Disusun Oleh :
Yolanda Erizal
112017193
Pembimbing :
Dr. Ika Soelistina, Sp. KK
Nama : ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : surabaya
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis/autoanamnesis pada tanggal 25 Februari 20019.
Riwayat Sosial : llingkungan sekitar tidak ada yang sakit seperti ini.
Status Generalis :
Ku : Baik
Kesadaran : Compas Mentis
Tensi : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Respirasi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan
Thorax
Abdomen
Status Dermatologi
Tes PCR
V. Resume
Pasien datang ke poli kulit RS. Bayangkara dengan keluhan di daerah kemaluannyab
timbul bentol-bentol sejak 10 hari SMRS, semakin hari bentol-bentolnya semakin
banyak. 7 jari SMRS pasien mengeluh nyeri pada daerah kemaluanya, nyerinya terus-
menrerus disertai dengan gatal yang tidak tentu , keputihan dan disertai panas seperti
terbakar, namun tidak ada bau yang tidak sedap pada kemaluanya. Pada daerah
kemaluanya ada luka kecil bekas dari bentol-bentol tersebut karna garukan. Diberikan
antibiotik tapi tidak diberi obat topikal/cream namun keluhan hanya berkurang sedikit.
Sebelumnya pasien tidak ada keluhan demam, pusing dan flu. Pasien mengatakan jarang
melakukan hubungan seksual bersama suami, tapi tidak ada melakukan hubungan dengan
orang lain. Suami tidak ada mengalami keluhan yang sama.Untuk kebiasaan mengganti
pakaian dalam sangat baik dan tidak pernah ada riwayat menggunakan sabun pembersih
kemaluan dan pasien sudah lama manopause. Pasien mengatakan keluhan ini baru
pertama kali dirasakan. Status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
dermatologi diperoleh : pada regio labia minor dextra dan sinistr tampak vesikel
berkelompok dengan dasar eritema, bentuk bulat batas tegas ukuran miliar, pustul serta
ada erosi.
Medikamentosa
Pendahuluan
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel
yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat
genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes
Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes
genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan
rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2
mengenai daerah genital. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa
gejala atau asimtomatis. Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49
tahun yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536
juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta
wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang
terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan,
jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun
2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria.
Penegakan diagnosis penyakit ini dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Penting untuk dapat melakukan diagnosis dengan
benar serta penatalaksanaan yang tepat pada pasien herpes simpleks genitalis. Pengobatan
secara dini dan tepat dapat memberikan prognosis yang lebih baik, yaitu masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan angka kejadian rekurensi menurun. Pemberian edukasi juga
merupakan aspek penting dalam penanganan herpes simpleks genitalis. Pasien harus
disarankan untuk kontrol ulang, disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual
selama lesi dan gejala masih ada.
Defenisi
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel
yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada
alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV
(Herpes Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan
herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat
menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut
dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV (Herpes Simplex Virus) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi
pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari
beberapa ahli, seperti: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahlikan dungan, ahli mikrobiologi
dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang
berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa
laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman
ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-
oral rekuren atauherpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan
ditemukan pada25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks
fasial-oralbiasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang
rendah,dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan
esophagus.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae
yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada
dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam
keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita.
Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali
sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren. Prevalensi yang dilaporkan dari herpes
genitalis bergantung pada karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari
populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik
digunakan untuk mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang
lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak
orang mendapat infeksi subklinik.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda. infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S) tipe 1
biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe 2 biasanya terjadi
pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
ETIOLOGI
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakterikstik pertumbuhan pada media kultu,
antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat prediklesi). Herpes simplex virus tergolong
dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah
Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varisela.
Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup
kemungkinan HSV-1menyebabkan kelainan yang sama. Pada umumnya disebabkan oleh
HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun
ini,HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar
lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus
dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
PATOFISIOLOGI
SV merupakan virus DNA untai ganda dari famili Herpesvirida dan subfamili
Alphaherpesvirina dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan
reaktivasi. Neurovirulens adalah kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam sistem
saraf. Latensi adalah kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi laten pada
sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling sering
melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital akan melibatkan akar saraf
ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi adalah kemampuan HSV laten untuk aktif kembali
dan bereplikasi di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan infeksi
latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres emosional, sinar matahari,
dan menstruasi dapat memicu rektivasi. Pada HSV-1, reaktivasi lebih sering pada area
orolabial, sedangkan pada HSV 2 lebih sering pada area genital. Reaktivasi akan lebih
sering dan lebih berat pada pasien imunokompromais dibandingkan pasien
imunokompeten.
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. infeksi pada natural host ditandai oleh
lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada
sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron dimana dapat aktif kembali
secara periodik. transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan
pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya
ditularkan secara seksual. setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes,terjadi
penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi sertamenimbulkan
kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik.
keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala
konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HHSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2
menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami
reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini
dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stresfisik atau
emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatandan beberapa
kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui
hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. nfeksi oleh HSV
dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa
(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
GEJELA KLINIK
Infeksi awal dari 63 % HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari
infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas
muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa dilakukan pada sekitar 15%
kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung
menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSv-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka disekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka
dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang
terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut:
Nyeri dan disuria
Uretral dan vaginal discharge
Gejala sistemik (malaise,demam, mialgia, sakit kepala)
Limfadenopati yang nyeri pada daerah genital
Nyeri pada rektum, tenesmus.
Tanda (sign):
Eritema, vesikel, pustul, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan krusta
tergantung pada tingkat infeksi
Limfadenopati inguinal
Faringitis
Cervisitis.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Ulkus Mole
Penyakit infeksi genital akut, lokalisata, disebabkan oleh kuman Streptobacillus
ducreyi (Haemophilus ducreyi). Gejala khas berupa ulkus nekrotik, nyeri di tempat
inokulasi dan sering disertai dengan supurasi KGB regional. Pada Wanita biasa ditemukan
di labium mayus,vulva, klitoris, uretra dan servik. Lesi dapat ditemukan ekstra genital,
terutama di bibir, tangan, kelopak mata, dada & lidah. Lesi awal di daerah inokulasi
diawali dengan papul, kemudian menjadi vesiko-pustul, lesi ini dalam beberapa jam akan
pecah dan menjadi ulkus. Efflorosensi yang ditemukan dapat berupa ulkus dengan bentuk
bulat 8 lonjong, kecil, multiple, dikelilingi halo eritematosa & edematous, berbentuk
seperti cawan, tepi ulkus tidak teratur 8 tidak rata, dasar ulkus " jaringangranulasi " mudah
berdarah, isi sekret keruh, tertutup sekret kotor berwarna kuning, jaringan nekrotik. Pada
perabaan ulkus -lunak, tanpa indurasi, mudah berdarah & terasa nyeri.
Sifilis
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat
tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan
dari ibu ke janin. Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat
khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras (indurasi) dan
berukuran lebih besar, dasar ulkus bersih dan bewarna merah seperti plak, dan soliter
(biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya terdapat pada
preputium, ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada wanita di labium mayora dan
minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya pada anus, rektum,
bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.
Dengan pemeriksaan Tzank smear, yaitu dengan mengorek dari lesi herpes dan kemudian
menggunakan pewarnaan wright dan giemsa. Pada pemeriksaan ditemukan sel raksasa
khusus dengan banyak nukleus atau partikel khusus yang membawa virus (inklusi)
mengindikasikan infeksi herpes. Tes ini tidak dapat membedakan antara jenis virus atau
antara herpes simpleks dan herpes zoster.
Kultur virus dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari luka sedini mungkin,
idealnya dalam 3 hari pertama manifestasi. Virus, jika ada, akan bereproduksi dalam
sampel cairan namun mungkin berlangsung selama 1 – 10 hari untuk melakukannya. Jika
infeksi parah, pengujian teknologi dapat mempersingkat periode ini sampai 24 jam, tapi
mempercepat jangka waktu selama tes ini mungkin membuat hasil yang kurang akurat.
Kultur virus sangat akurat Jika lesi masih dalam tahap vesikel yang jelas, tetapi tidak
akurat untuk luka ulserasi lama, lesi berulang atau latensi. Pada tahap ini virus mungkin
tidak cukup aktif.
Tes PCR Jauh lebih akurat daripada kultur virus dan CDC merekomendasikan tes
ini untuk mendeteksi herpes dalam cairan serebrospinal ketika mendiagnosis
herpesensefalitis. PCR dapat membuat banyak salinan DNA virus, sehingga
sejumlah kecil DNA dalam sampel dapat dideteksi.
Tes serologi dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik untuk virus. Ketika
herpes virus menginfeksi seseorang sistem kekebalan tubuh tersebut menghasilkan
antibodi spesifik untuk melawan infeksi. Adanya antibodi terhadap herpes
jugamenunjukkan bahwa seseorang adalah pembawa virus dan mungkin
mengirimkan kepada orang lain. Tes antibodi terhadap HSV-1 yaitu dengan
memeriksa Glikoprotein GG-1. Pemeriksaan serologi yang paling akurat bila
diberikan 12-16 minggu setelah terpapar virus.
TATALAKSANA
Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap akut sampai
lesi sembuh sempurna. Selain itu penderita dan anggota keluarga juga diajak untuk
rajin mencuci tangan sebelum maupun sesudah melakukan aktivitas, menjaga
kebersihan lingkungan dan kesehatan sehingga mengurangi kontaminasi infeksi
penyakit ini. Petugas kesehatan Juga harus menggunakan alat perlindungan diri
padasaat berhubungan langsung dengan lesi yang berpotensi untuk menular.
PROGNOSIS
Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang. Lesi oral atau genital biasanya
sembuh sendiri dalam 7 sampai 14 hari. Infeksi mungkin lebih parah dan bertahan
lebih lama pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Setelah
infeksi terjdi, virus menyebar ke sel-sel saraf dan menetap dalam tubuhseumur hidup
seseorang.. Rekuren dapat dipicu oleh kelebihan sinar matahari (UV) demam, stres,
penyakit akut, obat-obatan atau kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
(seperti kanker, HIV/AIDS, atau penggunaan kortikosteroid). Pada orang dengan
gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan dapat berakibat
fatal..Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang
dewasa
KESIMPULAN
Sesuai teori Herpes simpleks dibagi menjadi dua tipe, yaitu HSV-1 dan HSV-2 .
HSV-1 lebih cenderung berhubungan dengan kelainan oral, sedangkan HSV-2
berhubungan dengan kelainn genital (Herpes genitalis). HSV-2 lebih banyak diderita
oleh perempuan, tetapi rekurensinya lebih sering terjadi pada pria walaupun gejalanya
lebih ringan dibandingkan dengan penderita perempuan. Hal ini sesuai dengan laporan
kasus ini, pasien berjenis kelamin perempuan dan telah menikah, datang dengan
kelihan luka seperti sariawan di alat kelamin pasien..
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan vesikel, pustul, erosi, lesi dengan krusta
(tergantung pada tingkat infeksi). Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien,
pasienmulai merasakan timbulnya keluhan bentol-bentol sampai ada yang luka seperti
sariawan di alat kelamin , yang nyeri, perih, dan panas . Tetapi pasien tidak memiliki
keluhan disuria, vaginal discharge, malaise,demam, mialgia dan lainnya. Pemeriksaan
penunjang pada pasien herpes simpleks yang paling sederhanaadalah Tzank Smear.
Sesuai dengan literatur, secara klinis herpes simpleks ditegakkan dengan adanya gejala
khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan
tanda dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik jika gejalanya khasdan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi)
dan dilakukan pemeriksaanlaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA