Buku yang merupakan hasil laporan perjalanan dari dua orang peneliti Perancis (Luc-
Henri Fage dan Jean-Michel Chazine) dan seorang peneliti Indonesia (Pindi Setiawan) di
pedalamanan kalimantan ini benar-benar sarat akan ilmu, baik itu arkeologi maupun
geografi. Mereka mengupas tuntas tentang jejak-jejak prasejarah di Kalimantan (atau mereka
sebut Borneo) yang hampir tidak terjamah oleh penduduk kota dengan meroka alam
setempat. Banyaknya penemuan penting yang dijabarkan pada buku ini pun membuat Ir. Jero
Wacik selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia merasa terkagum-kagum dan
memberikan sambutan pada halaman awal buku tersebut. Penemuan-penemuan penting itu
antara lain adalah ditemukannya 38 situs bergambar dengan ribuan imaji; pegunungan karst
raksasa; ribuan menara karst yang menjulang tinggi; sungai-sungai panjang; serta ribuan gua
gelap gulita yang kaya akan seni prasejarah, seperti Gua Mandua, Gua Temet, dan Gua Ham.
Buku ini dapat dikatakan sangatlah tepat sebagai panduan wisata jika ingin
bertamasya ke alam bebas Kalimantan. Di dalamnya terdapat banyak sekali gambar
kenampakan alam lengkap dengan penjelasan yang detail dan mendalam mengenai daeah
tersebut. Gambar-gambar yang ditampilkan pun benar-benar tampak nyata. Sang fotografer
tidak memaksakan untuk membidik objek-objek yang indah saja, namun lebih condong
menampilkan kearifan alam dan budaya daerah, sehingga hasil dari gambar terlihat natural.
Disamping telah menguak penemuan-penemuan penting itu, penulis juga
menyampaikan kepada pembaca bahwa alam bukan hanya tempat kita tinggal dan mencari
makan, namun juga sebagai saksi bisu peradaban manusia dari zaman purba hingga sekarang.
Keakuratan fakta dari buku ini pun tidak diragukan lagi mengingat bahwa penulis telah
melakukan observasi selama 20 tahun di alam bebas Kalimantan. Sebagai tambahan, di akhir
buku kita juga akan menemukan cara-cara yang dianggap penulis mampu untuk memelihara
alam dan menjadikannya objek wisata.
Walaupun begitu, buku ini masih memiliki beberapa kekurangan, salah satunya
adalah banyak gambar yang memiliki corak hampir sama sehingga terkesan sengaja
melakukan pemborosan halaman. Akibatnya, berat dari buku ini melampaui yang
seharusnya. Kemudian, tidak adanya penjelasan berupa catatan kaki untuk penggunaan
beberapa kata khusus dalam bidang arkeologi dan geografi. Hal ini tentu saja membuat
pembaca yang awan dengan ilmu kebudayaan purba dan permukaan bumi menjadi sedikit
kebingunggan.
Namun, terlepas dari segala kekurangannya, buku ini termasuk layak untuk baca.
Penggunaan bahasa yang ringan menjadikan buku ini dapat dimengerti oleh kawula muda.
Keunikan gambar yang terdapat pada buku juga saya yakini mampu menarik perhatian
masyarakat luas untuk datang ke pedalaman Kalimantan, baik hanya berwisata maupun
melakukan penelitian. Pembuktian lain yang mendukung bahwa buku ini layak baca adalah
dengan diterbitkannya buku ini dalam tiga bahasa sekaligus, yaitu Indonesia, Inggris, dan
Perancis.
LAPORAN HASIL BACA BUKU
Petunjuk:
Siswa diminta untuk membaca buku yang bertema “Indahnya Alam Indonesia”. Siswa
diharapkan dapat mencari buku yang sesuai dengan tema tersebut. Kemudian, siswa
menuliskan hasil bacanya mengenai buku tersebut.
Mengapa memilih pembacaan buku ini sebagai salah satu materi dalam portofolio?
Alasan saya memilih buku ini adalah karena bertemakan jejak-jejak prasejarah dalam
kenampakan alam di Kalimantan. Seperti pepatah lama yang mengatakan “Di mana bumi
dipijak di situ langit dijunjung”. Saya sebagai warga pribumi tentu saja tertantang untuk
mengetahui jejak-jejak prasejarah di alam sekitar tempat saya tinggal. Sebanyak,
semenarik, dan seberharga apa itu? Untuk pertanyaan itulah saya memilih buku ini
sebagai salah satu materi dalam portofolio.