Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik

Pembimbing:
dr. Linda Kartikasari Sp.KJ

Disusun Oleh:
Yolanda Erizal (112017193)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO
PERIODE 8 JULI 2019 – 12 AGUSTUS 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………….…………………………………...………………………2
BAB I. PENDAHULUAN…...……………………...…………………………….3
BAB II.
PEMBAHASAN……..……………………...……………………………4
2.1 DEFINISI GANGGUAN MOOD………………………………..………..4
2.2 DEFINISI GANGGUAN AFEKTIF
BIPOLAR…………………………..4
2.3 EPIDEMIOLOGI………………………………………………….....……5
2.4 ETIOPATOFISIOLOGI………………..………………………...………..5
2.5 EPISODE MOOD MENURUT DSM
IV………………………...………..8
2.6 JENIS-JENIS GANGGUAN
BIPOLAR………..………………..…..…..15
2.7 PEDOMAN DAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS……………....…..18
2.8 PENATALAKSANAAN…………………………………………..…….23
2.9 INDIKASI RAWAT INAP………………………………………...…….32
2.10 PROGNOSIS.…………….…………………………………………….32
BAB III. KESIMPULAN………….……………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....35

2
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang
ditandai dengan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi. Gangguan
bipolar merupakan gangguan yang terdiri dari afek yang meningkat, dan juga
aktivitas yang berlebih (mania atau hipomania) dan dalam jangka waktu yang
berbeda terjadi penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas
(depresi). Prevalensi serupa pada pria dan juga pada wanita dengan angka
kejadian sekitar 5 per 1000 orang. Gejala gangguan bipolar episode manik
meliputi perasaan sensitif, kurang istirahat, harga diri melonjak naik, dan pada
episode depresif meliputi kehilangan minat, tidur lebih atau kurang dari normal,
gelisah, merasa tidak berharga, dan kurang konsentrasi. Gangguan bipolar sering
tidak diketahui dan salah diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa sering tidak
diobati dengan adekuat.1

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguan Mood / Suasana Perasaan


Ganguan mood meliputi sekelompok besar gangguan, dengan mood
patologis serta gangguan terkait mood yang mendominasi gambaran klinisnya.
Istilah gangguan mood yang sebelumnya dikenal dengan gangguan afektif saat ini
istilah ini lebih disukai karena mengacu kepada keadaan emosi yang menetap,
bukan hanya ekspresi eksternal atau afektif pada keadaan sementara. Gangguan
mood paling baik dianggap sebagai sindrom yang terdiri atas sekelompok tamda
dam gejala yang bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan yang
menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan
untuk kambuh, sering dalam bentuk periodik atau siklik.2

2.2 Definisi Gangguan Afektif Bipolar


Gangguan afektif bipolar tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai dengan
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas (depresi).3
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik didefinisikan sebagai periode yang jelas di mana terdapat
afek yang abnormal dan terus-menerus meningkat, ekspansif, atau mudah
tersinggung. Periode mood atau afek yang abnormal ini harus berlangsung
sekurang-kurangnya 1 minggu (atau kurang jika rawat inap diperlukan). Terdapat
tiga derajat keparahan, yaitu hipomania, mania tanpa gejala psikotik, dan mania
dengan gejala psikotik. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1
tahun kecuali pada orang dengan usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali

4
terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya
stress tidak essensial untuk penegakkan diagnosis).3

2.3 Epidemiologi
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi,
mencapai 1,3-3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai
2,6-6,5%. Tujuh dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi
antara laki-laki dan perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I,
sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar.
Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada pra pubertas memiliki risiko
untuk menjadi gangguan bipolar.1
Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang persentasenya
tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase insiden yang dikategorikan
skizofrenia. Gangguan bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12
persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan
penderita berusia remaja. Risiko kematian terus membayangi penderita gangguan
bipolar, dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.2
Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun dan gejala
semakin jelas pada umur 30 tahun. Semakin dini seseorang menderita gangguan
bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh.
Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke
dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif
defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka
yang mempunyai anggota keluarga mengidap gangguan bipolar dengan
kemungkinan 50% untuk kterkena gangguan ini.2,4

2.4 Etiopatofisiologi
Gangguan bipolar disebabkan oleh berbagai macam faktor. Secara biologis
dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang

5
menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi
faktor lainnya.5
Terdapat bukti yang jelas terhadap kuatnya komponen keluarga. Angka
kejadian dari kedua gangguan bipolar (termasuk siklotimik) dan depresi unipolar,
lebih tinggi dari yang diharapkan pada keluarga inti dari pasien bipolar.4
Beberapa penelitian mengusulkan bahwa episode-episode manik dapat
dicetuskan oleh stres berat. Secara khusus, terdapat peningkatan risiko yang jelas
dari episode manik pada minggu-minggu awal pasca melahirkan; hal ini mungkin
berhubungan dengan supersensitivitas reseptor dopamin terkait dengan penurunan
kadar estrogen dan progesteron pascamelahirkan tetapi masih belum dapat
dibuktikan.4
a. Genetika
Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar.
Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap
gangguan bipolar memiliki risiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15 %
hingga 30%. Bila kedua orangtuanya mengidap gangguan bipolar, maka
berpeluang mengidap gangguan bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar identik dari
seorang pengidap gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian
mengenai pengaruh faktor genetik pada gangguan bipolar pernah dilakukan
dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar
pernah mengalami satu episode gangguan suasana hati.2,4
b. Fisiologis
 Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah
terganggunya keseimbangan zat kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang
berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf
pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam
menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan serotonin adalah beberapa
jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada

6
penderita gangguan bipolar, komponen kimia tersebut berada dalam keadaan yang
tidak seimbang. 2
Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya
gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation
system (BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh
penghargaan (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan
positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat
terbuka), peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara
biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan
dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang
melibatkan penghargan atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi
meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi.
Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode
mania.2

c. Lingkungan
Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Faktor eksternal
lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan
bipolar. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu dapat memulai episode baru
mania dan membuat gejala yang ada memburuk, namun banyak episode gangguan
bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas. 2
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antarperseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup. Contoh dari hubungan
perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat.
Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah
dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita gangguan bipolar yang
gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat
masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan
atau depresi. Selain penyebab di atas, alkohol, obat-obatan dan penyakit lain yang
diderita juga dapat memicu munculnya gangguan bipolar.2

7
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung
penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.
Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan
bipolar:2
 Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan
bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini
cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba baik atau buruk
seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang
yang dicintai, atau dipecat dalam pekerjaan.
 Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat
membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit.
Obat-obatan seperti kokain, ekstasi dan amphetamine dapat memicu
mania.
 Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu
mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu,
penekan nafsu makan, kafeina, kortikosteroid dan obat tiroid.
 Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu
episode mania.
2.5 Episode Mood Menurut DSM-IV
Ada empat episode mood yaitu episode manik, hipomanik, depresi, dan
campuran.
a. Episode Manik
Episode manik ditandai dengan adanya euforia yang signifikan,
eskpansif, atau iritabilitas yang disertai dengan paling sedikit tiga gejala
tambahan (empat bila mood hanya iritabel), berlangsung paling sedikit 1
minggu atau waktunya bisa lebih pendek bila pasien dirawat. Gejala
tambahan yaitu meningkatnya kepercayaan diri, berkurangnya kebutuhan
tidur, banyak bicara, loncat gagasan, distraktibilitas, meningkatnya
aktivitas bertujuan atau agitasi psikomotor, dan impulsivitas. Episode
manik bila derajatnya berat dapat disertai dengan psikotik, hendaya berat
pada fungsi social dan pekerjaan serta memerlukan hospitalisasi.1

8
Mood iritabel pada mania dapat muncul dalam bentuk perilaku yang suka
membantah terutama bila pasien tersebut diperlakukan kasar. Waham dan
halusinasi juga dapat ditemukan pada keadaan mania.1
Kriteria Episode Manik menurut DSM-IV-TR:2
A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal,
selama periode tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau
waktunya bisa kurang dari satu minggu bila dirawat inap)
B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di
bawah ini menetap dengan derajat berat yang signifikan:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur
tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap
berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang
berlomba
5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralihkan pada stimulasi
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan)
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ketujuan (social,
pekerjaan, sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
yang berpotensi merugikan (misalnya, investasi bisnis yang kurang
perhitungan, hubungan seksual yang tidak aman, sembrono di jalan
raya atau terlalu boros)
C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang
jelas dalam fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan,
hubungan dengan orang lain, atau memerlukan perawatan untuk
menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan
gambaran psikotik

9
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid)
Catatan:
Episode mirip-manik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik untuk
depresi (misalnya, obat antidepresan, terapi cahaya) tidak dimasukkan
ke dalam diagnosis bipolar I.
 Gambaran Umum : pasien manik tereksitasi, banyak bicara, kadang
menghibur, dan seringnya hiperaktif. Pada suatu waktu, mereka secara
umum psikotik dan terdisorganisasi serta membutuhkan pengikatan dan
suntikan intramuskular obat sedatif.2
 Mood, Afek, dan Perasaan: Pasien manik biasanya euforik, tapi mereka
mungkin juga iritabel, khususnya ketika muncul mania. Pasien ini juga
memiliki toleransi rendah terhadap frustasi, yang dapat mengarahkan ke
rasa marah dan bermusuhan. Pasien manik dapat labil secara emosi,
berganti dari tertawa ke iritabilitas ke depresi dalam hitungan menit atau
jam.2
 Pembicaraan : Pasien manik tidak dapat disela ketika mereka
sedang berbicara, dan mereka sering menjadi/dianggap pengganggu bagi
orang-orang disekeliling mereka. Pembicaraan mereka serimg terganggu.
Ketika mania menjadi lebih intens, pembicaraan menjadi semakin keras,
semakin cepat, dan sulit di artikan, kemudian diisi dengan lelucon, sajak,
bermain dengan kata-kata, serta tidak relevan ketika keadaan mania
semakin meningkat. Masih pada tingkat aktivitas yang lebih besar, asosiasi
menjadi longgar, kemampuan untuk berkonsentrasi memudar, serta flight
of ideas, world salad, dan neologisme timbul. Pada cetusan manik akut,
pembicaraan dapat benar-benar inkoheren dan tidak dapat dibedakan
dengan orang dengan skizofrenia.2
 Gangguan Persepsi : Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham
manik yang kongruen mood sering berkenaan dengan kemakmuran,
kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan. Waham bizar dan tidak
kongruen mood dan halusinasi juga terjadi pada mania.2

10
 Pikiran : Isi pikir pasien mania mencakup tema kepercayaan
diri dan membesarkan diri. Pasien manik sering mudah teralih
perhatiannya, dan fungsi kognitif pada keadaan manik ditandai dengan
arus gagasan yang tidak tertahan dan dipercepat.2
 Sensorium dan Kognisi: Walaupun deficit kognitif pasien skizofrenia telah
banyak di diskusikan, hanya sedikit tulisan tentang deficit yang serupa
pada pasien gangguan bipolar I, yang dapat memiliki deficit kognitif
ringan. Defisit kognitif yang telah dilaporkan dapat diartikan
mencerminkan disfungsi korteks difus; penelitian berikutnya mungkin
melokalisasi daerah abnormal. Secara kasar, orientasi dan memori masih
intak, walaupun sejumlah pasien manik dapat sedemikian euforik sehingga
mereka menjawab dengan tidak benar.2
 Kendali Impuls : Sekitar 75% pasien manik bersifat menyerang atau
mengancam. Pasien manik berupaya bunuh diri dna membunuh tapi
insiden perilaku ini tidak diketahui. Pasien yang mengancam orang
penting (seperti Presiden Amerika Serikat) lebih sering adalah pasien
dengan gangguan bipolar I daripada pasien dengan skizofrenia.2
 Penilaian dan Tilikan : Gangguan dalam penilaian merupakan tanda khas
pada manik. Mereka dapat melanggar hukum dalam hal kartu kredit,
aktivitas seksual, serta keuangan dan kadang-kadang melibatkan keluarga
mereka di dalam kehancuran keuangan mereka. Pasien manik juga
memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan mereka.2
 Taraf Dapat Dipercaya: Pasien manik dikenal tidak dapat dipercaya
informasinya. Oleh karena berbohong dan menipu lazim pada mania,
klinisi yang tidak berpengalaman mungkin mengobati pasien manik
dengan sikap meremehkan yang tidak sesuai.2
b. Episode Hipomanik
Episode hipomanik hampir sama dengan episode manik dengan
perbedaan penting yaitu derajat gejalanya tidak berat, tidak ada gejala
psikotik, tidak memerlukan perawatan dan hendaya nya tidak berat. Durasi
episodenya lebih pendek yaitu paling sedikit empat hari. Gejalanya primer
disebabkan oleh gangguan mood bukan bersifat sekunder (oleh efek zat

11
atau kondisi medik umum). Episode mirip hipomanik yang disebabkan
oleh terapi somatik tidak dapat dimasukkan ke dalam diagnosis gangguan
bipolar I atau gangguan bipolar II.1
Hipomania ditandai dengan peningkatan mood yang ringan, pikiran
menjadi lebih tajam, disertai peningkatan energy dan aktivitas,
berlangsung beberapa hari pada periode tertentu, tanpa adanya hendaya.
Jarang berlanjut menjadi mania dan tilikan pada hipomania cenderung
baik. Hipomania biasanya berulang dan ia dapat dibedakan dengan
gembira normal (gembira normal tidak berulang). Kadang-kadang
hipomania dapat diinduksi oleh antidepresan.1
Durasi minimum hipomania kurang dari empat hari. Karena hipomania
sering tidak dikenali oleh keluarga dan sering pula terjadi kesalahan ketika
diminta mengingat kejadian hipomania sebelumnya, bipolar II sulit
didiagnosis. Karena hipomania sering dirasakan sebagai kepulihan dari
depresi atau suatu yang sangat menyenangkan, berlangsung singkat, dan
mood dengan ego sintonik, seseorang dengan bipolar II jarang melaporkan
keadaan ini secara spontan. Seperti pada mania, informasi dari keluarga
sangat dibutuhkan.1
Kriteria Episode Hipomanik Menurut DSM-IV-TR:2
A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, paling sedikit empat
hari, mood jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau ketika tidak
sedang depresi
B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala
berikut menetap (empat bila mood hanya iritabel), dengan derajat
berat cukup bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur
tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap
berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang
berlomba

12
5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralihkan pada stimulasi
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan)
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ketujuan (social,
pekerjaan, sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
yang berpotensi merugikan (misalnya, investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang tidak aman, sembrono
di jalan raya atau terlalu boros)
C. Episode yang terjadi dikaitkan dengan perubahan yang jelas dalam
fungsi yang tidak khas
D. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
E. Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya
yang jelas dalam fungsi sosial atau perkerjaan, atau tidak memerlukan
perawatan, atau tidak ada gambaran psikotik
F. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid)
Catatan:
Episode mirip-hipomanik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik untuk
depresi (misalnya, obat antidepresan, terapi cahaya) tidak dimasukkan
ke dalam diagnosis bipolar II.
c. Episode Depresi
Episode depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih atau
anhedonia (tidak ada emosi positif) disertai paling sedikit empat gejala
tambahan yang bersifat pervasive (sepanjang hari, hampir setiap hari) yang
berlangsung paling sedikit dua minggu. Pada anak-anak atau remaja, mood
yang terjadi bisa berbentuk iritabel. Gejala tambahan lainnya yaitu
buruknya konsentrasi (ketidakmampuan memfokuskan perhatian),
kurangnya tenaga, rendahnya harga diri, rasa bersalah, ide-ide bunuh diri,
gangguan tidur, perubahan berat badan dan gangguan psikomotor. Ketiga
gejala terakhir bersifat heterogen misalnya, dapat terjadi berlebihan atau
berkurangnya tidur, peningkatan atau penurunan berat badan, agitasi atau

13
retardasi psikomotor. Retardasi psikomotor dengan atau tanopa
hypersomnia menandai GB I, episode depresi. Awitan dan hilangnya
sering terjadi tiba-tiba meskipun dapat pula terjadi secara berangsur-
angsur dalam beberapa minggu. Pergantian dengan episode manik dapat
terjadi terutama akibat penggunaan anti depresan.1
Tidak semua pasien depresi bipolar berkembang menjadi mania setelah
penggunaan anti depresan. Adakalanya ia berkembang menjadi depresi
agitasi. Selain itu, ada pula pasien yang tetap dalam keadaan depresi berat
beberapa bulan yang bercampur dengan manik seperti pikiran yang cepat
dan peningkatan seksual.1
Keadaan campuran perlu diketahui supaya pasien tidak diberikan anti
depresan yang berkelanjutan. Pasien-pasien yang dalam keadaan depresi
tapi tetap dijumpai pula beberapa gejala manik sebaiknya tidak diberikan
antidepresan tetapi lebih baik stabilisator mood atau terapi kejang listrik.1
Gejala depresi bipolar tidak sama dengan depresi mayor unipolar. Gejala
depresi bipolar cenderung berbentuk atipik yaitu hypersomnia, keletihan
yang menonjol, dan mood diurnal yang terbalik. Pada depresi unipolar
lebih sering terlihat insomnia.1
d. Episode Campuran
Episode campuran ditandai dengan terpenuhinya kriteria untuk
kedua episode yaitu episode manik dan episode depresi paling sedikit 1
minggu. Episode campuran biasanya berat (bisa disertai dengan gejala
psikotik, memerlukan hospitalisasi, hendaya fungsi psikososial dan
pekerjaan yang hendayanya berat) dan terjadi pada GB I bukan pada GB
II. Episode campuran gejala bersifat primer dan bukan bersifat sekunder.1
2.6 Jenis-jenis Gangguan Bipolar
 Gangguan Mood Bipolar I
Awitan GB I biasanya mulai pada masa remaja atau dewasa muda.
Episode pertamanya dapat berupa manik, depresi atau campuran.
Adakalanya awitan pertama berbentuk depresi dengan retardasi ringan
atau hypersomnia yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan
kemudian berpindah ke episode manik. Episode manik dengan gejala

14
psikotik dapat pula ditemukan sebagai periode pertama. Gambarannya
sangat mirip dengan gejala skizofrenia. Dibawah ini adalah kriteria
diagnosis GB I sesuai dengan DSM IV TR:1
1. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat
episode depresi mayor sebelumnya.
Berulang; bila ada perubahan dalam polaritas dari depresi atau
paling sedikit dua bulan tanpa gejala manik
B. Episode manik yang terjadi bukanlah skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat di
klasifikasikan.
Spesifikasi:
Campuran, bila gejala memenuhi kriteria untuk episode
campuran. Bila kriteria lengkap saat ini memenuhi kriteria untuk
episode manik, campuran, atau episode depresi mayor, spesifikasi
status klinik saat ini atau gambaran klinik atau gabungannya:
 Ringan, sedang, berat tanpa gambaran psikotik, atau berat
dengan gambaran psikotik
 Dengan gambaran katatonik
 Dengan awitan pasca persalinan
Bila kriteria lengkap saat ini tidak memenuhi episode manik,
campuran, atau depresi berat, spesifikasi status klinik gangguan
bipolar saat ini atau gambaran episode terkini:
 Dalam remisi parsial atau remisi sempurna
 Dengan gambaran katatonik
 Dengan awitan pasca persalinan
2. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Kini Manik
A. Saat ini berada dalam episode manik
B. Sebelumnya ada setidaknya satu episode depresif berat, manik,
atau campuran

15
C. Episode mood kriteria A dan B sebaliknya tidak dimasukkan ke
dalam gangguan skizoafektif dan tidak tumpeng tindih dengan
skizofrenia, gangguan skizofrenifrom, gangguan waham, atau
gangguan psikotik yang tidak tergolongkan. Jika seluruh kriteria
saat ini memenuhi episode manik, tentukan status dan/atau ciri
klinis saat ini:
 Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri
psikotik
 Dengan ciri katatonik
 Dengan awitan pascamelahirkan
Jika seluruh kriteria saat ini tidak memenuhi episode manik,
tentukan status klinis gangguan bipolar I dan atau ciri episode
terkini:
 Dalam remisi parsial, dalam remisi penuh
 Dengan ciri katatonik
 Dengan awitan pascamelahirkan

3. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini


A. Saat ini berada dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode
depresif berat, manik, atau campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya
D. Episode mood kriteria A dan B sebaliknya tidak dimasukkan ke
dalam gangguan skizoafektif dan tidak tumpeng tindih dengan
skizofrenia, gangguan skizofrenifrom, gangguan waham, atau
gangguan psikotik yang tidak tergolongkan.

 Gangguan Mood Bipolar II


Gangguan mood bipolar II sebenarnya cukup sering ditemukan. Ia
ditandai dengan episode berulang sindrom depresi mayor dan episode

16
hipomanik. Hipomania yaitu keadaan mania dengan intensitas lebih
rendah bila dibandingkan dengan mania (tidak memenuhi kriteria mania).
Ia disebut juga dengan bipolaritas ringan. Sekitar 50% pasien dengan
gangguan depresi mayor adalah GB II. Meskipun kadang-kadang
hipomania dapat berlagsung beberapa minggu, hipomania pada akhir
episode depresi, pada sebagian besar bipolar II, berlangsung tidak lama,
tetapi beberapa hari saja. Hipomania dengan durasi pendek yaitu kurang
dari empat hari sama dengan hipomania durasi panjang.1
Individu dengan perjalanan yang tidak stabil tersebut mempunyai
resiko bunuh diri yang lebih tinggi. Beban bunuh diri yang lebih tinggi
sering terjadi pada GB II. Hipomania pada GB II dapat dikatakan sebagai
episode manik ringan (mini) yang terjadi secara spontan.1
2.7 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)
Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya) atau kearah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada
keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder
terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan
tersebut.3
Gangguan afektif dibedakan menurut:
 Episode tunggal atau multiple
 Tingkat keparahan gejala
o Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik,
hipomania
o Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan
gejala psikotik.
 Dengan atau tanpa gejala somatik
F30 Episode Manik
Ada Tiga derajat keparahan yang ditentukan di sini, dengan kesamaan ciri
khas dalam suasana perasaan yang meningkat, dan peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental semua subdivisi dari kategori ini seharusnya

17
digunakan hanya untuk satu episode manik tunggal. Jika ada episode afektif
(depresif, manik, atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, maka
gangguannya harus diberi kode menurut gangguan afektif bipolar (F31.-).3

F30.0 Hipomanik
Hipomania ialah derajat gangguan yang lebih ringan daripada mania
(F30.1). Afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas yang
menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturut-turut), pada suatu
derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotimia dan tidak disertai dengan halusinasi maupun waham.3
Pengaruh nyata atas kelancaraan pekerjaan dan aktivitas social memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan.3
Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap, keakraban
yang berlebihan, peningkatan energi seksual, dan pengurangan kebutuhan tidur;
namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau
penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan sosial euforik.
Meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku yang tidak sopan
dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang berlebihan). 5
Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya, sehingga kurang
bisa duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan;
tetapi ini tidak dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru,
atau sifat agak suka menghamburkan uang.5

Pedoman Diagnosis
Beberapa di antara sifat-sifat tersebut di atas, sesuai dengan suasana
perasaan (mood) yang meninggi atau berubah dan peningkatan aktivitas,
seharusnya ada selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada
suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotimia (F34.0). pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social
memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi apabila kekacauan itu

18
berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus
ditegakkan.3
Apabila suatu periode singkat hipomania muncul sebagai fase pendahulu
atau fase sesudah keadaan mania (F30.1 dan F30.2), biasanya tiada artinya untuk
menetapkan hipomania itu secara terpisah.3

F30.1 Mania tanpa gejala psikotik


Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan
individu, dan dapat bervariasi antara keriangan (seola-olah bebas dari masalah
apapun) sampai keadaan eksitasi yang hampir tak terkendali. Elasi (suasana
perasaan yang meningkat) itu disertai dengan energi yang meningkat, sehingga
terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan berbicara, dan
berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan social
terlepas, perhatian yang terpusat tak dapat dipertahankan, dan sering kali
perhatian sangat mudah dialihkan. Harga diri membubung, dan pemikiran yang
serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan dengan bebas. 5
Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna terutama yang
menyala/amat cerah (dan biasanya indah), keayikan (meningkat perhatian) pada
rincian sehalus-halusnya mengenai permukaan dan penampilan barang, dan
hiperakusis subjektif. Individu itu mungkin mulai dengan pelbagai rencana yang
tidak praktis dan boros, membelanjakan uang secara serampangan, atau menjadi
agresif, bersifat cinta-kasih, atau berkelakar dalam situasi yang tidak tepat.
Suasana perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manik lebih banyak
mudah tersinggung dan curiga, daripada elasi. Derangan pertama paling banyak
muncul pada usia antara 15 dan 30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia
antara akhir masa kanak sampai dasarwasa ketujuh atau kedelapan.5
Pedoman Diagnosis
Episode harusnya berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu dan
cukup berat sehingga mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan biasa
dan aktivitas sosial. Perubahan suasana perasaan (mood)seharusnya disertai di
atas (khususnya percepatan berbicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
grandiositas, dan terlalu optimistis).3

19
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
Pada kasus berat, waham kebesaran atau religious tentang identitas atau
peranan mungkin mencolok, dan gagasan yang takabur dan percepatan
berbicaranya mengakibatkan individu tidak dapat dipahami lagi. Aktivitas dan
eksitasi fisik yang hebat dan terus-menerus dapat menjurus kepada agresi dan
kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi dapat berakibat
keadaan dehidrasi dan kelalaian diri yang berbahaya. Jika diperlukan, waham dan
halusinasi dapat diperbedakan sebagai yang serasi atau tidak serasi dengan
suasana perasaan (mood). “tidak serasi “hendaknya diartikan meliputi waham dan
halusinasi yang afektif netral, misalnya waham rujukan tanpa makna bersalah atau
menuduh, atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang peristiwa yang
tidak mengandung arti emosional khusus. 5
Pedoman Diagnosis
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan
yang digambarkan pada F30.1. harga diri yang membubung dan gagasan
kebesaran dapat berkembang menjadi waham, dan iritabilitas serta kecurigaan
menjadi waham kejar. Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut
(mood-congruent).3
Salah satu masalah yang paling lazim ialah pembedaan gagasan ini dari
skizofrenia, terutama bila fase perkembangannya melalui hipomania terlewati dan
pasien dijumpai hanya pada puncak penyakitnya ketika waham yang banyak,
pembicara kacau, dan eksitasi kekerasan mengaburkan gangguan afektif. Pasien
yang menderita mania yang berubah berkat medikasi neuroleptika pun dapat
merupakan masalah diagnosis pada masa mereka pulih pada tingkat aktivitas fisik
dan mental namun masih berwaham dan berhalusinasi. Halusinasi atau waham
yang timbul sekali-kali seperti yang dicantumkan untuk skizofrenia (F20.-) dapat
juga digilingkan sebagai tidak serasi dengan afek, akan tetapi jika gejala ini
mencolok dan menetap, maka diagnosis gagasan skizoafektif (F25.-) mungkin
lebih tepat. 5

F30.8 Episode Manik lainnya

20
F30.9 Episode Manik YTT
Termasuk : Mania YTT

F31 Gangguan Afektif Bipolar


Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu
tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energy dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energy dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya
pada penyembuhan sempurna antar episode, dan insideni pada kedua jenis kurang
lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam
perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita hanya episode mania yang
berulang-ulang; dan karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam riwayat
keluarga, kepribadian premorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang)
pasien yang mempunyai juga episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu
digolongkan sebagai bipolar (F31.8).3
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). episode ini seringkali terjadi
setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress
tidak esensial untuk penegakkan diagnosis). Episode pertama bisa timbul pada
setiap usia dari masa kanak sampai tua.3
Termasuk: penyakit, psikosis, atau reaksi manik-depresif
Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30.-), Siklotimia
(F34.0)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik


Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:3
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0);
dan

21
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:3
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1): dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain ( hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala


Psikotik
Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:3
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afek lain (hipomania, manik,
atau campuran) di masa lampau.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang
dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala
psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering
digunakan untuk episode manik akut dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan
dan ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat).
Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga harus
diberikan. 6
Pengalaman klinis menunjukan bahwa jika diterapi dengan obat mood
stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode
manik dan depresi. Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan mood penderita

22
(sesuai namanya), juga dapat menstabilkan manik dan depresi yang ekstrim.
Antipsikosis atipikal seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole dan
olanzapine, kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manik akut, bahkan
untuk menstabilkan mood pada depresi bipolar.7

Obat anti mania


Sinonim : Mood Modulators, Mood Stabilizers, Antimanic.
Obat acuan : Lithium Carbonate.
Tabel 1. Sediaan obat anti-mania dan dosis anjuran8
No Nama generic Sediaan Dosis anjuran
1 Lithium Carbonate Tab. 200-300-400-500 mg 250-500 mg/h
2 Haloperidol Tab. 0,5-1,5-5 mg, 4,5-15 mg/h
liq. 2mg/ml
Amp. 5mg/ml
3 Carbamazepine Tab. 200 mg 400-600 mg/h
2-3x perhari
4 Valproic Acid Caps. 250 mg 3x250 mg/h
Syr. 250 mg/5 ml
5 Divalproex Na. Tab. 125-250-500 mg 3x250 mg/h
Caps. 250 mg
Syr. 250 mg/5ml

Penggolongan
 Mania akut : Haloperidol, Carbamazepine, Valproic Acid,
Divalproex
 Profilaksis Mania : Lithium Carbonate
Indikasi penggunaan
Gejala sasaran (target syndrome): Sindrom Mania
Butir- butir diagnosis sindrom mania
 Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat ekspresif
atau iritabel.

23
 Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan social atau
seksual), atau ketidak-tenangan fisik.
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk
berbicara terus menerus.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf
sampai waham/delusi).
5. Berkurangnya kebutuhan tidur.
6. Mudah beralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang penting atau yang tidak berarti.
7. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung
kemungkinan risiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak
diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan,
tingkah laku seksual secara terbuka,penanaman modal secara bodoh,
mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertanggung jawab dan
tanpa perhitungan.
 Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan berkerja, hubungan social dan melakukan kegiatan
rutin. 7
Mekanisme Kerja
Hipotesis: sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah
sinpas neuron, khususnya pada system limbik, yang berdampak terhadap
“dopamine reseptor supersensitivity”.
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan
sindrom mania akut atau profilaksis terhadap serangan sindrom mania yang
kambuhan pada gangguan afektif bipolar. Efek anti-mania dari lithium disebabkan
kemampuannya mengurangi “dopamine receptor supersensitivity”, dengan
meningkatkan “cholinergic-muscarinic activity”, dan menghambat “cyclic AMP
(adenosine monophosphate) & phosphoinositides”. 7

24
Profil Efek Samping
 Efek samping lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik
pasien.
 Gejala gejala efek samping yang dini (kadar serum lithium 0,8-1,2
mEg/L):
- Mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feces
lunak), kelemahan otot, poli-uria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata
pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan neurokeptika
dan antidepresan)
- Tidak ada efek sedasi dan gangguan ekstrapiramidal.
 Efek samping lain: hypothyroidism, peningkatan berat badan, perubahan
fungsi thyroid (penurunan kadar thyroxine dan peningkatan kadar TSH),
oedema pada tungkai, “metalic taste”, lekositosis, gangguan daya ingat
dan konsentrasi pikiran.7
 Gejala Intoksikasi: (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L)
- Gejala dini: muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak
stabil.
- Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun
(confusional state) dapat sampai coma dengan hipertoni otot dan kedutan,
oliguria, kejang-kejang.
- Penting sekali monitoring kadar lithium dalam darah (mEq/L). 7
 Factor predisposisi terjadi intoksikasi lithium:
- Demam (berkeringat berlebihan)
- Diet rendah garam (pasien dengan hipertensi)
- Diare dan muntah-muntah
- Diet untuk menurunkan berat badan.
- Pemakaian bersama diuretika, antirematika NSAID

 Tindakan mengatasi intoksikasi lithium:


- Mengurangi factor predisposisi

25
- Forced diuresis dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan i.v
sebanyak 10 cc (1 ampul), bila perlu hemodialisis. 7

 Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang factor


predisposes, minum secukupnya (sekitar 2500 cc perhari), bila
berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi minum lebih banyak,
mengenail gejala dini intoksikasi, control rutin kadar serum lithium.

Interaksi obat
 Lithium + diuretika thiazide: dapat meningkatkan konsentrasi serum
lithium sebanyak 50% sehingga risiko intoksikasi menjadi lebih besar,
sehingga dosis lithium harus kurangi 50% agar tidak terjadi intoksikasi.
Sedangkan “loop diuretics”, seperti furosemide, kurang mempengaruhi
konsentrasi lithium.
 ACE inhibitor + lithium: dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium
sehingga menimbulkan gejala intoksikasi.
 Haloperidol + lithium: efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataxia),
tetapi efek neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi lithium
dengan Haloperidol dosis rendah (kurang dari 20 mg/h). keadaan yang
sama untuk lithium + carbamazepine
 NSAID (e.g indomethacin, ibuprofen) + lithium: dapat meningkatkan
konsentrasi serum lithium, sehingga risiko intoksikasi menjadi besar.
 Aspirin dan paracetamol (analgesics) tidak ada interaksi dengan lithium. 7

Cara penggunaan
 Pemilihan obat
- Pada mania akut diberikan: haloperidol (im) + Tab. Lithium Carbonate.
Haloperidol, dengan onset of action yang cepat (kalau perlu dengan “rapid
neuroleptization”). Lithium Carbonate: efek anti-mania baru muncul
setelah penggunaan 7-10 hari.
Tabel 2. Rekomendasi Farmakologi untuk gangguan Bipolar, Episode
manik, Akut. 9

26
Pilihan Jenis Obat
Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, Quetiapin,
Quetiapin XR, Aripiprazol, Ziprasidon, Litium atau
Lini I Divalproat + Risperidon, Litium atau Divalproat + Quetiapin,
Litium atau Divalproat + olanzapin, Litium atau Divalproat +
aripiprazol
Karbamazepin, ECT, Litium + divalproat, asenapin, litium
Lini II
atau divalproat + asenapin, paliperidon monoterapi
Haloperidol, chlorpromazine, Litium atau Divalproat +
Lini III haloperidol, litium + Karbamazepin, Clozapin,
Oksakarbazepin, tamoksifen
Monoterapi gabapentin, topiramat, lamotrigin, verapamil,
Tidak
tiagabin, risperidon + Karbamazepin, olanzapin +
direkomendasikan
karbamazepin

- Pada gangguan afektif bipolar (manic-depressive disorder) dengan


serangan-serangan episodic mania/depresi: Lithium Carbonate sebagai
obat profilaksis terhadap serangan sindrom mania/depresi, dapat
mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya suatu kekambuhan. 6
- Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolerir
dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan
penggunaan obat lithium Carbonate, dapat menggunakan obat alternatif:
CARBAMAZEPINE, VALPROIC ACID, DIVALPROEX Na, yang
terbukti juga ampuh untuk meredakan “sindrom mania akut” dan
profilaksis serangan sindrom mania/depresi pada “gangguan afektif
bipolar”. 6
- Pada gangguan afektif unipolar (recurrent unipolar depression),
pencegahan kekambuhan dapat juga dengan obat anti-depresi SSPI (e.g.
Fluoxetine, Sertraline yang lebih ampuh dari lithium carbonate).

 Pengaturan dosis
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan:

27
- Onset efek primer (efek klinis): 7-10 hari (1-2 minggu)
- Rentang kadar serum terapeutik: 0,8-1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis
sekitar 2 atau 3x500 mg perhari)
- Kadar serum toksik = diatas 1,2 mEq/L
Biasanya preparat lithium yang digunakan adalah “Lithium
Carbonate”, mulai dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan 1-2 kali sehari
dinaikkan 250 mg/h setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu
sampai diketahui kadar serum lithium berefek klinis terapeutik (0,801,2
mEq/L). biasanya dosis efektif dan optimal berkisar 1000-1500 mg/h.
dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian diturunkan menjadi “dosis
maintenance”, konsentrasi serum lithium yang dianjurkan untuk mencegah
kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5-0,8 mEq/L, ini sama efeknya
bahkan lebih efektif dari kadar 0,8-1,2 mEq/L, dan juga untuk mengurangi
insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien
dengan gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampel darah
pada pagi hari, yaitu: sebelum makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam
setelah dosis petang (hari sebelumnya).
Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan (mual,
muntah, diare) obat lithium Carbonate dapat diberikan setelah makan. 6

 Lama pemberian
- Pada penggunaan untuk “sindrom mania akut”, setelah gejala-gejala
mereda, Lithium Carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan,
dihentikan secara gradul (tapering off) bila memang tidak ada indikasi
lagi.
- Pada “gangguan afektif bipolar dan unipolar”, penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis
serangan sindrom mania/depresi. Penggunaan jangka panjang ini
sebaiknya dalam “dosis minimal” dengan kadar serum Lithium

28
“terrendah” yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum
lithium diukur setiap hari).6

Perhatian Khusus
 Sebelum dan selama penggunaan Obat anti-mania Lithium Carbonate
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium secara periodik:
- Kadar serum Na dan K (Li & Na saling mempengaruhi di tubulus
proximalis renalis) kadar ini merendah pada pasien diet garam dan
menggunakan diuretika.
- Tes fungsi ginjal (serum creatinine). Hamper semua kadar Lithium dalam
darah diekskresi melalui ginjal.
- Tes fungsi kelenjar tiroid (serum T3 & T4). Lithium merendahkan kadar
serum yodium.
- Pemeriksaan EKG (Lithium mempengaruhi “Cardiac repolarization”).7
 Wanita hamil adalah kontraindikasi penggunaan Lithium oleh karena
bersifat teratogenic. Lithium dapat melalui plasenta dan masuk ke
peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.7

Antipsikotik
Obat-obat antipsikotik dahulu sering disebut dengan neuroleptik karena
memiliki beberapa efek samping yang memberi gambaran seperti gangguan
neurologis yang disebut pseudoneurologis, atau dikenal juga istilah major
tranquilizer karena adanya efek sedasi atau mengantuk yang berat. Obat-obat
antipsikotik terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin dan serotonin di
otak, dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi,
waham dan lainlain.6,7
Obat – obat antipsikotik dibagi menjadi golongan fenotiazin misalnya
chlopromazine, dan golongan nonfenotiazin misalnya haloperidol. Sedangkan
menurut cara kerjanya terhadap reseptor dopamin dibagi menjadi Dopamin
receptor antagonist dan Serotonin Dopamin Antagonist. Atau obat tipikal dan obat
atipikal. Golongan fenotiazin disebut juga obat berpotensi rendah sedangkan yang

29
non fenotiazin potensi tinggi karena hanya memerlukan dosis kecil untuk
memperoleh efek yang setara dengan chlorpromazine 100 mg.6,7
Efek samping dapat dikelompokkan menjadi efek samping neurologis dan
nonneurologis. Efek samping neurologis akut berupa akatisia, distonia akut dan
parkinsonism (acute extrapyramidal syndrome). Dapat juga terjadi efek samping
akut berupa SNM (Sindrom Neuroleptik Maligna) yang merupakan kondisi
emergensi karena dapat mengancam kelangsungan hidup pasien. Pada kondisi
kronis atau efek samping pengobatan jangka panjang dapat dilihat kemungkinan
terjadinya tardive dyskinesia.6,7
Bila terjadi efek samping sindroma ekstrapiramidal seperti Distonia Akut,
Akathisa atau Parkinsonism, biasanya terlebih dahulu dilakukan penurunan dosis
dan bila tidak dapat ditanggulangi diberikan obat-obat antikholinergik seperti
triheksifenidil (Artane@). Benztropin Congentin@), Sulfas Atropin, atau
dipenhydramin (Benadryl@) injeksi IM atau IV dengan dosis 10-50 mg/ml.
Tersering digunakan Triheksifenidil dengan dosis 3 kali 2 mg per hari. Bila tetap
tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut disarankan untuk mengganti jenis
antipsikotik yang digunakan ke golongan APG-II yang lebih sedikit
kemungkinannya mengakibatkan efek samping ekstrapiramidal.6,7

Penggolongan Obat Antipsikotik.6,7


I. Obat Antipsikotik Tipikal
 Chlorpromazine
 Perphenazine
 Trifluoperazine
 Fluphenazine
 Thioridazine
 Haloperidol
 Pimozide

II. Obat Antipsikotik Atipikal


 Supiride
 Clozapine

30
 Olanzapine
 Quetiapine
 Zotepine
 Risperidone
 Aripiprazole

Tabel 2. Cara Penggunaan Obat Antipsikotik.7


Anti-Psikotik Dosis (Mg/h) Sedasi Otonomik Eks.Pir
Chlorpromazine 150-1600 +++ +++ ++
Thioridazine 100-900 +++ +++ +
Perphenazine 8-48 + + +++
Trifluoperazine 5-60 + + +++
Fluphenazine 5-60 ++ + +++
Haloperidol 2-100 + + ++++
Pimozide 2-6 + + ++
Clozapine 25-200 ++++ + -
Zotepine 75-100 + + +
Supiride 200-1600 + + +
Risperidone 2-9 + + +
Quetiapine 50-400 + + +
Olanzapine 10-20 + + +
Aripiprazole 10-20 + + +

Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Perawatan di rumah sakit dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu.
Terapi psikososial, psikoedukasi, terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi
prilaku, terapi berorientasi-psikoanalitik, dan terapi keluarga. Kombinasi
psikoterapi dan farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif. Tiga jenis
psikoterapi jangka pendek terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku.

2.9 Indikasi Rawat Inap


 Pasien mengancam orang di lingkungan sekitarnya
31
 Adanya risiko percobaan bunuh diri atau pembunuhan
 Perburukan gejala dengan cepat
 Pasien kurang/tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari
 Tidak adanya dukungan sosial maupun tempat perlindungan bagi pasien
 Riwayat gejala depresi maupun episode manik yang berulang. 1,2

2.10 Prognosis
Prognosis selama hidup setelah episode manik tunggal adalah buruk,
dengan 90% pasien mengalami episode ulang manik atau depresi (rata-rata 4
episode dalam 10 tahun). Pada gangguan bipolar I, baik frekuensi maupun tingkat
keparahan episode cenderung meningkat pada 4 atau 5 episode pertama, lalu
mendatar. Prognosis fungsional jangka panjang (pekerjaan, keluarga, dll) hampir
sama buruknya dengan skizofrenia. Beberapa pasien mengalami siklus yang cepat
dengan 4 atau lebih episode dalam setahun, memiliki prognosis yang buruk dan
jarang memberikan respon terhadap litium. Terdapat peningkatan menyeluruh
dalam mortalitas prematur, yang hanya bisa dijelaskan sebagian dengan rata-rata
kejadian bunuh diri sebesar 10%. Profilaksis litium yang sukses (mencerminkan
seleksi diri untuk prognosis yang baik terhadap litium), tidak hanya mengubah
tingkat keparahan dan durasi dari episode, tetapi juga menurunkan tingkat bunuh
diri dan mortalitas secara menyeluruh. Prognosis untuk gangguan bipolar II
biasanya lebih baik, walaupun risiko bunuh diri tetap tinggi. Siklotimik biasanya
terjadi dalam jangka panjang dan sekitar 30% beresiko untuk berkembang
menjadi gangguan bipolar total (full-blown).5
Terdapat indikator prognosis yang dapat digunakan untuk menilai
prognosis pada pasien. Prognosis baik: episode depresi ringan serta tidak
ditemukan gejala psikotik, durasi rawat inap yang singkat, adanya dukungan
psikososial dari lingkungan pasien, tidak ada komorbid dengan gangguan psikiatri
lainnya. Prognosis buruk: depresi berat, adanya komorbiditas dengan gangguan
psikiatri lain, episode depresi lebih dari 1 kali. Gangguan depresi berat seringkali
menjadi kronik maupun kambuh pada periode waktu tertentu, berbeda halnya
dengan episode manik yang cenderung prognosisnya baik, namun dapat pula
bersifat kronis sehingga diperlukan pemantauan ketat dari pasien. 1,2

32
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan afektif bipolar episode kini manik merupakan suatu gangguan
dengan kelainan yang terletak pada kelainan afektif, yaitu adanya perubahan
suasana perasaan atau mood atau afek. Ditunjukan dengan suasana perasaan yang
cenderung meningkatan aktivitas fisik dan mental serta iritable, namun dengan
syarat dimana sebelumnya pasien juga pernah mengalami satu episode gangguan
afektif lainnya (depresi, hipomanik, manik dan campuran).
Gangguan ini dapat didiagnosis dengan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)III. Penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
secara langsung berkaitan dengan fase episode yang sedang dialami oleh pasien
(depresi atau manik). Untuk kasus episode kini manik diberikan anti-manik dan
jika di dapati adanya psikotik maka bisa ditambah dengan antipsikotik.

33
Daftar Pustaka

1. Amir N. Gangguan suasana perasaan. Dalam: Buku ajar psikiatri, Elvira SD,
Hadisukanto G, penyunting. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, penyunting. Kaplan & Sadock’s synopsis of
psychiatry: behavioural/clinical psychiatry. Edisi ke-11. New York:
Lippincott William & Wilkins; 2014
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa di Indonesia III(PPDGJ). Jakarta: Direktorat Jendral. 2012. h.141-5.
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
4. Ayano G. Bipolar Disorder: A concise overview of etiology, epidemiology
diagnosis and management : Review of Literatures; 2016.
SymbiosisPublishing. https://symbiosisonlinepublishing.com/psychology/psy
chology31.pdf. Diunduh pada tanggal 14 juli 2019
5. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri. Edisi ke-4. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2012
6. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi 4. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; Jakarta: 2014.
7. Elsevier. Bipolar affetive disorder. 2016. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/286342- treatment. Accessed juli 2019
8. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication). Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Ama Jaya ; 2007
9. Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, et.al. 2009. Canadian Network for
Mood and Anxiety Treatment (CANMAT) and International Society for
Bipolar Disorder collaborative update of CANMAT guidelines for
management of patient with bipolar disorder: update 2009. Bipolar Disord.
May; 11:225-255

34

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Ujian
    Ujian
    Dokumen12 halaman
    Ujian
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Herpes Simplek
    Herpes Simplek
    Dokumen14 halaman
    Herpes Simplek
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen20 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda Erizal
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis 1
    Dermatitis 1
    Dokumen19 halaman
    Dermatitis 1
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Dokumen12 halaman
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen2 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat