Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Herpes simplex tipe 2

Disusun Oleh :
Yolanda Erizal
112017193

Pembimbing :
Dr. Ika Soelistina, Sp. KK

KEPANITERAAN STASE PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA H.S. SAMSOERI MERTOJOSO, SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 11 FEBRUARI– 16 MARET 2019
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : surabaya

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis/autoanamnesis pada tanggal 25 Februari 20019.

Keluhan Utama : nyeri sekali pada kemaluan sejak 7 hari SMRS.


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit RS. Bayangkara dengan keluhan di daerah kemaluannya
timbul bentol-bentol sejak 10 hari SMRS, semakin hari bentol-bentolnya semakin banyak.
7 jari SMRS pasien mengeluh nyeri pada daerah kemaluanya, nyerinya terus-menrerus
disertai dengan gatal yang tidak tentu , keputihan dan disertai panas seperti terbakar,
namun tidak ada bau yang tidak sedap pada kemaluanya. Pasien mengatakan sempat lihat
pada daerah kemaluanya ada luka kecil bekas dari bentol-bentol tersebut karna garukan.
Pasien sebelumnya sudah berobat ke poli umum dan diberikan antibiotik tapi tidak diberi
obat topikal/cream namun keluhan hanya berkurang sedikit. Sebelumnya pasien tidak ada
keluhan demam, pusing dan flu. Pasien mengatakan jarang melakukan hubungan seksual
bersama suami, tapi tidak ada melakukan hubungan dengan orang lain. Suami tidak ada
mengalami keluhan yang sama.
Untuk kebiasaan mengganti pakaian dalam sangat baik dan tidak pernah ada riwayat
menggunakan sabun pembersih kemaluan dan pasien sudah lama manopause. Pasien
mengatakan keluhan ini baru pertama kali dirasakan.

Riwayat Penyakit dahulu : Riwayat Penyakit alergi disangkal.

Riwayar penyakit Diabetes Melitus disangkal.

Riwayat hipertensi disangkal.


Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Penyakit yang sama pada keluarga
disangkal .

Riwayat penyakit Dm disangkal.

Riwayat Sosial : llingkungan sekitar tidak ada yang sakit seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :
Ku : Baik
Kesadaran : Compas Mentis
Tensi : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Respirasi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan

Kepala Dan leher

Rambut : Tidak dilakukan

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Hidung : sekret(-), septum deviasi (-).

Mulut : sariawan (-)

Leher : benjolan (-)

Thorax

Cor : Tidak Dilakukan

Pulmo : Tidak dilakukan

Abdomen

Inspeksi : Tidak dilakukan

Palpasi : Tidak dilakukan


Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

Eksterimtas : Akral hangat, oedema -/-.

Status Dermatologi

Lokasi : pada regio labia minor dextra dan sinistra .

Efloresensi : tampak vesikel berkelompok dengan dasar eritema, bentuk


bulat batas tegas ukuran muliar, pustul serta ada erosi .

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tzank smear dengan pewarna Wringht dan Giemsa.

Tes PCR

V. Resume

Pasien datang ke poli kulit RS. Bayangkara dengan keluhan di daerah kemaluannyab
timbul bentol-bentol sejak 10 hari SMRS, semakin hari bentol-bentolnya semakin
banyak. 7 jari SMRS pasien mengeluh nyeri pada daerah kemaluanya, nyerinya terus-
menrerus disertai dengan gatal yang tidak tentu , keputihan dan disertai panas seperti
terbakar, namun tidak ada bau yang tidak sedap pada kemaluanya. Pada daerah
kemaluanya ada luka kecil bekas dari bentol-bentol tersebut karna garukan. Diberikan
antibiotik tapi tidak diberi obat topikal/cream namun keluhan hanya berkurang sedikit.
Sebelumnya pasien tidak ada keluhan demam, pusing dan flu. Pasien mengatakan jarang
melakukan hubungan seksual bersama suami, tapi tidak ada melakukan hubungan dengan
orang lain. Suami tidak ada mengalami keluhan yang sama.Untuk kebiasaan mengganti
pakaian dalam sangat baik dan tidak pernah ada riwayat menggunakan sabun pembersih
kemaluan dan pasien sudah lama manopause. Pasien mengatakan keluhan ini baru
pertama kali dirasakan. Status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
dermatologi diperoleh : pada regio labia minor dextra dan sinistr tampak vesikel
berkelompok dengan dasar eritema, bentuk bulat batas tegas ukuran miliar, pustul serta
ada erosi.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Herpes Simplex tipe 2
VII. DIAGNOSIS BANDING
Ulkus Mole
Sifilis 1
VIII. Non medikamentosa
- Istirahat yang cukup
- Daerah yang gatal atau nyeri tidak boleh digaruk.
- Menjaga kebersihan kulit dengan tetap mandi 2 kali sehari.
- Menjaga kebersihan pakaian dalam.

Medikamentosa

- sistemik : asiklovir 5x 200 mg/hari selama 7-10 hari .


- Asam mefenamat 2x 500mg/hari
IX. PORGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel
yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat
genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes
Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes
genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan
rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2
mengenai daerah genital. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa
gejala atau asimtomatis. Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49
tahun yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536
juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta
wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang
terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan,
jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun
2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria.
Penegakan diagnosis penyakit ini dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Penting untuk dapat melakukan diagnosis dengan
benar serta penatalaksanaan yang tepat pada pasien herpes simpleks genitalis. Pengobatan
secara dini dan tepat dapat memberikan prognosis yang lebih baik, yaitu masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan angka kejadian rekurensi menurun. Pemberian edukasi juga
merupakan aspek penting dalam penanganan herpes simpleks genitalis. Pasien harus
disarankan untuk kontrol ulang, disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual
selama lesi dan gejala masih ada.

Defenisi

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel
yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada
alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV
(Herpes Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan
herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat
menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut
dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV (Herpes Simplex Virus) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi
pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari
beberapa ahli, seperti: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahlikan dungan, ahli mikrobiologi
dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang
berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa
laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman
ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-
oral rekuren atauherpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan
ditemukan pada25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks
fasial-oralbiasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang
rendah,dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan
esophagus.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae
yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada
dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam
keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita.
Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali
sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren. Prevalensi yang dilaporkan dari herpes
genitalis bergantung pada karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari
populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik
digunakan untuk mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang
lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak
orang mendapat infeksi subklinik.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda. infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S) tipe 1
biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe 2 biasanya terjadi
pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.

ETIOLOGI

VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakterikstik pertumbuhan pada media kultu,
antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat prediklesi). Herpes simplex virus tergolong
dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah
Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varisela.
Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup
kemungkinan HSV-1menyebabkan kelainan yang sama. Pada umumnya disebabkan oleh
HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun
ini,HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar
lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus
dihasilkan dari vaginal atau anal seks.

PATOFISIOLOGI

SV merupakan virus DNA untai ganda dari famili Herpesvirida dan subfamili
Alphaherpesvirina dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan
reaktivasi. Neurovirulens adalah kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam sistem
saraf. Latensi adalah kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi laten pada
sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling sering
melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital akan melibatkan akar saraf
ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi adalah kemampuan HSV laten untuk aktif kembali
dan bereplikasi di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan infeksi
latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres emosional, sinar matahari,
dan menstruasi dapat memicu rektivasi. Pada HSV-1, reaktivasi lebih sering pada area
orolabial, sedangkan pada HSV 2 lebih sering pada area genital. Reaktivasi akan lebih
sering dan lebih berat pada pasien imunokompromais dibandingkan pasien
imunokompeten.
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. infeksi pada natural host ditandai oleh
lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada
sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron dimana dapat aktif kembali
secara periodik. transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan
pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya
ditularkan secara seksual. setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes,terjadi
penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi sertamenimbulkan
kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik.
keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala
konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HHSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2
menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami
reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini
dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stresfisik atau
emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatandan beberapa
kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui
hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. nfeksi oleh HSV
dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa
(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.

GEJELA KLINIK

Infeksi awal dari 63 % HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari
infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas
muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa dilakukan pada sekitar 15%
kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung
menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSv-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka disekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka
dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang
terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut:
 Nyeri dan disuria
 Uretral dan vaginal discharge
 Gejala sistemik (malaise,demam, mialgia, sakit kepala)
 Limfadenopati yang nyeri pada daerah genital
 Nyeri pada rektum, tenesmus.
Tanda (sign):
 Eritema, vesikel, pustul, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan krusta
tergantung pada tingkat infeksi
 Limfadenopati inguinal
 Faringitis
 Cervisitis.

Herpes genital primer


Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk
hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan
biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului
dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi
berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat
membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans
penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.

Herpes genital rekuren


Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila
ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi
spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan
pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar
diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan
menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf
di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf kekulit
kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks.
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis gejaia klinis herpes progenital
dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu.
Stadium penyakit meliputi infeksi primer, stadium laten, replikasi virus,dan stadium
rekuren. Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan
status imunitas host. infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum
punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi
lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. Infeksi oro-fasial
2. Infeksi genital.
3. Infeksi kulit lainnya
4. Infeksi okular
5. Kelainan neurologist
6. Penurunan imunitas
7. Herpes neonatal

DIAGNOSIS

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel


berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda
dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi)
dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Tes darah yang mendeteksi HSV-1dan HSV-2 dapat menolong meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan
swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai
sebagai herpes.
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang
lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit
lain,termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui
mikroskop elektron atau kultur jaringan.
Herpes genital primer HSV-2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan
gejala lokal dan sistemik prolong.D9emam, sakit kepala, malaise, dan mialgia
dilaporkan mendekati 405 dari kaum pria dan70% dari wanita dengan penyakit HSV-
2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi
anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.

DIAGNOSIS BANDING

Ulkus Mole
Penyakit infeksi genital akut, lokalisata, disebabkan oleh kuman Streptobacillus
ducreyi (Haemophilus ducreyi). Gejala khas berupa ulkus nekrotik, nyeri di tempat
inokulasi dan sering disertai dengan supurasi KGB regional. Pada Wanita biasa ditemukan
di labium mayus,vulva, klitoris, uretra dan servik. Lesi dapat ditemukan ekstra genital,
terutama di bibir, tangan, kelopak mata, dada & lidah. Lesi awal di daerah inokulasi
diawali dengan papul, kemudian menjadi vesiko-pustul, lesi ini dalam beberapa jam akan
pecah dan menjadi ulkus. Efflorosensi yang ditemukan dapat berupa ulkus dengan bentuk
bulat 8 lonjong, kecil, multiple, dikelilingi halo eritematosa & edematous, berbentuk
seperti cawan, tepi ulkus tidak teratur 8 tidak rata, dasar ulkus " jaringangranulasi " mudah
berdarah, isi sekret keruh, tertutup sekret kotor berwarna kuning, jaringan nekrotik. Pada
perabaan ulkus -lunak, tanpa indurasi, mudah berdarah & terasa nyeri.

Sifilis
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat
tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan
dari ibu ke janin. Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat
khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras (indurasi) dan
berukuran lebih besar, dasar ulkus bersih dan bewarna merah seperti plak, dan soliter
(biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya terdapat pada
preputium, ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada wanita di labium mayora dan
minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya pada anus, rektum,
bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.
Dengan pemeriksaan Tzank smear, yaitu dengan mengorek dari lesi herpes dan kemudian
menggunakan pewarnaan wright dan giemsa. Pada pemeriksaan ditemukan sel raksasa
khusus dengan banyak nukleus atau partikel khusus yang membawa virus (inklusi)
mengindikasikan infeksi herpes. Tes ini tidak dapat membedakan antara jenis virus atau
antara herpes simpleks dan herpes zoster.
Kultur virus dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari luka sedini mungkin,
idealnya dalam 3 hari pertama manifestasi. Virus, jika ada, akan bereproduksi dalam
sampel cairan namun mungkin berlangsung selama 1 – 10 hari untuk melakukannya. Jika
infeksi parah, pengujian teknologi dapat mempersingkat periode ini sampai 24 jam, tapi
mempercepat jangka waktu selama tes ini mungkin membuat hasil yang kurang akurat.
Kultur virus sangat akurat Jika lesi masih dalam tahap vesikel yang jelas, tetapi tidak
akurat untuk luka ulserasi lama, lesi berulang atau latensi. Pada tahap ini virus mungkin
tidak cukup aktif.
 Tes PCR Jauh lebih akurat daripada kultur virus dan CDC merekomendasikan tes
ini untuk mendeteksi herpes dalam cairan serebrospinal ketika mendiagnosis
herpesensefalitis. PCR dapat membuat banyak salinan DNA virus, sehingga
sejumlah kecil DNA dalam sampel dapat dideteksi.
 Tes serologi dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik untuk virus. Ketika
herpes virus menginfeksi seseorang sistem kekebalan tubuh tersebut menghasilkan
antibodi spesifik untuk melawan infeksi. Adanya antibodi terhadap herpes
jugamenunjukkan bahwa seseorang adalah pembawa virus dan mungkin
mengirimkan kepada orang lain. Tes antibodi terhadap HSV-1 yaitu dengan
memeriksa Glikoprotein GG-1. Pemeriksaan serologi yang paling akurat bila
diberikan 12-16 minggu setelah terpapar virus.

TATALAKSANA

Penatalaksanaan infeksi HSV dititikberatkan pada pemberian antiviral


spesifik yang mempunyai aktivitas terhadap kedua serotipe virus. Dosis dan frekuensi
terapi ditentukan oleh lokasi lesi dan kronisitasnya (primer atau reaktivitasi). Infeksi
HSV berat pada pasien imunikompromais serta ensefalitis HSV memerlukan asiklovir
intravena dosis tinggi yang sering diberikan secara empiris. Untuk gejala konstitusial,
seperti demam, dapat diberikan terapi simptomatik. Perwatan luka dan pengobatan
infeksi bakterial sekunder juga diperlukan. Konsultasi dokter kulit perlu pada kasus
dengan lesi atipikal. Pada pasien imunokompromais dengan infeksi HSV invasif
diperlukan juga konsultasi sesuai dengan kelainan sistem organnya.
Terapi Antiviral
Antiviral yang diberikan berupa analog nukleosida yang akan terfosforilasi
oleh enzim kinasetimidin virus, membentuk trifosfatnukleosida. Asiklovir (analog
nukleosida timidin) adalah obat ini memiliki sifat biovailabilitas yang rendah dan
waktu lebih sering. Obat lain, seperti valasiklovir dan famsiklovir, merupakan analog
nukleosida guanosin. Bentuk aktif terfosforilasi dari berbagai antiviral tersebut akan
menjadi inhibitor kompetetif bagi enzim polimerase DNA virus. Semua obat
mempunyai efek samping sama, yakni mual, muntah, sakit kepala, dan diare, tetapi
biasanya ringan.
PENCEGAHAN

Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap akut sampai
lesi sembuh sempurna. Selain itu penderita dan anggota keluarga juga diajak untuk
rajin mencuci tangan sebelum maupun sesudah melakukan aktivitas, menjaga
kebersihan lingkungan dan kesehatan sehingga mengurangi kontaminasi infeksi
penyakit ini. Petugas kesehatan Juga harus menggunakan alat perlindungan diri
padasaat berhubungan langsung dengan lesi yang berpotensi untuk menular.

PROGNOSIS

Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang. Lesi oral atau genital biasanya
sembuh sendiri dalam 7 sampai 14 hari. Infeksi mungkin lebih parah dan bertahan
lebih lama pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Setelah
infeksi terjdi, virus menyebar ke sel-sel saraf dan menetap dalam tubuhseumur hidup
seseorang.. Rekuren dapat dipicu oleh kelebihan sinar matahari (UV) demam, stres,
penyakit akut, obat-obatan atau kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
(seperti kanker, HIV/AIDS, atau penggunaan kortikosteroid). Pada orang dengan
gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan dapat berakibat
fatal..Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang
dewasa
KESIMPULAN

Sesuai teori Herpes simpleks dibagi menjadi dua tipe, yaitu HSV-1 dan HSV-2 .
HSV-1 lebih cenderung berhubungan dengan kelainan oral, sedangkan HSV-2
berhubungan dengan kelainn genital (Herpes genitalis). HSV-2 lebih banyak diderita
oleh perempuan, tetapi rekurensinya lebih sering terjadi pada pria walaupun gejalanya
lebih ringan dibandingkan dengan penderita perempuan. Hal ini sesuai dengan laporan
kasus ini, pasien berjenis kelamin perempuan dan telah menikah, datang dengan
kelihan luka seperti sariawan di alat kelamin pasien..

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan vesikel, pustul, erosi, lesi dengan krusta
(tergantung pada tingkat infeksi). Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien,
pasienmulai merasakan timbulnya keluhan bentol-bentol sampai ada yang luka seperti
sariawan di alat kelamin , yang nyeri, perih, dan panas . Tetapi pasien tidak memiliki
keluhan disuria, vaginal discharge, malaise,demam, mialgia dan lainnya. Pemeriksaan
penunjang pada pasien herpes simpleks yang paling sederhanaadalah Tzank Smear.
Sesuai dengan literatur, secara klinis herpes simpleks ditegakkan dengan adanya gejala
khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan
tanda dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik jika gejalanya khasdan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi)
dan dilakukan pemeriksaanlaboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD,


editor. Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004. hal.179-196.
2. Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al.
Herpes Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New
England Journal of Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes :
Massachutes Medical Society, Oktober 16 1997, p 1105-11.
3. Syahputra E, Harun E.S. Herpes Genetalis. Dalam : Berkala ilmu penyakit
kulit dan kelamin Airlangga periodical of Dermeto-Venereology, vol.13 April
2001 No.1.Surabaya: Lab/SMF Penyakit Kulit & Kelamin FK Airlangga RSUD
Dr.Soetomono;2001, p 45-53.
4. Marques AR, Straus SE, Herpes Simplex.In Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K,
Austen KF, Goldsmith ZA, Katzi, Editors.Fitzpatrick’s dermatology. In
general medicine.6thed. New York: McGraw Hill Medical Publishing
Divition:2003, p 2059-065.
5. Clutterbuck D, Genital Herpes. In Specialist training in sexually transmitted
infection snd HIV. Edinburg, London, New York. 2004:Elsevien Mosby, p
139-151.
6. Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes
K.K, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third
edition 2000. New York:McGraw-Hill, p 285-305.
7. Handoko R.P. Herpes Simpleks.dlm Ilmu penyakit kulit dan kelamin,
Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta:Balai
Penerbit FK UI, p359-361.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Ujian
    Ujian
    Dokumen12 halaman
    Ujian
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis 1
    Dermatitis 1
    Dokumen19 halaman
    Dermatitis 1
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Dokumen12 halaman
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen20 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda Erizal
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Referat Bipolar Yoli
    Referat Bipolar Yoli
    Dokumen34 halaman
    Referat Bipolar Yoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen2 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat