PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh
di setiap 100.000 kelahiran hidup. [Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017]
Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia.
AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap dua jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Upaya
penurunan AKI difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang terjaid 90%
pada saat persalinan yaitu perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi11%, komplikasi
purperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3% dan lain-
lain. [Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2013.] prnyebab tidak langsung kematian ibu adalah “tiga
terlambat” dan “empat terlalu”, yaitu terlambat terlambat mengenal tanda bahaya serta
mengambil keputusan, terlambat menvapai sarana fasilitas kesehatan, terlambat
mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan dn faktor “empat terlalu” adalah terlalu
muda melahirkan kurang dari 20 tahun, terlalu sering melahirkan lebih dari tiga anak,
terlalu dekat jarak anak kurang dari dua tahun dan terlalu tua untuk melahirkan lebih
dari 35 tahun. [Maria C. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya
Kehamilan dengan Keteraturan Melaksanakan Antenatal Care di Puskesmas Pembantu
Dauh Puri Denpasar Tahun 2014. Jurnal Kebidanan/Midewifery Medical Journal.
1(1).]
Dalam rangka upaya percepatan penurunan AKI maka pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah
kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Program EMAS berupaya menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui : 1) meningkatkan kualitas
pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK
dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan 2) memperkuat sistem rujukan yang
efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. [Profil Kesehatan Indonesia tahun
2017]
AKI tidak hanya mapu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu
menilai derajatt kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Upaya menurunkan
AKI (hamil, melahirkan, dan nifas) sangat dibutuhkan pelayanan antenatal care (ANC)
yang berkualitas sesuai standar kebijakan Pemerintah, yaitu sekurang-kurangnya 4 kali
selama masa kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan
2 kali pada trimester ketiga [Departemen Kesehatan RI. Profl Kesehatan Indonesia
2011. Pusat data dan informasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2012] yang
dilakukan oleh bidan dan atau dokter dan atau dokter spesialis kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki
Surat Tanda Register (STR).[ ] Dalam melakukan ANC, dapat dilakukan dibeberapa
tempat yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, pondok bersalin, rumah
bersalin, dan praktik swasta. Asuhan antenatal terfokus untuk mempersiapkann
kelahiran, tanda-tanda bahaya, dan memastikan kesiapanmenghadapi komplikasi
kehamilan. Asuhan antenatal yang merupakan upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. [ ] Standar wkatu pelayanan
tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan , dan penanganan dini komplikasi
kehamilan. [ ] Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak
akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan
risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan
janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. [ ]
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu kepada
intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga
Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri
Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga)
pesan kunci yaitu :
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan berdasarkan
rekomendasi dari WHO, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14
minggu Tujuannya :
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan persalinan
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu Tujuannya :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan
3) Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan setelah
36 minggu sampai lahir. Tujuannya :
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3) Memantapkan rencana persalinan
4) Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Tujuan dari ANC meliputi :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan
yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).
d. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri).
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 270 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus).
i. Tatalaksana kasus.
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
a. Kebutuhan
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan
mahluk hidup dalam akitvitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan)
berusaha.Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,
yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan
sehari-hari, selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam
kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan
kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu
dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat,
semakin tinggi/banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan dilakukan oleh ibu hamil,
bila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dapat dikatakan bahwa
faktor-faktor kebutuhan ini merupakan dasar dan stimulus paling
langsung untuk menggunakan sarana kesehatan dalam menjaga
kesehatannya selama kehamilan.
b. Harapan
Seseorang termotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan
keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga
diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan,
misalnya ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan
dengan harapan agar kesehatannya selama kehamilan terjamin, dan
apabila ada gejala/tanda komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sedini
mungkin serta apabila ada komplikasi yang terjadi dapat segera
diatasi/ditangani.
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal
tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya
tanpa ada pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin
bertemu dengan tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dengan
tujuan untuk mengetahui keadaan/status kesehatan kehamilannya.
d. Dukungan Suami dan Keluarga
Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan keluarga dan
budaya yang kompleks atau bermacam-macam.Pada kenyataanya
peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam
mendukung perilaku atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2003)
menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan antara
lain oleh ada atau tidaknya dukungan masyarakat sekitarnya (social
support). Orang yang tinggal dilingkungan yang menjunjung tinggi
aspek kesehatan akan lebih antusias dalam menjaga kesehatannya.
Sebaliknya mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola hidup tidak
sehat/tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak perduli
dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan kesehatan secara teratur.
e. Imbalan
Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga
orang tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu melakukan
pemeriksaan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu akan
mendapatkan imbalan seperti makanan tambahan, susu, atau vitamin
secara gratis. Imbalan yang positif ini akan semakin memotivasi ibu
untuk datang ketenaga kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu keadaan/kejadian yang dialami ibu pada
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki
pengalaman buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Akin dalam Adhaniyah
mengatakan bahwa pengalaman di masa lalu dalam kehamilan,
persalinan dan pelayanan kesehatan mempunyai efek sangat besar
terhadap pengetahuan, sikap, dan penggunaan pelayanan kesehatan ibu.
Serta pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
sebelumnya akan berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan
pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat melakukan
pemeriksaan pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang
antusias dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut
pengalaman yang lalu akan terulang kembali.
g. Sikap
Menurut Sarwono sikap merupakan potensi tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan
seorang ibu hamil yang bersikap positif terhadap perawatan kehamilan
(ANC) cenderung akan mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan
ANC. Hal ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu
hamil yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC)
selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan risiko yang mungkin
terjadi selama hamil. Sikap ibu terhadap pelayanan antenatal care
berperan dalam pemeriksaan kehamilan secara teratur.
h. Pengetahuan
Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat
menyiapkan fisik atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama
sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau psikologis bisa ditemukan
secara dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi
yang sehat.
i. Ekonomi/Penghasilan
Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.Penghasilan keluarga juga
menentukan stasus sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi
merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat
yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan,
karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan.Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada
umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang
dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan
dalam mengatasi berbagai masalah tersebut. Menurut WHO faktor
ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini
komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi
seseorang dalam bertindak termasuk tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan
dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan
cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu
tahun. [ ]
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementrian Kesehatan
memperlihatkan bahwa data proporsi pemeriksaan kehamilan (anc akses) pada
perempuan umur 10-54 tahun menurut provinsi di indonesia selama periode 5 tahun
terakhir pada tahun 2013 – 2018 yaitu tahun 2013 sebesar 95.2 % dan tahun 2018
sebesar 96.1 %. Cakupan ANC pertama pada trimester 1 selama periode 5 tahun
terakhir pada tahun 2013 – 2018 yaitu tahun 2013 sebesar 81.3 % dan tahun 2018
sebesar 86 %. Cakupan K4 selama periode 5 tahun terakhir pada tahun 2013 – 2018
yaitu tahun 2013 sebesar 70 % dan tahun 2018 sebesar 74.1 %. [ ]
Selama tahun 2006 sampai tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 cenderung meningkat. Jika dibandingkan dengan target Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan tahun 2017 yang sebesar 76%, capaian tahun 2017 telah
mencapai target tahun tersebut walaupun masih terdapat 11 provinsi yang belum
mencapai target.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak
hanya dari sisi akses. Kualitas pelayanan yang diberikan juga harus ditingkatkan, di
antaranya pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil harus diberikan
saat kunjungan. Dalam hal ketersediaan sarana kesehatan, hingga bulan Desember
2017, terdapat 9.825 puskesmas. Keberadaan puskesmas secara ideal harus didukung
dengan aksesibilitas yang baik. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan aspek
geografis dan kemudahan sarana dan prasarana transportasi. Dalam mendukung
penjangkauan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas juga sudah
menerapkan konsep satelit dengan menyediakan puskesmas pembantu.
B. Data Geografi
1. Data Geografi Kecamatan Makasar
Kecamatan Makasar merupakan salah satu kecamatan di Kota
Administrasi Jakarta Timur yang terletak antara 106049’35” Bujur Timur dan
06010’37” Lintang Selatan, memiliki luas wilayah 21,85 Km2. Luas wilayah
itu merupakan 11,62 persen luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang
sebesar 188,03 Km2, terdiri atas 5 kelurahan, 53 Rukun Warga (RW) dan 571
Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 206.941 jiwa.
Daftar 5 wilayah kelurahan beserta luas wilayah
Kelurahan Luas Wilayah %
Pinang Ranti 2,35 10,76
Makasar 1,61 7,37
Kebon Pala 2,29 10,48
Halim Perdana Kusuma 13,07 59,82
Cipinang Melayu 2,53 11,58
Adapun wilayah Kecamatan Makasar memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah utara : Kecamatan Jatinegara.
- Sebelah timur : Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi Jawa Barat.
- Sebelah selatan : Kecamatan Kramat Jati.
- Sebelah barat : Kecamatan Cipayung
2. Data Geografi Kelurahan Kebon Pala
Kelurahan Kebon Pala merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Makasar Kota Administrasi Jakarta Timur. Luas Wilayah
Kelurahan Kebon Pala adalah 229,50 Ha. Dimana Kelurahan Kebon Pala terdiri
dari 12 RW dan 144 RT, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Bagian Batas Wilayah
Utara Jl. Trikora Halim Perdana Kusuma
Timur Kali Cipinang / Patok TNI – AU
Selatan Jl. Komodor Halim P.K / Jl. Cililitan Besar
Barat Jl. Tol Jagorawi / Jl. Mayjen Panjaitan / Jl. Mayjen Sutoyo
C. Data Demografi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Kebon Pala Kecamatan
Makasar Kota Administrasi Jakarta Timur, tahun 2018 berjumlah 56.264 jiwa,
terdiri dari 28.515 (50,68%) laki-laki dan 27.749 (49,31%) perempuan.
1. Struktur Penduduk
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Kebon Pala 2018
Kelompok Umur
No. Jumlah Penduduk
(tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 2701 3433 6134
2 5-9 2004 2358 4362
3 10 - 14 2269 2796 5065
4 15 - 19 2547 2142 4689
5 20 - 24 3088 3156 6244
6 25 - 29 1998 3489 5487
7 30 - 34 3426 2368 5794
8 35 - 39 3315 1590 4905
9 40 - 44 2718 1597 4315
10 45 - 49 1531 1538 3069
11 50 - 54 1228 1446 2674
12 55 - 59 1220 1115 2335
13 60 - 64 190 329 519
14 65 - 69 212 208 420
15 70 – 74 36 135 171
16 75 Keatas 32 49 81
Jumlah 28515 27749 56264
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Kebon Pala 2018
No RW Jumlah RT Jumlah Jiwa
1 1 14 4832
2 2 15 4842
3 3 9 4578
4 4 14 4791
5 5 14 4780
6 6 7 4624
7 7 12 4699
8 8 14 4623
9 9 16 4979
10 10 11 4585
11 11 9 4484
12 12 9 4447
75 Keatas
70 – 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
41913
10-15
43713
5-9
0-4
Wanita Laki-laki
Daftar Jumlah RT/RW di Kelurahan Kebon Pala
No RW Jumlah RT Jumlah Jiwa
1 1 14 4832
2 2 15 4842
3 3 9 4578
4 4 14 4791
5 5 14 4780
6 6 7 4624
7 7 12 4699
8 8 14 4623
9 9 16 4979
10 10 11 4585
11 11 9 4484
12 12 9 4447
JUMLAH 144 56264
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Kebon Pala 2018
Tabel. Data Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Kebon Pala
No Pemeluk Agama Jiwa %
1 Islam 44543 79.17
2 Protestan 4232 7.52
3 Katolik 4274 7.60
4 Hindu 1563 2.78
5 Budha 1652 2.941
Jumlah 56264 100
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Kebon Pala 2018
2. Fasilitas
- Fasilitas kesehatan di Wilayah Kelurahan Kebon Pala
Tabel. Sarana Kesehatan
No Jenis Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas 1
3 RS Bersalin 1
4 Poli Klinik 1
5 BKIA 7
6 Apotek 2
7 Dokter Praktek 7
8 Bidan 8
Jumlah 27
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Kebon Pala
2018
- Tenaga Medis/Kesehatan
No Jenis Jumlah
1 Dokter Umum 6
2 Bidan 6
3 Apotek 2
Jumlah 14
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan
Kebon Pala 2018
6
8%
5
11% 2
19%
4
11%
3
17%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Melakukan pretest tentang pengetahuan ibu hamil puskesmas Kelurahan Kebon Pala,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur yang berhubungan dengan Antenatal Care.
Tabel 1. Jumlah Orang yang Menjawab Benar
No Pengetahuan Pre-test
N %
1 Yang mengetahui 14 93,33
pengertia ANC
2 Yang mengetahui 13 86,67
tujuan ANC
3 Yang mengetahui 7 45,67
waktu pertama kali
kunjungan ke ANC
4 Yang mengetahui 4 26,67
minimal banyaknya
kunjungan ANC
5 Yang mengetahui 8 53,33
banyaknya
kunjungan ke ANC
pada usia kandungan
sebelum 3 bulan
6 Yang mengetahui 7 45,67
banyaknya
kunjungan ke ANC
pada usia kandungan
4-6 bulan
7 Yang mengetahui 5 33,33
banyaknya
kunjungan ke ANC
pada usia kandungan
7-9 bulan
8 Yang mengetahui 5 33,33
standar pelayanan
yag dilakukan ANC
9 Yang mengetahui 8 53,33
3risik ibu hamil
memiliki LiLA = 23
10 Yang mengetahui 5 33,33
bamyaknya
pemberian imunisasi
TT
11 Yang mengetahui 6 40
waktu pemberian
imunisasi TT 3
12 Yang mengetahui 2 13,33
banyaknya tablet Fe
yang diminum ibu
hamil
13 Yang mengetahui 5 33,33
pemeriksaan
laboratorium wajib
14 Yang mengetahui 7 45,67
kapan dapat
dilakukan
pemeriksaan denyut
jantung janin
15 Yang mengetahui 9 60
tujuan pengukuran
tinggi rahim
Keterangan :
Tingkat pengetahuan dilihat dari nilai rata-rata responden
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐫𝐞𝐬𝐩𝐨𝐧𝐝𝐞𝐧
Nilai rata-rata =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐫𝐞𝐬𝐩𝐨𝐧𝐝𝐞𝐧
𝟒,𝟔𝟕+𝟑,𝟑𝟑+𝟓,𝟑+𝟓,𝟑+𝟔+𝟐+𝟔,𝟔𝟕+𝟒,𝟔𝟕+𝟒,𝟔𝟕+𝟒,𝟔𝟕+𝟑,𝟑𝟑+𝟔,𝟔𝟕+𝟓,𝟑+𝟒,𝟔𝟕+𝟓,𝟑
=
𝟏𝟓
𝟕𝟐,𝟓𝟓
= = 4,83
𝟐𝟏
10.000,-
60.000,-
300.000,-
10.000,-
Flipchart (print dan jilid spiral) @ Rp. 1.000,- x 10 = Rp.
10.000,-
10.000,-
60.000,-
300.000,-
VI. EVALUASI
a. Evaluasi Input
Pada pelaksanaan intervensi dibawakan oleh 1 orang dokter melakukan
jalannya intervensi sesuai dengan jadwal perencananya tetapi untuk alat
peraga presentasi tidak sesuai sebelumnya.
Petugas puskesmas/kader yang hadir saat pelaksanaan berjumlah 1
orang. Yang hadir saat intervensi adalah petugas puskesmas (bidan).
Pelaksanaan intervensi menggunakan flipchat yang awalnya menurut
perencanaan menggunakan presentasi powerpoint yang dikarenakan
tidak adanya proyektor.
b. Evaluasi Proses
Tempat pelaksana intervensi sesuai dengan perencanaan yaitu di ruang
serbaguna Puskesmas Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar,
Kota Administratif Jakarta Timur.
Jumlah peserta yang hadir .... orang tidak sesuai dengan perenanaan
yaitu 20 orang.
Waktu pelaksanaan intervensi sesuai dengan perencanaan yaitu jam
09.00-10.00 WIB.
Suasana pelaksanaan cukup kondusif namun diakibatkan kelas ibu hamil
diadakan bersamaan dengan jam praktik poli KIA jadi terkadang ada ibu
hamil yang dipanggil ketika dilakukan intervensi
c. Evaluasi Output
Tabel 1. Hasil Perbandingan Nilai PreTest dan PostTest
NO Pretest Postest
1 4,67 8
2 3,33 5,3
3 5,3 9,3
4 5,3 7,3
5 6 9,3
6 2 9,3
7 6,67 8,67
8 4,67 8
9 4,67 8,67
10 4,67 8,67
11 3,33 7,3
12 6,67 9,3
13 5,3 8,67
14 4,67 8
15 5,3 9,3
Rata-rata 72,55/15 = 4,83 125,08/15 = 8,33
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ANC hasil pretest rata-rata dari 15 responden
adalah 4,83. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test rata-rata dari 15
responden 8,33. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 3,5
pada ibu hamil Puskesmas Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Tabel 2. Peningkatan Pengetahuan Dilihat dari Jumlah Orang yang Menjawab Benar
Pretest Posttest Kenaikan
No Pertanyaan N % N % N %
1 Yang mengetahui 14 93,33 15 100 1 6,67
tentang ANC
2 Yang mengetahui 13 86,67 14 93,33 1 6,67
tujuan ANC
3 Yang mengetahui 7 45,67 14 93,33 7 45,67
waktu pertama
kali kunjungan ke
ANC
4 Yang mengetahui 4 26,67 11 73,33 7 45,67
minimal
banyaknya
kunjungan ANC
5 Yang mengetahui 8 53,33 13 86,67 5 33,33
banyaknya
kunjungan ke
ANC pada usia
kandungan
sebelum 3 bulan
6 Yang mengetahui 7 45,67 13 86,67 6 40
banyaknya
kunjungan ke
ANC pada usia
kandungan 4-6
bulan
7 Yang mengetahui 5 33,33 11 73,33 6 40
banyaknya
kunjungan ke
ANC pada usia
kandungan 7-9
bulan
8 Yang mengetahui 5 33,33 14 93,33 9 60
standar pelayanan
yag dilakukan
ANC
9 Yang mengetahui 8 53,33 13 86,67 5 33,33
3risik ibu hamil
memiliki LiLA =
23
10 Yang mengetahui 5 33,33 14 93,33 9 60
bamyaknya
pemberian
imunisasi TT
11 Yang mengetahui 6 40 10 66,67 4 26,67
waktu pemberian
imunisasi TT 3
12 Yang mengetahui 2 13,33 14 93,33 12 80
banyaknya tablet
Fe yang diminum
ibu hamil
13 Yang mengetahui 5 33,33 13 86,67 8 53,33
pemeriiksaan
laboratorium
wajib
14 Yang mengetahui 7 45,67 11 73,33 4 26,67
kapan dapat
dilakukan
pemeriksaan
denyut jantung
janin
15 Yang mengetahui 9 60 14 93,33 5 33,33
tujuan pengukuran
tinggi rahim