Anda di halaman 1dari 3

A.

Patofisiologi
Gout dimediasi oleh supersaturasi dan kristalisasi asam urat di dalam persendian.
Jumlah urat dalam tubuh tergantung pada keseimbangan antara asupan makanan, sintesis,
dan ekskresi. Hiperurisemia terjadi akibat kelebihan produksi urat (10%), dari
underexcretion of urate (90%), atau sering merupakan kombinasi keduanya.7

Peradangan pada artritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu kristal
monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini
diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan
akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular.

I. Aktivasi Komplemen
Kristal urat dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur klasik dan jalur
alternatif. Malalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa peran imunoglobulin.
Pada kadar MSU meninggi, aktivasi sistem komplemen melalui jalur alternatif terjadi apabila
jalur klasik terhambat. Aktivasi C1q mealui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan
berlanjut dengan mengaktifkan Haegeman faktor (Faktir XII) yang penting dalam reaksi
kaskade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a) merupakan proses opsonisasi. Proses
opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut mudah dikenal, yang
kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh neutrofil, monosit dan makrofag, aktivasi
komplemen C5 (C5a) menyebabkan peningkatan aktivasi proses kemotaksis sel neutrofil,
vasodilatasi serta pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF. Aktivasi C3a dan C5a menyebabkan
pembentukan membrane attack complex (MAC). MAC merupakan komponen akhir proses
aktivasi komplemen yang berperan dalam ion channel yang bersifat sitotoksik pada sel
patogen maupun sel host. Hal ini membuktikanbahwa melalui jalur aktivasi komlemen
cascade, kristal urat menyebabkan proses peradangan melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel
radang neutrofil dan makrofag.

II. Aspek Selular Artritis Gout


Pada artitis gout, berbagai sel dapat berperan dalam proses peradangan, antara lain sel
makrofag, neutrofil sel sinovial dan sel radang lainnya. Makrofag pada sinovium merupakan
sel utama dalam proses peradangan yang dapat menghasilkan berbagai mediator kimiawi
antara lain IL-1, TNF, IL-6 dan GM-CSF (Granulocyte-Macrophage-Colony-Stimulating
Factor). Mediator ini menyebabkankerusakan jaringan dan mengaktivasi berbagai sel radang
sehingga menimbulkan respons fungsional sel dan gene expression. Respons fungsional sel
radang tersebut antara lain berupa degranulasi, aktiva NADPH oksidase gene expression sel
radang melalui jalur signal transduction pathway dan berakhir denganaktivasi transcription
factor yang menyebabkan gen berekspresi dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan
mediator kimiawi lain. Signal transduction pathway melalui 2 cara yaitu, dengan mengadakan
ikatan reseptor (cross-link) atau dengan langsung menyebabkan gangguan non spesifik pada
membran sel.
Ikatan dengan reseptor (cross-link) pada sel membran akan bertambah kuat apabila kristal
urat berikatan sebelumnya dengan opsonin, misalnya ikatan dengan imunoglobulin (Fc dan
IgG) atau dengan komplemen (C1q C3b). Kristal urat mengadakan ikatan cross-link dengan
berbagai reseptor, seperti ahesion molecule (Integrin), non tyrosin kinase, reseptor FC,
komplemen dan sitokin. Aktivasi reseptor melalui tirosin kinase dan second messenge akan
mengaktifkan transcription factor. Transkripsi gen sel radang ini akan mengeluarkan berbagai
mediator kimiawi antara lain IL-1. Telah dibuktikan neutrofil yang diinduksi oleh kristal urat
menyebabkan peningkatan mikrokristal fosolipase D yang penting dalam jalur transduksi
signal. Pengeluaran mediator akan menimbulkan reaksi radang lokal maupun sistemik dan
menimbulkan kerusakan jaringan.

Anda mungkin juga menyukai