Anda di halaman 1dari 12

NAMA : YOLANDA ERIZAL

Nim : 112017193

TUGAS UJIAN STASE JIWA

1. Defenisi Gangguan Jiwa ?


Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illenes adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan
orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri-sendiri.
2. Pembagian Gangguan Psikotik non organik ?
 F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan
WahamSkizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap,
walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian
 F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])Kelainan
fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya
kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana
perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan
keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah
sekunder terhadap perubahan itu
 F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait
Stres
 F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis
dan Faktor Fisik
 F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa
 Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan
merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara
berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi
dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-
faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat
pada masa kehidupan selanjutnya.
 F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.
 F8 Gangguan Perkembangan Psikologis
Gambaran umum
Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak
Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang
berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf
pusatBerlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang
khas bagi banyak gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi
yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial,
koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia
 F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada
Masa Kanak dan Remaja

3. Diagnosis Umum Skizofernia ?


Menurut (PPDGJ III) tentang skizofren harus ada sedikitnya satu gejala
berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1) Thought echo, Thought insertion or withdrawal, Thought
broadcasting
a) Thought echo adalah isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan
isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda.
b) Thought insertion or withdrawal adalah isi pikiran yang
asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal).
c) Thought broadcasting adalah isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya
2) Delusion of control , Delusion of influence , Delusion of passivity ,
Delusion perception.
a) Delusion of control adalah waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
b) Delusion of influenceadalahwaham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c) Delusion of passivity adalah waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
(tentang dirinya secara jelas, merujuk ke pergerakan tubuh
serta anggota gerak atau pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).
d) Delusion perception adalah pengalaman inderawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
3) Halusional Auditorik dapat berupa suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien. Dan
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh).
4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing
atau dunia lain).
5) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
7) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), negativisme, mutisme, dan
stupor.
8) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
4. Definisi Gangguan Persepsi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya.
Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu
Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu
proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh
melalui sistem alat indera manusia”.
persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga
terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yang dimilikinya.

5. Halusinasi dan ilusi ?


Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsamgan pada reseptor-
reseptor panca indra. Jadi halusinasi itu adalah persepsi tanpa objek.
Ilusi adalah suatu persepsi panca indra disebabkan adanya rangsangan
panca indra yang ditafsirkan salah dengan kata lain adanya interprestasi
(penjelasan) yang salah dari suatu rangsang pada panca indra.
6. Gangguan proses pikir dibagi menjadi berapa dan diuraikan ?
Proses berpikir dibagi menjadi proses atau bentuk dan isi. Proses atau
bentuk menunjukkan, di mana seseorang dapat menyatukan ide dan
asosiasi dalam bentuk pikirnya. Proses pikir atau bentuk pikir dapat logis
dan koheren atau tak logis bahkan tidak dapat dipahami sama sekali
(=inkomprehensibel). Bentuk proses berpikir dinilai dari produktivitas
dan kontinuitasnya atau arus berpikirnya. Isi menunjuk pada apa yang
sesungguhnya menjadi pemikiran seseorang tentang ide-idenya,
kepercayaannya/keyakinannya, preokupasinya, obsesinya.
Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir
yang normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah
kepada tujuan, dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang
menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada
kenyataan.
Berbagai macam factor mempengaruhi proses berpikir itu, misalnya faktor
somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi,
psikosis) dan faktor social (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang
sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu.

Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua


penyimpangan dari pemikiran rasional, logis, dan terarah kepada tujuan.

 Dereisme atau pikiran dereistik: tidak adanya sangkut paut antara proses
mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika,
atau pengalaman. Sebagai contoh, seorang kepala kantor pemerintah
pernah mengatakan: “Seorang pegawai negeri dan warga-warga yang baik
harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya
menderita; bila tidak tahan silakan keluar…”, atau seorang lain lagi: “Kita
harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal ini merupakan
exploitation de I’home parr I’home, homo homini lupus, machiavellisme.
Karena itu segala bentuknya harus dikikis habis tanpa kecuali…”.
 Pikiran autistik: penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien
itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara
berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak
terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam
pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran
dereistik.
 Bentuk pikiran yang nonrealistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak
berdasarkan kenyataan, umapamanya: menyelidiki sesuatu yang
spektakuler/ revolusioner bila ditemukan; mengambil kesimpulan yang
aneh serta tidak masuk akal (merupakan gejala yang menonjol pada
skizoprenia hebefrenik di samping tingkah laku kekanak-kanakan).
Dibedakan dari pikiran dereistik dan autistik tapi kadang-kadang ketiga
gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.

Gangguan kontinuitas dinilai relevan/ irelevan (isi pikiran atau ucapan


yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang
sedang dibicarakan), goal directed atau tudak (berbicara dengan terarah
pada tujuan) logis atau tidak (berbicara sesuai logika). Gangguan
kontinuitas yang tampak dalam arus pikiran, yaitu tentang cara dan lajunya
proses asosiasi dalam pemikiran. Terdapat berbagai jenis:
 Perseverasi: pengulangan yang diluar konteks dari kata-kata, frase atau
ide, berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara
berlebihan. Penulis pernah mendengar seorang pasien berkata: ”Nanti
besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah
berada di rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu
hari lagi nanti saya sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang
mengambil saya pulang…”.
 Benturan/ penghalangan (blocking): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau
berhenti di tengah sebuah kalimat. Terjadi hambatan yang tiba-tiba dari
proses pikir dalam mengeluarkan arus ide. Pasien tidak dapat
menerangkan mengapa ia berhenti.
 Tangensial: memberikan jawaban yang sesuai dengan topik umum tetapi
tidak secara langsung menjawab pertanyaannya, misalnya ‘Apakah ada
gangguan dalam tidur anda semalam?’ ‘Saya biasanya tidur di tempat
tidur, tetapi sekarang saya tidur di sofa.’

 Pikiran berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung


kepada idea pokok denga menambahakan banyak hal yang remeh-remeh,
menjemukan dan yang tidak relevan.
 Rambling: menceritakan dengan bertele-tele.
 Logorea: banya bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol,
mungkin koheren atau inkoheren.

Penilaian yang lain pada produktivitas dapat berupa: overabundance


(berpikir berlebihan), rapid thinking (proses pikir yang berjalan cepat),
slow thinking (proses pikir yang lambat), hesitant thinking (proses pikir
yang ragu-ragu), poverty of thinking (kemiskinan isi atau ide pikiran)
bahkan sampai vague-empty (tidak jelas dan kosong), break through
thinking (pikiran terobosan). Pikiran melayang (flight of ideas):
perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu
idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain atau
proses pikir yang tidak dapat mengarah pada tujuan karena distractibility.
Sebagai contoh, seorang pasien pernah bercerita sebagai berikut: “Waktu
saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu
untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan kalau
sudah makan...”. contoh lain: ‘Saya ke sini berjalan kaki. Tetapi kaki saya
terluka saat saya jogging. Menurut Anda apakah jogging baik untuk saya?
Itu tidak menolong terhadap infark jantung, aspirin mungkin lebih baik.
Tetapi saya tidak senang minum obat. Obat dan kriminalitas sama saja.’
Dinilai pula ada tidaknya hendaya berbahasa, seperti berikut.
 Asosiasi longgar (derailment) mengatakan hal-hal yang tidak ada
hubungannya satu sama lain, umpama, “Saya mau makan. Semua orang
dapat berjalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoherensi. Asosiasi yang
sangat longgar dapat didengar dari ucapan seorang penderita seperti
berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga
nuklir dan harus minum es krim…”
 Inkoherensi (word salad): gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu
kalimat pun sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham
yang aneh mungkin diterangkan secara inkoheren. Inkoherensi itu boleh
dikatakan merupakan asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang
penulis pernah menerima surat antara lain sebagai berikut, “Saya minta
dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau
lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang
menyinggung segala percobaan…”.
 Asosiasi bunyi (clang association): mengucapkan perkataan yang
mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar: “Saya mau
makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”.
 Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum,
misalnya: “Saya radiltu, semua partimun”.
 Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak
wajar. Umpamanya pernah penulis menerima sajak yang antara lain
berbunyi:
Wahai jagoku yang tersembunyi
Meskipun kau jago
Tanpa kau hatiku sunyi
Tanpa kau hatiku mewangi.
 Atau punning: bermain dengan kata yang mempunyai arti ganda.

Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal,
maupun pada isi pikiran yang diceritakan, misalnya:

1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (ectasy) dapat timbul


secara mengambang pada orang yang normal selama fase
permulaan narkosis (anesthesia umum). Boleh juga disebabkan
oleh narkotika (feeling high atau fligh sebagai logat para narkotik)
atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia. Semua
mengatakan bahwa isi pikiran mereka itu tidak dapat diceritakan.
2. Fantasi: adalah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian
yang diharapkan atau diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
Fantasi yang kreatif menyiapkan individu untuk bertindak
sesudahnya; fantasi dalam lamunan merupakan pelarian bagi
keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika
(psedologia fantastica) orang itu percaya akan kebenaran
fantasinya secara inherent dan selama jangka waktu yang cukup
lama untuk bertindak sesuai dengan itu.
3. Fobi: rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan biarpun pasien berusaha dan
tahu bahwa hal itu irasioanl. Fobi itu dapat mengakibatkan
kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi kuman menimbulkan
kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari kecemasan
yang mengambang (free-floating anxiety) atau kecemasan terhadap
keadaan umum, nisalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam
usahanya.
4. Obsesi: isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak
dikehendakinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau
tidak mungkin, misalnya bahwa anaknya sedang sakit keras atau
bahwa seorang wanita menjadi hamil karena perbuatannya. Obesi
itu dapat menimbulkan kompulsi, misalnya obsesi barangnya
hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk
melihat barangnya masih ada di dalamnya.
5. Preokupasi: pikiran terpaku hanya pada sebuah idea saja, yang
biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional
yan kuat. Ini belum merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi.
Misalnya, preokupasi dengan ujian, anak yang sakit, atau
perjalanan yang akan dilakukan, pesta/perayaan perkawinan/ hari
ulang tahun.
6. Pikiran yang tak memadai (inadequate): pikiran yang eksentrik,
tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan
pekerjaan seseorang.
7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation): mulai dari
kadang-kadang memikirkan hal bunuh diri sampai terus-menerus
memikirkan cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya.
8. Pikiran hubungan (ideas of reference): pembicaraan orang lain,
benda-benda atau sesuatu kejadian dihubungkannya dengan
dirinya, misalnya burung bersiul dianggap sebuah berita baginya.
9. Pikiran pengaruh (ideas of influence): pikiran atau keyakinan
tentang orang lain atau kekuatan lain mengontrol beberapa aspek
dari perilaku seseorang.
10. Rasa terasing (alienasi): perasaan bahwa dirinya sudah menjadi
lain, berbeda, asing, misalnya heran siapakah dia itu sebenarnya.
11. Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat,
terkunci, terpencil dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh
orang lain; rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain; lebih
suka menyendiri.
12. Pikiran rendah diri: merendahkan, menghinakan dirinya sendiri,
menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak
pernah dilakukannya.
13. Merasa dirugikan oleh orang lain: mengira atau menyangka ada
orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil
keuntungan dari dirinya atau yang sedang mencelakakannya.
14. Merasa dingin dalam bidang seksual: acuh-tak acuh tentang hal
seksual; kegairahan seksual berkurang secara umum
(hiposexualitas).
15. Rasa salah: sering mengatakan bahwa ia telah bersalah.
16. Pesimisme: mempunyai pandangan yang suran mengenai banyak
hal dalam hidupnya.
17. Sering curiga: ketidakpercayaan pada orang lain.
18. Waham (delusi): keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi
dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan
kemustahilan hal itu.
19. Kekuatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya: takut
kalau-kalau kesehatan fisiknya tidak sesuai lagi dengan keadaan
badannya yang sebenarnya.
20. Ide-ide tidak wajar: masih berupa ide-ide dari proses berpikir
yang tidak sekukuh waham: dapat berupa ide hipokondrik, ide
bunuh diri, ide membunuh, dan lain-lain.
21. Isi pikiran yang miskin (poverty of content): isi pikiran yang tidak
kaya ide, hanya minimal ide-idenya.

7. Apa itu GAF, fungsi?

Global Assessment of Functioning (GAF) adalah skala numerik yang


digunakan oleh dokter dan dokter kesehatan mental untuk menilai secara
subyektif fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis seseorang, misalnya,
seberapa baik seseorang menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.
Pemeriksa mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional
pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat pemeriksaan, tingkat
fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1 tahun
terakhir). Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu
fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis.

100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi

90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh
harian biasa

80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social

70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam


fungsi, secara umum baik

60-51 gejala dan disabilitas sedang

50-41 gejala dan disabilitas berat

40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan


komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi

30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi dalam hampir semua bidang

20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam


komunikasi dan mengurus diri

10-01 persisten dan lebih serius


0 informasi tidak adekuat

8. Apa itu prognosis?


Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil
akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan
kehadiran faktor risiko penyakit.
Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan
dilakukan.Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi
hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-
faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko
tinggi menderita suatu penyakit.
Prognosis sering rancu dengan risiko. Pada beberapa kasus, faktor
prognosis dan faktor risiko sama. Misalnya pasien dengan diabetes atau
perokok berisiko lebih tinggi menderita penyakit periodontal, dan setelah
mereka terinfeksi maka secara umum mereka memiliki prognosis yang
lebih buruk.
Kategori prognosis adalah sebagai berikut :
Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses
kehidupan.
Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi
organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total
sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Sedangkan Prognosis digolongkan sebagai berikut:
Sanam : sembuh
Bonam : baik
Malam : buruk/jelek
Dubia : tidak tentu/ragu-ragu
Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek

9. Gejala positif dan gejala negatif ?


Termasuk gejala positif adalah
 Delusi atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional.
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu
tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
 Halusinansi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Misalnya penderita mendengar bisikan - bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari bisikan itu.
 Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur
pikirannya.
 Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
 Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat
dan sejenisnya.
 Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada
ancaman terhadap dirinya.
 Menyimpan rasa permusuhan
Termasuk gejala negative adalah
 Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan
ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
 Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun.
 Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
 Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
 Sulit dalam berfikir abstrak.
 Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif dan
serba malas

Anda mungkin juga menyukai

  • Herpes Simplek
    Herpes Simplek
    Dokumen14 halaman
    Herpes Simplek
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen24 halaman
    Mata
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Kasus Tinea
    Kasus Tinea
    Dokumen13 halaman
    Kasus Tinea
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis 1
    Dermatitis 1
    Dokumen19 halaman
    Dermatitis 1
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Dokumen12 halaman
    Case Psikotik - Skizofrenia Paranoid - Greg
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen20 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda Erizal
    Belum ada peringkat
  • Yoliyoli
    Yoliyoli
    Dokumen20 halaman
    Yoliyoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Referat Bipolar Yoli
    Referat Bipolar Yoli
    Dokumen34 halaman
    Referat Bipolar Yoli
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat
  • Labjag 13 Mei 2019
    Labjag 13 Mei 2019
    Dokumen2 halaman
    Labjag 13 Mei 2019
    Yolanda 102014024
    Belum ada peringkat