Oleh :
NI LUH WIDARSIH
(189012126)
B. Epidemologi/insiden kasus
Prematuritas merupakan penyebab kematian kedua pada kelompok usia di
bawah 5 tahun dan penyebab kematian yang utama pada bulan pertama kehidupan.
Dari tahun 1990 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan angka kejadian persalinan
prematur dan Indonesia berada di peringkat kelima dalam deretan 10 negara yang
berkontribusi dalam 60% persalinan prematur di dunia (Blenchow et al., 2012).
Data dari laporan fetomaternal 2009 menunjukkan angka kelahiran neonatus kurang
bulan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebesar 25%.
C. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah
yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau
disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu:HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
5) Primigravidarum: ibu yang pertama kali hamil
6) Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
1) Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
2) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR
pada dismatur adalah :
1) Faktor ibu (HT, GGK, perokok, DM, toksemia, dan hipoksia ibu)
2) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali
pusat).
3) Faktor janin (kelainan kromosom, gamelli, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
D. Manifestasi klinik
Menurut Huda dan Hardhi, (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Fisik
1) Bayi kecil
2) Pergerakan kurang dan masih lemah
3) Kepala lebih besar dari pada badan
4) Berat badan < 2500 gram
5) Panjang badan 45 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar kepala 33
cm.
6) Masa gestasi 37 minggu
b. Kulit dan kelamin
1) Kulit tipis dan transparan
2) Lanugo banyak
3) Rambut halus dan tipis
4) Genitalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1) Refleks moro
2) Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
d. Sistem muskuloskeletal
1) Axifikasi tengkorak sedikit
2) Ubun-ubun dan satura lebar
3) Tulang rawan elastis kurang
4) Otot-otot masih hipotonik
5) Tungkai abduksi
6) Sendi lutut dan kaki fleksi
e. Sistem pernafasan
a. Pernafasan belum teratur sering apnea
b. Frekwensi nafas bervariasi
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih
kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi,
dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan
mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil
yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.
F. Patway
Terlampir
G. Klasifikasi Premature
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
1. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat premature (very
preterm)
3. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim premature
(extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
1. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
2. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)
H. Komplikasi
1. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif
akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli
dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan
mengalami :
a. Rintihan waktu inspirasi
b. Napas cuping hidung.
c. Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
d. Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
e. Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
1) Kadar oksigen arteri menurun
2) Konsentrasi CO2 meningkat
3) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,
bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan
tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea.
Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas
dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir
normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress
respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada
sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan
apnea.
3. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan
jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari
40 %).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah
konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.
4. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat
pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan
intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea.
Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi
dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat
bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama
beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin
bermanfaat.
5. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,
muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin
mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena,
kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan
intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR menurut Proverawati, (2010):
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan
sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan
sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi
yang lebih kecil.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit.
b. Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang
bayi.
6. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama,
dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1. Berat lahir 1750 – 2500 gram
a. Bayi Sehat
1) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil
lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu
lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap,
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum.
b. Bayi Sakit
1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
b) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
2. Berat lahir 1500-1749 gram
a. Bayi Sehat
1) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau
ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan
minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu)
2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
3) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
b. Bayi Sakit
1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
2) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.
3) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
3. Berat lahir 1250-1499 gram
a. Bayi Sehat
1) Beri ASI peras melalui pipa lambung
2) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
3) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
4) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
b. Bayi Sakit
1) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
2) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
3) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
4. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
a. Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
b. Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
c. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
d. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
e. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
3. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
(Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2004 ; 307-313)
a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk.
b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
c. Ukur suhu tubuh dengan berkala
d. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
3) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
4) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
5) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
B. Diagnosa
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
2. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas susunan saraf
pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area
permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin
atau berkeringat, cadangan metabolic buruk).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
4. Diskontinuitas pemberian ASI b.d preamturitas
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas
6. Ikterik neonatus berhubungan dengan bayi mengekspresikan kesulitan
membuat transisi ke kehidupan ekstrauterin ditandai dengan profil darah
abnormal (hemolisis, peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap
24 jam), kulit dan sklera tampak kekuningan
7. Risiko infeksi berhubungan dengan system imunitas didapat tidak adekuat
C. Intervensi
Diagnosa Nursing Outcomes Classification Nursing Interventions
(NOC) Classification
(NIC)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Respiratory
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 jam Monitoring
imaturitas pusat diharapkan pola napas menjadi 1. Kaji frekuensi dan pola
pernapasan, keterbatasan efektif dengan kriteria hasil: pernapasan, perhatikan
perkembangan otot, NOC Label: Respiratory Status adanya apneu dan perubahan
penurunan energi atau 1. Ekspirasi tidak memanjang frekuensi jantung.
kelelahan, dan 2. Penggunaan otot napas 2. Bersihkan jalan napas sesuai
ketidakseimbangan tambahan untuk bernapas (-) kebutuhan.
metabolik. 3. Pernapasan cuping hidung (-) 3. Posisikan bayi pada
4. Dispnea (-) abdomen atau posisi
5. Orthopnea (-) terlentang dengan gulungan
6. Napas pursed-lip (-) popok di bawah bahu untuk
7. Irama napas regular menghasilkan hiperekstensi.
8. Frekuensi pernapasan dalam 4. Tinjau ulang riwayat ibu
rentang normal (30-60 x per terhadap obat-obatan yang
menit) dapat memperberat depresi
9. Pernapasan dada simetris pernapasan pada bayi.
5. Pantau pemeriksaan
laboratorium (misalnya :
AGD, glukosa, serum,
elektrolit, kultur, dan kadar
obat) sesuai indikasi.
6. Berikan oksigen sesuai
indikasi.
7. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi, seperti berikut ini:
- Natrium bikaronat
Rasional : memperbaiki
asidosis.
- Antibiotik
Rasional : mengatasi infeksi
pernapasan dan sepsis.
- Aminopilin
Rasional: dapat
meningkatkan aktivitas pusat
pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO2,
menurunkan frekuensi apnea.
D. Implementasi
Tindakan Keperawatan adalah pelaksanaaan Asuhan Keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang ditentukan dalam tahap perencanaan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita
rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA