Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE

DENGAN ASMA BRONKHIAL

OLEH :
ADENAN
Nim. PO712011838R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEPERAWATAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam hirarki
Maslow dijelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia menyangkut didalamnya
pemenuhan kebutuhan fisik. Perlindungan fisik salah satunya berupa ancaman
tubuh atau hidup yang dapat berupa penyakit. Seseorang yang mengalami sakit
akan berupaya untuk mencari pelayanan kesehatan agar dirinya dapat kembali
pada keadaan sehat. Pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit, puskesmas
dan tempat-tempat praktik kesehatan lainnya. Berbagai macam pelayanan
ditawarkan kepada pasien yang ingin meningkatkan kesehatannya. Salah satunya
adalah pelayanan home care atau perawatan kesehatan di rumah.
Home care atau perawatan kesehatan di rumah merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka. Tujuan dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan komplikasi akibat dari penyakit serta memenuhi
kebutuhan dasar pasien dan keluarga. Lingkungan di rumah dirasa lebih nyaman
bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit. Hal ini
berpengaruh pada proses penyembuhan pasien yang cenderung akan lebih cepat
masa penyembuhannya jika mereka merasa nyaman dan bahagia (Yoyok, 2012).
Selain alasan diatas, home care juga membantu masyarakat yang mengalami
keterbatasan membiayai pelayanan kesehatan khususnya pada kasus – kasus
penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama.
Pada tahun 1970, layanan home care berbasis rumah sakit dikembangkan
tanggapan terhadap kebutuhan untuk kesinambungan perawatan dari pengaturan
perawatan akut dan juga dalam menanggapi tingginya biaya pelembagaan
(Stanhope,1996). Home care berbasis rumah sakit berbeda dari lembaga
kesehatan rumah lainnya, ada dewan direksi rumah sakit yang sudah mapan yang
bertanggung jawab untuk mengatur lembaga tersebut. Apalagi, klien pada home
care berbasis rumah sakit memiliki akses pada pelayanan rawat inap yang ada
(Stanhope,1996). Home care memang bukan menjadi aktivitas utama rumah
sakit, ini berbeda dengan agensi atau instansi yang memang bisnis utamanya
mengelola home care. Prinsip pelayanan home care tidak jauh berbeda dengan
pelayanan yang dberikan di rumah sakit yaitu harus berfokus pada kebutuhan
pasien.
Perkembangan home care di Indonesia sudah semakin maju sehingga
banyak masyarakat yang mengetahui home care dan mencoba menggunakan jasa
pelayanan home care yang disediakan oleh rumah sakit baik pemerintah maupun
swasta. Saat ini banyak kasus – kasus penyakit degenerative yang memerlukan
perawatan yang relative lama seperti kasus pasien pascastroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang
membutuhkan waktu relatif lama (Swedarma, 2009). Selain itu, terjadinya
transisi epidemiologis yang mengakibatkan semakin meningkatknya kasus
penyakit kronis dibandingkan penyakit akut, sehingga terjadi peningkatan
jumlah kasus penyakit terminal yang tidak efektif dan efisien dirawat di rumah
sakit (Depkes, 2002 dalam Sri Listyanig wulan 2006). Dengan demikian
pelayanan kesehatan saat ini menawarkan pelayanan home care untuk
menangani kasus seperti diatas. Jumlah kunjungan perawat home care setiap
minggunya rata-rata 50 kunjungan, dan jumlah kunjungan per hari 8-10
kunjungan dengan jenis penyakit paling banyak dilayani yaitu kasus stroke
sebanyak 82 pasien di RS Panti Rapih (Siswanti, 2003).
Berkembangnya home care dikalangan masyarakat menjadi lebih baik jika
diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pelayanan asuhan keperawatan salah
satunya adalah pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga. Dari penelitian
terdahulu, 37% pasien bermasalah mengenai pemilihan obat, 20% pasien
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Suatu penelitian dilakukan oleh
Julie B.Mallinger, Jennifer J.Griggs, dan Cleveland G.Shields (2005) mengenai
hubungan antara patient-centeres care dan kepuasan dengan informasi pada
wanita yang sembuh dari kanker payudara. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan bahwa mereka yang sembuh dari kanker payudara merasa puas
dengan informasi yang diberikan petugas kesehatan mengenai penyakit dan
pengobatan penyakitnya tersebut. Namun mereka merasa kurang puas dengan
minimnya informasi mengenai pemeriksaan jangka panjang, pengaruh penyakit
terhadap psikososial pasien, dan kehidupan sosial pasien.
Hal ini menjelaskan bahwa pasien dan keluarga membutuhkan pendidikan
mengenai pemilihan obat dan pengetahuan mengenai terapi obat tersebut. Ini
merupakan salah satu contoh kasus bahwa perawat dan tenaga kesehatan lainnya
bertanggung jawab memberikan pendidikan terhadap pasien dan keluarga agar
mereka mampu mengambil keputusan yang tepat guna meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal. Pendidikan terjadi ketika pasien berinteraksi dengan
dokter dan/ atau perawatnya. Banyak staf kesehatan yang berbeda dalam
mendidik pasien dan/ atau keluarga maka penting bagi staf kesehatan untuk
mengkoordinasikan kegiatan tersebut sehingga pendidikan yang diberikan fokus
terhadap kebutuhan pasien (American University of Beirut, 2013).
Hal – hal tersebut diatas merupakan segelintir alasan Komite Joint
Commission International (JCI) mengeluarkan standar akreditasi khusus home
care. Standar penilaian akreditasi ini merupakan standar penilaian penerapan
home care berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi keselamatan pasien,
akses dan asesmen pasien, hak dan tanggung jawab pasien, perawatan psasien
dan kontinuitas pelayanan, manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan
keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam
mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan
pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi
tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah,
memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal – hal
tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan
dan pelaksanaan pendidikan pada pasien dan keluarga di unit pelayanan home
care.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan merupakan hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengeruhi oleh intensitas perhatian melalui indera pendengaran dan indera
penglihatan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan
sikap seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Tak hanya dari segi pengetahuan perawat, pelayanan home care juga
ditentukan oleh manajemen yang digunakan oleh unit pelayanan tersebut.
Fasilitas, keuangan, sumber daya, standar minimal, dan lain sebagainya
mempengaruhi jalannya pelayanan home care yang diberikan kepada klien.
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga
informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi
dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang
menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan
perkembangan keperawatan dinegara yang telah berkembang, social ekonomi
masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi
lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau, sehingga
memerlukan perawatan ebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan dirumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era
peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar,
managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan
yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variable ini,
industri perawatan dirumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan
harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah
memberi hasil yang terbaik bagi setia individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh
pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayana di rumah melalui
staf atau pengaturan berdsarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980
Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan di Rumah yang
Disusun oleh PPNI dan DEPKES).
Kriteria kasus yang dapat diberikan pelayanan home care yaitu kasus
umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit dan kasus dengan
kondisi khusus. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit
terdiri atas klien dengan penyakit obstruksif paru kronis, klien dengan penyakit
gagal jantung, klien dengan hipertensi, klien dengan gangguan oksigenasi, klien
dengan perlukaan kronis, klien dengan diabetes, klien dengan gangguan fungsi
perkemihan, klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi, klien
dengan terapi cairan infus di rumah, klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
klien dengan HIV/AIDS. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus terdiri atas
klien dengan post partum, klien dengan gangguan kesehatan mental, klien
dengan kondisi usia lanjut, klien dengan kondisi terminal (Tarricone dan
Tsouros, 2008).
Berdasarkan kriteria kasus diatas, kelompok menemukan kasus gastritis.
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok
kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis)
sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter pylori yang
menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan. Gastritis adalah proses
inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Penyebab utama gastritis sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri
Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering
ditemukan.Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada
orang dewasa mendekati angka 90%.Sedangkan pada anak-anak prevalensinya
lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath
test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya
prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini
adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.Namun, banyak
faktor lain – seperti cedera – traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak – juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa
terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis).Dalam beberapa
kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus)pada lambung dan peningkatan
risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat
dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan. Namun, banyak faktor
lain seperti cedera,stress, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok bermaksud untuk
memberikan pelayanan home care dengan penyakit gastritis kepada klien dan
keluarga yang menjadi kelolaan kelompok.

B. Manfaat
1. Bagi klien
Klien mendapatkan pelayanan yang lebih sempurna, holistik dan
komprehensif.
2. Bagi keluarga
Kegiatan home care dapat meringkankan beban, keluarga dan
membantu keluarga dalam pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan
penyakit klien.
3. Bagi perawat
Perawat dapat mengaplikasikan pelayanan keperawatan mandiri
dibawah naungan legal dan etik keperawatan.
4. Bagi institusi
Home care dapat menjadi sumber masukan dana untuk institusi sendiri
atau home care menjadi sumber penghasilan bagi staf-staf yang berada di
institusi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP HOME CARE

1. Pengertian Home Care


Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home
care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga
yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf
yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan
Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-
orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena
kondisi kesehatannya.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan
layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L,
1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan
keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan
merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William
Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam
bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang
sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah:
a. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah
sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge
planning ) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula,
oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan
khusus yang menangani perawatan di rumah.
b. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan
keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau
puskesmas.
c. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen
rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan
keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf
atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (warola,1980 dalam
Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan dirumah yang disusun
oleh PPNI dan Depkes).
2. Konsep atau Model Teori Yang Mendukung Home Care
1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang
meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan
kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih
b. Air yang bersih,
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan, serta
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada
lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas
melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,
kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang
dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan
berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada
kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik
yang terdiri dari integritas,resonansi dan helicy. Integritas berarti individu
sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan,
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung
arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan
helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan maupun
berlangsung dengan cepat. Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan
adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak
mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers,
1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang
hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan
lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus
bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai
”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia
meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-
faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan
dan kondisi sakit.
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar
biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan
dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas
dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep
praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di
antaranya:
a) Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan
menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan
yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang
bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia
serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites
terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites
(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar),
Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan
yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b) Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan
secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada
saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada
saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara
terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang
belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta
adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu
dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk
proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain,
sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
c) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan
keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien. (Aziz Alimul
Hidayat, 2004).

3. Tujuan Home Care


a) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
b) Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara mandiri.
c) Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
d) Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Menurut Drs.I Nyoman Cakra, A.Md.Kep, SH. (2006). Perawatan kesehatan
di rumah bertujuan :
a) Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya.
b) Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
c) Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
d) Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
e) Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
4. Landasan Hukum Home Care
a) UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
b) PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c) UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
d) UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
e) Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat.
f) Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
g) Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
h) SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
i) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
j) Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.

5. Skill Yang Harus Dikuasi Perawat


Home Care SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311
menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh
perawat home care antara lain :
1) Vital sign
2) Memasang nasogastric tube
3) Memasang selang susu besar
4) Memasang cateter
5) Penggantian tube pernafasan
6) Merawat luka dekubitus
7) Suction
8) Memasang peralatan O2
9) Penyuntikan (IV, IM, IC, SC)
10) Pemasangan infus maupun obat
11) Pengambilan preparat
12) Pemberian huknah/laksatif
13) Kebersihan diri
14) Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
15) Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic
16) Pendidikan kesehatan
17) Konseling kasus terminal
18) Konsultasi/telepon
19) Fasilitasi ke dokter rujukan
20) Menyiapkan menu makanan
21) Membersihkan tempat tidur pasien
22) Fasilitasi kegiatan sosial pasien
23) Fasilitasi perbaikan sarana klien.
Kompetensi Dasar
1) Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum.
2) Menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara
umum
3) Menjelaskan konsep dasar homeostasis, dan pathogenesis.
4) Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien
5) Menjelaskan cara-cara pemberian obat kepada pasien
6) Melakukan pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.
7) Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh
klien/pasien :
a) Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan
oleh
klien/pasien
b) Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa di
laboratorium
c) Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di laboratorium.
8) Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
a) Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik
b) Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik
c) Melaksanakan setiap tindakan keperawatan menggunakan komunikasi
terapeutik.
9) Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai
tingkat perkembangan
10) Membangun hubungan antar manusia
11) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
12) Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia
13) Merencanakan kebutuhan dasar manusia
14) Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
a) Membangun hubungan antar manusia
b) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
c) Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien/pasien
d) Merencanakan kebutuhan dasar klien/pasien
e) Melaksanakan kebutuhan dasar klien/ pasien
f) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien yang
penyakitringan.
15) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH)
a) Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
b) Melaksanakan prosedur K3
c) Menerapkan konsep lingkungan hidup
d) Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan
16) Memahami kontinum sehat- sakit
17) Menjelaskan keseimbangan tubuh manusia normal
18) Menjelaskan definisi sehat-sakit
19) Menjelaskan model-model sehat dan sakit
20) Menjelaskan nilai-nilai yang mempengaruhi kesehatan
21) Menjelaskan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
22) Menjelaskan faktor-faktor resiko dalam kehidupan manusia
23) Menjelaskan dampak sakit pada klien/pasien dan keluarga.
24) Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
a) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem integumen sederhana yang
umum dimasyarakat
b) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem gastro intestinal sederhana
yang umum di masyarakat
c) Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana yang
umum di masyarakat
d) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem respiratori sederhana yang
umum di masyarakat
e) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem kardio vaskuler sederhana
yang umum di masyarakat
f) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem persarafan sederhana yang
umum di masyarakat
g) Menjelaskan penyakit–penyakit sistem reproduksi sederhana yang
umum di masyarakat.
25) Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
26) Menjelaskan tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
27) Menjelaskan tindakan pelayanan kesehatan utama
28) Menjelaskan peran asisten perawat dalam pemberian perawatan utama.
29) Memahami pemberian obat
a) Menjelaskan nomenklatur dan bentuk obat oral
b) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kerja obat
c) Menjelaskan kemampuan memberikan obat oral.
30) Memahami kemampuan interpersonal dan massa
31) Menjelaskan berbagai tingkatan komunikasi
32) Menjelaskan proses komunikasi
33) Menjelaskan bentuk-bentuk komunikasi
34) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
35) Mendiskusikan komunikasi terapeutik
36) Menjelaskan bantuan dalam berkomunikasi.
37) Prinsip-prinsip perkembangan manusia
a) Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
b) Menjelaskan tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia
c) Menjelaskan tentang konsepsi
d) Menjelaskan proses kelahiran.
38) Memahami tahap-tahap perkembangan manusia
39) Menjelaskan perkembangan masa bayi
40) Menjelaskan perkembangan masa balita
41) Menjelaskan perkembangan anak masa usia sekolah
42) Menjelaskan perkembangan masa remaja
43) Menjelaskan perkembangan masa dewasa muda
a) Menjelaskan perkembangan masa dewasa
b) Menjelaskan perkembangan masa lansia.
44) Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan
perkembangan
a) Menjelaskan sikap perawat terhadap klien/pasien sesuai dengan
tahapperkembangan
b) Menjelaskan pelayanan perawatan kesehatan komunitas dan panti.
45) Memahami tentang stress
a) Menjelaskan konsep stress
b) Menjelaskan adaptasi terhadap stress
c) Menjelaskan respon terhadap stress
d) Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.
46) Memahami kebutuhan dasar manusia
a) Menjelaskan kebutuhan fisiologis manusia
b) Menjelaskan kebutuhan keselamatan dan rasa aman
c) Menjelaskan kebutuhan cinta dan rasa memiliki
d) Menjelaskan kebutuhan penghargaan dan harga diri
e) Menjelaskan kebutuhan aktualisasi diri.
47) Memahami tentang kesehatan reproduksi
a) Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
b) Menjelaskan anatomi dan fisiologi alat reproduksi
c) Menjelaskan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.
d) Memahami perilaku empatik.
e) Menjelaskan sikap empatik terhadap kehilangan, kematian, duka cita
saat melakukan tindakan keperawatan
f) Menjelaskan bantuan yang diberikan sesuai dengan agama, dan
kebutuhan
spiritual klien tersebut.
48) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
a) Menjelaskan pedoman untuk mengukur tanda vital
b) Menjelaskan tentang pengukuran suhu tubuh
c) Melaksanakan pengukuran nafas
d) Melaksanakan pengukuran nadi.
49) Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
a) Menjelaskan tentang mobilisasi dan pengaturan gerak
b) Menjelaskan gangguan mobilisasi
c) Menjelaskan latihan mobilisasi
d) Menunjukan kemampuan melakukan mobilisasi pasif dan aktif
e) Menjelaskan gangguan mobilisasi.
50) Melakukan pemberian nutrisi
a) Menjelaskan nutrisi seimbang
b) Menunjukan kemampuan memberikan makan peroral pada
pasien/klien.
c) Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan
d) Menjelaskan komunikasi multidisiplin dalam tim
e) Membuat dokumentasi sesuai dengan pedoman.
f) Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah
hokum
g) Menjelaskan pentingnya etika dan hukum keperawatan dalam
melaksanakan tugas.
h) Melakukan perilaku kinerja asisten perawat sesuai dengan etika dan
hukum keperawatan.
6. Ruang Lingkup Home Care
a) Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b) Melakukan pendidikan pada pasien dan keluarganya
c) Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
b) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik.
c) Pelayanan rehabilitas dan terapi fisik
d) Pelayanan informasi dan rujukan
e) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan.
g) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.

7. Mekanisme Pelayanan Home Care


Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah
dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit,
maupun puskesmas, namun pasien atau klien dapat langsung menghubungi
agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan
perorangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan
adalah sebagai berikut:
1) Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa
terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis
layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
2) Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat
di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan
dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien,
kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3) Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak
atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah.
Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus
diketahui oleh koordinator kasus.
4) Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien atau klien yang menerima pelayanan perawatan
dirumah :
1) Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau
menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola
2) Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi
(Informed consent)
3) Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan
haknya dalam menerima pelayanan.
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
a. Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana
lain, keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola
kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan
kasus
b. Proses pelayanan home care
1) Persiapan
a. Pastikan identitas pasien
b. Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
c. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
d. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
e. Siapkan file asuhan keperawatan
f. Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2) Pelaksanaan
a. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.
b. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
c. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
d. Membuat rencana pelayanan
e. Lakukan perawatan langsung
f. Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
g. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan
dilakukan
h. Dokumentasikan kegiatan
3) Monitoring dan evaluasi
a. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
b. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
c. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan
d. Proses penghentian pelayanan home care, dengan kreteria :
 Tercapai sesuai tujuan
 Kondisi pasien stabil
 Program rehabilitasi tercapai secara maximal
 Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
 Pasien di rujuk
 Pasien menolak pelayanan lanjutan
 Pasien meninggal dunia

8. Masalah yang dikelola oleh Home Care


Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a) Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b) Klien dengan penyakit gagal jantung,
c) Klien dengan gangguan oksigenasi,
d) Klien dengan perlukaan kronis,
e) Klien dengan diabetes,
f) Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g) Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h) Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i) Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j) Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a) Klien dengan post partum,
b) Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c) Klien dengan kondisi usia lanjut
d) Klien dengan kondisi terminal.

9. Prinsip Home Care


a) Prinsip home care dilaksanakan oleh perawat/tim
b) Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam
praktik.
c) Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komprehensif.
d) Menggunakan data hasil pengkajian dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
e) Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan.
f) Memberi pelayanan prefentif, kuratif, dan rehabilitatif
g) Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan.
h) Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen kasus.
i) Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
j) Mengembankan kemampuan profesional.
k) Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
l) Menggunakan kode etik keperawatan dan melaksanakan praktik
keperawatan.

B. LAPORAN KASUS ASMA BRONKHIAL


1. Definisi
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam
rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan
yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan
derajad penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena
pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status
imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).
2. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
a. Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah
dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering
menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik,
rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi
asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan peka bagi penderita.
b. Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap
alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan
dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili
ada yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita
rinitis.
Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga
rumput.
c. Asma bronkial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik
maupun ekstrinsik.

3. Patologis

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Kontraksi otot polos


Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil


pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus

Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus

Sesak napas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang


memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilasi
4. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah:
a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari,
bulu binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan
seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.
b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial,
parainfluensa, dsb.
c. Ketegangan atau tekanan jiwa.
d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.
e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.
f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk,
parfum, asap industri, dsb.

5. Penatalaksanaan:
a. Waktu serangan.
1) Bronkodilator
a) Golongan adrenergik:
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit,
apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang
sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih
kecil 0,1 – 0,2 cc.
b) Golongan methylxanthine:
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara
intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin
dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin
tidak memberi hasil.
c) Golongan antikolinergik:
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah
menghambat enzym Guanylcyclase.
2) Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada
yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.

1
3) Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.
Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
4) Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai
profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.
5) Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa
ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril
guaiacolat (ekspektorans)
b. Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran
dari cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell
mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting
Substance of anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic
Factor).

Pengobatan Non Medikamentosa:


1. Waktu serangan:
pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar
gejala klinik maupun hasil analisa gas darah.
pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang
berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan
menangani dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan
demikian memudahkan ekspektorasi.
drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran
dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan.
menghindari paparan alergen.
2. Diluar serangan
Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa

2
pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana
dapat menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen.
Imti dari prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.
Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi
bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan
desensitisasi.
Relaksasi/kontrol emosi.
untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.

6. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali
sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan
dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera
dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung
terus untuk waktu yang lama.

b. Pemeriksaan Fisik.
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma
1) Sistim Pernapasan:
 Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan

3
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian
menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa
kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
 Frekuensi pernapasan meningkat
 Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
 Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
 Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada
inspirasi bahkan mungkin lebih.
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar
hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan
otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus),
sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga
serta pernapasan cuping hidung.
 Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
2) Sistem Kardiovaskuler:
 Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak
lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10
mmHg atau lebih.
 Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.

4
3) Sistem persarafan:
 Komposmentis
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- cemas/gelisah/panik
- sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara
 Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi
dan apati sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan
miosis dan edema papil.

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium:
 Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi
 Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun
dengan pemberian kortikosteroid.
b. Analisa gas darah:
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan
asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal
sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis
respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal
atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
c. Radiologi:
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya
tidak menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan
yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus,
vaskulasrisasi paru.
d. Faal paru:
Menurunnya FEV1

5
e. Uji kulit:
Untuk menunjukkan adanya alergi
f. Uji provokasi bronkus:
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar
20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya
hiperreaktivitas bronkus.

7. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental
peningkatan produksi mukus bronkospasme.
1) Tujuan
Jalan nafas menjadi efektif.
2) Kriteria hasil
(a) menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan
pertukaran gas.
(b) dapat mendemontrasikan batuk efektif
(c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
(d) tidak ada suara nafas tambahan
3) Rencana tindakan
(a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum
(b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
(c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi
(d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan
(e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan
fibrasi dada.
(f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut
4) Rasional
(a) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat
ringannya obstruksi
(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan
inefektif serta menimbulkan frustasi

6
(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat
menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan
menunjukan keberhasilan
(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk
mengeluarkan sekret.
(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa
sehat dan mencegah bau mulut.
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding
dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.
1) Tujuan
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
2) Kriteria hasil
(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan
pertukaran gas pada paru
(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif
mengatasi faktor-faktor tersebut
3) Rencana tindakan
(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman
pernafasan
(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler
(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran
tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif
(d) Minimalkan distensi gaster
(e) Kaji pernafasan selama tidur
(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
4) Rasional
(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas
dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif
(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma
sehingga memberikan pengembangan pada organ paru

7
(c) Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak
efektif
(d) Distensi gaster dapat menghambat kontraksi
diafragma
(e) Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas
yang tidak efektif
(f) Rasa ragu–ragu pada klien dapat menghambat
komunikasi terapeutik.
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
1) Tujuan
Asietas berkurang atau hilang.
2) Kriteria hasil
(a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.
(b) Munghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis.
(c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani
ansietas.
3) Rencana tindakan.
(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.
(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.
(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati.
(d) Implementasikan teknik relaksasi.
(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.
(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.
4) Rasional.
(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam
perencanaan tindakan selanjutnya.
(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta menawarkan
alternatif koping yang bisa di gunakan.
(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan
yang sama.
(d) Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan

8
menghilangkan kecemasan
(e) Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih
kooperatif.

d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,


peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.
1) Tujuan
Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.
2) Kreteria hasil
(a) Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit
(b) Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit
(c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal
3) Rencana tindakan
(a) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan
haluaran
(b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
(c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran
(d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan
dengan hasil PaO2
(e) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda –
tanda toksisitas
4) Rasional
(a) Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan
atau penyimpangan dari hasil klien
(b) Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih
baik
(c) Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan
dapat mengkaji keadaan vaskular untuk pemberian obat – obat
darurat.
(d) Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot
pernafasan

9
(e) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi
bronkus seperti kondisi sebelumnya
(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah
atelektasis.

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan
ansietas
1) Tujuan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Kriteria hasil
(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit
(b) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Rencana tindakan
(a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan
menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang
banyak ataupun dipsnea.
(b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum
makan.
(c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi
untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna
(d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan
(e) Bantu klien istirahat sebelum makan
(f) Timbang berat badan setiap hari
4) Rasional
(a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab masalah.
(b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu makan.
(c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.
(d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
(e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.
(f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.

10
f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk
tidak efektif dan imobilisasi.
1) Tujuan
Klien tidak mengalami infeksi nosokomial
2) Kriteria hasil
Tidak ada tanda – tanda infeksi
3) Rencana tindakan
(a) Monitor tanda – tanda infeksi tiap 4 jam.
(b) Gunakan teknik steril untuk perawatan infus. atau tidakan infasif
lainnya.
(c) Pertahankan kewaspadaan umum.
(d) Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum.
(e) Berikan nutrisi yang adekuat
(f) Monitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan
(g) Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi
4) Rasional
(a) Adanya rubor, tumor, dolor, kalor
menunjukan tanda – tanda infeksi
(b) Teknik steril memutus rantai infeksi
nosokomial
(c) Kewaspadaan memberikan persiapan yang
cukup bagi perawat untuk melakukan tindakan bila ada perubahan
kondisi klien.
(d) Sputum merupakan media berkembangnya
kuman.
(e) Nutrisi yang adekuat memberikan
peningkatan daya tahan tubuh.
(f) Sel darh putih yang meningkat menunjukan
kemungkinan infeksi.
(g) Tindakan pencegahan terhadap kuman yang

11
masuk tubuh.

g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi CO 2,


hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.
1) Tujuan
Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan tingkat
enegi saat terbangun
2) Kriteria hasil
(a) Mampu mendiskusikan penyebab keletihan
(b) Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh
(c) Klien dapat rilek dan wajahnya cerah.
3) Rencana tindakan
(a) Jelaskan sebab – sebab keletihan individu
(b) Hindari gangguan saat tidur.
(c) Menganalisa bersama – sama tingkat
kelelahan dengan menggunakan skala Rhoten (1982).
(d) Indentivikasi aktivitas – aktivitas penting dan
sesuaikan antara aktivitas dengan istirahat.
(e) Ajarkan teknik pernafasan yang efektif.
(f) Pertahankan tambahan O2 bila latihan .
(g) Hindarkan penggunaan sedatif dan hipnotif.
4) Rasional
(a) Diketahuinya faktor–faktor penyebab maka
diharapkan bias menghindarinya.
(b) Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi
yang telah menurun setelah aktivitas.
(c) Skala Rhoten untuk mengetahui tingkat
kelelahan yang dialami klien.
(d) Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan
antara kebutuhan aktifitas dan kebutuhan istirahat.
(e) Pernafasan efektif membantu terpenuhnya O2

12
dijaringan.
(f) O2 digunakan untuk pembakaran glukosa
menjadi energi.
(g) Sedatif dan hipnotik melemahkan otot–otot
khususnya otot pernafasan.

h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri pada saat pulang.
1) Tujuan
Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti rencana
pengobatan.
2) Kriteria hasil
(a) Klien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan
perawatan diri pada saat pulang
(b) Menggunakan alat – alat pernafasan yang tepat
3) Rencana tindakan
(a) Bantu mengidentifikasi faktor – faktor pencetus serangan asthma
(b) Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah perawatan
di rumah sakit
(c) Anjurkan dan beri alternative untuk menghindari faktor pencetus.
(d) Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan pernafasan .
(e) Jelaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi.
(f) Instruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan karakteristrik
sputum, peningkatan suhu, batuk, kelemahan nafas pendek ataupun
peningkatan berat badan atau bengkak pada telapak kaki.
4) Rasional
(a) Diketahuinya faktor pencetus mempermudah
cara menghindari serangan asthma .
(b) Tindakan preventif merupakan salah satu
upaya yang di lakukan untuk memberikan pelayanan secara
komprehensif.

13
(c) Salah satu upaya preventif adalah
menghindarkan klien dari faktor pencetus.
(d) Klien dengan asthma sewring mengalami
kecemasan yang mengakibatkan pola nafas tidak efektif sehingga
perlu dilakukan latihan pernafasan.
(e) Infeksi terutama ISPA menjadi faktor
penyebab serangan asthma .
(f) Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya
penanganan segera agar tidak mengalami komplikasi.

BAB III
HASIL PENGKAJIAN HOMECARE

A. Data Umum

14
1. Nama KK : Tn.A
2. Umur : 65 Tahun
3. Alamat : Jl. Soetoyo S Gang. 21 Rt. 05
4. Pekerjaan : Tukang
5. Pendidikan : SD / sederajat
6. Agama : Islam
7. Suku Bangsa : Banjar
8. Komposisi Keluarga : Istri
No Nama J Hub.d Umu Pendidikan agam pekerjaa
K g KK r a n
1 Salasiah P Istri 56 SD Islam IRT/Peta
tahu ni
n

9. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan keluarga

: Tinggal serumah
15
: Meninggal

10. Tipe Keluarga


Tipe keluarga Tn.A adalah tipe keluarga usia lanjut karena didalamnya
terdapat lansia
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. A jarang melakukan reakreasi dikarenakan Tn.A
Menghabiskan waktunya di rumah saja.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1.Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A mempunyai 4 orang anak dengan 1 anak laki-laki dan 3
anak perempuan, semua anaknya telah menikah dan tidak tinggal bersama
Tn.A. Maka keluarga Tn A berada pada tahap perkembangan keluarga usia
lanjut.
2.Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Saat ini Tn. A telah memenuhi tugas perkembangan yaitu memperluas
keluarga inti menjadi keluarga pertengahan, dengan 4 anak 1 laki-laki dan 3
perempuan.
3. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. A sedang mengalami penyakit asma, penyakit yang sering
diderita oleh keluarga Tn. A diantaranya pusing, demam, batuk dan masuk
angin. Dan terdapat Juga penyakit menular seperti TBC tetapi sudah
mendapat penanganan dan terapi obat selama 6 bulan lengkap. Tidak ada
anggota lain yang cacat. Ketika sakit Tn. A berobat kepuskesmas terdekat,
sedangkan Ny.S hanya mengeluhkan ngilu-ngilu pada kaki.
4.Riwayat keluarga dahulu
Tn.A pernah menderita penyakit TBC sebelumnya, tetapi sudah
mendapatkan perawatan dan terapi obat lengkap,hingga saat ini tidak
pernah kambuh lagi.
C. Lingkungan

16
1. Karakteristik Rumah
a.Denah Rumah
kandang

wc/.k.mandi Dapur U S

Kamar 2.

Kamar 1

Ruang Tamu

b. Keadaan Lingkungan Dalam Rumah


Tipe rumah keluarga Tn.A adalah tidak permanent, dengan luas 10x15
M, dengan status rumah milik pribadi. Kebersihan di dalam rumah
cukup terjaga. Rumah keluarga Tn.A menggunakan atap seng, dan
menggunakan lantai kayu, memiliki beberapa ruang yaitu 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang mandi dan 1 WC dengan jenis
jamban septi tank dan sebuah kandang.
c. Keadaan lingkungan diluar rumah
1) Pemanfaatan halaman
Dihalaman rumah keluarga Tn.R mempunyai halaman depan yang
dimanfaatkan sebagai tempat kayu bakar.
2) Sumber air minum
Sumber air minum keluarga Tn.A dengan menggunakan air sumur
yang dimasak, karakteristik air tidak berasa, tidak berbau dan tidak
bewarna.
3) Pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air limbah langsung di bawah rumah yang

17
mengalir pada sawah.
4) Pembuangan sampah.
Tempat pembuangan sampah sementara ada berjarak 5m, dari
rumah dan terbuka.
5) Jamban
Keluarga Tn.A mempunyai jamban berbentuk septik tank .
6) Sumber pencemaran
Rumah keluarga Tn.A dekat dijalan raya kurang lebih 3 M, dan
sering beraktifitas sehingga menyebabkan sesak nafas.
7) Sanitasi rumah
Rumah keluarga cukup bersih dan ditandai dengan lantai tidak
kotor dan tidak licin.
8) Karakteristik tetangga dan komunitas
Tn.A mengatakan tetangganya orang asli Banjar. Tn.A terkadang
keluar rumah dan mengobrol dengan tetangga di sekitar rumah.
9) Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn.A sudah lama menikah kurang lebih 45 tahun
langsung ikut suami dan mempunyai anak 4 dan tidak pernah
berpindah rumah.
10) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang paling banyak digunakan berkumpul dengan keluarga
pada setiap hari . Interaksi keluarga dan masyarakat baik,
mengikuti kegiatan khusus dimasyarakat seperti pengajian dll.
11) Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn. A mandiri tidak tergantung dengan siapapun dan
anaknya tidak tinggal serumah dengannya.
D.Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Keluarga Tn. A biasa sering berkomunikasi menggunakan bahasa Banjar.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga yang bertanggung jawab dalam mengambil keputusan
dan berpengaruh adalah Tn. A yang berperan sebagai kepala keluarga.
3. Struktur peran formal dan informal
Tn. A sebagai pencari nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Ny. S sebagai istri pengurus rumah tangga.
4. Nilai dan norma
Keluarga Tn. A beragama islam dan menjalani hidup berdasarkan
tuntunan agama islam seperti: sholat 5 waktu.
E. Fungsi Keluarga

18
1. Fungsi Biologis
a. Keadaan Kesehatan
Secara umum keadaan kesehatan anggota keluarga Tn.A dalam
keadaan baik, semua tidak memiliki keluhan yang serius hanya Tn. A
yang memiliki keluhan sesak nafas asma.
b. Keadaan Perseorangan
Kebersihan seluruh anggota keluarga Tn.A baik dengan cara mandi 3
kali sehari dan menggosok gigi.
c. Penyakit yang sering diderita
Penyakit yang sering diderita keluarga Tn.A yaitu asma dan istri Ny. S
sering pegal-pegal pada bagian kaki.
d. Penyakit keturunan
Tn. A mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang mempunyai
penyakit asma.
e. Penyakit kronis/menular
Keluarga Tn. A tidak ada yang menderita penyakit menular apapun.
f. Kecacatan
Keluarga Tn. A tidak ada yang menderita cacat fisik maupun mental.
g. Pola makan
Pola makan baik dengan cara makan 3x sehari dengan porsi cukup
dan menu gizi seimbang seperti nasi, lauk pauk dan sayur serta buah
dan tidak disertai susu.
h. Pola istirahat
Pola istirahat teratur dan cukup, kurang lebih 7 jam perhari.
2. Fungsi Psikologis
a. Keadaan Emosi
Anggota keluarga Tn.A keadaan stabil dapat mengontrol emosi.
b. Kebiasaan Buruk
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan buruk.
c. Pengambilan Keputusan
Keluarga Tn.A dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah
selalu bermusyawarah dengan keluarga internal.
d. Ketergantungan Obat
Tidak ada keluarga yang mengalami ketergantungan obat apa lagi
obat-obatan terlarang.
e. Pencarian Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn.A pada saat sakit membawa keluarga berobat ke
puskesmas.
3. Fungsi Spiritual
a. Ketaatan Beribadah

19
Anggota keluarga Tn.A taat beribadah seperti sholat 5 waktu dan
mengikuti pengajian dan yasinan.
b. Keyakinan Kesehatan
Keluarga Tn.A memiliki keyakinan agar selalu menjaga kesehatan
dengan cara menerapkan pola hidup sehat dalam keluarganya.
4. Fungsi Social
a. Tingkat Pendidikan
Keluarga Tn. A pendidikan SD/sederajat, Ny. S pendidikan SD.
b. Hubungan Antar Anggota Keluarga
Keluarga Tn. A hubungan anggota keluarga terjalin dengan baik saling
komunikasi secara terbuka.

c. Hubungan Dengan Orang Lain


Keluarga Tn. A hubungan dengan tetangga sangat baik terkadang
mengobrol didepan teras rumh, untuk menjalin silaturahmi dengan
orang lain.
d. Kegiatan Organisasi Sosial
Keluarga Tn. A aktif mengikuti yasianan dan pengajian
dikampungnya.
5. Fungsi Cultular
a. Pengambilan Keputusan
Keluarga Tn. A dalam mengambil keputusan dilakukan dengan cara
musyawarah sesama anggotanya keluarganya dan keputusan
ditentukan oleh Tn.A sebagai kepala keluarga.
b. Adat Yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Didalam keluarga tidak ada adat yang mempengaruhi kesehatan,dan
tidak ada yang melarang tentang pengobatan.
c. Tabu-tabu
Dalam keluarga Tn.A tidak terlalu mempercayai hal yang tabu atau
mistik.
6. Fungsi Reproduksi
Tn. A sudah menikah dan dikaruniai 4 orang anak 1 laki-laki dan 3
perempuan.
7. Fungsi Ekonomi
Tn. A seorang kepala rumah tangga, Tn. A sudah tidak berkerja sebagai
petani dengan penghasilan perbualan kira-kira Rp. 1. 500.000.,00
pengeluaran perhari Rp. 50.000.,00.
8. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
a. Mengenal Masalah Kesehatan

20
Keluarga Tn. A kurang mengerti tentang penyakit yang saat ini dialami
yaitu penyakit Asma. Dengan hal ini Tn.A rutin membawa
kepuskesmas.
b. Mengambil Keputusan Yang Tepat
Keluarga Tn. A apabila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit
maka keluarga akan membawanya ke Puskesmas atau ke balai
pengobatan.
c. Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Keluarga Tn.A jika salah satu anggota keluarganya mengalami sakit
mampu merawat anggota keluarga dengan baik.
d. Memelihara Lingkungan Rumah Yang Mendukung Kesehatan
Keluarga Tn.A mampu memelihara lingkungan yang mendukung
kesehatan hal ini bisa dilihat dengan rumah yang kurang bersih dan
kurang tertata rapi dan adanya tempat pembuangan sampah terbuka
serta tidak adanya tanaman di halaman rumah.
e. Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Keluarga Tn. A sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas dan balai pengobatan.
9. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Apabila Keluarga Tn. A menderita penyakit, terjadi kecemasan ringan
dengan tanda tidak konsentrasi dan langsung ingin memeriksakan ke
tenaga kesehatan.
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Keluarga Tn. A jika menghadapi masalah dengan cara mendekatkan
diri dengan Tuhan yang Maha Esa, agar masalah cepat teratasi.
c. Strategi koping yang diinginkan
Di dalam keluarga Tn.A selalu bermusyawarah jika ada masalah yang
terjadi agar selesai dengan baik tanpa ada perselisihan.
d. Strategi adaptasi ditujukan
Tn. A tampak sabar dan bertindak selaku kepala keluarga dengan baik
dan sangat menyayangi istrinya, anak dan menantunya.

F. Pemeriksaan Fisik
N TB BB LL TD Na Resp. Suhu Keterangan/
o A di keluhan
1 155 48 30 130/90 88x 26x/m 36°C Sesak napas
cm kg mmHg /m
21
2 150 45 28 120/90 84x 24x/m 36,5° Pegal-pegal
cm kg mmhg /m C pada kaki

G. Harapan Keluarga
1. Persepsi Terhadap Masalah
Keluarga Tn. A dalam menghadapi masalah kesehatan selalu membawa
puskesmas atau rumah sakit setempat untuk berobat .
2. Harapan terhadap masalah
Keluarga Tn.A berharap agar Seluruh angota keluarga sehat selalu .

H. Tipologi Masalah Kesehatan


No Daftar Masalah Kesehatan
1 Kurang/tidak sehat : asma
2 Ancaman : Sesak nafas (asma) mendadak saat beraktifitas

I. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga


No Kriteria Pengkajian
1 Mengenal Masalah Keluarga Tn. A belum terlalu mengerti tentang
penyakit asma.
2 Mengambil Keluarga Tn. A dalam mengambil keputusan
keputusan yang sudah tepat, setiap sakit selalu ke fasilitas
tepat kesehatan terdekat seperti puskesmas.
3 Merawat anggota Keluarga Tn. A mengatakan mereka kurang
keluarga yang mengetahui cara merawat anggota keluarga
sakit atau punya yang sakit Asma.
masalah
4 Memodifikasi Keluarga Tn. A Sudah memodifikasi
lingkungan lingkungan, tapi hasil belum maksimal karena
dibawah kolong rumah banyak sampah dan
sedikit air.
5 Memanfaatkan Keluarga Tn. A sudah memanfaatkan fasilitas
sarana kesehatan kesehatan, setiap ada keluhan selalu berobat
kepuskesmas terdekat.

22
J. Analisa Data
Masalah
Kemungkinan Tipologi
No Data Keperawatan/
Penyebab Masalah
Kesehatan
1 2 3 4 5
1. Data Subjektif Risiko Ketidakmampuan Aktual
- Tn.A kekambuhan keluarga merawat
mengatakan asma berulang anggota keluarga
sudah cukup lama yang sakit
namun tidak tahu
penatalaksanaannya.
- Tn.A
mengatakan sering
kambuh asmanya bila
cuaca dingin.

Data Objektif
- Tn.A
dan keluarga
2 mengatakan kurang Aktual
mengetahui tentang Defisit Ketidakmampuan
pengertian, tanda dan pengetahuan keluarga mengenal
gejala perawatan dan tentang masalah asma yang
penanganan penyakit penyakit asma dialami anggota
asma. keluarga
- Tn.A
mengatakan hanya
minum obat dari dokter
kalau sesaknya datang.

Data Subjektif
- Tn.A
dan keluarga tidak
mengetahui jenis
pengobatan dan
penatalaksanaan
penyakit asma
- Tn.A
dan keluarga tampak
banyak bertanya
tentang masalah
penyakit asma

23
K. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1) Risiko kekambuhan berulang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
2) Defisit pengetahuan tentang penyakit asma
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma
yang dialami anggota keluarga

Penentuan Prioritas Masalah


a. Defisit pengetahuan tentang penyakit asma berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma yang dialami anggota
keluarga

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Pada pengobatan dan
Ancaman kesehatan perawatan yang tidak efektif,
penyakit asma yang
berkepanjangan dapat
membahayakan.
2. Kemungkinan 1/2 x 2 1 Faktor ekonomi lemah
masalah dapat diubah
Sebagian
3. Potensial masalah 3/3 x 1 1 Masalah ini dapat dicegah
untuk dicegah : dengan Tn.S menghindari
Tinggi faktor-faktor dapat mencegah
kekambuhannya penyakit ini.
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari keadaan
masalah : Tn.S merupakan suatu masalah
Ada masalah tetapi dan harus segera ditangani
tidak dirasakan.
Jumlah 3 1/3

24
b. Risiko kekambuhan berulang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 1/3 x 1 1/3 Keluarga tidak mengetahui
Ancaman kesehatan cara pencegahan dan
penatalaksanaan asma
2. Kemungkinan 1/2 x 2 1 Pengetahuan keluarga tentang
masalah dapat diubah asma sangat minim, tetapi
Sebagian antusias menanyakan kepada
mahasiswa dan keluarga cukup
kooperatif untuk mengetahui
tentang penyakit An.R serta
mau diajak berdiskusi.

3. Potensial masalah 3/3 x 1 1 Keluarga berupaya untuk


untuk dicegah : mengetahui penatalaksanaan
Tinggi asma.
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga mengatakan penyakit
masalah : asma ini sebagian
Masalah berat harus masalah/stressor dan harus
segera ditangani segera diberikan
penatalaksanaan yang tepat.

Jumlah 3 1/3

Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas penanganan masalah adalah :


a. Defisit pengetahuan tentang penyakit asma berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma yang dialami anggota
keluarga.
b. Risiko kekambuhan berulang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

25
L. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
N Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
Rencana Intervensi
o Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah 3 kali Respon - Klien mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga
tentang penyakit asma pendidikan pertemuan : Verbal menyebutkan tentang penyakit asma.
berhubungan dengan kesehatan keluarga - Keluarga dapat faktor-faktor Rasional : untuk
ketidakmampuan dapat mengerti dan mengetahui apa pencetus mengetahui sejauhmana
keluarga mengenal memahami tentang yang disebut asma pengetahuan keluarga
masalah asma yang penyakit asma asma. - Klien dan tentang penyakit asma
dialami anggota - Keluarga dapat keluarganya 2. Berikan penjelasan tentang
keluarga mengetahui mau penyakit asma mulai dari
bagaimana cara berkonsultasi pengertian, penyebab,
menghindari tentang sampai penatalaksanaan.
faktor-faktor penyakitnya Rasional : diharapkan
pencetus asma pada tenaga dengan penjelasan tentang
- Keluarga dapat kesehatan penyakit asma dapat
mengetahui dan menambah pengetahuan
tanda dan gejala menghindari keluarga
penyakit asma pencetus 3. Beri kesempatan keluarga
- Keluarga dapat asma. untuk menanyakan
mengetahui penjelasan yang diberikan
penatalaksanaan Rasional : untuk
asma. mengetahui masalah yang
belum dimengerti oleh
keluarga sehubungan
dengan asma.

26
1 2 3 4 5 6 7
2. Risiko kekambuhan Setelah dilakukan Setelah 3 kali Respon - Diharapkan 1. Kaji kemampuan klien
berulang penyuluhan pertemuan : Verbal keluarga untuk mengatasi masalah
berhubungan dengan kesehatan - Keluarga dapat psikomotor mampu Rasional : untuk
ketidakmampuan keluarga dapat : melakukan melaksanakan mengetahui seberapa
keluarga merawat - Mendapatkan perawatan sebagian atau jauh kemampuan
anggota keluarga pengobatan bagaimana cara seluruh klien/keluarga dalam
yang sakit yang tepat dan mengatasi bila intervensi yang menghadapi masalah
efektif. asma Tn.S diberikan penyakit keluarganya.
- Dapat merawat kambuh - Keluarga dapat 2. Kaji tindakan apa yang
anggota - Keluarga dapat melaksanakan dilakukan oleh klien dan
keluarga yang mengantisipasi beberapa keluarga pada saat
menderita asma aktifitas yang intervensi terjadi kekambuhan.
dapat dilakukan untuk Rasional : untuk
oleh Tn.S menghilangkan mengetahui sejauh mana
- Keluarga dapat bila asma kemampuan keluarga
membawa anggota kambuh untuk mengatasi masalah
keluarga yang - Keluarga dapat klien
menderita asma ke membatasi 3. Anjurkan klien untuk
tempat pelayanan kegiatan Tn.S menghirup uap hangat
kesehatan untuk dalam ditambah dengan minyak
mendapatkan mengatasi angin bila asma datang.
pengobatan yang kekambuhan Rasional : air hangat
tepat meningkatkan sirkulasi
pernapasan lebih lancar.

M. Implementasi dan Evaluasi

27
Hari/ Diagnosa Keperawatan
No Tujuan khusus Implementasi Evaluasi
Tanggal Keluarga
1 2 3 4 5 6
1. 17 Juli Defisit pengetahuan Setelah 3 kali 1. Mengkaji pengetahuan S : Klien dan keluarga
2019 tentang penyakit asma pertemuan : keluarga tentang penyakit mengatakan mengerti
berhubungan dengan - Keluarga dapat asma. sebagian tentang pengertian,
ketidakmampuan mengetahui apa yang 2. Memberikan penjelasan penyebab, tanda dan gejala
keluarga mengenal disebut asma tentang penyakit asma asma
masalah asma yang - Keluarga dapat 3. Memberikan kesempatan O : Keluarga tampak
dialami anggota keluarga mengetahui untuk menanyakan memperhatikan penjelasan
bagaimana cara penjelasan yang diberikan. yang diberikan setelah
menghindari dari 4. Memberikan penjelasan diberikan penjelasan ulang
faktor-faktor ulang bila masih belum A : Masalah teratasi
pencetus asma dimengerti oleh keluarga P :-
- Keluarga dapat 5. Mengetahui secara singkat
mengetahui tanda terhadap topik yang
dan gejala penyakit didiskusikan.
asma
- Keluarga dapat
mengetahui
penatalaksanaan
asma

1 2 3 4 5 6

28
2. 18 Juli Risiko kekambuhan Setelah 3 kali 1. Mengkaji kemampuan S : Klien dan keluarga
2019 berulang berhubungan pertemuan : klien untuk mengatasi mengatakan mengerti
dengan ketidakmampuan - Keluarga mampu masalah anjuran yang diberikan
keluarga merawat memberikan 2. Mengkaji tindakan apa tentang penatalaksanaan
anggota keluarga yang tindakan bila terjadi yang dilakukan oleh klien asma
sakit kekambuhan dan keluarga pada saat O : Keluarga tampak mengerti
- Keluarga dapat terjadi kekambuhan dan memperhatikan
melakukan 3. Menganjurkan klien untuk penjelasan yang berulang
perawatan menghirup uap air hangat ulang
bagaimana cara ditambah dengan minyak A : Masalah teratasi
mengatasi bila asma angin bila asma datang. P :-
Tn.A kambuh 4. Menganjurkan klien untuk
- Keluarga dapat mengurangi aktifitas yang
mengantisipasi berlebihan
aktifitas yang dapat 5. Menganjurkan klien untuk
dilakukan oleh Tn.A mengkonsumsi obat yang
dianjurkan mantri secara
rutin

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga
Tn.A maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengumpulan data pada keluarga Tn.A dilakukan dengan cara
wawancara dan observasi. Pada waktu pengkajian tidak ada kendala ataupun
kesulitan yang dihadapi, karena keluarga Tn.A selalu berada ditempat dan
waktu pengkajian Tn.A cukup kooperatif
2. Diagnosa keperawatan
Dari analisa data ditemukan beberapa masalah, yang ditegakkan
sebagai diagnosa, yaitu :
b. Risiko kekambuhan berulang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
c. Defisit pengetahuan tentang penyakit asma berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma yang dialami anggota
keluarga
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga ditunjukkan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah, pencegahan dan
penatalaksanaan asma
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan
yang telah disusun untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
melakukan penyuluhan dan pendidikan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab.

5. Evaluasi
Masalah keperawatan yang timbul saat pengkajian dilakukan
30
tindakan segera pada keluarga Tn.A dapat berhasil sesuai dengan rencana dan
tujuan yang diinginkan dicapai.
B. Saran
1. Bagi Keluarga
a. Diharapkan agar seluruh anggota keluarga dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan dan bisa lebih peka terhadap perubahan
kesehatan anggota keluarganya.
b. Diharapkan partisipasi dari seluruh anggota keluarga dalam pengobatan
dan perawatan Tn.A
c. Diharapkan agar keluarga mengadakan hubungan timbal balik yang baik
terhadap petugas kesehatan terutama dalam mengontrol status kesehatan
keluarga.
d. Diharapkan agar keluarga Tn.A bisa memanfaatkan sumber-sumber
kesehatan di masyarakat terutama dalam pengobatan.
2. Bagi mahasiswa
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga yang paling penting
adalah pembinaan hubungan saling percaya dengan anggota keluarga karena
setiap anggota keluarga mempunyai sifat dan karakter yang berbeda.
3. Bagi institusi Pendidikan
Untuk mencapai hasil yang diinginkan terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga, supaya lebih intensif dalam melatih
mahasiswa/mahasiswi dalam pembuatan asuhan keperawatan keluarga secara
individu, agar mahasiswa (i) dapat lebih mengerti dan memahami tentang
pembuatan asuhan keperawatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. ( 2010 ). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

31
Mansjoer, Arif, ddk 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press.

NANDA. ( 2012 ). Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional, Edisi


Revisi. Yogyakarta: Media Rehardi

Nursalam. ( 2009 ). Proses dan dokumentasi keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi
ke dua. Jakarta : Salemba Medika.

Noer Saifudin, 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FKUI

Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma


Bronkial. CV Infomedika Jakarta.

Tucker S.M. (1993). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. EGC.

32

22
33

Anda mungkin juga menyukai