Anda di halaman 1dari 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya suku bangsa di Nusantara adalah tipe orang yang sangat

menghargai leluhur dan selalu berupaya melestarikan warisan budaya serta

tradisi dari para pendahulunya sebagai sebuah sikap hidup secara turun-

temurun. Suka bergotong-royong, bermusyawarah, percaya dan berserah

kepada takdir-Nya adalah sebagian ciri-ciri lain dari sikap hidup leluhur

Nusantara yang terus dilaksanakan hingga saat ini. Kata tradisi yang secara

etimologis istilah ini berasal dari kata latin traditum yang artinya diteruskan

(transmitted) dari masa lalu ke masa sekarang. Masyarakat tradisional adalah

masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat

istiadatnya. Pada umumnya masyarakat tradisional adalah masyarakat yang

memiliki pandangan bahwa melaksanakan warisan nenek moyang yang berupa

nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita, merupakan kewajiban, kebutuhan,

dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga keharmonisan

masyaraakat, namun sebaliknya melanggar tradisi berarti dapat merusak

keharmonisan masyarakat.

Masyarakat Jawa sebagai bagian kebudayaan Nusantara adalah

masyarakat yang sangat menghormati proses kodrati jalannya kehidupan itu

sendiri. Seluruh pandangan tersebut sangat tercermin dalam etika, moralitas,

dan bentuk kebudayaan dalam commit to user


sikap hidup Jawa itu sendiri. Tradisi dan budaya
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Jawa sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan

(merupakan golongan masyarakat Jawa yang menganut Agama jawi atau Islam

kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, Bagelen)

(Koentjaraningrat, 1995 : 211). Di antara tradisi dan budaya masyarakat Jawa

keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib,

keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah

ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-upacara ritual yang

bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau meminta berkah serta

terkabulnya permintaan tertentu. Tradisi dan budaya Jawa hingga akhir-akhir

ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional di Indonesia.

Sikap hidup tidak sama dengan pandangan hidup. Orang yang berlainan

pandangan hidup mereka terhadap tuhan, dunia, dan manusia mungkin dalam

prakteknya dapat memperlihatkan sikap hidup yang sama. Suatu sikap hidup

tidak hanya berhubungan dengan agama yang dianut oleh seseorang melainkan

berkaitan juga dengan adat dan latar belakang kebudayaannya bahkan juga

dengan watak bangsanya.

Stametan atau wilujengan merupakan suatu upacara pokok atau unsur

terpenting dari hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa

pada umumnya. Bagi masyarakat Jawa, khususnya masyarakat di wilayah

Surakarta dan sekitarnya, seluruh ritual selamatan tersebut tak pernah lepas

dari keberadaan jenang (bubur). (koentjaraningrat, 1984 : 344)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Isni Herawati dalam jurnal sejarah dan budaya vol II, no.3 (2007 : 125-

224) Dengan judul Makna Simbolik Sajen Slametan Tingkeban. Menjelaskan

Pada hakekatnya pengetahuan manusia adalah pengetahuan yang simbolis.

Fungsi utama dari simbol-simbol itu adalah untuk mempermudah

berkomunikasi. Komunikasi manusia tidak hanya dengan sesamanya,

melainkan juga dengan mahluk di luar dirinya, yang bersifat supranatural atau

gaib, demi menjaga keseimbangan dalam alam hidupnya. Ketika manusia

berkomunikasi dengan sesama selalu diungkapkan dengan kata-kata, sebagai

salah satu bentuk dari tindakan simbolik. Akan tetapi kalau manusia itu

berkomunikasi dengan mahluk yang lain atau yang ritual maka tindakan

komunikasinya adalah secara simbolik.

Begitu pula dengan sikap hidup Jawa. Sikap hidup Jawa sangat identik

dengan berbagai ritual ‘selamatan’ yaitu sebuah aktivitas budaya yang

bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus

sebagai sarana harmonisasi semua unsur kehidupan itu sendiri. Ritual itu

meliputi seluruh proses kehidupan hingga kematian. Bagi masyarakat Jawa,

khususnya masyarakat di wilayah Surakarta dan sekitarnya, seluruh ritual

selamatan tersebut tak pernah lepas dari keberadaan jenang (bubur).

Kehadiran jenang disini tidak hanya sekedar berfungsi sebagai makanan

pelengkap, melainkan keberadaan jenang itu sendiri merupakan symbol doa,

harapan, persatuan dan semangat masyarakat Jawa itu sendiri. Sebagai contoh

untuk mendoakan agar ibu hamil diberikan kelancaran dalam proses

commit to
melahirkan, maka dibuatlah selamatan user menggunakan jenang procotan.
dengan
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Begitu pula ketika memberi nama kepada bayi yang baru lahir maka

dibuatlah jenang sepasara, atau ketika setelah memiliki hajat pernikahan, agar

pengantun dan seluruh panitia yang terlibat diberi kesehatan, berkah dan

kekuatan maka diadakanlah selamatan dengan membuat jenang sungsum dan

masih banyak yang lain. Ritual tersebut telah terjadi secara turun-temurun

selama ratusan tahun lamanya dan aktivitas tersebut masih dapat kita temui

hingga saat ini pada masyarakat Jawa khususnya di wilayah Surakarta.

Perubahan sosial dalam mayarakat merupakan hal lain yang

berpengaruh pada komunikasi mereka, ditandai dengan makin banyaknya

perayaan-perayaan budaya dalam berbagai etnis di masyarakat. Perbedaan

budaya dalam masyarakat misalnya masyarakat Jawa dengan masyarakat

Sunda, akan menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara

memandang suatu tradisi. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-pola

komunikasi yang sama antar anggotanya karena memiliki latar belakang yang

sama.

Komunikasi antar-manusia (human communications) merupakan ciri

pokok kehidupan manusia sebagai makhluk sosial pada tingkat kehidupan yang

sederhana maupun pada tingkat kehidupan modern yang lebih kompleks seperti

saat ini. Komunikasi pada hakikatnya merupakan cara utama bagi kehidupan

manusia dan merupakan jantung dalam segala hubungan sosial. Melalui

komunikasi terjadi kontak-kontak dan interaksi sosial, baik antar pribadi, antar

kelompok, antar suku maupun antar bangsa dapat bersosialisasi dengan baik.
commit to user
Kontak dan interaksi sosial yang terjadi merupakan pembawaan dari manusia
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

sebagai mahkluk sosial dan merupakan kebutuhan untuk mengadakan

komunikasi dengan individu lain atau dengan kelompok lain. Kebutuhan

berkomunikasi didorong oleh keinginan manusia untuk mengembangkan diri

menuju kehidupan yang lebih baik yang diperkaya dengan pengetahuan daln

pengalaman serta sebagai jalan untuk bekerja sama dan sebagai ajang

eksistensi diantara individu dan masyarakat. Dalam konteks inilah komunikasi

berfungsi sebagai alat integrasi. Daniel Lerner dalam bukunya The Passing Of

Traditional Society memandang komunikasi sebagai ”means of exchange and

the measure of value in social life” dengan kata lain komunikasi merupakan

alat tukar dan ukuran nilai dalam kehidupan sosial (Rachmadi : 1988).

Setiap praktik komunikasi pada dasarnya adalah suatu representasi

budaya atau tepatnya suatu peta atas suatu realitas (budaya) yang sangat rumit.

Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya

adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi

pada gilirannya budaya yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi

anggota budaya yang bersangkutan. Deddy Mulyana dalam bukunya

Komunikasi Efektif suatu Pendekatan Lintas Budaya mengatakan bahwa

komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya

berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi : apa makna pesan verbal dan

nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak

dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal dan

nonverbal), kapan mengkomunikasikannya dan sebagainya. (Mulyana, 2004 :

20). commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Seperti halnya dengan kota Solo, kota yang kental akan budaya Jawa

yang mempengaruhi tata cara dalam masyarakat sekitarnya berkomunikasi dan

berperilaku. Solo merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki

tradisi Jawa yang dibanggakan oleh masyakatnya. Salah satu pusat dan inti dari

kebudayaan Jawa kuno karena secara tradisional merupakan salah satu pusat

politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad

ke-19 telah mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa,

tarian, makanan, pakaian, arsitektur, dan beragam hasil budaya indah lainnya.

Solo dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, selalu ada sesuatu yang

menarik dapat Anda temukan kota ini. Solo telah dikenal sebagai daerah tujuan

wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Selain

menyungguhkan pemandangan kota dan keraton Kasunanan, Solo pun giat

mengadakan sejumlah acara setiap bulannya, berbagai festival dan Event

budaya dan sosial yang akan berlangsung dapat dilihat pada kalender event

kota Solo atau pada agenda kota Solo. Dari berbagai festival dan event yang

ada seperti acara tahunan Solo Batik Carnival, SIPA (Solo International

Performing Art), Solo City Jazz, Festival Payung dan masih banyak lagi,

namun ada salah satu festival yang menurut peneliti menarik dan memiliki

makna tersendiri adalah Festival Jenang Solo.

Festival yang telah berlangsung selama 5 tahun terakir ini selalu

memberikan inovasi dan gebrakan baru bagi masyarakat Solo dan dunia

pariwisata kota Solo. Pada Festival Jenang Solo tahun 2012 panitia
committahun
membagikan 10 ribu pincuk jenang, to user2013 membagikan 15 ribu pincuk
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

jenang, pada tahun 2014 panitia membagikan 17 ribu takir jenang dan pada

tahun 2015 telah dibagikannya 23 ribu takir jenang.dan hingga saat ini telah

berdiri Yayasan Jenang Indonesia. Semua itu tidak hanya sekedar membagikan

jenang semata tetapi ada makna dan simbol kental yang terkandung dalam

melestarikan budaya Jenang. Karena menurut H. Slamet Raharjo salah satu

pendiri Yayasan Jenang Indonesia, Festival Jenang Solo membuat kita untuk

terus membangun semangat berbagi Jenang dari masyarakat untuk masyarakat.

Pada tahun 2015 Festival Jenang mengangkat tema Kreasi Jenang

Bahari. Tema ini selaras dengan keberadaan laut sebagai salah satu kekayaan

alam Indonesia. Minggu 15 februari dengan agenda utama Masak Besar Jenang

Bahari oleh ICA (Indonesian Chef Association), perwakilan masyarakat Solo

dan siswa-siswi SMK. Selanjutnya kegiatan Marut Massal oleh anak-anak dan

pagelaran deni Pesona Indonesia. Dilanjutkan senin 16 februaru dengan agenda

Lomba Masak Kreasi Bahari yang diikuti oleh peserta dari PKK kelurahan,

kecamatan dan umumnya se-Solo Raya, dilanjutkan dengan Seminar Nasional

dengan tema Menggali Potensi Ekonomi dan Gizi Hasil Laut dalam Kreasi

Olahan Kuliner Tradisi. Dan puncak acara hari terakir jatuh pada selasa 17

Februari, penyelenggara membagikan jenang secara gratis kepada masyarakat

yang menyaksikan acara tersebut.

Setiap tahunnya Festival Jenang Solo ini telah menarik perhatian

khalayak ramai dari mulai masyarakat sekitar, pelaku usaha, dan wisatawan

lokal dan manca negara. Jumlah peserta yang ikut ambil bagian dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

meramaikan festival ini pun semakin beragam, pada festival Jenang 1

(pertama) peserta hanya di ikuti oleh perwakilan dari tiap-tiap kelurahan di

kota Solo dan terus bertambah setiap tahunnya.

Ada sekitar 32 ribu porsi yang disediakan oleh peserta Festival Jenang

Solo sekaligus untuk memecahkan Rekor MURI. Jenang tersebut akan

dibagikan dengan menggunakan takir (semacam mangkuk tradisional yang

terbuat dari daun pisang). Setiap tahunnya Festival Jenang Solo menjelma

menjadi pesta rakyat, ratusan bahkan ribuan takir jenang selalu memberikan

makna tersendiri dalam setiap penyelenggaraan Festival Jenang. Terlebih lagi

Jenang dapat diposisikan sebagai doa, simbol dan pengingat nilai-nilai religius

masyarakat Jawa atau tuntunan kehidupan untuk selalu mengingat kepada

Tuhan dan budaya leluhur yang telah diwariskan.

Eksistensi Jenang pada tradisi masyarakat Jawa, telah hidup mengakar

sejak zaman Hindu dan era Walisongo hingga saat ini. Jenang selalu hadir

sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada-Nya. Bersyukur atas karunia hasil

bumi ciptaan sang Maha Kuasa yang telah menghidupi manusia dari proses

kelahiran hingga kematian. Masyarakat Jawa khususnya di wilayah Surakarta

dan sekitarnya, seluruh ritual selamatan tidak pernah luput dari keberadaan

jenang.

Sifat yang melekat secara implisit itulah yang dapat membuat Jenang

memiliki nilai edukatif pada masyarakat. Suatu nilai edukatif dalam

membangun kebersamaan masyarakat Jawa untuk saling berbagi dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain disini, kehadiran Jenang mempunyai

peranan yang luar biasa dalam segala lini kehidupan budaya orang Jawa.

Jenang merupakan perwujudan nyata heritage atau warisan luhur kebudayaan

Jawa, yang masih ada hingga sekarang dan wajib dilestarikan mengingat aspek

positif baik dari sisi yang nampak (tangible) atau yang tersimbolkan

(intangible) dari keberadaan Jenang itu sendiri.

Di berbagai daerah di indonesia, media komunikasi tradisional tampil

dalam bentuk dan sifat yang sejalan dengan variasi kebudayaan dari daerah

masing-masing. Media tradisional yang masih mengikat cukup banyak orang

adalah pertunjukan rakyat atau pesta rakyat. Pertunjukan atau pesta rakyat

seperti ini biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh

masyarakat (Direktorat Penerangan Rakyat, 1979).

Penyelenggaraan festival jenang merupakan suatu level komunikasi

Sosial-Budaya yang ditujukan untuk memberi manfaat bagi seluruh masyarakat

kota Solo dan sekitarnya, baik tua-muda, lintas sosial, ekonomi ras dan

ideologi untuk berbaur dalam kebersamaan dan sebagai alarm pengingat bahwa

kita memiliki Jenang sebagai warisan leluhur. Sikap hidup Jawa sangat identik

dengan berbagai ritual ‘selamatan’ yaitu sebuah aktivitas budaya yang

bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus

sebagai sarana harmonisasi semua unsure kehidupan itu sendiri. Ritual itu

meliputi seluruh proses kehidupan hingga kematian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut :

Bagaimana pesan yang disampaikan Festival Jenang Solo dalam

rangka sebagai media komunikasi dan promosi tradisi Jawa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Festival Jenang Solo merupakan media penyampaian pesan moral tradisi

Jawa kepada masyarakat Kota Surakarta

2. Mengenal , memahami dan mengembangkan Jenang sebagai salah satu

prodak warisan budaya masyarakat Jawa, dengan cara yang berbeda

namum tidak meninggalkan filosofi dari Jenang itu sendiri.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan kontribusi untuk

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu

komunikasi juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian-penelitian sejenis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2. Secara Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dibidang

Komunikasi khususnya dalam terbentuknya Yayasan Jenang Indonesia

yang berperan penting dalam mempopulerkan Jenang dan Pesan yang akan

disampaikan pada masyarakat luas khususnya masyarakat Kota Solo agar

tidak terkikis oleh perkembangan jaman masa kini mengingat kita sebagai

masyarakat Jawa memiliki Jenang sebagai salah satu aset Budaya yang

dapat dikembangkan.

E. Kajian Teori

1. KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan proses penyampaian ide atau gagasan

melalui proses interaksi antara satu orang atau lebih. Harold Laswell

(dalam Effendy 1984: 13) menyatakan bahwa komunikasi merupakan

gambaran mengenai siapa mengatakan apa, melalui apa kepada siapa dan

apa efeknya (who says what in which channel to whom and with what

effect). Definisi ini mengungkapkan proses komunikasi secara keseluruhan

yang meliputi unsur komunikator, pesan, media, komunikan dan efek dari

komunikasi tersebut.

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris adalah

communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama, yang dimaksud sama adalah sama
commit
makna. Sehingga ketika ada to userterlibat dalam komunikasi, selama
dua orang
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan maka akan terjadi

komunikasi (Effendy 1984: 11).

Festival Jenang mencoba menggambarkan suatu gejala dan

peristiwa yang ada di dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan

dalam berbagai bentuk salah satunya dengan di adakannya sebuah festival.

Perubahan sosial dalam mayarakat merupakan hal lain yang berpengaruh

pada komunikasi mereka, ditandai dengan makin banyaknya perayaan-

perayaan budaya dalam berbagai etnis di masyarakat. Perbedaan budaya

dalam masyarakat misalnya masyarakat Jawa dengan masyarakat Sunda,

akan menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara

memandang suatu tradisi. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-

pola komunikasi yang sama antar anggotanya karena memiliki latar

belakang yang sama.

Komunikasi merupakan ciri identik manusia yang dimana

diketahui bahwa manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak mungkin

hidup sendiri melainkan bergantung dengan manusia lain. Kegiatan yang

akan terus menerus dilakukan manusia disepanjang hidupnya adalah

berkomunikasi yang merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari

komunikasi, baik komunikasi langsung seperti tatap muka (face to face)

maupun tidak langsung berkomunikasi menggunakan media komunikasi

lain seperti telepon atau media lain. (Mulyana, 2000 : 17)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

“meskipun seorang individu dapat berhenti berbicara, ia tidak dapat

berhenti berkomunikasi melalui idiom tubuh, ia harus mengatakan suatu

hal yang benar atau salah. Ia tidak dapat mengatakan sesuatu. Secara

paradox, cara ia memberikan informasi tersedikit tentang dirinya sendiri,

meskipun hal ini masih bisa dihargai adalah menyesuaikan diri dan

bertindak sebagaimana orang-orang sejenisnya diharapkan.” (Mulyana,

2000 : 19)

Berkaitan dengan komuniaksi antarbudaya, Samovar mengutip

pendapat Ruben dan Stewart mendefinisikan bahwa komunikasi adalah

proses yang terjadi di antara individu-individu baik secara probadi,

kelompok, organisasi, dan masyarakat menanggapi dan menciptakan

pesan-pesan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun satu

dengan yang lain. dari definisi tersebut, menyebutkan enam karateristik

dari komunikasi yaitu, komunikasi merupakan proses yang dinamis,

bersifat simbolik , sistemik, melibatkan pembuatan kesimpulan, melihat

diri sendiri, mempunyai akibat, dan komuniaksi bersifat kompleks.

(Samovar et al 2010)

Definisi ringkas dari komunikasi adalah dengan menjawab

pertanyaan yang diajukan Harold Lasswell yaitu Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect atau Siapa Mengatakan Apa Dengan

Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana,

2005 : 62-65) . Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan menjadi


commit to user
lima unsur penting komunikasi yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

1. Sumber (source) sering disebut pengirim (sender) atau penyandi

(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), yaitu

pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi.

2. Pesan (massage), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima.

3. Saluran atau media (channel), yaitu alat atau wahana yang digunakan

sumber untuk menyampaiakan pesannya kepada penerima.

4. Penerima (receiver), atau sasaran (destination), komunikate

(communicatee), penyandi-balik (decoder), khalayak (audience),

pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima

pesan dari sumber.

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut.

Komunikasi bersifat dinamis dan transaksional, dimana akan

terjadi perubahan dalam individu peserta komunikasi tersebut. Karena

dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi

baik melalui komunikasi verbal maupun nonverbal. Pengaruh-pengaruh

tersebut akan menimbulkan pengetahuan dan perilaku baru.

Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Teori dan

Praktek (1984: 14-24) menjelaskan tentang proses komunikasi. Proses

komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

perasaan oleh seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan).

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer dan

sekunder. (1) Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian

pikiran dan/atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang disini yang

dimaksud adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya, yang

secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan/atau perasaan

komunikator pada komunikannya. (2) Proses komunikasi sekunder adalah

proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai

lambang sebagai media pertama.

Pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi pada dasarnya

bersifat abstrak. Manusialah yang memberikan makna pada pesan-pesan

tersebut. Untuk dapat menggunakan pesan ini manusia menciptakan

lambang komunikasi, yang dapat berupa gesture, suara, bahasa lisan,

bahasa tulisan, simbol, dan lain sebagainya. Lambang komunikasi dapat

dibedakan menjadi lambang umum yaitu lambang komunikasi yang

digunakan untuk tujuan umum dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

Selain itu ada pula yang disebut lambang komunikasi verbal dan

nonverbal. Termasuk dalam kategori verbal adalah bahasa lisan dan

bahasa tulisan, sedangkan yang termasuk kategori nonverbal adalah

mimic, gerak-gerik, suara dan lain sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Andrik Purwasito dalam buku Message Studies (2003),

menjelaskan bahwa pesan merupakan penggerak kebudayaan. Pesan

menggambarkan tentang realitas sosial yang obyektif, mendistribusikan

gagasan individual, kelompok dan institusional serta menjadi sarana

pertukaran. Komunikasi membantu manusia mewujudkan tujuan tersebut

karena peranannya dalam membangun hidup berdampingan secara damai.

Komunikasi mampu menumbuhkan kesadaran multikultural untuk hidup

bersama dalam perbedaan. Tahap komunikasi yang berhasil terletak pada

upaya rekayasa pesan atau message engineering (Purwasito 2003: 9-11).

Dalam materi Andrik Purwasito Message Studies: Menuju Teori

dan Metode Analisis Pesan Komunikasi, 2012. Message studies digunakan

sebagai upaya tafsir pesan yang bertujuan memecahkan misteri tanda-

tanda dalam produksi kebudayaan. Produk kebudayaan baik yang berupa

artefact, sociofact, mentalfact, dikatagorikan sebagai saluran dan sekaligus

di dalamnya berisi muatan pesan-pesan. Pesan tersebut ditelaah untuk

menjelaskan maksud dan motiv komunikator atas produk kebudayaan

tersebut. Dengan demikian kita akan menemukan fungsi-fungsi

komunikasi melalui budaya termasuk karya seni. Hal ini didasarkan oleh

anggapan bahwa komunikator mengkonstruksi pesan secara rumit,

kompleks, melibatkan berbagai unsur seperti latar sosial-budaya, latar

ideologi, status sosial ekonomi, gender, ras, etnik, agama sampai tingkat

pendidikan individu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2. MEDIA KOMUNIKASI

Komunikasi adalah suatu proses yang menyangkut hubungan

antara manusia dengan lingkungan disekitarnya. Tanpa komunikasi

manusiaakan terpisah dengan lingkungannya. Dalam berkomunikasi,

manusia tentunya memerlukan media komunikasi. Pengertian media

komunikasi adalah semua sarana yang dipakai untuk memproduksi,

mereproduksi, mendistribusikan ataupun menyebarkan dan juga

menyampaikan informasi.

Media komunikasi sangat berperan di dalam kehidupan masyarakat

karena itu merupakan sarana apa saja yang dengannya pesan bisa

ditransmisikan. Berdasarkan atas proses semiosi manusia tanpa batas,

apapun bisa dipakai untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi

berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk

mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan (Soyomukti, 2010:

62).

Adapun fungsi media komunikasi adalah sebagai berikut (Barata,

2003: 109):

1) Mempermudah penyampaian pesan dan informasi

2) Meningkatkan motivasi komunikan

3) Mengefektifkan proses penyampaian informasi

4) Mempersingkat waktu penyampaian informasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

5) Menghubungkan komunikator dengan komunikan yang

berjauhan

6) Menambah daya tarik informasi atau pesan yang akan

disampaikan

7) Memperjelas isi dan maksud informasi yang akan

disampaikan

Festival merupakan sarana komunikasi yang penting untuk

membangun, memberdayakan dan merupakan pengakuan suatu

identitas budaya. Karena sebagai sebuah media komunikasi maka

sudah selayaknya sebuah event festival direncanakan melalui

proses perencanaan strategis komunikasi agar dapat berjalan

dengan efektif.

Festival budaya sebagai salah satu media komunikasi yang

dapat digunakan sebagai media pelestarian budaya. Sebagai sebuah

peristiwa budaya, festival memiliki warna-warni ragam dan

intensitas dramatic dari berbagai aspek dinamika, seperti misalnya

esestika yang dikandungnya berbagai tanda dan makna yang

melekat. Karakteristik setiap festival adalah unik dank arena itu

tidak ada satu model standar yang dapat digunakan untuk

mengelola semua jenis festival.

Festival memiliki tujuan yang berbeda-beda seperti untuk

commit
hiburan, edukasi ,ada yangtobertujuan
user untuk menyatukan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

komunitas di dalam masyarakat, dan ada pula yang bertujuan untuk

promosi suatu prodak atau wilayah tertentu.

3. KOMUNIKASI NONVERBAL

Komunikasi nonverbal adalah bentuk komunikasi yang tidak

menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Kita pun tidak cukup

berkomunikasi dengan mengandalkan pesan-pesan verbal karena tidak

semua konsep diwakili oleh sebuah kata atau bahkan kalimat. Kita

membutuhkan dukungan pesan nonverbal (Liiweri : 2001). Pada awalnya

pengetahuan tentang komunikasi nonverbal lebih banyak mengarah pada

pesan-pesan nonverbal yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, mata,

ekspresi wajah, dan volume dalam berbicara. Komuikasi nonverbal tidak

lagi dibatasi hanya pada pesan-pesan nonverbal yang dihasilkan oleh

kegiatan manusia. Berbagai benda kemudian disadari dapat juga

dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan nonverbal. Pakaian, gaya

rambut, parfum yang digunakan, secara personal dianggap sebagai salah

satu cara untuk menggambarkan tingkah laku, perasaan atau kepribadian

seseorang.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang

bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (1991),

komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan

verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan commit to user yang mempunyai nilai pesan


oleh individu,
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

potensial bagi pengirim atau penerima, ada tiga aspek dalam proses non

verbal yang relevan dengan komunikasi antar budaya yaitu perilaku non

verbal yang berfungsi sebagai bahasa diam, konsep waktu dan penggunaan

pengaturan ruang.

Komunikasi nonverbal memiliki berbagai fungsi, seperti;

menekankan, melengkapi (complement), menunjukan kontradiksi,

mengatur, mengulangi dan untuk menggantikan pesan verbal.

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal,

melainkan terkait oleh budaya sekitar. Dalam suatu budaya terdapat variasi

bahasa nonverbal. Namun karena seseorang yang lahir dalam suatu budaya

tertentu dimana akan menunjukkan cara berperilaku, termasuk komunikasi

nonverbal, dimana suatu budaya dapat menunjukkan ciri-ciri umum

komunikasi nonverbalnya.

Oleh karena suatu budaya terus berubah, sejalan dengan

interaksinya dengan budaya lain, perilaku nonverbal juga boleh jadi

berubah, meskipun perubahan itu berlangsung sangat lambat (Mulyana,

2004: 309-310). Ada tiga bentuk pesan nonverbal yaitu : (1) kinesik; (2)

proksemik dan (3) paralinguistik.

Pesan-pesan kinesik berkaitan dengan pesan yang disampaikan

melalui gerakan tubuh/anggota tubuh, misalnya emblem, ilustrator,

adaptor, regulator, dan affect display. Sedangkan pesan-pesan proksemik


commit
pada prinsipnya ditunjukan to user
melalui pemeliharaan jarak fisik tatkala kita
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

berkomunikasi, misalnya jarak intim, pribadi, kelompok dan jarak dengan

khalayak. Ke dalam pesan proksemik dikelompokkan pula pesan melalui

penataan ruang, pilihan waktu. Pesan-pesan berbentuk paralinguistik

melalui penampilan kualitas suara, ciri-ciri vokal, pembatasan vokal dan

pemisahan vokal. (Liiweri : 2001)

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya,

komunikasi nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,

antara lain: kinesis, gerakan mata (eye gaze), sentuhan (touching), tekanan

irama suara (para language), diam, postur tubuh kedekatan dan ruang

(proximity and spatical), artifact dan visualisasi, warna, waktu, bunyi dan

bau (Cangara, 1998: 118).

Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

dalam interaksi manusia pastilah terdapat makna didalamnya seperti

Jenang yang merupakan salah satu simbol kebudayaan Jawa yang

memiliki pesan-pesan bersifat nonverbal karena di dalam Jenang sendiri

memiliki makna bagi masyarakat Jawa. Tanpa memperhatikan sungguh-

sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi, termasuk

komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut,

kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain (Mulyana, 2004 : 380-

383).

4. PROMOSI

commit to user
Hasil akhir dari pemasaran adalah untuk meningkatkan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

barang atau jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk meningkatkan

jumlah permintaan barang atau jasa tersebut produsen perlu menggunakan

promosi. Tjiptono (2008: 221) berpendapat bahwa tujuan utama dari

promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta

mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahan dan bauran

pemasarannya. Promosi menciptakan berbagai saluran komunikasi untuk

menginformasikakn, mempengaruhi dan membujuk massa untuk

menggunakan barang atau jasa yang produsen tawarkan. Menurut Suryadi

dalam Sugiharto (2014: 4-5) media terbagi menjadi 3 lini, yaitu :

a. Media Lini Atas ( Above The Line)

Bentuk komunikasi komersial yang menggunakan media

komersial. Media- media yang digunakan biasanya adalah Tv,

radio, majalah, koran, dan billboard).

b. Media Lini Bawah ( Below The Line)

Kegiatan yang tidak melibatkan pemasangan dimedia massa dan

tidak memberikan komisi pada perusahaan pembuat iklan. Media-

media yang biasanya digunakan adalah event, sponsorship,

sampling dan consumer promotion).

c. Ambient media

Sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan

khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa.

Untuk melaksanakan aktivitas promosi, terdapat beberapa

bentuk promosi yang disebut bauran promosi (Tjiptono, 2008: 224),


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

yaitu:

1) Personal Selling

2) Mass Selling

3) Iklan

4) Publisitas

5) Promosi Penjualan

6) Public Relation

7) Direct Marketing

Sementara menurut Belch dalam Morissan (2010: 17), untuk

mencapai tujuan promosi digunakan bauran promosi atau promotional

mix, sebagai berikut:

1) Iklan

2) Direct Marketing

3) Interactive/ Internet Marketing

4) Promosi Penjualan

5) Publikasi/ Humas

6) Personal Selling

Dari kedua ahli tersebut bauran promosi dapat dilaksanakan

dengan:

1) Personal Selling

Komunikasi yang bersifat individual dan personal dalam

penjualan personal ini memungkinkan pihak penjual menyesuaikan pesan

berdasarkan kebutuhan khusus atau situasi khusus calon pembeli


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

(Morissan, 2014: 34). Kegiatan penjualan personal merupakan komunikasi

langsung. Produsen melewati agen-agen yang terpilih dapat mengetahui

respon konsumen secara langsung. Dan dapat menberikan informasi yang

dibutuhkan konsumen secara langsung dan dalam waktu yang sama.

Kegiatan penjualan personal ini dapat digunakan sebagai riset

produsen untuk mengetahui bagaimana situasi terkini yang berhubungan

dengan barang atau jasa yang ditawarkan serta informasi mengenai

kebiasaan konsumen. Sehingga kedepannya produsen dapat memperbaiki

strategi dalam pemasaran barang atau jasa yang ditawarkan.

2) Mass Selling

Mass selling merupakan suatu aktivitas promosi yang

memanfaatkan media massa sehingga penyampaikan informasi barang

atau jasa dapat dilakukan dalam satu waktu. Dalam mass selling terdapat

dua bentuk, yaitu:

a. Iklan

Iklan merupakan suatu bentuk promosi yang paling dikenal dan

paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya

jangkaunya yang luas (Morissan, 2014: 18). Jangkauan luas yang dapat

dijangkau oleh iklan tersebut dapat menjangkau konsumen dari

berbagai lapisan masyarakat, sehingga konsumen dapat mengetahui

keberadaan jasa yang ditawarkan produsen. Produsen tidak dapat

mengetahui secara langsung bagaimana respon yang diberikan kepada

masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

b. Publisitas

Publisitas menurut Tjiptono (2008: 228) adalah bentuk penyajian

dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang

mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar

untuk itu. Sehingga publisitas adalah suatu aktivitas penyebaran

informasi mengenai kegiatan yang dimiliki oleh produsen barang

atau jasa yang bersifat non-commercial yang memanfaatkan nilai-

nilai berita yang terkandung dalam produk atau jasa. Menurut

Pendit (2002: 273-274), media publisitas dapat dituangkan dalam

materi tercetak. Yang terdiri dari:

1. Surat Edaran, sepucuk surat yang dikirimkan kepada

wisatawan prospektif;

2. Lembaran selebaran (leaflet), informasi tambahan

yang sifatnya segera dan masih hangat (up to date)

kepada banyak orang di berbagai tempat yang

terpencar-pencar;

3. Brosur, mengandung lebih banyak informasi tentang

fasilitas dan pelayanan, berisi petunjuk-petunjuk dan

sugesti-sugesti;

4. Folder, wadah yang berisi mengenai berbagai informasi

yang tidak terbatas, sedangkan luas dan ukurannya tidak

terbatas;

5. Poster, poster konsepsi dan tata warnanya harus dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

menyatakan efek psikologisnya dengan pengucapan

keindahan suatu daerah tujuan wisata.

c. Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah semua kegiatan yang dimaksudkan

untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai

pada penjualan akhirnya (Lupiyoadi, 2013:180). Kegiatan promosi

yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumen yang

menggunakan produk yang ditawarkan.

Promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen

ditujukan kepada pengguna atau pemakai akhir suatu barang

atau jasa yang mencakup pemberian kupon, pemberian sampel

produk, potongan harga, undian berhadiah, kontes dan sebagainya

(Morisssan, 2014: 25). Dalam promosi penjualan jasa, penawaran

yang diberikan tidak seluas penawaran yang dapat diberikan oleh

produsen suatu produk. Dari kedua pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kegiatan promosi penjualan adalah kegiatan

promosi penjualan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah

konsumen dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan

yang datang ke destinasi pariwisata atau suatu kota.

3) Public Relation

Public relation adalah sebuah aktivitas perusahaan yang ditujukan

untuk mendapat kepercayaan masyarakat luas. Aktivitas public

relation salah satunya adalah membangun citra baik perusahaan terhadap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

konsumen dengan menggunakan media massa. Jika suatu organisasi

merencanakan dan mendistribusikan informasi secara sistemastis dalam

upaya untuk mengontrol dan mengelola citra serta publisitas yang

diterimanya, maka perusahaan itu tengah menjalankan tugas hubungan

masyarakat (Belch (2001) dalam Morissan, 2014: 26). Selain kegiatan

penawaran yang bertujuan meningkatkan pembelian barang atau jasa,

kegiatan hubungan masyarakat menjadi salah satu hal pendukung

dalam bauran promosi.

Hubungan masyarakat mengalami pengalaman luas dalam

masyarakat dan biasa mengatur berbagai acara yang dihubungkan dengan

kesempatan memberikan penerangan, penyebaran bahan-bahan

publikasi (Pendit, 2002:

281). Hubungan masyarakat dimaksutkan dengan kegiatan yang bertugas

mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan produsen yang

berkaitan dengan hubungannya dengan konsumen. Menurut Wahab

(1989: 278) dalam bukunya Pemasaran Pariwisata, hubungan masyarakat

dapat dilakukan dengan beberapa teknik, teknik atau hubungan

masyarakat yang dilakukan adalah sebagai berikut:

x Memasukkan berita ke surat kabar, melakukan konferensi pers dan

menyusun berita bergambar

x Membuat film dokumenter tentang pariwisata yang akan dimuat

dibioskop atau televise

x Menyelenggarakancommit
perjalanan wisata perkenalan dan pendidikan
to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

bagi pemimpin penerbit, para penulis pariwisata, pengusaha

perjalanan, pegawai usaha angkutan dan biro-biro perjalanan

sebagaitamu, agar mereka itu memperoleh berita dari tangan

pertama secara langsung mengenai negara tujuan wisata

x Mendorong dan menunjang toko-toko serba ada (TOSERBA),

para penyelenggara pameran busana dan usahawan pabrik agar

mereka mau menggunakan negara kunjungan wisata itu atau

sebagai bagian pelengkap dalam usaha promosinya

x Mengadakan pekan perkenalan antarbangsa di negara sumber

wisatawan, misalnya menyelenggarakan pekan perkenalan

masakan daerah, pameran seni musik dan budaya, wawancara di

Televisi pertandingan olah raga, pameran kebudayaan dan

kesenian rakyat dan sebagainya

x Menyelenggarakan sayembara di radio dan televisi mengenai

masalah negara kunjungan wisata, dalam segi sejarahnya, atraksi

budayanya, informasi umum dan sebagainya, yang diimbali

dengan hadiah-hadiah yang manarik

x Menyelenggarakan sayembara mengarang tetang negara

kunjungan wisata itu dan sebagian dari daerahnya, dengan

diberikan hadiah-hadiah yang berharga

x Pemberian cederamata yang diproduksi dari negara kunjungan itu.

4) Direct Marketing

Direct marketing commit to useraktivitas promosi yang dilakukan


adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

secara langsung oleh produsen kepada konsumen. Interaksi produsen dan

konsumen terjadi secara langsung, misalnya dengan cara direct call yang

dilakukan produsen kepada konsumen untuk menawarkan produk atau

jasa.

Pemasaran langsung mencakup berbagai aktivitas termasuk

pengelolaan database (database management)..... (Morissan,

2014:22). Pemasaran langsung menuntut produsen untuk lebih aktif

menawarkan produk atau jasa yang dimiliki agar konsumen dapat lebih

tertarik dengan penawaran yang diberikan. Namun aktivitas pemasaran

langsung juga mencakup pengelolaan database. Database ditujukan

untuk konsumen yang bersifat aktif. Dalam artian, konsumen ini

mempunyai kemauan untuk mencari informasi atas kemauannya sendiri

untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Produsen perlu mengelola

database agar segala pertanyaan yang mungkin ditimbulkan oleh

konsumen dapat terjawab.

5) Media Interaktif

Media interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi

timbal balik yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan

memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga (real time)

(Morissan, 2010: 24). Media interaktif yang dimaksudkan adalah teknologi

internet. Internet adalah sebuah jaringan computer global, yang terdiri dari

jutaan jaringan yangsaling terhubung dengan menggunakan protocol yang

sama untukberbagi informasi secara bersama (Supriyanto, 2006: 336).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Promosi menggnakan media interaktif ini dapat memudahkan komunikator

untuk mendapatkan komunikan yang berada di luar jangkauan dari

kegiatan promosi lain.

5. KEBUDAYAAN

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok masyarakat yang diwariskan dari generasi

ke generasi. Berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar

berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut

budayanya. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak

bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respons-respons

terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara

formal budaya di definisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, pernan, hubungan

ruang, konsep, alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh

sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu

dan kelompok. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat


commit to user
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu

bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda

yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola

perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-

lain, yang kesemuanya ditujukan membantu manusia untuk

keberlangsungan kehidupan bermasyarakat.

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya

tidak hanya menetukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan

bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan

kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan

pesan. Seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada

budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan

landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam

pula praktik-praktik komunikasi yang ada. Seperti layaknya budaya yang

berkembang di tanah jawa, memperingati selamatan seorang ibu dalam

proses kelahiran dibuatlah jenang procotan dan masih banyak budaya lain

yang berkembang.

Kepercayaan dipahami sebagai satu konsep yang dimiliki oleh

setiap individu tentang bagaimana mereka melihat keadaaan di

sekelilingnya, baik itu gagasan tentang orang lain, individu, alam, keadaan

sekitar maupun fisik, biologi sosial dan dunia supranatural. Bahasa


commit to user
dipahami sebagai satu unsur penting yang sangat diperlukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

berkomunikasi diantara anggota-anggota masyarakat tempat budaya itu

berada. Bahasa merupakan satu sistem kodifikasi kode dan simbol baik

verbal maupun non verbal.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi ketika seseorang

mempersepsi suatu realitas yang ada disekitarnya, persepsi yang muncul

dalam diri seorang individu sangat terkait oleh budaya (culture-bond).

Cara-cara seseorang memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan sekitar

sangat tergantung pada sistem nilai yang mereka anut. Akibatnya, persepsi

seseorang terhadap lingkungannya sangat subjektif dan budaya dianggap

sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut oleh sekelompok orang.

J.J Honigmann membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu

: (a) ideas, (b) activities, dan (c) artifact, dan ini diperjelas oleh

Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :

a. wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,

gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan

sebagainya.

b. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat

c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

(Koentjaraningrat, 1990 : 200)

Dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koentjaraningrat,


commit
mengambil sari dari berbagai to useryang disusun dan mengemukakan
kerangka
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua

bangsa di dunia yang bersama-sama menyusun suatu pola interaksi sosial

dalam masyarakat, antara lain ; Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi

Sosial, Sistem Peralatan Hidup, Teknologi, Sistem Mata Pencaharian,

Keagamaan, dan Kesenian. (Koentjaraningrat, 1990)

Kebudayaan sebagai konsep system sekaligus menerangkan bahwa

“keseluruhan” seluruh arti dan makna symbol dapat dibedakan namun arti

dan makna simbol-simbol itu tidak dapat dipisahkan. Manusia dapat

membedakan arti dan makna symbol melaui kebudayaan. Symbol-simbol

itu mewakili struktur aturan budaya, konvensi pikiran dan pandangan

namun konsep-konsep itu sendiri tidak bias dipisahkan karena fungsi

setiap konsep tersebut saling berhubungan. (Liiweri : 2001)

Oleh karena itu, untuk memahami suatu budaya bukan hanya

sekedar memahami dari berbagai fenomena, mengamati tingkah laku,

melihat berbagai artefak dan objek alam serta mengamati dan mencatat

berbagai kondisi emosional. Tetapi lebih dari itu, untuk memahami

kebudayaan yang menjadi penekanan utama adalah persepsi dari pesan dan

makna yang terkandung dari setiap fenomena, tingkah laku maupun

peristiwa. Pesan dan makna tercermin dari setiap objek yang ada, sikap

yang ditunjukan karena rasa takut, rasa cemas, marah maupun perasaan

lainnya. Melalui makna dan persepsi pesan ini individu merespon realitas

yang ada disekitarnya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

6. TRADISI JAWA

Filsafat dan pandangan hidup bagi orang Jawa merupakan hasil

olah krida cipta rasa karsa sebagai refleksi terhadap realitas kehidupan

(kasunyatan) hingga diperoleh hakekat kebenaran. Tujuan berfilsafat bagi

orang Jawa adalah untuk mengetahui sangkan paraning dumadi yakni asal

mula dan akhir dari kehidupan seseorang. Menurut Suratno dan Astiyanto

(2009:xxviii), dalam pandangan Jawa, paran atau tujuan hidup adalah

bertemunya manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuan akhir

tersebut hanya dapat dicapai bila di saat hidup di dunia seseorang

melakukan perbuatan semestinya sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.

(Sindung Haryanto:25)

Bentuk sinkretisme paling sentral dalam budaya Jawa menurut

Geertz (1973:147) adalah upacara slametan yang dilakukandiberbagai

kesempatan seperti yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, hari-

hari besar keagamaan, tahapan pekerjaan pertanian, pindah rumah dan

sebagainya. Upacara slametan selain ditujukan untuk menggairahkan

kegiatan keagamaan juga merupakan mekanisme integrasi social. Dalam

sebuah ritual terdapat unsur pengalaman masa lalu dan unsur harapan

tertentu di masa mendatang (unsur teleologis). Dalam konteks upacara

selamatan, upacara tersebut bukan merupakan ajaran Islam, melainkan

dalam prakteknya tetap berlangsung dengan modifikasi berupa masuknya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

unsur-unsur Islam seperti yang ada dalam do’a-do’a. (Sindung

Haryanto:28)

Upacara slametan bagi masyarakat Jawa pada umumnya

merupakan ritual yang menduduki posisi sentral. Upacara slametan

biasanya diselenggarakan pada momen-momen khusus yang menyangkut

siklus hidup manusia mulai dari kehamilan, kelairan, sunatan (inisiasi),

perkawinan, dan kematian. Selain itu upacara slametan juga

diselenggarakan ketika seseorang akan melaksanakan pekerjaan penting

seperti membangun rumah, menempati rumah baru, menanam atau

memanen padi, dan sebagainya. Pekerjaan yang berkait dengan

kepentingan orang banyak (barang public) seperti membangun jalan dan

jembatan, mempertaiki saluran irigasi desa. Selain itu, upacara selametan

juga dilakukan pada momen hari-hari besar keagamaan dan nasional

seperti nyadran (menjelang bulan Ramadhan), malem selikur (malam ke-

21 bulan Ramadhan), muludan (peringatan hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal), malem tirakatan (malam

menjelang peringatan hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus). (Sindung

Haryanto:69)

Upacara slametan diselenggarakan dengan tujuan memperoleh

keselamatan yakni kondisi dimana tidak ada gangguan yang menghalangi

pekerjaan. Koentjaraningrat (1994) mendeskripsikan keadaan slamet,

sebagai “sebuah keadaandi mana peristiwa-peristiwa mengikuti alur yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

telah ditetapkan dengan mulus dan tak satupun kemalangan yang menimpa

siapa saja”. Dengan kesepakatan bersama mengenai makna yang tersirat

dibalik slametan menunjukkan kesadaran orang Jawa sebagai mahkluk

social yang sangat tergantung pada kolektivitas. Dengan demikian

slametan memiliki dua dimensi sekaligus yakni historical sebagai

ungkapan rasa syukur dan teleological sebagai pengharapan akan konsidi

yang lebih baik.

7. SANGKAN-PARAN

Paham sangkan-paran merupakan inti spekulasi mistik Jawa.

Sangkan-paran hanya dapat tercapai apabila dijadikan tujuan satu-satunya

dan apabila manusia bersedia untuk melawan segala godaan alam luar dan

bahkan mempertaruhkan nyawanya. Manusia semacam itu telah mati bagi

alam luar dan mencapai hidup yang benar dalam mistik Jawa disebut

sebagai kesatuan antara mati sajroning urip (mati dalam hidup) dan urip

sajroning mati (hidup dalam mati). Namun ia tetap harus melakukan

kewajiban-kewajibannya dalam dunia yang ditentukan oleh nasib. (Franz

Magnis-Suseno 2003 : 117)

Dalam bukunya Etika Jawa, Franz Magnis-Suseno mengungkap

bahwa praksis sangkan-paran menjawab pertanyaan bagaimana manusia,

berhadapan dengan hakikatnya yang sebenarnya, member wujud yang

paling bermakna pada kehidupannya. Sesuai dengan dimensi ganda

commit toberusaha
eksistensinya manusia seharusnya user ke dua arah : untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

hubungan yang tepat terhadap alam lahir, dan untuk semakin menyelami

batinnya. Dimulai dengan hubungan yang seharusnya diwujudkan manusia

terhadap segi-segi lahir eksistensinya. (Franz Magnis-Suseno 2003 : 122).

Menurut C. Geertz (C. Geertz 1981, 117 s.) dalam Franz Magnis-

Suseno. Orang jawa melihat hubungan erat antara kestabilan emosional

dan kesehatan fisik. Ia sadar akan bahaya dari perasaan-perasaan negative

tersembunyi. Apabila ada slametan (manggulan) di mana dalam makanan

termasuk juga “sejenis makanan yang dibuat dari beras ketan yang

dilumatkan pada suatu talam besar hingga berbentuk sebuah piringan

biscuit yang tipis. Panganan ini dimaksutkan untuk melambangkan

keinginan bahwa setiap orang dalam slametan ini sudah terbebas dari

perasaan iri hati, benci, cemburu, dan semacamnya yang tersembunyi ;

bahwa perasaan setiap orang sudah diratakan sampai kepada satu titik

dimana yang ada hanyalah perasaan ‘dalam’ yang tenang, damai dan

tentram”. (Franz Magnis-Suseno 2003 : 124)

Pengaturan hunungan manusia dengan alam lahir membuka jalan

untuk turun ke dalam batin sendiri dan semakin dalam kita turun, semakin

kita menyadari dasar Ilahi keakuan kita sendiri dan persatuan kita dengan

semua makhluk. Rasa adalah paham religious yang berarti merasakan

dimensi : perasaan jasmani inderawi, perasaan akan kedudukannya dalam

suatu medan interaksi. Dalam rasa keakuan mengalami dan melaksanakan

kesatuan dengan Yang Ilahi. Dalam rasa sifat realitas seluruhnya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

membuka diri. Maka rasa itu sekaligus berarti eling, ingat aka nasal-usul

diri sendiri, Yang Ilahi. Dalam rasa orang Jawa mencapai kawruh

sangkan-paraning dumadi, pengertian tentang asal dan tujuan segala

makhluk. (Franz Magnis-Suseno 2003 : 130).

8. STUDI EKSPLORATIF

Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa penelitian yang bersifat

menjelajah atau yang sering pula di sebut dengan metode eksploitoire,

bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala

tertentu, atau mendapat ide baru mengenai gejala itu, dengan maksud

untuk merumuskan masalahnya secara lebih terperinci atau untuk

mengembangkan hipotesa.(Koentjaraningrat 1977: 29)

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa catatan pengalaman

yang dilakukan secara partisipatoris atau wawancara mendalam dimana

kemampuan peneliti dalam memahami masalah yang akan di teliti,

terutama referensi terhadap fenomena yang relvan dengan apa yang akan

menjadi subjek studi utama dalam penelitian (Purwasito 2015: 359).

Penelitian eksploratif ini dilakukan apabila pengetahuan tentang

gejala yang diteliti masih sangat kurang atau tak ada sama sekali. Sering

pula ini disebut sebagai penelitian feasibility study,dimana peneliti dapat

melihat apakah penelitian tersebut dapat dilakukan karena bergantung dari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

data yang di peroleh. Penelitian ini dapat dianggap sebagai tahap pertama

dari suatu penelitian yang lebih luas. Penelitian yang bersifat menjelajah

ini sering kali berupa studi komunitas atau studi kasus, ialah meneliti

segala segi sosial dari suatu kelompok atau golongan tertentu, yang masih

kurang diketahui banyak orang .(Koentjaraningrat 1977: 29-30

F. Tahapan Penelitian

Festival Jenang Solo

Studi Eksploratif

Jenang tradisi Jawa dan ragam jenang Nusantara

Kagiatan Festival Jenang Solo sebagai media komunikasi dan

promosi tradisi Jawa

Kesimpulan

Gambar 1 : Skema tahapan penelitian

Sumber : Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian dalam Masyarakat

(1977)

Berdasarkan tahapan penelitian diatas, peneliti ingin mengetahui pesan-


commit to user
pesan yang disampaikan dengan adanya Festival Jenang Solo dalam melihat
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

ragam jenang nusantara dan proses kelahiran seorang bayi dalam tradisi Jawa

yang sering di sebut dengan Jenang sangkan-parang dengan cara kerja

induktif. Dengan penyelenggaraannya kegiatan Festival Jenang sebagai media

komunikasi dan promosi tradisi Jawa. Pengetahuan penelitian diperoleh

melalui dokumen-dokumen dan informasi mengenai Festival Jenang serta

pengalaman pribadi peneliti. Dengan menentukan metode penelitian terlebih

dahulu sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah

cara kerja; yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat 1977: 7)

Langkah pertama dalam studi eksploratif adalah dengan melihat

masalah yang ada dalam penelitian kemuadian dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian, kemudian melakukan pengumpulan data di lapangan dengan

wawancara dengan narasumber /informan dan observasi Festival Jenang Solo.

Informasi (data) dari narasumber di kelompokkan sesuai temuan yang ada dan

dianalisis dengan teori-teori yang dipakai sebagai penjelasan adakah konsep

yang dibuat dari hasil penelitian (M Tatang: 2009)

Penggalian data dilapangan akan di awali dengan wawancara dengan

penggegas/ pendiri Festival Jenang Solo dan studi pustaka buku-buku yang

berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian. Selain itu peneliti akan ikut

berpartisipasi dalam jalannya Festival Jenang Solo secara langsung untuk

menemukan pesan-pesan yang ingin disampaikan YJI sebagai media

Komunikasi dan promosi tradisi Jawa..


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian studi eksploratif atau

menjelajah/menggali. Karena banyak orang yang kurang mengetahui

tentang Festival Jenang Solo dan masih sedikitnya buku-buku dan

informasi mengenai Jenang itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti ingin

membahas dari sudut pandang pesan yang ada dalam Jenang yang terdapat

di dalam Festival Jenang Solo.

Penelitian eksploratif terhadap Festival Jenang Solo bertujuan

untuk memperdalam pengetahuan mengenai pesan yang disampaikan oleh

Jenang tradisi Jawa dalam Festival Jenang Solo. Untuk kajian teori,

penelitian ini menggunakan grounded theory dari bidang studi Ilmu

Komunikasi. Yang dimana bertolak dari data menuju suatu teori.

Seperti diketahui, paradigm kualitatif mengasumsikan bahwa di

dalam kehidupan social selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relative

sudah terpola. Pola-pola regulasi yang ditemukan melalui penelitian itulah

yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas dalam grounded

theory, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan

dengan fenomena belum dapat diidentifikasi, dan (b) hubungan antar

konsep belum terpahami atau belum tersusun secara konseptual.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini Penulis lakukan di Solo pada Sekertariat Yayasan

Jenang Indonesia, Omah Sinten Heritage Hotel & Resto. Jl Diponegoro

No. 34/35 Ngarsopuro, Solo. Berkenaan dengan Yayasan Jenang

Indonesia sebagai penyelenggara Festival Jenang Solo.

3. Subjek Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik purposive sampling dimana peneliti cenderung memilih responden

berdasarkan keterlibatannya dalam penyelenggaraan Festival Jenang Solo.

Peneliti akan melakukan wawancara terhadap subyek-subyek penelitian

yang telah ditentukan sebelumnya dengan tujuan untuk memperoleh

informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Tetapi

responden yang dipilih dapat menunjukkan responden lain yang lebih

mengetahui. Maka pilihan responden dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. (Sutopo,

2006 : 22)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan wawancara terbuka dan observasi. Dimana peneliti telah

menentukan subyek-subyek penelitian terlebih dahulu sebelumnya.

Dengan berpegang interview guide maka peneliti dapat secara langsung


commit to user
melakukan wawancara untuk mendapatkan jawaban lisan dari informan
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

dan responden. Melalui wawancara terbuka, peneliti dapat memberi

keleluasaan bagi narasumber untuk memberi pandangan secara bebas,

kemudian memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyan-

pertanyaan decara mendalam (Koentjaraningrat 1977: 30)

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah

teknik wawancara mendalam (in-depth interviewing). Teknik wawancara

mendalam ini disebut wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara ini

bersifat fleksibel dikarenakan susunan pertanyaannya tidak tertutup atau

dapat diubah saat wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan dengan

pertanyaan yang bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman

informasi serta dilakukan dengan cara tidak terstruktur secara formal

sehingga pengendalian informasinya akan lebih mendalam.

Didukung dengan studi kepustakaan, data penelitian ini diperoleh

melalui penggalian dokumen dan arsip yang telah ada. Pengumpulan data

sekunder dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen (arsip-arsip di

Yayasan Jenang Indonesia, foto dokumentasi pada saat Festival Jenang

berlangsung), referensi serta data lain yang menunjang penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis pada waktu

pengumpulan data yaitu dengan melakukan analisis data yang bersamaan

dengan pengumpulan data melalui studi eksplorasi di lapangan. Kemudian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

di kategorisasi dan di analisis dengan teori-teori dalam studi Ilmu

Komunikasi.

Analisa data yang dilakukan pada studi eksplorasi dengan metode

induktif dan deduktif. Merupakan suatu proses sistem dan metode ilmiah,

dari pengamatan terhadap kejadian-kejadian dan gejala-gejala yang nyata

di alam kongkret, gereralisasi-generalisasi di alam abstrak. Proses tersebut

disebut proses induktif dan suatu generalisasi abstrak dari kejadian-

kejadian yang kongkret adalah suatu induksi. Kemudian melakukan proses

deduktif untuk membuat dugaan tentang fakta baru yang mampu mengisi

kekosongan pengetahuan (Koentjaraningrat 1977: 13)

Dalam model analisis ini, tiga komponen yang diamati adalah

reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses

penelitian dilakukan dalam bentuk interaktif dengan siklus dalam gambar

berikut :

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 2 skema teknik analisis data penelitian.


Sumber: Sutopo, H.B, Metodologi Penelitian kualitatif (2006: 231)

Melalui reduksi data, peneliti hanya akan memilih data yang benar-

benar diperlukan dari hasilcommit to userdan penelitian di lapangan dengan


wawancara
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

menajamkan, mengarahkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu

dan mengorganikasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan di verifikasi. (Y. Slamet 2006: 141)

6. Validitas Data

Peneliti menerapkan teknik triangulasi data, dimana peneliti

menggali beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data/sumber dan

metode. Triangulasi data/ sumber adalah dengan membandingkan

besarnya kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber data

yang berbeda, dalam hal ini yang dilakukan peneliti adalah

membandingkan data yang diperoleh dari wawancara dan informan yang

satu dengan informan yang lain. Dengan cara ini diharapkan hasil

penelitian tersebut dapat ditingkatkan kevaliditasannya. (Sutopo 2006:

229). Kemudian akan dilakukan juga informan review, yaitu upaya

pengembangan validitas data yang dilakukan dengan cara

mengkomunikasikan laporan yang telah disusun kepada informan,

khususnya yang dipandang sebagai informan pokok.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai