BAB II
KONSEP DASAR HOME CARE
A. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah
karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc.Ewen , 2001)
Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993) Home Care
merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien, sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang
panjang.
Di beberapa negara maju, home care (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep
yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan
perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati
klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian home care adalah :
1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah
termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat
dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan
khusus yang menangani perawatan di rumah.
2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak lanjut
dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.
3. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal.
4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan,
dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi
pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak)
(Warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang disusun
oleh PPNI dan Depkes).
2. Landasan hukum :
a. UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
b. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
c. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
d. PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e. PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
f. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker, ass.apoteker,
pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh
kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi
elektromedis
g. SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
h. Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
i. Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
j. Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
k. Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
l. Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
m. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
Kompetensi Dasar
1. Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum.
a. Menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara umum
b. Menjelaskan konsep dasar homeostasis, dan patogenesis.
2. Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien
a. Menjelaskan cara-cara pemberian obat kepada pasien
b. Melakukan pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.
3. Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh klien/pasien
a. Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh
klien/pasien
b. Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa di laboratorium
c. Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di laboratorium.
4. Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
a. Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik
b. Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik
c. Melaksanakan setiap tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik.
5. Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai tingkat perkembangan.
a. Membangun hubungan antar manusia
b. Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
c. Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia
d. Merencanakan kebutuhan dasar manusia
6. Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
a. Membangun hubungan antar manusia
b. Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
c. Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien/pasien
d. Merencanakan kebutuhan dasar klien/pasien
e. Melaksanakan kebutuhan dasar klien/ pasien
7. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien yang penyakit
ringan.
8. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
a. Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
b. Melaksanakan prosedur K3
c. Menerapkan konsep lingkungan hidup
d. Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan
9. Memahami kontinum sehat- sakit
a. Menjelaskan keseimbangan tubuh manusia normal
b. Menjelaskan definisi sehat-sakit
c. Menjelaskan model-model sehat dan sakit
d. Menjelaskan nilai-nilai yang mempengaruhi kesehatan
e. Menjelaskan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
f. Menjelaskan faktor-faktor resiko dalam kehidupan manusia
g. Menjelaskan dampak sakit pada klien/pasien dan keluarga.
10. Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
a. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem integumen sederhana yang umum di masyarakat
b. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem gastro intestinal sederhana yang umum di masyarakat.
c. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana yang umum di masyarakat
d. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem respiratori sederhana yang umum di masyarakat
e. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem kardio vaskuler sederhana yang umum di masyarakat
f. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem persarafan sederhana yang umum di masyarakat
g. Menjelaskan penyakitpenyakit sistem reproduksi sederhana yang umum di masyarakat.
11.Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
a. Menjelaskan tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
b. Menjelaskan tindakan pelayanan kesehatan utama
c. Menjelaskan peran asisten perawat dalam pemberian perawatan utama.
12. Memahami pemberian obat
a. Menjelaskan nomenklatur dan bentuk obat oral
b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kerja obat
c. Menjelaskan kemampuan memberikan obat oral.
13. Memahami kemampuan interpersonal dan massa
a. Menjelaskan berbagai tingkatan komunikasi
b. Menjelaskan proses komunikasi
c. Menjelaskan bentuk-bentuk komunikasi
d. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
e. Mendiskusikan komunikasi terapeutik
f. Menjelaskan bantuan dalam berkomunikasi.
14. Prinsip-prinsip perkembangan manusia
a. Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
b. Menjelaskan tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia
c. Menjelaskan tentang konsepsi
d. Menjelaskan proses kelahiran.
15. Memahami tahap-tahap perkemangan manusia
a. Menjelaskan perkembangan masa bayi
b. Menjelaskan perkembangan masa balita
c. Menjelaskan perkembangan anak masa usia sekolah
d. Menjelaskan perkembangan masa remaja
e. Menjelaskan perkembangan masa
16. Dewasa muda
a. Menjelaskan perkembangan masa dewasa
b. Menjelaskan perkembangan masa lansia.
17. Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan perkembangan
a. Menjelaskan sikap perawat terhadap klien/pasien sesuai dengan tahap perkembangan.
b. Menjelaskan pelayanan perawatan kesehatan komunitas dan panti.
18. Memahami tentang stres
a. Menjelaskan konsep stress
b. Menjelaskan adaptasi terhadap stress
c. Menjelaskan respon terhadap stress
d. Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.
19. Memahami kebutuhan dasar manusia
a. Menjelaskan kebutuhan fisiologis manusia
b. Menjelaskan kebutuhan keselamatan dan rasa aman
c. Menjelaskan kebutuhan cinta dan rasa memiliki
d. Menjelaskan kebutuhan penghargaan dan harga diri
e. Menjelaskan kebutuhan aktualisasi diri.
20. Memahami tentang kesehatan reproduksi
a. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi alat reproduksi
c. Menjelaskan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.
21. Memahami perilaku empatik
a. Menjelaskan sikap empatik terhadap kehilangn, kematian, duka cita saat melakukan tindakan
keperawatan
b. Menjelaskan bantuan yang diberikan sesuai dengan agama, dan kebutuhan
spiritual klien tersebut.
22. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Menjelaskan pedoman untuk mengukur tanda vital
b. Menjelaskan tentang pengukuran suhu tubuh
c. melaksanakan pengukuran nafas
d. Melaksanakan pengukuran nadi.
23. Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
a. Menjelaskan tentang mobilisasi dan pengaturan gerak
b. Menjelaskan gangguan mobilisasi
c. Menjelaskan latihan mobilisasi
d. Menunjukan kemampuan melakukan mobilisasi pasif dan aktif
e. Menjelaskan gangguan mobilisasi.
24. Melakukan pemberian nutrisi
a. Menjelaskan nutrisi seimbang
b. Menunjukan kemampuan memberikan makan peroral pada pasien/klien.
25. Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan
a. Menjelaskan komunikasi multidisiplin dalam tim
b. Membuat dokumentasi sesuai dengan pedoman.
26. Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah hokum
a. Menjelaskan pentingnya etika dan hukum keperawatan dalam
melaksanakan tugas
b. Melakukan perilaku kinerja asisten perawat sesuai dengan etika dan hukum keperawatan
Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional (ELEMENT
ROOL) antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator
change agent, consultant dan interpersonal proses.
Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat
adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain :
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis
atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
Peran perawat :
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
2. Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
Educator :
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk
belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar
dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya.
(Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau
ketrampilan secara teknis.
1. Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat berinteraksi maupun
formal.
2. Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan .
3. Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.
Collaborator
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat
penyembuhan klien
Coocrdinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
1. Merencanakan
2. Mengorganisasikan
3. Mengarahkan
4. Mengontrol
Change Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla membuat perubahan pada
dirinya atau pada system (Kemp,1986)
Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk berubah,
menunjukan alternated, menggali kemungkinan hasilk dari alternative, mengkaji sumber daya
menunjukan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu
selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney)
PERAN PERAWAT MENURUT KONSORSIUM ILMU KESEHATAN TH 1989
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
3. Peran Sebagai Edukator
4. Peran Sebagai Koordinator
5. Peran Sebagai Kolaborator
6. Peran Sebagai Konsultan
7. Peran Sebagai Pembeharu
PERAN PERAWAT HASIL LOKAKARYA KEPERAWATAN TH 1986
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat
menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya
1. peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
2. peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan,
3. peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta
4. peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
PERAN PERAWAT KESMAS
1. Pelaksana pelayanan keperawatan
2. Pendidik
3. Koordinator pelayanan kesehatan
4. Innovator/pembaharu
5. Organisator yankes
6. Role Model/panutan
7. Fasilitator
8. Pengelola/Manajer
FUNGSI PERAWAT
Merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, dapat berubah dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu
dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita
yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan
By Didi Keitha
Pendahuluan
Dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model
medikal yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis dan pengobatan ke paradigma sehat
yang lebih holistik melihat penyakit dan gejala sebagi informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996) maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi bidang
kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyatan bahwa 40-60 persen pelayanan di Rumah Sakit
adalah pelayanan Keperawatan (Gilles, 1994) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit baik di Rumah Sakit maupun ditatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh Perawat.
Bila sehat merupakan fokus pelayanan kesehatan, dan tidak mengabaikan fungsi pengobatan
dan pemulihan, maka sebenarnya telah terjadi pergeseran pada lokasi pelayanan, tipe dan sifat
pelayanan yang diberikan. Orang sehat berada di masyarakat, sekolah dan tempat kerja, karena
itu promosi dan rumatan kesehatan perlu tersedia pada tempat dimana orang membutuhkan
pelayanan tersebut. Tujuan pelayanan seperti ini adalah agar setiap orang yang sehat tersebut
dapat selalu menjalani kehidupannya secara produktif sesuai dengan kondisi sosial ekonominya
dalam situasi kehidupan yang berkualitas baik.
Sebaliknya, keberadaan orang yang mengalami sakit membutuhkan pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan dapat memenuhi kebutuhan para penerima pelayanan secara holistik.
Para pemberi pelayanan khususnya keperawatan harus dapat mewujudkan pelayanan
keperawatan sebagai suatu pelayanan untuk mempertahankan kualitas kehidupan orang lain
yang saling berhubungan termasuk didalamnya kematian dan perpanjangan hidup (Watson, 1979
dalam Tomey, 1994).
Dengan demikian, wujud tatanan baru dalam pelayanan kesehatan ini memerlukan praktik
keperawatan yang maju, dimana perawat memberikan dan mengkoordinasi pelayanan,
pengelola kasus, memberi nasihat dan konsultasi pada klien tentang perilaku sehat. Disamping
itu perawat juga melakukan fungsi triase, monitoring, membela keluarga dan membantu klien
untuk bijaksana dalam memilih pelayanan kesehatan dan mengevaluasinya.
Peran baru perawat ini memerlukan penyesuaian dalam praktik yang mandiri sesuai dengan
lingkup praktik profesionalnya dan hubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan lainya
dengan bersikap akuntable, interdependen dan berkolaborasi dengan pihak terkait. Perawat dan
pelayanan keperawatan harus memperlihatkan praktik keperawatan Profesional.
Satu aspek lain selain Pendidikan keperawatan adalah Pelayanan Keperawatan yang sampai saat
ini di Indonesia belum banyak didapatkan suatu bentuk nyata terutama diluar Rumah Sakit,
masih banyak tugas dan fungsi perawat pada tatanan pelayanan yang belum sesuai dengan
keilmuan keperawatan yang didapatkan. Sebagai contoh peran perawat di Puskesmas belum
berubah dan banyak distorsi, sehingga kita belum banyak melihat Profesionalisme Perawat
dalam memberikan asuhan Keperawatan kepada masyarakat dalam bentuk praktik mandiri
profesional Keperawatan.
Diberbagai negara bentuk praktik kperawatan profesional yang dikembangkan saat ini telah
dimanfaatkan oleh masyarakat, dimana pelayanan kesehatan tidak hanya tergantung pada
pelayanan kedokteran saja. Perkembangan di Indonesia harus pula disesuaikan dengan
karakteristik masyarakat penerima pelayanan yang saat ini juga masih sangat berorientasi pada
pelayanan kedokteran.
Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dioptimalkan karena telah menjadi kebutuhan masyarakat. Hal ini didukung dengan makin
bertambahnya populasi penduduk, peningkatan umur harapan hidup yang berdampak pada
meningkatnya masalah kesehatan antara lain infeksi penyakit kronis masih tinggi diikuti pula
dengan peningkatan penyakit degeneratif, dan gangguan psikososial. Kondisi ini menyebabkan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jangka panjang dan berkesinambungan menjadi
meningkat. Salah satu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut
antara lain melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Berdasarkan hasil pengkajian need assessment home care yang diselenggarakan di wilayah DKI
Jakarta dengan responden pengelola program kesehatan dan konsumen diperoleh hasil: 100%
responden kelompok pengelola program dan responden konsumen dan 96,7% pengelola
pelayanan di RS, Puskesmas, dan Yayasan menyatakan perlu dikembangkan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah; 91,9% (hampir seluruh responden) menyatakan pengelola
Keperawatan Kesehatan di Rumah memerlukan izin operasional dan 87,3% responden
menyatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana, dan pelayanan (Dit. Bina YanWAT, 2006).
Pengertian
Menurut Rice (1996), Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien di rumahnya untuk menyembuhkan, mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.
Praktik Keperawatan Profesional merupakan cerminan dari hubungan profesional perawat klien
dimana perawat melaksanakan Asuhan Keperawatan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan dan
memperhatikan aspek kemanusiaan dalam merawat klien (Human care).
Praktik Keperawatan Profesional adalah praktik yang dilakukan oleh Perawat profesional atau
tim perawat profesional yang mengintegrasikan berbagai kemampuan untuk mengatasi masalah
klien, kemampuan dimaksud adalah kemampuan Intelektual, Kemampuan Interpersonal,
kemampuan teknikal, dan kemampuan Etik.
Karakteristik Praktik Keperawatan Profesional, dapat dilihat bila seorang dapat merawat
kliennya dengan:
Sehingga bila kita telaah berbagai pengertian diatas maka bentuk praktek keperawatan di rumah
atau kunjungan rumah adalah tepat untuk dapat menerapkan berbagai konsep praktik
keperawatan yang profesional sesuai dengan karakteristiknya.
Tujuan Pelayanan
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar (biologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual) bagi pasien
secara mandiri
2. Meningkatnya kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan dan perawatan pasien di
rumah
Ruang Lingkup
Prinsip-Prinsip Pelayanan
1. Pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dilaksanakan oleh perawat / Tim yang
memiliki keahlian khusus bidang tersebut,
2. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik,
3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan komprehensif secara terus
menerus,
7. Mengevaluasi secara terus menerus respon pasien dan keluarganya terhadap intervensi
keperawatan,
8. Bertanggung jawab terhadap pasien dan keluarganya akan pelayanan yang bermutu melalui;
manajemen kasus, rencana penghentian asuhan keperawatan (discharge planning), dan
koordinasi dengan sumber-sumber di komunitas,
9. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang dilakukan
anggota tim saling mendukung,
11. Berpartisipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan pengetahuan pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah,
Peran:
1. Manajer Kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan dengan anggota keluarga dan penyedia
pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial yang lain untuk meningkatkan pencapaian
pelayanan,
2. Pelaksana /Pemberi Asuhan: Memberikan pelayanan langsung dan melakukan supervisi
pelayanan yang diberikan oleh anggota keluarga atau pelaku rawat (care giver),
3. Pendidik: Mengajarkan keluarga tentang sehat sakit dan bertindak sebagai penyedia informasi
kesehatan.
4. Kolaborato : Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh keluarga dan mengkolaborasikan
dengan keluarga dalam merencanakan pelayanan,
6. Konselor: Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan
koping yang konstruktif,
7. Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan: Melibatkan diri dalam menemukan kasus di keluarga
dan melakukan rujukan secara cepat,
8. Penata lingkungan rumah: Melakukan modifikasi lingkungan bersama pasien dan keluarga dan
tim kesehatan lain untuk menunjang lingkungan sehat,
9. Peneliti: Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui pendekatan ilmiah.
Fungsi:
Memantau kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan lainnya yang diberikan
kepada pasien di rumah.
Membantu pasien dan anggota keluarga mengembangkan perilaku koping yang efektif,
Membimbing semua anggota keluarga dalam melakukan aktifitas promosi dan pemeliharaan
kesehatan,
Mengajarkan anggota keluarga tentang keterampilan dan strategi yang dibutuhkan dalam
mengasuh anggota keluarga yang sakit,
Mendorong keluarga untuk melakukan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui
perilaku hidup sehat,
Melakukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah
kesehatan pasien,
Melakukan kerjasama dengan sumber-sumber/fasilitas pelayanan yang ada di masyarakat untuk
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan sumber-sumber yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan,
Mengembangkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala atau faktor yang berkontribusi
dengan kondisi atau masalah yang akan dicari,
Menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan atau kondisi
tertentu,
Melakukan rujukan terhadap kasus yang perlu penanganan dari tim kesehatan lainnya,
9. Fungsi Peneliti:
Strategi Pelaksanaan
A. Manajemen Kasus
Model manajemen kasus melibatkan pelayanan multidisiplin. Dalam model ini, perawat sebagai
manajer kasus bekerja dengan disiplin lain memberikan pelayanan kepada pasien dengan
berbagai penyakit atau ketidakmampuan fungsional. Perawat menentukan jenis pelayanan yang
dibutuhkan pasien, membuat perencanaan kunjungan (jadwal kunjungan) multidisiplin dan
mengadakan konferensi dengan tenaga kesehatan lain secara periodik atau sesuai kebutuhan
untuk menilai perkembangan pasien/ keluarga terhadap pelayanan yang diberikan serta menilai
kualitas pelayanan yang diberikan.
Kegiatan manajemen kasus mencakup proses manajemen yang meliputi langkah-langkah yaitu;
seleksi kasus, pengkajian kebutuhan pelayanan, perencanaan kebutuhan pelayanan pasien,
pelaksanaan koordinasi pemenuhan kebutuhan pelayanan, dan berikutnya pemantauan dan
evaluasi penyediaan pelayanan multidisiplin. Proses manajemen kasus dalam pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah mencakup:
Pasien koma, Diabetes Melitus (DM), AIDS, Gagal Jantung, Asma berat;
Ketergantungan obat;
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang berbagai pelayanan kesehatan yang
tersedia di masyarakat yang dapat digunakan pasien sesuai dengan kebutuhan mereka;
Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga tentang tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang akan diberikan (Informed Consent);
Mengkoordinasikan rencana manajemen kasus kepada tim kesehatan yang akan memberikan
pelayanan kepada pasien berdasarkan jadwal kunjungan yang telah dibuat;
Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
sepanjang rentang perawatan yang dibutuhkan pasien;
Melaksanakan pelayanan keperawatan berfokus pada tujuan yang telah ditetapkan hingga
pasien mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhannya;
Melakukan monitor tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan serta perkembangan pasien
terkait dengan perubahan status medis, perubahan kemampuan fungsional pasien, kebutuhan
pendidikan kesehatan pasien dan keluarga;
Menilai respon atau hasil akhir pelayanan untuk membuat keputusan tentang penghentian
perawatan di rumah.
Dalam sistem Praktik Keperawatan Mandiri, struktur organisasi pengelola dapat digambarkan
seperti pada bagan dibawah ini yang dapat pula diterapkan dalam Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Di Rumah. Pemimpin unit yang membawahi dua sub unit yaitu sub unit yang
bertanggung jawab terhadap administrasi dan sub unit yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan. Sub unit pelayanan membawahi tenaga Koordinator Kasus (case manager) dan
tenaga pemberi pelayanan (care giver).
Dalam pelaksanaannya struktur organisasi dapat disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia
sehingga beberapa fungsi dapat dilaksanakan oleh satu orang. Demikian pula
sebutan/penamaannya sesuai dengan kesepakatan setempat.
C. Asuhan Keperawatan
Pendekatan holistik
Berdasar Ilmu dan kiat keperawatan
Bersifat manusiawi
Berdasar kebutuhan objektif klien
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien di rumah menggunakan metode proses
keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian adalah pasien harus dilihat secara
holistik dan unik, perawat harus selalu obyektif, format-format yang digunakan harus sesuai,
memperhatikan tempat untuk wawancara, pengumpulan data dilakukan secara terus menerus
dan dicatat secara menyeluruh, akurat, dan sistematik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul untuk merefleksikan respon
pasien. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berkaitan dengan masalah aktual, dan risiko,
atau potensial.
3. Perencanaan
Dalam merumuskan perencanaan ini menekankan pada partisipasi pasien, keluarga, dan
koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, penentuan tujuan serta penyusunan rencana tindakan secara komprehensif.
4. Implementasi
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga, pelaku
rawat dan tenaga lain (kesehatan maupun non kesehatan). Tindakan yang dilakukan mengacu
pada Standard Operational Procedure (SOP) yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan
yaitu tindakan yang bersifat mandiri maupun tindakan kolaborasi. Kegiatan-kegiatan atau
tindakan yang lazim dilakukan pada pelayanan keperawatan kesehatan di rumah antara lain:
Manajemen perawatan luka: tindakan yang dilakukan adalah debridemen atau irigasi luka,
pembalutan luka, pengkajian dan pengambilan kultur luka, monitoring perkembangan
penyembuhan luka, mengajarkan keluarga tentang perawatan luka di rumah;
Perawatan pasien dengan gangguan sistem pernapasan: tindakan yang dilakukan antara lain
pengisapan/ suction lendir, manajemen terapi oksigen, manajemen ventilasi mekanik, perawatan
tracheostomy;
Perawatan pasien dengan gangguan eleminasi: tindakannya antara lain irigasi dan perawatan
kolostomi, mengajarkan pasien dan pengasuhnya tentang cara menggunakan peralatan seperti
pispot, urinal, perawatan kateter urin, observasi adanya tanda-tanda infeksi;
Perawatan pasien dengan gangguan nutrisi: tindakannya antara lain memberi makan melalui
NGT, mengajarkan keluarga tentang cara memberikan makan pasien, mengkaji status nutrisi
pasien, memberikan petunjuk pelaksanaan diit;
Kegiatan rehabilitasi: tindakannya mengajarkan keluarga tentang cara menggunakan alat bantu,
melakukan latihan fisik, ambulasi dan tehnik pemindahan pasien;
Kolaborasi pemberian terapi intravena antara lain dengan pengkajian dan penatalaksanaan
hidrasi, pemberian antibiotik, pemberian nutrisi parenteral, transfusi darah, pemberian analgetik
dan chemoterapi.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan yang telah dilakukan dan
sejauh mana pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia. Evaluasi dilakukan selama proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan maupun pada akhir pemberian asuhan keperawatan.
1. Pencatatan
a. Manajemen Kasus
Manajer kasus bertanggung jawab untuk membuat dokumentasi tentang pelayanan yang
diberikan pada pasien dan keluarga dengan meminta masukan dari tenaga kesehatan yang
merawat pasien. Dokumentasi tersebut mencakup:
Lembar Pengobatan;
2. Pelaporan
Manajer kasus secara rutin (bulanan, triwulan, semester, tahunan) memberikan laporan kepada
pengelola pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Laporan dari pengelola pelayanan
tersebut kemudian diteruskan kepada pimpinan unit pelayanan kesehatan (Agensi/ Puskesmas/
Rumah Sakit) disesuaikan dengan sistem pelaporan yang sudah berlaku di Institusi (terintegrasi
dengan laporan Institusi yang bersangkutan). Selanjutnya laporan diteruskan secara berjenjang
sesuai dengan alur bagan di atas. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mempunyai sistem
informasi yang baik tentang pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang bisa di akses oleh
Propinsi maupun Depkes. Materi yang dilaporkan mencakup:
1. Unit Pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah menerima pasien dari Rumah Sakit,
Puskesmas, sarana pelayanan kesehatan lain dan dikirim dari keluarga/kelompok atau
masyarakat;
2. Pimpinan Pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah menunjuk dan memberikan mandat
kepada salah seorang perawat untuk menjadi seorang manajer kasus untuk mengelola kasus
tersebut;
3. Manajer kasus membuat surat persetujuan dan dilanjutkan untuk melakukan proses pengelolaan
kasus (Manajemen Kasus).
b. Pembiayaan
Penentuan tarip pelayanan keperawatan kesehatan di rumah ditetapkan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
Penetapan tarif meskipun dimungkinkan untuk mencari laba, namun harus mempertimbangkan
kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan asas gotong royong
Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah untuk golongan yang pembayarannya dijamin
oleh pihak asuransi ditetapkan atas dasar saling membantuTarif pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah harus mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional
Pelayanan Medik
Pelayanan Keperawatan
Jasa pelayanan yang dikenakan tarif mencakup pemberian bantuan, tindakan intervensi langsung
maupun konsultasi.
Imbalan atas pemakaian sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat, dan bahan habis pakai yang
digunakan langsung oleh pasien.
Dana transportasi untuk kunjungan rumah maupun rujukan, besar nominal biaya untuk jasa
tersebut di atas, ditetapkan olehdaerah masing-masing disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan masyarakat setempat.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.
Home care ini tidak bertentangan dengan Undang-undang Praktik Kedokteran, karena sesuai
dengan Pasal 73 ayat (1), (2) dan (3) tenaga kesehatan perawat dan bidan dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan dan perundangan. Khusus Perawat sampai saat ini
pengauran Praktik Perawat diatur dalam Kep MenKes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi
dan Praktik Keperawatan, dimana salah satu pasal menyebutkan perawat dalam melaksanakan
Praktik dapat melakukan perawatan kunjungan Rumah .
Perizinan
1. Berbadan hukum yang ditetapkan dalam akta notaris dan disyahkan oleh Departemen
Kehakiman dan HAM, berupa yayasan atau badan hukum lainnya.
2. Mengajukan permohonan ijin usaha pelayanan keperawatan kesehatan di rumah kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Khusus untuk perijinan pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang akan
dilakukan oleh badan swasta perlu mengacu pada peraturan yang berlaku, antara lain mengacu
Kepmenkes 1239 tahun 2001 antara lain:
Pasal 8 ayat (3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/ berkelompok harus memiliki SIPP.
Pasal 12 ayat (1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
Pasal 12 ayat (2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih tinggi
Pasal 22 ayat (1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
Pasal 23 ayat (1) Perawat dalam menjalankan praktik perorangan atau berkelompok sekurang-
kurangnya memenuhi persyaratan:
Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir catatan
tindakan asuhan keperawatan, serta formulir rujukan.
Penutup
Tidak salah bila komunitas perawat dan stake holder di Indonesia memulai untuk
mengembangkan pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah Sebagai satu alternatif pilihan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial budaya di
Indonesia yang sangat terkenal dengan kekeluargaan dan dukungan lingkungan yang masih
sangat tinggi.
Dengan mulai maraknya upaya pelayanan keperawatan kesehatan keluarga dikembangkan maka
akan makin terasa sentuhan peran perawat dalam melayani klien sesuai dengan lingkup
kewenangan dan keilmuannya, sekaligus bagi pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan
lapangan kerja baru sebagaimana yang telah diaksanakan diberbagai negara.
Source:
Fadhillah, Harif. (2007). Pelayanan Keperawatan Kesehatan Di Rumah (Home Health Nursing) Sebagai
Titik Masuk Praktik Keperawatan Profesional (Mandiri). (Makalah, tidak dipublikasikan). Disampaikan
dalam Orasi Ilmiah Wisuda Ahli Madya Keperawatan Akper Kharisma Karawang tanggal 6 September
2007.
Ayers, et all. (1998). Community Based Nursing Care. Philladelphia: Mosby Years Books.
Gilliss, C. L., et all. (1989). Toward a Science of Family Nursing.California: Addison and
Whalley.
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan kesehatan di rumah
( home care ) adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang
terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat
psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat
disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan
keluarganya.
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan
keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan.
Terdapat beberapa model/ teori keperawatan yang mendukung Home care diantaranya:
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang
umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan
fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas,
istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk
perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang
berguna bagi kelangsungan hidupnya.
Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan
yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi,
peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur
dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal
ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan
kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan, kerusakan
struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan
fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur
beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang
untuk melakukan self care.
ü Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan
beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong
proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan dan
peningkatan integritas fungsional.
ü Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan
integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk
pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.
ü Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena
tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
ü Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti
sebagian).
Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit, model dan konsep ini
dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dangan kedokteran. Orientasi pemberian
asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung pada profesi
lain. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan
hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
Berdasarkan teori Rogers sakit timbul akibat ketidakseimbangan energi penanganan dengan
metode terapi modalitas/ komplementer. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari
prinsip prinsip kreativitas, seni dan imaginasi. Aktivitas keperawatan dinyatakan Rogers
merupakan aktivitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual,
dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam
aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan
meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep
pemahaman manusia / individu seutuhnya.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi,
sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada
proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari
manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. Berdasarkan pada kerangka konsep
yang dikembangkan oleh Roger ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya
berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika
semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem
tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia.
Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu
sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung
dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak
akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak, membayangkan, bertutur
bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya
manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar. Beliau menghadirkan lima asumsi tentang
manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu
saling bertukar energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan
berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola
kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi,
membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi
negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku
yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan,
keperawatan dan kesehatan.
Perawat harus memperhatikan sisi humanistik sebagai moral ideal ke pasien dan keluarga.
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science
and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human
science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika,
humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya
untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan
oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing. Pandangan tentang keperawatan
sebagai science tentang human care adalah komprehensif.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi konsep tentang manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Adapun keempat konsep tersebut adalah sebagai
berikut:
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati,
mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh
lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau
masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial.
Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan
penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal
tersebut.
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di
masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi
hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu.
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk
klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi
dengan lingkungan.
Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik
positif maupun negatif.
Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan
untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Empat elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2)
lingkungan; 3) sehat; 4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan
keperawatan dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep
adaptasi.
1. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem
yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar
dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar
yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus
internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai
suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
2. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan
masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai
stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis
stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
3. Sehat
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak
langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan
kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya
kondisi yang tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak
adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi
keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi
dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons terhadap stimulus yang lain.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan. Di dalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respons.
Perubahan- perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor
kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk
menghasilkan respons adaptif atau inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi
dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang
meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas.
Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan
dan penurunan respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari
stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan
adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
1. C. Landasan Hukum Home Care
Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan pemerintah dan swasta, tidak
perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum
dalam praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut :
Secara umum lingkup pelayanan dalam perawatan kesehatan di rumah (home care ) dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Vital sign
Memasang nasogastric tube
Memasang selang susu besar
Memasang cateter
Penggantian tube pernafasan
Merawat luka dekubitus
Suction
Memasang peralatan O2
Penyuntikan (IV,IM, IC,SC)
Pemasangan infus maupun obat
Pengambilan preparat
Pemberian huknah/laksatif
Kebersihan diri
Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik
Pendidikan kesehatan
Konseling kasus terminal
Konsultasi/telepon
Fasilitasi ke dokter rujukan
Menyiapkan menu makanan
Membersihkan tempat tidur pasien
Fasilitasi kegiatan sosial pasien
Fasilitasi perbaikan sarana klien.
Sedangkan kompetensi dasar yang harus dimiliki dalam melaksanakan tindakan home care
antara lain:
1. Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai tingkat
perkembangan
1. Dewasa muda
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri berdasarkan pendidikan
dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat mengevaluasi klien untuk mendapatkan pelayanan
perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan di bawah
petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter. Perawat yang memberi
pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian bekerja sama dengan dokter
untuk menentukan rencana tindakan medis.
Issue legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain mencakup
hal-hal sebagai berikut:
Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi,
seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi
dari perawat.
Pelaksanaan peraturan medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan di
rumah.
Alasan biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka perawat yang
memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko
penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari medicare telah habis masa
berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau
tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka
harus memilih antara menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan
klien yang menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di
rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang
optimal untuk klien.
Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan ( Kepmenkes ) 1239/2001 tentang praktik
keperawatan anatara lain:
- Memberikan informasi
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah
Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan
ini
Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran
Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan SIK dan SIPP
dapat dicabut.
Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK atau MP2EM.
v Sanksi
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari
klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat
langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per
orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka
di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau
agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan
menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga
mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka
waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan
dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh
pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator
kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus
diketahui oleh koordinator kasus.
Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Pengelola adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan
di rumah yang bisa merupakan bagian yan dari Puskesmas, Rumah Sakit, klinik atau
mandiri.
Pelaksana terdiri dari tenaga keperawatan dan tenaga profesional lain dan non profesional
yang terdiri koordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
Klien adalah penerima pelayanan kesehatan dan keluarg yg bertanggung jawab atau care
giver yang disuruh memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
Koordinator kasus adalah seorang perawat dengan kriteria tertentu baik yang masih aktif
maupun yang sudah memasuki masa pensiun. Mereka bisa berasal dari Puskesmas,
Rumah Sakit, Klinik, Petugas Kesehatan Swasta dan lain-lain. Seorang Koordinator
Kasus dapat mengkoordinir 10-20 orang pelaksana perawatan yang bekerja baik secara
suka rela maupun yang menerima imbalan dari Lembaga Swadaya Masyarakat atau
masyarakat.
1. 1. Pengelola
v Persyaratan Pengelola
Merupakan bagian institusi pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta atau unit
mandiri yg berbadan hukum.
Mendapat ijin mengelola dari Pemda dengan rekomendasi dari Dinkes.
Memiliki kantor dengan alamat jelas.
Memiliki sarana komunikasi.
Memiliki peralatan pelayanan kesehatan.
Mampu menyediakan transportasi yang dibutuhkan klien.
Memiliki tenaga (pimpinan, administrasi dan perawat minimal D3 yg purna waktu)
Mampu menyediakan tenaga profesional atau non yg bersertifikat pelatihan home care.
Punya kerjasama dengan Rumah Sakit rujukan.
v Hak Pengelola
v Kewajiban Pengelola
1. 2. Koordinator Kasus
1. 3. Pelaksana
v Syarat Pelaksana
v Hak Pelaksana
o Berhak menolak tugas, prosedur atau tindakan medis di luar job diskripsion
v Kewajiban Pelaksana
1. 4. Pasien/ Klien
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping
bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola
Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent).
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah
untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
v Hak Klien
v Kewajiban Klien
Mematuhi perjanjian .
o Mentaati rencana yang telah dibuat .
I. PENDAHULUAN
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh
dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir
logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak
bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap
situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses
keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik, memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang variabel-variabel utama yang mempengaruhi situasi klien.
Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan yang tepat
untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan
aktifitas sehari-hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan klien.
2. Mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang
melandasi, definisi konsep dan hubungan antar konsep.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model self care yang
diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan
ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul Nursing Conceps
of Practice Self Care. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi
kedua tahun 1980 dikembangkan pada multipersons units (keluarga, kelompok dan
komunitas) dan pada edisi ketiga sebagai lanjutan dari tiga hubungan konstruksi teori yang
meliputi : teori self care, teori self care deficit dan teori nursing system.
Orems mendiskripsikan dua kategori dibawah ini sebagai keperluan self care (self
care requisites), dan ini timbul dari pengaruh peristiwa-peristiwa pada keperluan
universal self care antara lain : Sewaktu ada keinginan untuk mengasuh dirinya
sendiri dan seseorang itu mampu untuk menemukan keinginannya, maka self care itu
dimungkinkan. Tetapi bila keinginan itu lebih besar dari kapasitas individual atau
kemampuan untuk menemukannya, terjadilah ketidak seimbangan dan ini dikatakan
sebagai self care deficit.
C. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orems secara umum adalah :
1. Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini
berarti menghilangkan self care deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self
care.
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan
depenent (dependent care) jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self
care deficit apapun dihilangkan.
4. Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan kepewatan pada model Orems yang diterapkan kedalam praktek keperawatan
keluarga /komunitas adalah :
1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
therapeutik.
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami
gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada Model Orems yang diterapkan
pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :
a. Aspek Interpersonal : Hubungan didalam keluarga
b. Aspek Sosial : Hubungan keluarga dengan masyarakat di sekitarnya.
c. Aspek Prosedural : Melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi.
e. Aspek Tehnis : Mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan dirumah, misalnya melakukan tindakan
kompres secara benar.
1. Kategoi Bantuan :
a. Wholly Compensatory : Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien
yang tidak mampu mengontrol dan memantau
lingkungannya dan tidak berespon terhadap
rangsangan.
b. Partially Compensatory : Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang
mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau
kecelakaan.
c. Supportive Education : Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu
melakukan perawatan mandiri.
2. Metode Bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode
bantuan yang meliputi :
a. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b. Mengajarkan klien
c. mengarahkan klien
d. Mensupport klien
e. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk melaksanakan hal tersebut, lima area utama untuk praktek keperawatan di
diskripsikan sebagai berikut :
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu,
keluarga atau kelompok sampai klien dapat diizinkan pulang dari perawatan.
b. Menetapkan jika dan bagaimana klien dapat dibantu melalui perawatan.
c. Merespon keperluan klien, keinginannya dan kebutuhannya untuk kontak dengan
perawat dan asisten.
d. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keperawatan dan kehidupan sehari-hari
klien, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan atau diterima, atau pelayanan sosial dan
penyuluhan yang dibutuhkan atau yang diterima.
III. PENUTUP
Dengan mempelajari model konsep / teori keperawatan sebagaimana disampaikan
dimuka maka dapat disimpulkan betapa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan
secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar.
Asuhan keperawatan dengan pemilihan model konsep / teori keperawatan yang sesuai
dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan.
Model konsep / teori keperawatan self care mempunyai makna bahwa semua manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk
memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui
potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan
perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep / teori keperawatan ini diperlukan suatu
pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga
diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
Ny. M. (48 tahun ), TB : 160 cm, BB : 70 Kg. Menikah selama 25 tahun dan janda sejak 6 bulan
yang lalu. Ia seorang perokok, sehari menghabiskan 1 ½ bungkus, Ny. M dan suaminya
menikmati aktifitas sosial seperti main bridge dan koleksi barang-barang antik. Sejak suaminya
meningal ia tidak lagi melakukan aktifitas karena kurangnya keinginan / minat. Akhir-akhir ini
dia tidak melakukan latihan secara teratur dan makan makanan fast food selama jam kerjanya
dan bekerja 12 jam / hari serta makan hingga larut malam sebelum waktu istirahat.Ibu Ny. M
meninggal karena stroke dan bapaknya meninggal karena serangan jantung saat usianya 50
tahun.
A. Analisa Kasus
1. Personal faktor
Umur 48 tahun, perempuan, suku bangsa Italia, Janda, agama katolik, TB.160 Cm, BB :
70 Kg , pekerjaan staf pengajar di Universitas.
2. Kategori kebutuhan universal self care :
- Menampakkan tidak adekuatnya intake udara, air dan makanan., konsumsi jumlah
kalori yang dibutuhkan, kolesterol 280 Mg / dl, makan sampai larut malam, banyak
mengkonsumsi lemak.
- Ny. M. memperlihatkan ketidak seimbangan ativitas dan istirahat serta latihan,
berkeja 12 jam / hari.
- Merokok 1 ½ bungkus perhari, mengkonsumsi makanan siap saji, penurunan
interaksi sosial.
- Riwayat keluarga : Ibu Ny. M meninggal karena stroke, ayah meninggal karena
serangan jantung pada usia 50 tahun.
- Ny. M kurang pengetahuan tentang faktor faktor risiko dan gangguan fungsi
kardiovaskuler.
3. Kategori Developmental Self Care :
- Tidak punya suami (widowed)
- Kurangnya aktivitas sosial
4. Kategori Health Deviation :
Risiko terjadi penyakit kardiovaskuler berhubungan dengan kegemukan, perokok,
peningkatan kolesterol, kurangnya latihan dan riwayat keluarga.
5. Masalah medis dan perencanaan :
Diagnosa obesitas dengan risiko untuk terjadi penyakit kardiovaskuler dan rendahnya
motivasi untuk menurunkan berat badan. Anjuran Dokter : Memonitor kolesterol dan
tanda-tanda vital, menurunkan intake kolesterol dan meningkatkan latihan.
6. Self care deficit :
Pengetahuan dasar dan gaya hidup Ny. M dapat meningkatkan risiko untuk serangan
jantung atau stoke.
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan :
Risiko gangguan fungsi kardiovaskuler berhubungan dengan kurang pengetahuan klien
yang dimanifestasikan dengan gaya hidup dan risiko serangan jantung atau stroke.
2. Rencana keperawatan :
- Tujuan : Menurunkan risiko terjadinya gangguan
kardiovaskuler.
- Design Nursing System : Support Education (Pendidikan Kesehatan
- Metode Bantuan : Memberikan pedoman, support, mengajarkan dan
ketentuan pengembangan lingkungan.
3. Implementasi
Sepakati bersama untuk mencapai tujuan menurunkan kolesterol.
- Ny. M. mempunyai kemauan untuk memelihara diet makanan harian tiap 3 hari.
- Ny. M. mempunyai kemauan untuk mempelajari kolesterol dan pengaruhnya terhadap
fungsi kasdiovaskuler.
- Ny. M. mempunyai kemauan untuk mengetahui kandungan kolesterol dalam fast foods.
- Ny. M. mempunyai kemauan untuk mempelajari jenis makanan rendah kolesterol dan
bagaimana menurunkan kadar kolesterol.
- Menganalisa bersama makanan sehari-hari dan bagaimana mengkonsumsikannya.
- Menentukan bersama menu makanan.
4. Evaluasi
- Apakah Ny. M mengeti tentang gaya hidupnya dan risiko terjadinya serangan jantung
atau stroke?
- Apakah Ny. M. telah memilih jenis makanan rendah kolesterol.
- Apakah kadar kolesterol Ny. M. sudah turun (normal).
- Apakah Ny. M. mengalami penurunan self care dificit.
- Apakah support educative system efektif dalam meningkatkan self care pada Ny. M.