PENDAHULUAN
1
menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja pada
orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada
wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi
kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia defisiensi besi adalah
gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas, rentan terhadap pengaruh racun
dari logam-logam berat, dan seterusnya (Wulansari, 2006).
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.) Apa anemia defisiensi besi itu?
2.) Bagaimana gejala klinis dari anemia defisiensi besi?
3.) Bagaimana diagnosis anemia defisiensi besi?
1.3.TUJUAN
1.) Mengetahui definisi dari anemia defisiensi besi
2.) Mengetahui gejala anemia defisiensi besi
3.) Mengetahui diagnosis anemia defisiensi besi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. ETIOLOGI
3
menstruasi. Tambahan beban akibat kehilangan darah karena parasit seperti
cacing tambang menjadikan defisiensi zat besi suatu masalah dengan proporsi
yang mengejutkan.
Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadan klinis. Setelah
gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan tergangu, terutama
3 akibat peningkatan motiltas dan by pas usus halus proximal, yang menjadi
tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus
halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan
jejunum proximal ikut terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi
merupakan pelopor dari radang usus non tropical (celiac sprue ). Kehilangan zat
besi, dapat erjadi secara fisiologis atau patologis.
a. Secara Fisiologis :
- Menstruasi
- Kehamilan, pada kehamilan aterm, sekitar 90 mg zat besi hilang dari
ibu kepada fetus, plasenta dan perdarahan pada waktu partus.
b. Secara Patologis :
Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering dan
selanjutnya anemia defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu
dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan telangiektasis herediter
sehinga mudah berdarah, perdarahan traktus gastrourinarius, perdarahan
paru akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik.
Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
- Wanita menstruasi..
- Wanita menyusui/hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi.
- Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang
cepat.
- Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi,
jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun.
- Menderita penyakit maag.
- Penggunaan aspirin jangka panjang.
4
- Colon cancer.
- Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan
dengan brokoli dan bayam.
5
2.4. Dampak Anemia Defisiensi Besi
a. Anak – anak :
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
otak.
Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena d aya tahan
tubuh menurun.
b. Remaja :
Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
Menurunkan kemampuan fisik dan kebugaran.
Menakibatkan muka pucat.
c. Ibu hamil :
Menimbulkan pendarahan sebelum atau saat persalinan.
Meningkatkan resiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah
atau BBLR (<2,5 kg)
Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian pada ibu
dan/atau bayinya
2.5. Diagnosis
6
Secara laboratoris untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (tahap
satu dan tahap dua) dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi
(modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut:
Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80 dan
MCHC <31% dengan salah satu dan a, b, c, atau d.
Pada tahap ketiga ditemukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi besi.
Tahap ini sering merupakan proses yang rumit yang memerlukan berbagai jenis
pemeriksaan tetapi merupakan tahap yang sangat penting untuk mencegah
kekambuhan defisiensi besi serta kemungkinan untuk dapat menemukan
sumber perdarahan yang membahayakan. Meskipun dengan pemeriksaan yang
baik, sekitar 20% kasus ADB tidak diketahui penyebabnya.
Untuk pasien dewasa fokus utama aalah mencari sumber perdarahan.
Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti. Pada perempuan masa
reproduksi anamnesis tentang menstruasi sangat penting, kalau perlu dilakukan
pemeriksaan ginekologi. Untuk laki-laki dewasa di Indonesia dilakukan
pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing tambang. Tidak cukup hanya
dilakukan pemeriksaan hapusan langsung (direct smear dengan eosin), tetapi
sebaiknya dilakukan pemeriksaan semi kuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-
Katz, untuk menentukan beratnya infeksi. Jika ditemukan infeksi ringan tidaklah
serta merta dapat dianggap sebagai penyebab utama ADB, hams dicari penyebab
7
lainnya. Titik kritis cacing tambang sebagai penyebab utama jika ditemukan telur
per gram feses (TPG) atau egg per gram faeces (EPG) >2000 pada perempuan
dan >4000 pada laki-laki. Dalam suatu penelitian lapangan ditemukan hubungan
yang nyata antara derajat infeksi cacing tambang dengan cadangan besi pada laki-
laki, tetapi hubungan ini lebih lemah pada perempuan.
Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi
besi yang disebabkan oleh karena infeksi cacing tambang berat (TPG > 2000).
Anemia akibat cacing tambang sering disertai pembengkakan parotis dan
warna kuning pada telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium di samping
tanda-tanda defisiensi besi yang disertai adanya eosinofilia. Pada suatu penelitian di
Bali, anemia akibat cacing tambang dijumpai pada 3,3% pasien infeksi cacing
tambang atau 12,2% dan 123 kasus anemia defisiensi besi yang dijumpai.
8
Biasanya memakai deionized water. Dikatakan bebas besi dimana air
harus mengandung minimal 0,2 µmol besi/liter.
2.7. Pengobatan
9
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1.) Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyed iaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang. Kurangnya besi berakibat pada kurangnya pasokan
sel darah merah yang ada dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan
berbagai gangguan klinik serta kelainan.
2.) Wanita lebih rentan terkena anemia defisiensi besi karena kebutuhan akan
zat besi yang lebih banyak daripada pria. Wanita mengalami menstruasi
yang mengakibatkan darah menghilang rata – rata 20 mg zat besi tiap
bulannya, bahkan ada yang mencapai 58 mg. Pada ibu hamil, memberikan
nutrisi pada fetus, sehingga jumlah Fe berkurang. Terlebih lagi bagi ibu
melahirkan yang mengeluarkan banyak darah, sehingga asupan Fe perlu
ditambah untuk mengurangi resiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir
Rendah (BBLR).
3.) Dampak yang timbul dari anemia defisiensi besi bagi remaja putri dan ibu
hamil dapat menakibatkan penurunan aktifitas fisik, pucat dan lemas dan
gangguan kesehatan serta berbagai kelainan. Pada ibu hamil dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan dibawah normal bahkan
dapat meningkatkan angka kematian bayi dan ibu atau salah satu
diantaranya saat proses persalinan. Namun, hal tersebut dapat dicegah dan
dihindari dengan mengatur pola makan yang seimbang, mencukupi
kebutuhan Fe dengan tablet besi (Fe) ataupun tablet penambah darah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Pemeriksaan Hati, Limpa, dan Massa Abdomen. Dalam: Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar
Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h. 342-9
Hitung Darah Lengkap.Diunduh dari http://spiritia.or.id/li/pdf/LI121.pdf. Diunduh 17
April 2013
12