Anda di halaman 1dari 4

NOTULEN

NOTULEN Nama Pertemuan :


PERTEMUAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Peserta :
SUSUNAN
ACARA 1. Pembukaan
2. Sambutan Kepala Puskesmas
3. Sambutan arahan Ka TU
4. Sambutan Pemegang Program TB Paru
5. Hasil pencapaian Program

Pembahasan  Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis
 Penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan, tahun
1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab
kematian nomor 3 dan nomor 1 dari golongan penyakit
infeksi.
 Sebagian kuman Tuberkulosis menyerang paru dan dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karna itu perlu
diupayakan Program Penanggulangan dan Pemberantasan
Penyakit Paru
 Sejak tahun 1995, Program pemberantasan penyakit
Tuberkulosis paru telah dilaksanakan dengan strategi DOTS
(Directhy Observed Treatment Short Course) yang
direkomendasikan oleh WHO.
 Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi, menurut BANK
Dunia strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling Cost Efektif.
 Untuk keberhasilan terselenggaranya program
penanggulangan TB Paru berbagai upaya telah dilakukan
oleh petugas kesehatan diantaranya adalah penyuluhan
kepada masyarakat, pemantauan minum obat dan
penjaringan suspek TB.
 Upaya untuk mensukseskan Program DOTS di Puskesmas
Kunciran, direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai
berikut :
 Pemeriksaan specimen dahak dari setiap suspek
 Pemantauan minum obat kepada pasien TB oleh jejaring
kader Puskesmas
 Pemeriksaan kontak serumah pasien TB positif
 Penyuluhan kepada masyarakat
 Penjaringan suspek dilakukan di semua poli terkait yang
menemukan pasien dengan gejala TB, yaitu :
 batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih,
 diikuti gejala tambahan yakni batuk bercampur darah,
 batuk darah,
 sesak nafas,
 badan lemas,
 nafsu makan turun,
 berat badan turun,
 berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Setiap orang yang datang ke
Puskesmas dengan gejala tersebut dianggap sebagai suspek
pasien TB
 Pemeriksaan TCM Tes Cepat dilaksanakan di Puskesmas
kunciran yang di berikan melalui kurir sesuai dengan aplikasi
sistrus ke playanan tcm yang bekerjasama seperti RSUD
Kota Tangerang dan RS Awal Bros
 Pasien TB di terapi OAT sesuai klasifikasi dan kategorinya.
Petugas TB menyediakan OAT untuk langsung diberikan
kepada pasien.
 Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat dan dalam jumlah cukup dan dosis tepat.
 - Perlu adanya seorang pengawas menelan obat
(PMO) untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat.
 - Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap
awal/intensif dan tahap lanjutan.

 Pengobatan dengan keadaan khusus


 TB dengan kehamilan : aman untuk kehamilan, kecuali
Streptomisin tidak dapat dipakai oleh kehamilan
 TB Menyusui dan bayinya : aman untuk ibu menyusui, bayi
usia kurang dari 5 thn diberi obat pencegahan INH
 TB dengan Kontrasepsi : Rifampisin beriteraksi dengan
Kontrasepsi hormonal ( Pil KB, Suntikan KB dan Susuk) dapat
menurunkan efektifitas kontrasepsi, disarankan memakai
kontrasepsi non hormonal
 TB dengan Hepatitis Akut : ditunda pengobtan dirujuk ke rs
 TB dengan kelainan hati kronik : bila SGOT dan SGPT ada
peningkatan 3 kali Pengobtan TB di tunda, bila tidak kurang
dari 3 kali pengobtan diteruskan dengan pengawasan ketat
 TB dengan Gagal Ginjal : rujuk ke RS
 TB Dengan DM : rujuk RS penggunaan rifampisin mengurangi
efektifitas obat anti diabetes hati hati dengan kom[likasi
retinopathy diabeticum,
 TB dengan HIV dirujuk ke RS

Kolaborasi Lintas Program TB Paru dengan HIV


- Prevalensi pasien HIV pada Pasien TBC lebih tinggi dari
prevalensi HIV dibeberapa polulasi kecil
- Prevalensi HIV pada pasuien TBC 2.4 %
- Pasien TBC sudah ada layanan
- Pasien TBC dengan HIV memiliki resiko kematian lebih
tinggi disbanding dengan pasien tbc ranpa HIV
- 25% Kematian ODHA disebabkan oleh TBC
- Pasien TBC adalah salah satu sasaranuntuk test HIV dan
sebaliknay pada SPM bidang kesehatan.
- Setiap pasien pasien TBC harus di tawarkan pemeriksaan
mengenai riwayat hiv dan diperiksa test hivnya
- Bila hv positive diberikan ARV 2-8minggu setelah
pemberian \OAT
- Jika pasien enolak pemeriksaan HIV minta pasien untuk
test hiv pada kunjungan berikutnya
- Bila masih menolak rujuk ke konselor hiv

Kolaborasi TB PAru dengan KIA


-Bila Pasien \kia dengan riwayat atau gejala paru, pasien dirujuk
internal ke poli paru
-pemeriksaan tb paru bila ditemui gejala batuk lebih dari 2 minggu
demam tinggi, berat badan menurun, sesak nafas, lemes, batuk
berdarah
- pengobtan tb ibu hamil dan menyusui sesuai denga pengobtan
tb pada keadaan khusus

Kolaborasi TB Paru dan MTBS


- Bila ditemukan pasien anak dengan gejala TB,
dikonsultasikan kepoli paru untuk penanganannya
- Untuk pemeriksaan pada anak biasa dilakukan
pemeriksaan test mantaoux atau tcm bila pasien batuk
berdahak
- Bila ada keluarga pasien pengobtan paru dan terdapat
anak usia < 5 tahun pasien anak diberikan obat
pencegahan tb selama 3 bulan yaitu obat INH

Kolaborasi TB paru dan GIZI


- Setiap pasien dengan penderita TB yang berobat di pkm
harus diperhatikan setatus gizinya,

Kolaborasi TB Paru dengan PTM


- Setiap pasien TB Paru dana tau suspect tb paru di
tanyakan riwayat penyaki diabetes mellitus bila tidak ada
riwayat disarankan diperiksa gula darahnya.

Kesimpulan
Belum terjalan dengan baik kolaborasi TB Paru dengan Lintas
Program
Pencapain Program Belum dimasukan kolaborasi lintas program
Pencatatan pelaporan tb paru masih sedikit yang memasukan
data pasien HIV dan DM

Penutup mengucapkan Alhamdulillah


Notulen

Anda mungkin juga menyukai