi (-)
- Kejang (-)
- Penyalahgunaan NAPZA (-)
2
Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Pasien mendapatkan ASI dari ibunya, pertumbuhan
dan perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma
atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari
orang tua.
3
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Hubungan dengan ayah dan ibu
baik. Hubungan dengan saudara baik. Tidak ada riwayat menderita penyakit yang
sama dalam keluarga.
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama orang tuanya, bekerja sebagai guru.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.
Pasien merasa sehat dan sudah membaik. Jika keluar dari rumah sakit,
pasien ingin membantu orang tuanya untuk membersihkan rumah
serta menjaga kios.
B. Keadaan afektif
Mood : Euforia
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
4
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya konsentrasi : Terganggu
Orientasi : Baik
Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik
Pikiran abstrak : Baik
Bakat kreatif : Menari
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : auditorik berupa suara yang menyuruh
untuk mandi dalam bak
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A. Produktivitas : Banyak ide
B. Kontinuitas : Flight of idea
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. Preokupasi : Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran : Waham erotomanik berupa pasien
merasa seseorang mencintai dirinya.
5
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Terganggu
H. Tilikan (insight)
Derajat I: pasien tidak menyadari dirinya sakit dan tidak butuh
pengobatan dari dokter.
STATUS NEUROLOGIK :
Gejala rangsang selaput otak (-), pupil bulat & isokor diameter 2,5 mm,
refleks cahaya langsung/tidak langsung +/+, nn. Cranialis lain dalam batas
normal, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi susunan saraf otonom, &
refleks fisiologis juga dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.
6
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang perempuan 30 tahun MRS karena gaduh gelisah yang dialami
sejak 1 minggu yang lalu. Kejadian ini berawal ketika pasien tidak diberi
pergi untuk beribadah ke gereja. Menurut keluarga pasien bahwa pasien ini
sering mengamuk, melempar-lempar barang, memukul keluarganya, tidak
tidur malam, sering keluar berkeliaran serta sering berbicara sendiri.
Pasien sudah tidak mengkonsumsi obat selama 3 bulan
dikarenakan pasien merasa stres kalau minum obat terus.
Tampak seorang perempuan dewasa memakai daster warna
hijau tua. Postur tinggi badan pasien sekitar 150 cm, rambut
hitam pendek dan tampak teru rus, tampakan wajah pasien
sesuai dengan umurnya. Perawakan ba dan berisi. Perawatan
diri baik. Perilaku dan aktivitas psikomotor: tenang, pembicaraan:
spontan, intonasi biasa dan menjawab sesuai pertanyaan serta banyak
bicara. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, mood: euforia, afek:
terbatas, keserasian: serasi, empati: tidak dapat dirabarasakan, halusinasi
auditorik berupa suara menyuruh untuk mandi dalam bak dan terdapat
waham erotomanik, norma sosial dan uji daya nilai baik serta penilaian
realitas terganggu, tilikan I.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamanesa dan auto anamnesis ditemukan
adanya pasien yang gaduh gelisah, memukul orang lain yaitu
keluarganya, sehingga menimbulkan distres (penderitaan) bagi
dirinya dan orang lain dan juga menimbulkan dissability
(hendaya) maka pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status ditemukan
adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik dan waham erotomanik, maka pasien dapat dikatakan
mengalami gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental ditemukan adanya halusinasi auditorik dan waham
erotomanik maka dapat di diagnosis sebagai Skizofrenia.
7
Adapun untuk tipe skizofrenia, pasien tidak memenuhi kriteria
untuk diagnosis skizofrenia paranoid (halusinasi dan waham
tidak menonjol), hebefrenik (harus dilakukan pengamatan
yang bersifat kontinu selama 2-3 bulan untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas pada hebefrenik memang benar
bertahan seperti yang disebutkan dalam PPDGJ III), atau
katatonik (tidak ada stupor, rigiditas, fleksibilitas cerea,
negativism, posturing atau command automatism) sehingga
pada pasien ini didiagnosis Skizofrenia Yang Tak
Tergolongkan (F20.9).
Aksis II
Gangguan kepribadian emosional tidak stabil (F.60.3)
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan
organik.
Aksis IV
Ditemukan stresor psikososial berupa masalah dengan keluarga,
pekerjaan, dan ekonomi.
Aksis V
GAF scale 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).
8
Sosiologik
Terdapat kesulitan dalam berinteraksi yang disebabkan kurangnya
pemahaman pada keluarga dan masyarakat mengenai gangguan
yang di alami.
VII. PROGNOSIS
Dubia
Psikoterapi suportif
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
9
Sugesti: Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol).
Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam
lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit
serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang mencakup hampir
seluruh sendi kehidupan diantaranya pikiran, perasaan, perbuatan,
persepsi, keinginan, dorongan kehendak dan pengendalian. Onset
gangguan ini sulit untuk ditentukan dan biasanya didahului oleh fase
gejala ringan yang tidak konsisten yang sering kali tidak disadari baik oleh
pasien maupun keluarga (fase prodromal). Gejala skizofrenia
menunjukkan sifat yang meluas dan majemuk dan perjalanan penyakitnya
bersifat kronis dengan deteriorasi yang bergantung dari beratnya gejala,
genetik, fisik, maupun sosial budaya. Prevalensi gangguan skizofrenia
berkisar 1% dari populasi dan umumnya gejala mulai pada usia muda
(antara 16 – 25 tahun). Dalam perjalanan penyakitnya, pasien dapat
mengalami keadaan yang tetap tanpa atau hanya sedikit perbaikan; episode
berulang dengan sedikit atau gejala yang stabil; hingga bahkan mengalami
10
fase komlit atau remisi parsial.
11
- Obat-obat yang diketahui berperan dalam pelepasan dopamin
(metafetamin, meskalin, LSD) dapat menyebabkan keadaan yang mirip
dengan keadaan skizofrenia.
- Teori dopamin klasik dari skizofrenia: gejala psikotik berkaitan dengan
hiperaktivitas dari sistem dopaminergic di otak. Hiperaktivitas ini
sebagai akibat dari peningkatan sensitivitas dan densitas dari resepotr
dopamin D2 di beberapa bagian di otak. Saat ini, teori tersebut telah
berkembang meliputi beragam sistem neurotransmitter yang juga
berperan dalam etiologi skizofrenia, diantaranya neurotransmitter
serotonin, norepinefrin, glutamate, dan beberapa sistem peptida.
Sementara faktor psikososial yang dapat berperan diantaranya adanaya
ekspresi emosi yang meluap, stressor dalam kehidupan, kelas ekonomi
bawah, serta kurangnya jaringan sosial. TIpe personaliti juga memiliki
peran dimana orang dengan ciri kepribadian skizoid lebih rentan untuk
berkembang menjadi gangguan skizofrenia.
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
12
b) Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of influence: waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of
passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan tertentu dari luar; (tentang “dirinya“ = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus); Delusional perception: pengalaman inderawi yang
tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat;
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas
e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan- bulan terus menerus.
13
g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute),
dan penarikan diri secara sosial.
14
b. Pembauan / pengecap rasa, perabaan yang bersifat seksual, jarang visual
c. Waham hampirt iap jenis, tetapi yang paling khas adalah dikendalikan,
dipengaruhi, passivity, dan dikejar-kejar.
- Diagnostik pertama kali pada usia remaja atau dewasa muda (15-25
tahun)
b. Afek yang dangkal dan tidak wajar, cekikikan, rasa puas diri,
senyum sendiri, tawa menyeringai, ungkapan kata yang diulang-
ulang
15
- Terdapat lebih dari satu perilaku yang mendominasi gambaran klinisnya:
a. Stupor atau mutisme
b. Gaduh gelisah
d. Negativisme
e. Rigiditas
f. Fleksibilitas cerea
16
2. Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
17
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
– Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type
skisofrenia lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19