Anda di halaman 1dari 5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa,

implementasi dan evaluasi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh dan gangguan mobilitas fisik pada asuhan keperawatan Tn. A di Ruang

Sakti Rumah Sakit TK. III. DR. R. Soeharsono Banjarmasin secara metode studi

kasus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian terhadap gangguan pemenuhan nutrisi pada Tn. A dengan

diagnosa stroke hemoragik didapatkan klien mengatakan mengatakan tidak

nafsu makan, jika masuk makanan terasa perut terasa mual, Data obyektif

pasien yaitu pasien Selama di rumah sakit klien hanya makan sedikit ±

setengah porsi sehari, klien tampak lemas, klien muntah 2x.

Hasil pengkajian terhadap gangguan mobilitas fisik pada Tn. A

didapatkan data subyektif Klien tampak lemas, skala Kekuatan otot : 3 dari

5 ( Hanya bisa melawan gravitasi ), tanda – tanda vital TD = 140/90 mmhg,

RR = 22x/mnt, N = 100 x/mnt, S = 36,8oc.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus Tn. A yaitu :

a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anorexia

86
87

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurologis

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu Tn.A. untuk

menyelesaikan masalah gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebuyuhan

tubuh antara lain: Kaji kemampuan menelan pada klien, anjurkan memakan

makanan yang lunak, anjurkan klien umtuk makan sedikit tapi sering,

anjurkan klien untuk menggunakan alat bantu ketika makan atau minum,

dan kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter.

Untuk menyelesaikan masalah gangguan mobilitas fisisk berhubungan

dengan kerusakan neurologis antara lain: kaji kemampuan secara

fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teraturubah posisi

minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya anjurkan

melakukan latihan sepeti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet,

melebarkan jari-jari kaki/telapak, ajarkan teknik ROM pasif kepada

keluarga pasien dan kolaborasi dengan dokter dan ahli terapis

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan 2 hari pengelolaan pada pasien. Implementasi

pada diagnosa masalah gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh antara lain: mengkaji kemampuan menelan pada klien, menganjurkan

makan bubur, menganjurkan keluarga untuk membantu klien ketika mkan,

memberika injeksi dan berkolaborasi dengan ahli gizi.


88

Implementasi dilakukan dua hari pengelolaan pada pasien.

Implementasi pada diagnosa masalah gangguan mobilitas fisik

berhubungan antara lain: Mengkaji kemampuang fungsional pada anggota

gerak yang mengalami kelemahan, mengajarka keluarga untuk melakukan

ROM pasif kepada klien, mengankurkan keluarga untuk membantu klien

dalam melakuakan aktivitas dan memberika injeksi sesuai resep dokter.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dengan terhadap gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan denga anorexia klien mengatakan nafsu

makan sudaah mulai meningkat, klien dapat makan lebih dari 1 porsi, tanda-

tanda vital dalam batas normal TD 140/80 mmHg, N 106x/menit, RR

20x/menit, S 36,5oC.

Evaluasi pada asuhan keperawatan Tn. A dengan diagnosa keperawatan

gangguan mobilitas fisik berhubungan denga kerusakan neurologis adalah

klien mengatakan tanggan sudah mulai bisa menggegam, skala otot 3 dari 5

(hanya mampu melawan gravitasi) tana tanda vital Td : 140/80 RR : 20

x/mnt N : 106 x/mnt S : 36,5oC.

6. Analisis Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian dan intervensi keperawatan di lapangan

terdapat kesenjangan dalam teori yang di kemukakan oleh Carpenito (2007)

yang mengemukakan delapan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

pada kasus stroke hemoragik. Namun pada Tn. A diagnosa keperawatan

yang muncul hanya 3 yaitu gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari


89

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan neorumuskular dan resiko kerusakan

integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama . Hal ini disebebakan

karena serangan stroke yang di alami klien adalah serangan pertama dan

masih dalam fase awal stroke.

Penulis menetapkan diagnosa gangguan pemenuhan nurisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia menjadi masalah utama,

karena kasus yang di alami oleh Tn. A asupan nutrisi harus di perbaiki

terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya komplikasi penyakit lainya.

Hal ini sejalan dengan laporan penelitian Martineau et al. pada tahun 2005

(Devina dkk, 2015) yang mengemukakan bahwa pasien pasca stroke

dengan undernutrition memiliki resiko meninggal lebih tinggi dari pada

pasien pasca stroke dengan nutrisi yang baik.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Diharapkan agar institusi pendidikan mampu membantu dalam

upaya penyediaan tambahan informasi atau sumber bacaan tentang stroke

hemoragik agar dapat digunakan sebagai bagian dari proses pembelajaran

mahasiswa.

2. Pasien dan keluarga

Saran bagi keluarga pasien adalah sebaiknya keluarga melakukan

tindakan ROM pasif dengan teratur, rutin melakukan mobilisasi pada klien

dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh pasien.


90

3. Rumah Sakit

Meningkatkan peran perawat dalam pelaksanaan tindakan ROM

pasif sedini mungkin kepada pasien dengan stroke hemoragik yang

mengalami hemiparase dan hemiplegi untuk menghindari kekauan otot.

4. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stroke

hemoragik serta dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu yang

efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara

optimal.

Anda mungkin juga menyukai