Oleh :
Mery Aferdina Kosat (1208017039)
Pembimbing :
dr. Regina Maya Manubulu, Sp.A, M.Kes
1
dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A
PENDAHULUAN
• HIV virus penyebab penyakit defisiensi imun yang dikenal dengan nama
AIDS
• Data WHO (2013) + 4,4 juta anak terinfeksi HIV dan + 3,2 juta anak
meninggal akibat HIV/AIDS
• 90% tertular HIV dari ibunya
• Penularan akibat sexual abuse lebih sering ditemukan pada masa remaja
• Anak-anak yang terinfeksi HIV bisa menunjukan keadaan tanpa gejala selama
bertahun-tahun
• Makin meningkat kasus defisiensi imun pada orang dewasa berdampak pada
meningkatnya kasus tersebut pada anak
2
DESKRIPSI VIRUS HIV
• Merupakan virus RNA dari famili Retrovirus
• Mempunyai enzim reverse transcriptase
• Termasuk dalam sub familia lentivirus
• Sel target sel Lymfosit T karena punya reseptor yang disebut CD-4
• Terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung
(envelop)
3
• Bagian inti tersusun atas dua untaian RNA, enzim reverce transcriptase
dan beberapa jenis protein
• Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120)
• Virus ini sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan berbagai disinfektan tetapi resisten terhadap radiasi
dan sinar utraviolet
• Virus ini hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh
4
DESKRIPSI VIRUS HIV
5
FAKTOR RISIKO
6
FAKTOR YANG MENINGKATKAN RISIKO
PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI:
Masa Kehamilan Masa persalinan Masa Menyusui
7
PATOMEKANISME
8
9
10
GEJALA KLINIS
Gejala non spesifik infeksi HIV, antara lain:
• Demam
• Gangguan pertumbuhan
• Kehilangan berat badan (10% atau lebih)
• Hepatomegali
• Limfadenopati
• Splenomegali
• Parotitis
• Diare
11
Gejala spesifik infeksi HIV:
• Gangguan tumbuh kembang dan fungsi intelek
• Gangguan pertumbuhan otak
• Defisit motoris yang progresif
• Lymphoid interstitial pneumonitis
• Infeksi sekunder
• Keganasan sekunder
• Penyakit tertentu yang lain
12
KLASIFIKASI
13
Stadium Klinis 1
• Tanpa gejala (asimtomatis)
• Limfadenopati generalisata persisten
14
Stadium Klinis 2
15
• Ulkus mulut yang berulang
• Pembesaran parotid persisten tanpa alasan
• Eritema lineal gingival (LGE)
• Herpes zoster
• Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis (ototis
media, otore, sinusitis, atau tonsilitis)
16
Stadium Klinis 3
• Malanutrisi sedang tanpa alasan jelas tidak membaik dengan terapi baku
• Diare terus-menerus tanpa alasan (14 hari atau lebih)
• Demam terus-menerus tanpa alasan (di atas 37,5°C, sementara atau terus-
menerus, lebih dari 1 bulan)
• Kandidiasis oral terus-menerus (setelah usia 6-8 minggu)
• Oral hairy leukoplakia (OHL)
17
• Gingivitis atau periodonitis nekrotising berulkus yang akut
• Tuberkulosis pada kelenjar getah bening
• Tuberkulosis paru
• Pneumonia bakteri yang parah dan berulang
• Pneumonitis limfoid interstitialis bergejala
• Penyakit paru kronis terkait HIV termasuk brokiektasis
• Anemia (<8g/dl)
18
Stadium Klinis 4
• Wasting yang parah
• Pneumonia Pneumosistis
• Infeksi bakteri yang parah dan berulang
• Infeksi herpes simpleks kronis
• Tuberkulosis di luar paru
• Sarkoma Kaposi
• Kandidiasis esofagus
• Toksoplasmosis sistem saraf pusat 19
• Ensefalopati HIV
• Infeksi sitomegalovirus
• Kriptokokosis di luar paru
• Mikosis diseminata endemis
• Kriptosporidiosis kronis
• Isosporiasis kronis
• Infeksi mikobakteri non-TB diseminata
• Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel-B
• Progressive multifocal leucoencephalopathy
• Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait
20
HIV
KLASIFIKASI WHO TENTANG IMUNODEFISIENSI
HIV MENGGUNAKAN CD4
21
DIAGNOSIS
Anamnesis :
• Lahir dari ibu dengan risiko tinggi
• Lahir dari ibu dengan pasangan berisiko tinggi
• Penerima transfusi atau komponennya berulang kali terlebih tanpa uji
HIV
• Pengguna narkotik
• Homoseksual atau biseksual
• Kebiasaan seksual yang keliru
22
GEJALA KLINIS :
• Infeksi oportunistik • Ensefalopati menetap dan
• Penyakit menular seksual progesif
23
Pemeriksaan Lab:
• Uji Virologis (PCR) anak usia < 18 bulan
• Uji serologis (TES CEPAT, ELISA, WESTERN BLOT) anak usia >
18 bulan
• Uji HIV diinterpretasi dengan baik bila ASI sudah dihentikan selama >
6 minggu.
24
25
• Diagnosis presumtif, dilakukan bila tidak tersedia pemeriksaan PCR
1. ARV
Pertimbangan pengobatan ARV
27
Rekomendasi ARV yang digunakan:
• Lini pertama: 2 NRTI + 1 NNRTI
• Berdasarkan ketersediaan obat, terdapat 3 kombinasi panduan ARV
28
• Lini pertama alternatif
Untuk anak > 2 tahun: TDF+3TC/FTC+EFV/NVP
29
PEMANTAUAN SETELAH ARV
30
LINI KEDUA
Pada anak yang patuh minum obat, kriteria gagal imunologis adalah:
Pada anak > 2 tahun dan < 5 tahun, nilai CD4<200sel/mm3 atau CD4<10%
Pada anak > 5 tahun CD4<100mm sel/mm3
31
PANDUAN ARV LINI KEDUA YANG
DIREKOMENDASIKAN:
32
33
EFEK SAMPING ARV
34
2. PENANGGULANGAN INFEKSI OPORTUNISTIK
35
PROFILAKSIS
Bagan pemberian kotrimoksazol pada bayi yang lahir dari ibu HIV
positif 36
INISIASI PROFILAKSIS UNTUK ANAK
37
• Terapi suportif
Nutrisi
Konsul VCT konseling, dukungan sebaya,
dukungan spiritual dan dukungan komunitas
38
PROGNOSIS
39
PENCEGAHAN
• Penemuan kasus dari ibu yang terinfeksi HIV sebelum atau selama
kehamilan
• Sectio cesarea
• Cegah pemberian ASI kepada bayi
• Penapisan donor darah
• Mengajarkan kesehatan reproduksi serta bahaya narkotik kepada
remaja
40
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro S R, S. H. I. (2010). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd
ed., pp. 243–257). Jakarta: IDAI
2. Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Bayi.
(2nd ed.). Jakarta.
3. Subowo. (2010). Imunologi Klinis (2nd ed.). Jakarta: Sagung Seto.
4. Rivera DM, F. R. (2016). Pediatric HIV Infection. Medscape. Retrieved from http://
emedicine.medscape.com/article/965086-overview
5. Herlina, Kurniati N, Prawitasari T, Soedjatmiko, Hadinegoro SR, Mangunatmadja I, S. D. (2016).
Gambaran Fungsi Kognitif HIV Anak yang Telah Memperoleh Terapi Antiretrovirus. Sari Pediatri,
18(2), 100–105. Retrieved from https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/
37/379
6. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, B. R. (2014). NELSON Ilmu Kesehatan Anak Esensial (6th
ed., pp. 444–450). Jakarta: Saunders elsevier
7. Naif HM. (2013). Pathogenesis of HIV Infection. NCBI, 5. Retrieved from https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3892619/
8. Kementrian Kesehatan RI (2014). Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak. Jakarta. Retrieved
from http://spiritia.or.id/dokumen/pedoman-hivanak2014.pdf
9. Pudjiadi A H, Hegar B, Handryastuti S, Idris N, Gandaputra E, Harmoniati E, Y. K. (Ed.). (2011).
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (2nd ed.). Jakarta.
10.Achmat Z, P. A. (2015). Intervensi care support bersasaran anak dengan HIV/AIDS: Sebuah model
pendekatan humanistik bagi anak dan lingkungannya dalam menghadapi stigma. Perempuan dan
Anak, 1(1), 1–7. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/JPA/article/view/2746/3445
42
TERIMA KASIH
43