Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

DENGAN MASALAH RESIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT


PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Chenny Anandita,Wisoedhanie Widi A., Wibowo


Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
E-mail: ananditania76@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes Mellitus adalah kelompok gangguan metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya dengan karakteristik hiperglikemia. Hiperglikemia dapat menyebabkan neuropati
dengan gejala kesemutan, rasa tebal, dan kekakuan. Neuropati yang berujung resiko infeksi. Penelitian ini
bertujuan untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus dengan Masalah
Resiko Infeksi di RS Panti Waluya Sawahan Malang. Desain penelitian ini menggunakan metode studi
kasus dengan 2 klien sebagai responden yang dilaksanakan pada bulan Februari dan Maret 2019. Hasil
pengkajian didapatkan pada kedua klien mengalami hiperglikemi, dan perubahan sensasi pada kaki seperti
rasa tebal, kekakuan, dan kesemutan. Serta tidak ditemukan kemerahan, rasa panas, rasa nyeri dan
pembengkakan. Selanjutnya, pada kedua klien direncanakan tindakan keperawatan yang sama yaitu
edukasi tentang diet, pengobatan dan latihan fisik dengan senam kaki diabetik; perawatan kulit;
pemantauan glukosa darah; kolaborasi pemberian insulin serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil evaluasi klien 1 dan klien 2 masalah resiko infeksi tidak terjadi
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari. Perlu dilakukan tindakan keperawatan yang tepat
untuk mencegah terjadinya infeksi khususnya ekstremitas bawah yaitu memperhatikan penerapan 5 pillar
Diabetes Mellitus dan menganjurkan untuk menghindari faktor resiko yang menimbulkan Diabetes
Mellitus dengan masalah resiko infeksi.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Resiko Infeksi.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a group of metabolic disorders that occur due to abnormalities of insulin secretion,
insulin work or both with the characteristics of hyperglycemia. Hyperglycemia can cause neuropathy with
symptoms of tingling, thickness, and stiffness. Neuropathy cause risk of infection. This research aims to
gave nursing care for Diabetes Mellitus clients with Risk of Infection Problems in Panti Waluya Sawahan
Hospital Malang. The design of this study used a case study method with 2 clients as respondents
conducted in February and March 2019. The results of the study were found on both clients experiencing
hyperglycemia, and change of sensation in foot such as thickness, stiffness, and tingling. And not found
redness, burning, pain, and swelling. Furthermore, in both clients planned the same nursing intervention,
include education about diet, medication and physical exercise with diabetic foot exercises; taking care of
skin; monitor blood glucose; collaboration with doctor to give insulin and monitoring for signs of
infection. Based on the research, the results of client 1 and client 2 evaluation of the risk of infection
problems did not occur after nursing care for 3 days. It is necessary to give proper nursing intervention to
prevent infection, especially for the lower extremities, which consider the application of the 5 pillars of
Diabetes Mellitus and recommend avoiding the risk factors that cause Diabetes Mellitus with the risk of
infection.
Keywords: Diabetes Mellitus, Risk of Infection
PENDAHULUAN sehingga insulin tidak dapat mengirim glukosa
ke sel sehingga tetap berada dalam darah dan
Diabetes Mellitus adalah penyakit akibat kadarnya meningkat. Akibat dari kadar glukosa
kumpulan gangguan pankreas yang ditandai yang tinggi pada darah akan mengakibatkan
dengan tingginya kadar glukosa dalam darah leukosit (sel darah putih) terhambat merespon
melebihi batas normal atau hiperglikemia akibat sehingga beresiko infeksi (Baradero, 2010;
kekurangan insulin (LeMone et al, 2015; Suiraoka, 2012).
Marewa, 2015).
Fenomena yang ditemukan oleh penulis saat
Menurut World Health Organization (WHO) melakukan praktik klinik pada bulan Januari
Diabetes Mellitus memiliki angka kejadian 2017 di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti
sebanyak 382 juta orang dengan presentase 4,8% Waluya Sawahan Malang. Penulis menemukan
penduduk dunia pada tahun 2013 (Putri et al, sebanyak 1 orang penderita Diabetes Mellitus.
2013). Di Asia memiliki presentase 60% dari Klien mengatakan memiliki riwayat Diabetes
penderita Diabetes Mellitus sedunia. Di Mellitus selama 2 tahun. Klien mengatakan
Indonesia, pada tahun 2010, 14.820.000 sering pusing. Klien mengatakan telapak kaki
penduduk Indonesia adalah penderita Diabetes terasa tebal dan terdapat luka di kaki sejak 3 hari
Mellitus (Marewa, 2015). Menurut Riskesdas lalu. Luka tampak sedikit kemerahan. Saat
(2015), pada tahun 2013 terdapat sekitar 600 ribu dilakukan pemeriksaan, ditemukan glukosa darah
orang atau 2,8% penduduk Jawa Timur sewaktu 231 mg/dl disertai peningkatan leukosit
terdiagnosa Diabetes Mellitus. Di Rumah Sakit 10.790/mm3.
Panti Waluya Sawahan Malang, tercatat 95
orang, dewasa sebanyak 46 orang dan lansia Peran perawat di sini memberikan penanganan
sebanyak 49 orang menderita Diabetes Mellitus agar klien Diabetes Mellitus tidak mengalami
tanpa komplikasi mulai bulan Januari 2018 infeksi. Menurut LeMone et al (2015)
sampai Desember 2018 (Rekam Medis RSPW, penanganan melalui pemberian asuhan
2018). keperawatan seperti berdasarkan 5 pillar
Diabetes Mellitus dengan mengontrol glukosa
Diabetes Mellitus memiliki resiko infeksi yang darah penderita Diabetes Mellitus dengan cara
tinggi. Hal ini disebabkan karena insulin yang melakukan tindakan seperti pemberian insulin
dihasilkan oleh sel beta pankreas pada pulau atau obat diabetes lain. Selain itu juga
Langerhans kurang sehingga glukosa darah memberikan informasi dan edukasi tentang
menjadi tidak seimbang. Insulin tidak ada dan resiko infeksi pada penyakit Diabetes Mellitus
tidak dikenali reseptor pada permukaan sel, untuk mengontrol glukosa darah seperti menaati
terapi gizi atau diet diabetes, latihan fisik, patuh pada telapak kaki. Denyut nadi dorsalis pedis
terhadap pengobatan, dan pemantauan teraba tidak terlalu kuat pada kedua
manifestasi klinis dari infeksi pada klien ekstremitas bawah. Terpasang infus NS
Diabetes Mellitus dengan masalah resiko infeksi. 20tpm. TTV: TD: 150/90 mmHg, N: 80 x/m,
RR: 20 x/menit, S: 37,20C,BB: 53kg GDS:
METODE 382 mg/dl. Leukosit: 10.90 103/µL.
Peneliti ini menggunakan metode studi kasus
pada klien Diabetes Mellitus dengan masalah Klien 2 terdiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2
Resiko Infeksi. Pengambilan data pada klien 1 Hiperglikemia + Gastritis pada 15 Maret
pada tanggal 25-27 Februari 2019, sedangkan 2019. Klien mengatakan tidak minum obat
klien 2 pada tanggal 16-18 Maret 2019. Penulis selama 2 minggu metformin dan gliben karena
mengumpulkan data dengan melakukan kehabisan obat. Klien suka makan makanan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan berlemak dan manis. Klien mengalami kaki
dokumentasi meliputi pengkajian, analisa data, sering merasa kesemutan dan terasa tebal.
rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi Klien mengalami kaki terasa kaku di telapak
keperawatan. kaki dan jari kaki. Pada saat pemeriksaan
fisik, ditemukan, kulit tampak kering, adanya
HASIL penurunan sensasi pada telapak kaki, denyut
1. Pengkajian nadi dorsalis pedis teraba tidak terlalu keras
Klien 1 terdiagnosa medis: Diabetes Mellitus pada kedua ekstremitas bawah. Terdapat
tipe 2 uncontrolled + Dispepsia Syndrome bekas luka cekung dengan keadaan kering di
pada 23 Februari 2019. Klien jarang minum bawah kelingking kaki kanan dengan diameter
obat dan sering makan makanan berlemak dan ± 1cm, kedalaman ± 0.3 mm, warna putih
bersantan. Klien tidak pernah memakai alas kekuningan, tidak ada jaringan parut.
kaki saat di rumah. Klien mengalami kaki Terpasang infus NS 20 tpm. TTV:TD: 110/70
terasa tebal dan sering merasa kesemutan. mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S:
Klien bekerja di pabrik rokok bagian linting 36,20C, GDP: 310 mg/dl, Leukosit: 10,76.
rokok. Klien mengatakan kedua kakinya 103/µL, BB: 78kg.
terasa kaku di telapak kaki dan jari-jari kaki.
Ditemukan kulit tampak kering dan edema di 2. Diagnosa Keperawatan
tungkai kanan. Terdapat bekas luka di Berdasarkan hasil pengkajian dapat
punggung kaki kiri. Terdapat kallus di telapak ditegakkan diagnosa pada klien 1 dan klien 2
kaki kiri tepat dibawah ibu jari dan teraba yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
kasar dan tebal. Adanya penurunan sensasi hiperglikemia.
PEMBAHASAN
3. Intervensi Keperawatan 1. Pengkajian
Pada klien 1 dan 2 telah disusun intervensi Pada kedua memiliki riwayat Diabetes
sesuai dengan teori, terdapat 13 intervensi Mellitus sejak lama. Klien sama-sama
yang akan dilakukan secara mandiri maupun merasakan kaki tebal dan kekakuan pada
kolaboratif sesuai dengan kondisi atau telapak kaki. Klien mengatakan kulitnya
keadaan klien. kering pada tangan dan kaki dan kadang gatal
pada kaki. Klien mengatakan sering
4. Implementasi Keperawatan kesemutan. Hanya klien 1 terdapat kallus.
Pada kedua klien dari 13 intervensi yang Terdapat bekas luka pada kaki pada kedua
telah direncanakan seluruhnya dilakukan klien. Kedua klien tidak pernah memakai alas
dalam bentuk tindakan keperawatan maupun kaki saat di rumah. Glukosa darah kedua klien
tindakan kolaborasi dengan pemberian lebih tinggi dari nilai normal dan leukosit
tindakan farmakologi. masih dalam batas normal namun cenderung
tinggi.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 sama-sama memiliki pola
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
makan yang kurang baik, tidak pernah
3 hari, pada kedua klien masalah teratasi pada
berolahraga, dan pengobatan yang tidak rutin
hari ke 3 dan didapatkan hasil masalah Resiko
sehingga glukosa darah keduanya tidak
Infeksi tidak terjadi dengan mencapai semua
terkontrol dan cenderung tinggi. Akibatnya
kriteria hasil yang telah di tetapkan. Adapun
menyebabkan penurunan sirkulasi perifer
kriteria hasil yaitu, 1) Klien bebas dari tanda
sehingga terjadi resiko infeksi, seperti adanya
dan gejala infeksi, 2) Kadar glukosa darah
rasa tebal, kesemutan, terasa kaku pada jari
normal, 3) Leukosit dalam batas normal 5000-
dan telapak kaki, kulit kadang gatal dan kulit
11.000/mm3, 4) Tidak ada luka baru, 5) Kulit
kering pada kaki dan tangan. Selain itu, akibat
tidak kering dan gatal, 6) Tanda-tanda vital
paparan nikotin akibat bekerja di pabrik rokok
dalam batas normal, 7) Klien menunjukan
yang dapat menjadi faktor penurunan suplai
pemahaman tentang penyakit DM, diet dan
darah ke kaki. Namun, pada klien 1 lebih
pengobatan DM, 8) Klien mampu melakukan
beresiko, karena selain glukosa darahnya tidak
senam kaki diabetik secara mandiri, 9) Perfusi
terko tidak memakai alas kaki, klien 1
jaringan kulit meningkat.
terpapar nikotin setiap harinya.

Etiologi resiko infeksi pada klien Diabetes


Mellitus menurut Maghfuri (2016) dan
Lemone et al (2015) yaitu kallus, kulit mengakibatkan akson menghilang, penurunan
melepuh, kuku kaki tumbuh ke dalam, kecepatan induksi, parastesia, menurunnya
paparan nikotin, dan neuropati. Menurut reflek otot, kulit kering dan hilang rasa
Kurniali (2013), penderita diabetes mellitus (Maghfuri, 2016).
akan menderita kerusakan saraf tepi, terutama
saraf yang bertanggung jawab untuk 3. Rencana Keperawatan
menerima sensor dari luar sehingga penderita Pada kedua klien telah ditetapkan rencana
akan mengalami ekstremitas terasa tebal dan keperawatan sesuai dengan tinjauan pustaka
kesemutan. Kerusakan saraf tepi ini yang menggunakan prinsip 5 pillar Diabetes
diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia. Mellitus yaitu edukasi, terapi gizi, latihan fisik
Neuropati menjadi salah satu faktor terjadinya dengan menggunakan senam kaki diabetik,
resiko infeksi. pemberian farmakoterapi, dan pemantauan
glukosa darah. Pada kedua klien diberikan
2. Diagnosa Keperawatan intervensi yang sama. Perbedaannya hanya
Kedua klien diangkat diagnosa resiko infeksi saat pemberian edukasi pengobatan. Pada
berhubungan dengan hiperglikemia. klien 1 edukasi tentang injeksi insulin secara
Kedua klien mengalami peningkatan kadar subkutan karena klien baru pertama kali
glukosa darah. Selain itu pada kedua klien menggunakan pengobatan insulin di rumah.
mengalami penurunan sensasi dan sirkulasi Sedangkan klien 2 juga diberikan edukasi
pada daerah kaki dan mengakibatkan kaki pengobatan OAD secara peroral.
terasa tebal dan sering kesemutan, kaki terasa Intervensi yang telah direncanakan bagi kedua
kaku tidak bebas digerakkan, adanya klien telah sesuai dengan teori menurut
penurunan sensasi pada ekstremitas, dan nadi Kushariyadi & Setyoadi (2011), Doengoes
dorsalis pedis teraba tetapi tidak kuat. (2014), Mubarak et al, (2015) dengan berikan
Diabetes Mellitus memiliki resiko infeksi pendidikan kesehatan tentang DM dan diet,
yang tinggi karena insulin dalam tubuh anjurkan untuk mematuhi diet DM, berikan
sehingga glukosa darah tidak seimbang. perawatan kulit dengan menjaga kulit agar
Insulin tidak ada dan tidak dikenali reseptor tetap lembab, linen tetap kering dan kencang,
pada permukaan sel, sehingga insulin tidak anjurkan Klien selalu menggunakan alas kaki
dapat mengirim glukosa ke sel sehingga tetap yang nyaman dipakai, baik di dalam maupun
berada dalam darah dan kadarnya meningkat di luar rumah, ajarkan dan anjurkan untuk
(Suraioka, 2012). Sehingga dapat terjadi rutin melakukan senam kaki diabetik, ajarkan
perubahan jaringan saraf karena adanya klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi,
penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga lakukan perawatan luka aseptik, monitor
adanya luka, observasi tanda-tanda infeksi dan secara teratur (Aini dan Aridiana, 2016).
peradangan, seperti demam, kemerahan, Tujuan lain dari senam kaki ini untuk
adanya pus pada luka, evaluasi hitung darah memperkuat otot-otot kecil, mencegah
lengkap, pantau TTV pantau glukosa darah, kelainan pada bentuk kaki, mengatasi
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian keterbatasan gerak (Soegondo dkk, 2011).
dan insulin.
5. Evaluasi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan Pada hari ketiga perawatan, pada klien 1 dan 2
Pada penelitian ini, kedua klien dilakukan 12 masalah infeksi tidak terjadi. Namun masalah
implementasi selama 3 hari, menyesuaikan masih beresiko terjadi. Dibuktikan dengan
kondisi klien. Pada kedua klien dilakukan kriteria hasil yang yang telah dicapai dan
tindakan keperawatan berdasarkan 5 pillar terpenuhi oleh kedua klien. Glukosa darah
DM dengan melakukan pemantauan glukosa kedua klien masih tinggi namun sudah turun.
darah, edukasi tentang diet, pengobatan, Kedua klien ini dipulangkan karena glukosa
latihan agar pengetahuan klien bertambah darah yang tinggi dapat diturunkan dengan
sehingga kadar glukosa terkontrol serta pengobatan di rumah. Proses menurunan
kolaborasi pemberian insulin untuk glukosa darah yang tinggi membutuhkan
membantu menurunkan glukosa darah, Selain waktu dan penurunan dosis yang bertahap.
itu, diberikan perawatan kulit agar kulit tidak Perfusi jaringan kulit pada kedua klien
kering, memakai alas kaki, dan memakai meningkat setelah dilakukan senam kaki
pakaian yang tidak ketat dan tertutup agar diabetik. Tidak ada luka baru pada kedua
terhindar terjadi luka. Mengajarkan senam klien setelah diajarkan pemakaian alas kaki
diabetik pada kedua klien agar memperlancar dan pakaian yang tidak ketat dan tertutup
sirkulasi pada daerah kaki sehingga Pada penelitian ini, penulis menggunakan
mengurangi rasa tebal dan kaku. Pada kedua evaluasi keperawatan yang mengacu pada
klien dilakukan edukasi tentang pengobatan. kriteria evaluasi klien Diabetes Mellitus
Namun pada klien 1 diberikan edukasi tentang dengan resiko infeksi, sebagai berikut:
injeksi insulin melalui subcutan, sedangkan 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi:
pada klien 2 diberikan edukasi tentang a. Rubor (Kemerahan)
kepatuhan pengobatan OAD. b. Kalor (Panas)
Pencegahan infeksi dengan prinsip 5 pilar c. Tumor (Bengkak)
agar glukosa darah terkontrol. Prinsip 5 pilar d. Dolor (Nyeri) (Septiari, 2012)
terdiri dari edukasi, terapi gizi, latihan fisik, 2. Kadar glukosa darah normal
farmakoterapi, dan memantau glukosa darah (Mubarak et al, 2015).
a) Glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl Baradero, et al. 2010. Klien Gangguan
(11,1 mmol/L) Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
b) Glukosa darah puasa ≥126 mg/dl (7,0
mmol/L) Kurniali, Peter C. 2013. Hidup Bersama
Diabetes. Jakarta: Elex Media Komputindo
c) Glukosa darah 2 jam PP (Post
Prandial) > 200mg/dl (11,1 mmol/L) Kushariyadi & Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas
3. Leukosit dalam batas normal 5000- Keperawatan pada klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
11.000/mm3 (Mubarak et al, 2015).
4. Tidak ada luka baru (Mubarak et al, 2015). LeMone, Priscilla et al 2015. Buku Ajar
5. Kulit tidak kering dan gatal (Muttaqin & Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 3.
Jakarta: EGC
Sari, 2014)
6. Tanda-tanda vital dalam batas normal Marewa, L. W. 2015. Kencing Manis (Diabetes
(Muttaqin & Sari, 2014) Mellitus) di Sulawesi Selatan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
7. Klien menunjukan pemahaman tentang
penyakit DM, diet dan pengobatan DM Maghfuri, Ali. 2016. Buku Pintar Perawatan
Luka Diabetes Melitus. Jakarta: Salemba
(Nurarif A. H., dan Kusuma, H., 2015)
Medika.
8. Klien mampu melakukan senam kaki
diabetik secara mandiri (Kushariyadi & Mubarak et al, 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Setyoadi, 2011).
Medika.
9. Perfusi jaringan kulit meningkat (PPNI,
2018) PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Mellitus PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan
dengan Masalah Resiko Infeksi di Rumah Sakit Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Panti Waluya Sawahan Malang telah
Putri, Y.M dan Wijaya, A.S. 2013. Keperawatan
dilaksanakan dan pada Klien 1 dan Klien 2 dan
Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Media
tidak terjadi infeksi.
Soegondo S. dkk. 2009. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Penerbit
DAFTAR PUSTAKA
FKUI
Aini, Nur & Aridiana L.M. 2016. Asuhan
Keperawatan Sistem Endokrin dengan Septiari, Betty Bea. 2012. Infeksi nosokomial.
Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Jakarta: Nuha Medica
Salemba Medika
Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Suiraoka, I.P. 2012. Penyakit Degeneratif.


Yogyakarta: Nuha Media

Anda mungkin juga menyukai