PENDAHULUAN
Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak
searah. Strabismus merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada
arah atau jauh penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak
penglihatan. Strabismus dapat ditimbulkan oleh cacat motorik, sensorik atau sentral.
Strabismus pada arah horizontal terbagi atas esotropia dan eksotropia. 1 Esotropia
dikenal juga sebagai strabismus konvergen yang terbagi menjadi esotropia infantil,
adalah strabismus konvergen yang terkait dengan refleks akomodatif dapat terjadi
pasien berusia 7 tahun di Denmark pada studi kohort hampir 100000 anak yang lahir
pada tahun 1996 sampai 2003 sekitar 2.5%. Insidens Esotropia di Denmark 5 kali
yang paling umum. Disisi lain, pada studi populasi di Asia menunjukan bahwa kasus
eksotropia lebih banyak daripada esotropia. Pada studi populasi pada anak pre-school
pasien dengan down syndrome, dan cerebral palsy. Bayi yang lahir prematur dengan
berat badan lahir rendah memiliki risiko yang lebih besar mengalami strabismus
1
dibanding dengan bayi yang lahir cukup bulan. Prevalensi strabismus juga lebih
tinggi pada pasien yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami strabismus. 4
Penegakan diagnosis dini dan penangangan yang tepat pada pasien dengan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak
searah. Strabismus merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada
arah atau
jauh penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan. Str
Cacat sensorik disebabkan oleh penglihatan yang buruk, tempat ptosis, palpebral,
Parut Kornea Katarak Kongenital Cacat Sentral akibat kerusakan otak. Cacat sensorik
dan sentral menimbulkan strabismus konkomitan atau non paralitik. Cacat motorik
seperti paresis otot mata akan menyebabkan gerakan abnormal mata yang
Esotropia adalah jenis strabismus atau misalignment mata. Istilah ini berasal dari
2 kata Yunani: Eso, yang berarti ke dalam, dan trépò, berarti giliran. Dalam esotropia,
mata disilangkan, yaitu, sementara satu mata melihat lurus ke depan, mata lainnya
adalah berpaling ke arah hidung. Penyimpangan ini ke dalam mata dapat mulai sejak
3
Esotropia akomodatif (AET) adalah intermiten yang didapat atau strabismus
konvergen konstan yang terkait dengan akivasi refleks akomodatif. Pertama kali
dideskripsikan oleh Donders pada tahun 1864, hal ini disebabkan sepenuhnya atau
sebagian dari hipopia yang tidak terkoreksi atau hubungan akomodatif / akomodasi
(AC / A) yang abnormal dan tidak normal. 1,2 Diperlukan akomodasi yang berlebihan
akomodatif dan esotropia. Tidak seperti jenis esotropia lainnya, AET dikoreksi
sepenuhnya atau dikurangi oleh 10 diopters prisma (PD) atau lebih ketika pasien
memakai lensa korektif untuk jumlah penuh dari hyperopia atau lensa bifocal untuk
Dalam sebuah studi di Texas, USA, dari 95 pasien dengan AET, lebih dari 90%
memiliki setidaknya 1 relatif yang terkena. Secara keseluruhan, 25% dari kerabat
tingkat pertama (saudara kandung dan orang tua) kemungkinan akan terpengaruh, dan
sekitar 12% dari kerabat tingkat kedua (kakek-nenek, bibi, paman) kemungkinan
ketiga dan keempat. AET adalah strabismus masa kanak-kanak yang paling umum.
keseluruhan dari AET adalah 50,3 kasus per 100.000 anak-anak yang lebih muda dari
umum, memiliki keseluruhan kejadian 32,1 kasus per 100.000 anak-anak lebih muda
4
dari 19 tahun. Pada 221 anak-anak dengan berbagai jenis esotropia, 117 (53%)
memiliki beberapa bentuk AET.8 AET didiagnosis hampir 10 kali lebih sering
daripada infantil atau esotropia kongenital. AET memiliki usia rata-rata onset 2,5
tahun dengan rentang yang biasa dari 1 hingga 7 atau 8 tahun. Itu bisa dimulai dalam
tahun pertama kehidupan, 9-11 terutama ketika jumlah hiperopia melebihi 3 dioptri
(D).6
yang hilang seluruhnya pada saat melihat jarak jauh dan dekat ketika pasien
5
Kesalahan bias biasanya berkisar dari 2 D sampai 6 D hyperopia. Meskipun
tidak ada hubungan antara jumlah hyperopia dan besarnya esotropia, telah tersirat
bahwa jumlah hyperopia yang menjadi penyebab RAET berbanding terbalik dengan
RAET biasanya dimulai sebagai esotropia intermittent dan variabel. Orang tua
sering melaporkan bahwa mata anak mereka sejajar untuk beberapa waktu tetapi
menjadi tidak sejajar ketika anak lelah atau sedang melihat dekat. Setiap anak yang
Seorang anak dengan hiperopia yang tidak dikoreksi ketika mengakomodasi matanya
akan menjadi ganda (diplopia). Dengan adanya diplopia maka akomodasi dari mata
akan terganggu keadaan ini akan mengakibatkan keadaan esotropia kembali. Karena
akomodasi berfluktuasi selama tahap awal, penting untuk selalu menggunakan target
fiksasi yang memerlukan akomodasi akurat ketika mengukur deviasi dan bukan
6
menggunakan senter. Esotropia intermiten biasanya berubah menjadi esotropia
menjadi lebih buruk dan ini paling sering setelah perawatan dimulai. Ini karena
dengan kacamata, anak itu dapat melihat dengan jelas sepanjang waktu. Tetapi ketika
kacamata dilepaskan untuk waktu yang singkat (misalnya, waktu mandi) anak dengan
cepat kembali menjadi esotropik. Kejadian umum ini harus dijelaskan kepada orang
tua sebelumnya.2
Lensa kontak dapat diresepkan untuk anak-anak yang lebih tua dan remaja
yang memiliki RAET. Secara teoritis, anak hiperopia yang memakai lensa kontak
membutuhkan lebih sedikit akomodasi dibandingkan saat memakai kacamata, hal ini
membuat lensa kontak lebih efektif untuk RAET dengan AC / A tinggi. Namun,
ketika menggunakan lensa kontak, faktor seperti standar hygiene, tidak adanya
infeksi mata berulang, kepatuhan yang baik, dan pasien dan motivasi orang tua juga
harus menjadi perhatian yang penting. Oleh karena itu, lensa kontak harus digunakan
dicirikan dengan esotropia minimal atau tidak ada esotropia pada saat melihat jarak
7
jauh dan esotropia yang lebih hebat akan muncul pada saat melihat jarak dekat
heterophorik atau orthophorik pada saat melihat jauh dan menjadi esotropik saat
melihat dekat.2
kurang. Untuk NRAET, penyebab strabismus disini dikarenakan AC/A yang tinggi
karena kesalahan bias tidak bersifat kausatif. Pada esotropia akomodatif akibat rasio
konvergensi akomodatif terhadap akomodasi (rasio AC/A) yang tinggi, deviasi lebih
besar pada penglihatan dekat daripada penglihatan jauh. Kesalahan refraksinya adalah
hiperopia. Terapi adalah kacamata dengan refraksi siklopegik penuh ditambah bifokal
Dengan usia rata-rata onset yang mirip dengan RAET, NRAET relatif jarang
terjadi dan hanya terdiri dari 5% dari semua jenis esotropias. Ada potensi yang baik
untuk mencapai penglihatan yang normal dan stereopsis bermutu tinggi dengan
pengobatan yang tepat sasaran dan pengobatan yang tepat waktu. Amblyopia
biasanya terjadi pada pasien yang juga memiliki anisometropia dalam jumlah yang
besar.2
utama untuk pengobatan adalah koreksi refraksi penuh dengan lensa bifocal (lihat
Gambar 4).
8
2.3.3 Partial Accommodative Esotropia
menetap saat anak memakai kacamata koreksi hiperopia yang maksimal atau bifokal.
Esotropia berkurang 10 PD atau lebih saat melihat jauh dan dekat ketika kacamata
hiperopia dipakai tetapi tidak sepenuhnya hilang. PAET juga dapat mewakili RAET
yang telah memburuk karena pengobatan yang tertunda atau tidak lengkap atau
PAET adalah strabismus yang konstan dan sebagian besar berupa strabismus
unilateral dan biasanya disertai ambliopia, penekanan, dan keadaan retina yang
memiliki anomali. Tidak seperti RAET dan NRAET, potensi untuk mencapai
penglihatan yang normal dan stereopsis bermutu tinggi biasanya sulit dicapai.
semakin muda pasien saat esotropia berkembang dan semakin lama mata terus
penglihatan normal.2
9
Metode yang digunakan untuk mengobati komponen nonaccommodative
esotropia tergantung pada besarnya dan potensi pasien untuk mencapai penglihatan
normal. Potensi untuk penglihatan normal dapat ditentukan menggunakan tes fusi
sensorik seperti uji Worth 4-dot pada jarak jauh dan dekat.2
bedah sesuai dengan status fusional pasien. Ini biasanya melibatkan terjadinya resesi
otot rectus medial pada esotropia yang tersisa saat anak memakai kacamata hyperopic
kacamata hiperopia.2
pasien dengan down syndrome, dan cerebral palsy. Bayi yang lahir prematur dengan
berat badan lahir rendah memiliki risiko yang lebih besar mengalami strabismus
dibadning dengan bayi yang lahir cukup bulan. Prevalensi strabismus juga lebih
tinggi pada pasien yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami strabismus. Akan
tetapi faktor genetik yang berkaitan terhadap strabismus ataupun keadaan yang dapat
Riwayat keluarga
risiko esotropia akomodatif pada anak dengan hiperopia pada 95 keluarga pasien
10
dengan esotropia berusia 18 bulan hingga 60 bulan, didapatkan bahwa riwayat
esotropia. Lebih dari 75% pasien dengan esotropia memiliki orang tua, paman,
bibi, dan, kakek nenek dengan esotropia dan > 90% anak memiliki setidaknya
Hyperopia
dan strabismus. Anak yang mengalami hiperopia pada saat bayi dapat mengalami
ambliopia dan strabismus pada usai 4 tahun.7 Hyperopia yang tidak terkoreksi
dan 30 prisma dioptri, penyimpangan serupa terjadi dalam jarak jauh dan dekat,
dan jumlah rata-rata besar hiperopia adalah +4 dioptri (kisaran +3,00 hingga +
10,00 Dioptri).8 akan tetapi, anak dengan Lebih dari 30% anak yang mengalami
hiperopia lebih dari +4 dioptri akan mengalami esotropia pada usai 3 tahun.7
AC/A Rasio
melihat dekat, hal ini disebabkan karena terjadi akibat konvergensi berlebihan.
11
Pada AC/A rasio yang tinggi deviasinya lebih tinggi pada saat melihat dekat
Usia Lanjut
Pada usia lanjut kasus esotropia diduga lebih sering disebabkan oleh
akibat dari kelainan defisit neurologi. Menurut Clark dan Demer, jalur horizontal
dari otot rektus berpindah lebih inferior pada usia lanjut dibanding pada usai
Oleh karena itu, mungkin karena jalur otot rektus lateral lebih bergerser daripada
jalur otot rektus medial sehingga terjadi ketidakseimbangan yang berakibat bias
Missaligment esodeviasi atau mata juling kearah dalam yang dapat terlihat pada
satu atau dua mata pasien. Keadaan esotropia pada awalnya muncul secara
intemiten. Orang tua seringkali melaporkan bahwa mata anaknya sejajar akan
tetapi menjadi juling saat anak kelelahan atau berusaha memfokuskan mata untuk
12
Diplopia merupakan keluhan lain yang sering muncul pada pasien dengan
esotropia. Hal ini disebabkan karena fovea menerima bayangan yang berbeda dari
kedua mata. Obyek yang terlihat oleh salah satu fovea dicitrakan pada daerah
retina perifer dimata yang lain. Bayangan fovea terlokalisasi tepat di depan,
sedangkan bayangan retina perifer dari obyek yang sama di mata yang lain
dilokalisasi di daerah yang lain sehingga obyek yang sama terlihat di dua tempat
atau diplopia.9
Ambliopia atau lazy eyes merupakan manifestasi yang juga sering terjadi pada
anak dengan esotropia. Setidaknya ambliopia terdapat pada 60% anak dengan
biasanya dengan derajat sedang dan dengan visus tidak lebih buruk dari 20/60. 10
Hal ini, disebabkan karena otak melakukan kompensasi agar mata tidak melihat
Pada anak yang lebih besar, gejala lain yang mungkin dialami adalah berupa sakit
13
2.6 Patofisiologi Esotropia Akomodatif
akomodasi fisiologi yang normal disertai respon konvergensi yang berlebihan, tetapi
divergensi fusi relatifnya tidak cukup untuk menahan mata tetap lurus. Terdpat dua
1) Hiperopia yang cukup tinggi, yang memerlukan akomodasi kuat (sehingga terjadi
esotropia..
2) AC/A rasio yang tinggi, yang disertai hiperopia ringan sampai sedang.
14
kenaikan kekuatan lensa supaya bisa memfokuskan bayangan dalam jarak dekat.
Konvergensi adalah mempertahankan kedua mata terfiksasi pada obyek. Dan yang
dimaksud dengan AC/A rasio adalah besar perubahan dalam konvergensi untuk suatu
berakomodasi, semua sinar sejajar yang data ng dari benda-benda dengan jarak tak
terhingga dibiaskan dibelakan retina, dan sinar divergen yang datang dari benda-
Saat melihat obyek dalam jarak dekat di butuhkan 3 hal utama; konvergensi
( posisi kedua mata terfiksasi pada obyek sehingga bayangan jatuh tepat di fovea),
miosis (sinar divergen yang datang difokuskan ke lensa sehingga bayangan dapat
jatuh tepat di fovea), akomodasi (lensa akan menjadi lebih cembung untuk
fovea). Sehingga untuk melihat dengan lebih jelas pada pasien hipermetropi maka di
perlukan kerja mta yang lebih kuat dalam konvergensi, miosis dan akomodasi
Pada orang dengan hiperopia tinggi dan tidak terkoreksi untuk melihat dengan
jelas maka dapat menyebabkan reflek akomodasi yang berlebih yang juga
15
terkuat dan berfungsi menjang fusi ( obyek yang sama yang dilihat pada mata kanan
dan kiri diproyeksikan sebagai single obyek, sehingga tidak terjadi diplopia).
Konvergensi diimbangi dengan gerak Divergensi yang terjadi bila kedua mata
bergulir ke arah temporal bila melihat obyek yang tadinya dekat menjauh dari mata.
pasien esotropia akomodatif karena hiperopia lama dan tidak terkoreksi gerakan
AC/A rasio diukur untuk menentukan perubahan konvergensi akomodatif yang terjadi
ketika akomodasi pasien terstimulasi atau terelaksasi. Nilai normal AC/A rasio
adalah 4-6 PD. Dengan demikian akomodasi terkait dengan konvergensi, dimana
semakin besar akomodasi semakin besar pula konvergensi. Akomodasi juga diketahui
terjadinya konvergensi bola mata ketika akomodasi itu terjadi.14 Besarnya akomodasi
dalam dioptri yang diperlukan untuk berfokus pada obyek dalam jarak tertentu
merupakan nilai kebalikan jarak fiksasi dalam meter. Konvergensi diukur dengan
memperhitungkan jarak antara kedua pupil. Semakin besar jarak antara kedua pupil
16
konvergensi yang diperlukan untuk mempertahankan kedua mata berfiksasi pada satu
obyek adalah berbanding terbalik dengan jarak fiksasi dalam meter dikalikan dengan
sejumlah tertentu akomodasi, maka akan terjadi gerakan esodeviasi pada bola mata
saat melihat dekat. AC/A rasio rendah menunjukan kekurangan konvergensi untuk
sejumlah tertentu akomodasi, maka akan terjadi gerakan eksodeviasi saat melihat
dekat.12
2.7.1 Anamnesis
penting untuk prognosi jangka panjang. Semakin dini onset strabismus semakin
buruk prognosis fungsi penglihatan. Jenis onset, awitan dapat perlahan, mendadak,
a. Visus
pemeriksaan visus secara subjektif, jika visus tidak pernah mencapai 6/6 misalnya
paling baik 6/7,5 diperiksa ada tidaknya kelainan lain. Pada pemeriksaan obyektif,
17
penderita dibuat sikloplegik, baru kemudian diperiksa dengan streak retinoscopy
pemeriksaan ini akan diketahui refraksi pasien yang akurat dan kekuatan lensa
yang memberikan visus terbaik sebagai koreksinya. Untuk menilai potensi visus
Gambar 1, Retinoscope
Uji tutup terdiri tes 4 bagian diantaranya (1) uji tutup, (2) uji membuka
penutup (3) uji tutup bergantian, dan (4) uji tutup bergantian plus prisma.
18
Uji tutup, sewaktu pemeriksa mengamati satu mata didepan mata yang lain
jika mata yang diamati bergerak keluar untuk melakukan fiksasi, terdapat
esotropia).15
19
Uji membuka penutup, sewaktu penutup diangkat setelah uji tutup dilakukan
pengamatan pada mata yang sebelumnya tetutup tersebut. Apabila posisi mata
mata.15
Uji tutup bergantian, penutup ditaruh bergantian di depan mata yang pertama
kemudian ditaruh di mata yang lain, uji ini memperlihatkan deviasi total
dengan cepat dari satu mata ke mata yang lain untuk mencegah refuse
heteroforia.15
Uji tutup bergantian plus prisma, untuk mengukur deviasi secara kuantitatif,
mata sampai terjadi netralisasi gerakan mata pada uji tutup bergantian.
didepan satu mata sampai gerakan refiksasi horizontal mata yang berdeviasi
20
prisma yang diletakkan di depan kedua mata, tetapi primsa-prisma itu tidak
c. Uji obyektif
kerjasama dan keutuhan penglihatan kedua mata dalam keadaan tertentu. Penentu
klinis posisi mata yang tidak memerlukan pengamatan sensorik pasien dianggap
sering digunakan tergantung pada pengamatan posisi refleksi cahaya pada kornea.
sudut Kappa. Terdapat dua metode yaitu metode Hirschberg dan Metode refleks
prisma.16
Metode Hirschberg, pada uji ini pasien diminta melihat ke arah sumber
cahaya yang diletakkan didepan pasien. pasien melakukan fiksasi terhadap suatu
cahaya berjarak sekitar 33 cm. Pada mata yang berdeviasi akan terlihat desentrasi
pantulan cahaya. Apabila pergeseran sinar dari tengah pupil 1 mm, maka terjadi
deviasi 7 derajat (15 PD) dan apabila refleksi sinar terdapat di tepi pupil, maka
temporal menunjukkan esotropia 30 derajat (60PD) dan bila refleksi sinar pada
kornea terletak pada pinggir limbus berarti deviasi 45 sampai 60 derajat (90PD).16
Metode refleks prisma (uji krimsky “reverse”), Uji Krimsky adalah modifikasi
uji hirschberg. Suatu prisma diletakkan didepan salah satu mata, dengan dasar
21
yang diarahkan dengan tepat untuk menetralisasi deviasi, caranya dengan
meletakkan sumber cahaya setinggi mata dan disinarkan pada mata penderita
sinar pada mata yang berdeviasi (dengan prisma) dan mata fiksasi sama, yaitu
sentral. Derajat deviasi dapat diukur berdasarkan kekuatan prisma yang dipakai
Dengan satu mata tertutup, mata yang lain mengikuti sasaran yang bergerak
22
Hukum hering mengatakan bahwa otot-otot pasangan searah (yoke muscle)
menerima stimulasi setara pada setiap gerakan mata konjugat, versi diperiksa
diagnostik: primer (lurus kedepan); sekunder (kanan, kiri, atas dan bawah), dan
tersier (atas dan kanan, bawah dan kanan, atas dan kiri, bawah dan kiri).
Perbedaan gerakan rotasi salah satu mata terhadap mata yang lain dicatat sebagai
atau (underacting) dalam kaitanya dengan otot rectus pasangannya Fiksasi dalam
bidang kerja suatu otot yang paresis menimbulkan overacting otot pasanganya,
karena diperlukan persarafan yang lebih besar untuk kontraksi otot yang
underacting.16
23
f. Gerakan Disjungtif
Konvergensi
Sewaktu mengikuti sebuah benda yang bergerak mendekat, kedua mata harus
involunter yang kuat. Salah satu pertimbangan penting dalam mengevaluasi otot-
Untuk memeriksa konvergensi, sebuah obyek kecil atau sumber cahaya secara
sampai benda terletak dekat dengan jembatan hidung. Nilai numerik konvergensi
hidung (dalam cm) pada saat mata “kalah“ (yakni saat mata nondominan bergerak
lateral sehingga konvergensi tidak lagi dapat dipertahankan) / titik ini disebut titik
dekat konvergensi dan nilai sampai 5 cm dianggap masih dalam batas normal.
24
konvergensi akomodatif terjadi sewaktu mata memandang suatu sasaran akomatif,
yakni sasaran yang memiliki kontur atau huruf yang dapat dipisahkan sehingga
konvergensi per dioptri akomodasi. Rasio AC/A berguna sebagai alat riset atau
klinis yang meneliti dan memastikan hubungan keduanya lebih jauh. Sejauh ini,
rasio tersebut telah banyak membantu kita memahami dan sekaligus mengoreksi
Divergensi
g. Pemeriksaan Sensorik
kaca terpolarisasi memisahkan rangsangan. Satu mata melihat sasaran melalui lensa
yang terpolarisasi horizontal dan satunya melalui lensa yang terpolarisasi vertikal.
hampir tidak terlihat. Sterogram titik acak (random dot stereogram) tidak memiliki
25
acak, tetapi korelasi setiap titik dengan titik korespondenya terbuat sedemikian rupa
sehingga apabila tedapat steropsis pasien akan melihat suatu bentuk 3 dimensi.17
worth (worth four dot test). Di depan salah satu mata pasien ditaruh kaca yang berisi
sebuah lensa merah, sedangkan di mata yang lain lensa hijau. Pasien diperlihatkan
sebuah senter yang berisi bintik-bintik merah, hijau dan putih. Bintik-bintik warna
tersebut adalah penanda persepsi yang melalui setiap mata; bintik putih yang
memiliki potensi terlihat oleh kedua mata, dapat menandakan adanya diplopia. Jarak
antara titik-titik dan jarak cahaya yang dipegang menentukan ukuran daerah retina
yang diperiksa. Daerah fovea dapat diperiksa pada jarak jauh, daerah perifer pada
jarak dekat.17
potensial fusi penglihatan binocular dapat ditentukan dengan uji filter merah. Sebuah
filter merah diletakkan di depan salah satu mata. Pasien diminta melihat ke suatu
sasaran cahaya fiksasi yang terletak jauh atau dekat. Terlihat sebuah cahaya putih dan
merah. Di depan satu atau kedua mata diletakkan sebuah prisma supaya dapat
membawa dua bayangan menjadi satu. Apabila terdapat potensial fusi, kedua
bayangan akan menyatu dan terlihat sebagai sebuah cahaya tunggal berwarna merah
muda. Apabila tidak terdapat potensial fusi, pasien akan tetap melihat satu cahaya
26
2.8 Tatalaksana Esotropia Akomodatif
paruh waktu, tidak akan terjadi relaksasi akomodasi pada pasien dan penglihatan
Setelah inisiasi koreksi kacamata, esotropia akan meningkat ketika pasien tidak
untuk jarak dekat dan jarak jauh dengan koreksi hyperopic penuh dan pasien
mendapatkan kembali fusi yang baik, hal ini konsisten dengan esotropia akomodatif
27
refraktif , yaitu esotropia yang akomodatif sepenuhnya. Tidak adanya gejala
mungkin diperlukan. Jika terus ada penyimpangan jarak yang signifikan maka pasien
memiliki esotropia akomodatif parsial dan mungkin menjadi kandidat untuk operasi.
Jika penyimpangan jarak dapat diterima dan esotropia dekat tetap tinggi, pasien
dan memperbaiki rabun dekat. Kekuatan bifocal awal dapat diperkirakan berdasarkan
esodeviasi, atau diberikan +2.50 D hingga +3.00 D. Koreksi rabun jarak jauh harus
Lensa kontak dapat diresepkan untuk anak yang lebih tua dan remaja yang
memiliki esotropia akomodatif refraktif. Secara teoritis, Anak dengan hiperopia yang
saat memakai kacamata, sehinnga kontak lensa lebih efektif untuk esotropia
tidak adanya infeksi mata yang berulang, kepatuhan yang baik, dan motivasi pasien
28
dan orang tua juga harus dipertimbangkan. Karena itu, lensa kontak harus digunakan
ideal, karena pasien kurang kooperatif, nasal bridge yang datar, dan kesulitan
- 0,125%. Agen ini memiliki efek parasimpatomimetik pada iris, otot sfingter dan
untuk mendapatkan gambar retina yang jelas. Akibatnya, refleksnya konvergensi juga
berkurang.
termasuk kista margin pupil dapat dicegah dengan penggunaan tetes phenylephrine
2,5%. Pada anak yang lebih tua, efek samping mungkin termasuk sakit pada alis dan
spasme miotik. Tidak ada kasus ablasi retina atau glaukoma sudut tertutup pada dosis
ini untuk anak-anak. Namun, miotics topikal adalah inhibitor kolinesterase dengan
29
gastrointestinal, mual, dan sakit kepala. Selain itu, echothiophate membuat pasien
memakai kacamata karena kelainan bentuk wajah atau anak-anak yang terus
Reseksi adalah proses memperkuat otot dengan cara otot dilepaskan dari
dibebaskan dari perlekatan fasia. Otot tersebut dijahit kembali ke mata pada
(pemutusan total atau parsial tendo otot) atau salah satu dari prosedur
pemanjangan otot.
Tidak ada prosedur penguatan efektif pada otot obliquus inferior. Otot
30
Dilakukan transposisi anterior obliquus inferior untuk mengatasi deviasi
vertical disosiasi.
Hal ini dilakukan untuk pola dengan deviasi horizontal yang lebih merupakan
c. Prosedur faden
Dalam operasi ini diciptakan suatu insersi baru dibelakang insersi semula
yang menyebabkan pelemahan mekanis otot sewaktu mata berotasi di sesi otot
yang sama.
dalam posisi primer. Dilakukan modifikasi untuk perbedaan ukuran jauh dan
dekat yang bermakna. Otot rektus medialis lebih berefek pada sudut deviasi
saat melihat dekat. Otot rektus lateralis lebih berefek saat melihat jauh. Untuk
31
esotropia yang lebih berat pada penglihatan dekat, kedua otot rektus medialis
harus dilemahkan. Untuk deviasi yang kira kira sama untuk jauh maupun
sama efektifnya.
1. Supresi
Merupakan usaha yang tak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia
2. Ambliopia
Yaitu menurunkan visus pada satu/dua mata dengan atau tanpa koreksi kacamata
a. Ambliopia fungsional
fungsional, yang terdapat pada satu mata, dengan tajam penglihatan yang kurang
tanpa kelainan organik, yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata. Anak-anak
maka strabismus atau setiap faktor lain yang potensial ambliopiagenik, seperti
32
peristiwa suatu defek visual yang didapat setelah usia ini, walaupun bertahan
normal setelah katarak atau kelainan lain tersebut disingkirkan dan tindakan yang
memadai dilakukan terhadap koreksi optikal. Sampai usia 6 atau 7 tahun anak-
anak sensitif terhadap ambliopia fungsional, tetapi pada usia mereka, ambliopia
Bila ambliopia tetap tidak diobati sampai anak berusia 6-9 tahun, defek
visual mungkin tidak dapat membaik. Batas umur untuk dapat diobati yang tepat
untuk ambliopia tidak dapat ditentukan dengan pasti dan mungkin akibat kurang
Adalah merupakan dalil utama yang baik untuk menyatakan bahwa seorang
anak dengan setiap tingkat ambliopia fungsional dapat memperoleh kembali visus
dengan tingkat paling baik yang pernah dimiliki pada mula ambliopia yang secara
visual matang, asalkan tindakan pengobatan yang tepat dilakukan atau asalkan ia
kehilangan tajam penglihatan pada mata yang dulunya diungulkan kepada suatu
33
Adalah masuk akal bahwa satu mata ambliopia, tanpa mempperdulikan usia
anak, sekurang-kurangnya patut menerima satu usaha tuntas, tanpa perduli bila
pengobatan dimulai.
tak komplit, konstan atau intermiten), penalisasi (jauh, dekat, atau kedua-duanya)
dan pleoptik.
Pengobatan ambliopia yang paling baik dan paling efektif adalah oklusi
mata yang diunggulkan. Tipe pengobatan yang paling sesuai untuk seorang pasien
tetentu tergantung umur pasien, tipe ambliopia, dan derajat kooperasi yang dapat
diharapkan.
untuk hiperopia tinggi bilateral dan untuk anisometropia sferis 1.0 D dan silinder
1.5 D.
disingkirkan dan diberikan koreksi yang memadai. Bebat mata, dimana anak
dibawah satu tahun harus mendapat balut seluruh waktu (seluruh jam bangun)
ke dalam bentuk-bentuk :
34
b. Ambliopia strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada
anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata
sebagai ambliopia strabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajr sehingga
Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melirik ke kanan dan mata
kanan untuk melirik ke kiri) merupakan antiuji ambliopia strabismik. Bila kondisi
yang sehat dan dirujuk pada doter mata. Ambliopia strabismik dapat pulih
kembali pada usia dibawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik.
terjadi keluhan diplopia atau penglihatan ganda. Bila berlangsung lama dapat
terjadi bila korteks serebri sudah dapat menyesuaikan diri terhadap 2 titik yang
kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan keluhan diplopia atau
35
melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila mata sudah menjadi ambliopia atau
sudah terjadi korespondensi retina yang abnormal. Pada ambliopia dapat terjadi
ambliopia supresi akibat proses mental dimana bayangan pada satu mata
diabaikan.
c. Ambliopia refraktif
Ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan refraksi dalan yang tidak
Pengobatan adalah dengan menutup mata yang baik setelah mata yang
d. Ambliopia ametropic
akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas.
kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hiperopia atau astigmat).
dipergunakan.
36
Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya penderita
hiperopia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat tinggi (3.0 D) karena penderita tidak
obyektip.
penglihatan bayi. Dahulu ambliopia ini diduga karena juling, pada saat ini
ambliopia eks anopsia disuga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak
untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia eks anopsia dapat terjadi akibat
adanya katarak kongenital. Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah berumur 4
tahun maka tajam penglihatan tidak akan kurang dari 20/20, sedangkan bila
terjadi pada usia kurang dari 4 tahun maka tajam penglihatan dapat lebih buruk.
satu mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan yang sangat
Ambliopia eksanopsia diuga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari
otak untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata
37
Kelianan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun
kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi. Pengobatan dengan menutup
mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit dibersihkan kekeruhan media
f. Ambliopia intoksikasi
optik toksis akibat keracunan disertai terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang
berubah-ubah.
g. Ambliopia hysteria
Ambliopia yang terjadi akibat adanya histreia yang dapat mengenai satu
mata, akan tetapi lebih sering mengenai kedua mata. Pada pemeriksaan
mendapatkan mata menjadi lurus pada mata juling yang sudah ambliopia atau
38
sudah terjadi korespondensi retina yang abnormal dimana telah terjadi
penglihatan tunggal pada mata yang juling tersebut. Oleh sebab itu bila kaita
menetap. Dalam keadaan ini perlu mengawasi dengan baik mata anak bila terlihat
juling.
Bila satu mata dengan esotropia atau juling ke dalam maka bayangan pada
mata tersebut akan terletak di sebelah nasal makula lutea sehingga benda tersebut
seakan-akan terletak di luar atau jauh bersebelahan dengan benda yang dilihat
dengan mata yang baik. Akibatnya akan terjadi gangguan penglihatan bayangan
kedua benda sekaligus secara tunggal. Kadang-kadang kedua bayangan ini sangat
mengganggu penderita untk menghindari hal ini mata yang tidak berfiksasi akan
melakukan supresi. Bila terjadi pergantian maka akan terlihat mata berfiksasi
bergantian. Bila skotoma supresi berjalan terus menerus pada mata yang juling,
maka mata ini akan mengalami ambliopia. Ambliopia akan mudah terjadi mata
didapatkan keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila
mata sudah menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina yang
normal.
h. Ambliopia organic
39
Ambliopia dengan kalinan organik yang dapat menerangkan sebab tajam
i. Ambliopia Anisometropik
mata yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua
mata tidak sama besar yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif di
luar fokus dibanding dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan
melihat dengan satu mata. Bayangan yang lebih suram akan di supres, biasanya
bayangan kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidakmampuan
mata berfusi, akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat
refraksi kedua mata, lihat ambliopia refraktif. Ambliopia yang terjadi akibat
perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2.5 D,
terjadi pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata
sferis maka dapat tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk
40
melihat dekat sedang yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat
alternatif).
secara obyektif disertai penutupan mata yang baik. Penyulit dapat terjadi bila fusi
tepi kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering tidak terdeteksi
sampai ada pemeriksaan tajam penglihatan di sekolah. Bila fusi tepi tidak kuat
maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotropia atau
sindrom monofiksasional.
Merupakan keadaan dimana fovea dari mata yang baik (yang tidak berdeviasi)
menjadi sefaal dengan daerah diluar fovea dari mata yang berdeviasi.
4. Defect otot
a. Misal : Kontraktur otot mata biasanya timbul pada strabismus yang bersudut
b. Perubahan2 sekunder dari struktur conjungtiva & jaringan fascia yang ada di
41
Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi otot yang lumpuh. Contoh :
Paralyse Rectus Lateralis mata kanan akan terjadi Head Turn kekanan.
2.10 Prognosis9
Prognosis pada strabismus ini baik bila segera ditangani lebih lanjut, sehingga
42
BAB III
PENUTUP
dengan refleks akomodatif dapat terjadi secara intermiten dan juga konstan. Faktor
risiko paling berperan pada pasien esotropia akomodatif adalah pasien yang memiliki
riwayat keluarga yang mengalami strabismus dan juga pasien yang memiliki
hiperopia sejak bayi memiliki risiki untuk mengalami esotropia pada usia 4 tahun.
akomodasi fisiologi yang normal disertai respon konvergensi yang berlebihan, tetapi
divergensi fusi relatifnya tidak cukup untuk menahan mata tetap lurus. Terdpat dua
yang cukup tinggi dan AC/A rasio yang tinggi, yang disertai hiperopia ringan sampai
sedang.
pemeriksaan uji tutup ( cover test), dan uncover test. Untuk mengetahui posisi bola
mata maka akan dilakukan pemeriksaan Hirschberg test. Pengobatan utama pada
43
secara terus menerus agar tidak tidak terjadi peningkatan sudut esotropia dan harus
Prognosis pada strabismus ini baik bila segera ditangani lebih lanjut, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
1. Potnik, J. A-Pattern Esotropia and Exotropia (cite 2018 mei); Available from:
URL: www.emedicine.medscape.com/article
2. Rutstein R. Update on accommodative esotropia. Optometry - Journal of the
American Optometric Association [Internet]. 2008 [cited 10 May
2018];79(8):422-431.
Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18656080.
3. Rutstein, R P, et all. Starbismus: Esotropia and Exotropia. American Optometric
Association.2011.
4. Lambert S. Population-Based Incidence of Strabismus. JAMA Ophthalmology
[Internet]. 2017 [cited 10 May 2018];135(10):1053. Available from:
https://jamanetwork.com/journals/jamaophthalmology/article-abstract/2650806.
5. Pascotto, Antonio. Esotropia Acquired.(cite 2018 mei); Available from: URL:
www.emedicine.medscape.com/article
6. Birch E, Fawcett S, Morale S, Weakley D, Wheaton D. Risk Factors for
Accommodative Esotropia among Hypermetropic Children. 2018.
7. Moore, B M, et all. Hyperopia. American Optometric Association.1997.
8. Rogers, G M, Susannah Q, Longmuir. Refractive Accommodative Esotropia.
EyeRounds.org. 2011.
9. West, C E, Taylor A. Strabismus. In Oftalmologi Umum. Brahm U P, editor. Edisi
ke-17. Jakarta. ECG. 2007. h. 233-242.
44
10. Mittelman D. Age-Related Distance Esotropia. Journal of American Association
for Pediatric Ophthalmology and Strabismus [Internet]. 2006 [cited 10 May
2018];10(3):212-213. Available from: https://www.jaapos.org/article/S1091-
8531(06)00263-1/fulltext.
11. Shah J, Pate S. Strabismus: - Symptoms, Pathophysiology, Management &
Precautions [Internet]. Ijsr.net. 2018 [cited 10 May 2018]. Available from:
http://www.ijsr.net/archive/v4i7/SUB156659.pdf.
12. SU Suhardjo, Agni AN. Buku Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke 3. Yogyakarta.
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UGM. 2017. Bab 10.
Strabismus; p. 323-45.
13. Satou,T dkk. Differences in the stimulus accomodative
convergence/accommodation ratio using various techniques and accomodative
stimuli. Department of Orthoptics and Visual Sciences.2018:1-10 [diakses pada
2018 Mei10] diakses dari:
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/09273972.2018.1459746
14. Wybar K. Relevance of the AC-A ratio. British Journal of
Ophthalmology.1974;58(3):248-254.
15. American Academy of Ophtalmolgy. Pediatric ophthalmology and strabismus.
BCSC.Sect 6. AAO.San Francisco: 2010-2011.
16. Bilson FA.Fundamental of Clinical Ophthalmology: Strabismus. BMJ Books;
2003.\
17. Wright KW. Color Atlas of Strabismus Surgery. Strategies and
Techniques.Springer 2007
18. Olitsky SE, Chan EW, Farzavandi, S. Strabismus : Accommodative Esotropia.
Knights Templar Eye Foundation, Inc. Pediatric Ophthalmology Education
Center. American Academy Of Opthalmology. 20 January 2016. [cited 21 May
2018], Available from: https://www.aao.org/disease-review/strabismus-
accommodative-esotropia
45
46