Anda di halaman 1dari 112

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH

RAGA (DISPARBUDPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM

PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN

OLEH:
AGUSTINA SUPRIYANINGRUM
D0105029

SKRIPSI
Disusun guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat-Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Administrasi Negara

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Museum adalah tempat mengabadikan benda-benda bersejarah.


Perhatikan bendanya, pelajari filsafat-filsafat yang dikandungnya.
Yang kita dapatkan adalah; toleransi menghasilkan harmoni,
harmoni melahirkan kebahagiaan.
(Jero Wacik)

Orang yang terdidik adalah orang yang mengetahui bagaimana


mendapatkan pengetahuan ketika dia tidak tahu.
(George Simmel)

Pendidikan berhasil jika seseorang menjadi senang


mempergunakan otaknya.
(Jacques Barzun)

Jika seseorang tidak menyerah di saat yang paling sulit, dia tidak
akan menyesali apapun di dalam hidupnya.
(Lance Amstrong)

Jangan sia-siakan waktu anda untuk ragu-ragu dan takut;


laksanakanlah pekerjaan yang ada di depan mata, sebab tugas
saat ini yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan menjadi
persiapan terbaik untuk masa-masa yang akan datang.
(Ralph Waldo Emerson)

Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang,


dan mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua
hal sepele yang tidak berguna. Karena, orang yang berambisi
tinggi adalah yang lebih memilih akhirat.
-Qarni)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Penulis persembahkan untuk:

- Kedua orang tua kandungku yang selalu aku sayangi dan

menyayangiku.

- Kedua orang tua angkatku yang selalu aku sayangi dan telah berkenan

menyayangiku.

- Saudara-saudaraku tercinta.

- Almamaterku.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya penulisan skripsi yang

KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA,

DAN OLAH RAGA (DISPARBUDPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM

PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan dan

penyusunan skripsi tentunya tidak terlepas atas adanya bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Ali, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu

dan memberikan berbagai petunjuk serta kritik dalam penyusunan skripsi

ini.

2. Rutiana Dwi W., S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu selama ini.

3. Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

4. Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Program S1 Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret.

5. Prof. Dr. Pawito, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Seluruh informan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga (Disparbudpor) Kabupaten Sragen, Pengelola Situs Purbakala

Sangiran, pengunjung Situs Purbakala Sangiran, dan masyarakat di sekitar

Situs Purbakala Sangiran atas segala bantuan dan kerja samanya sehingga

karya ini dapat tersusun.

7. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan yang besar kepada Penulis untuk menyusun skripsi

ini.

Akhirnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan

manfaat bagi Pembaca, meskipun Penulis menyadari bahwa karya ini

masih jauh dari sempurna.

Surakarta, 2011

Penulis

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

ABSTRAKSI ................................................................................................. xiv

ABSTRACTION ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

E. Kajian Pustaka .......................................................................... 8

1. Pengertian Kinerja .............................................................. 8

2. Pengukuran Kinerja ............................................................ 10

3. Pengertian Pengembangan .................................................. 21

4. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam

Pengembangan Situs Sangiran ........................................... 22

F. Kerangka Pemikiran ................................................................. 25

G. Metode Penelitian ..................................................................... 28

1. Lokasi Penelitian ................................................................ 28

2. Jenis Penelitian ................................................................... 29

3. Sumber Data ....................................................................... 29

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 31

5. Teknik Cuplikan (Sampling) .............................................. 33

6. Validitas Data ..................................................................... 34

7. Teknik Analisis Data .......................................................... 35

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Kabupaten Sragen .................................................................... 39

B. Kecamatan Kalijambe .............................................................. 45

C. Situs Sangiran ........................................................................... 47

D. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga

(Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen ...................................... 53

BAB III KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA,

DAN OLAH RAGA (DINAS PARBUDPOR) KABUPATEN

SRAGEN DALAM PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA

SANGIRAN

A. Pengembangan Situs Sangiran oleh Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)


commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kabupaten Sragen .................................................................. 58

B. Hambatan dan Kemudahan dalam Pengembangan Situs

Sangiran ................................................................................. 70

C. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan

Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam

Pengembangan Situs Purbakala Sangiran ............................. 73

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 95

B. Saran ...................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dana Pengembangan Objek Wisata Situs Sangiran

Tahun 2002 2007 .................................................... 4

Tabel 2.1 Data Umum ............................................................... 43

Tabel 2.2 Data Kepadatan Penduduk Tahun 2010 .................... 44

Tabel 2.3 Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan

Kalijambe .................................................................. 47

Tabel 2.4 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Situs Sangiran


Tahun 2002-2008 ...................................................... 53
Tabel 3.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Sragen

Tahun 2002-2010 ...................................................... 84

Tabel 3.2 Rekapitulasi Pendapatan Objek Wisata Kabupaten

Sragen Tahun 2002-2010 .......................................... 85

Tabel 3.3 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Outcome

Pengembangan Situs Sangiran Tahun 2009 .............. 86

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Dasar Pemikiran ........................................ 25

Gambar 1.2 Model analisis interaktif ............................................ 38

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAKSI

Agustina Supriyaningrum, D0105029. KINERJA DINAS PARIWISATA,


KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH RAGA (DISPARBUDPOR)
KABUPATEN SRAGEN DALAM PENGEMBANGAN SITUS
PURBAKALA SANGIRAN. (97 halaman)
Pengembangan Situs Sangiran memiliki tujuan untuk menjadikan Situs
Sangiran sebagai pusat penelitian manusia purba bertaraf internasional dan
sebagai objek wisata pendidikan. Untuk itu diperlukan program pengembangan
Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam
pengembangan Situs Purbakala Sangiran.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Dinas Parbudpor Kabupaten
Sragen dan Situs Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Penelitian
ini termasuk dalam penelitian dasar dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif
yang berusaha mengetahui bagaimana kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen
dalam pengembangan Situs Purbakala Sangiran. Sumber data dalam penelitian ini
adalah: narasumber/informan, dokumen, dan tempat yang berkaitan dengan
kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.
Sesuai dengan sumber data, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:
wawancara, melihat dokumen dan observasi. Sedangkan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam penelitian ini, validitas
data yang digunakan adalah triangulasi data. Teknik analisis data yang digunakan
adalah model analisis interaktif dengan melalui tiga komponen analisis, yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/ verifikasi.
Dalam pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran, Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen memiliki kemudahan dan hambatan dalam mengembangkan
Situs Sangiran yang bisa mempengaruhi jalannya program pengembangan. Untuk
mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan
Situs Purbakala Sangiran tahun 2009 sampai sekarang, diperlukan suatu
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan
indikator kinerja. Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain: (1) indikator input, berupa input primer: Rp. 14.757.000 dan input sekunder:
alat-alat kebersihan, perlengkapan kamar mandi, dan alat-alat promosi; (2)
indikator output, antara lain: penggunaan sumber daya yang dimiliki Dinas
Parbudpor secara optimal, kebersihan Situs Sangiran, berfungsinya alat-alat
promosi yang berpengaruh pada minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs
Sangiran; (3) indikator outcome, antara lain: peningkatan minat wisatawan untuk
mengunjungi Situs Sangiran yang diketahui dari jumlah wisatawan ke Situs
Sangiran sesuai dengan target, jumlah pendapatan Situs Sangiran sesuai target
dan,(4) indikator benefit-impact, yaitu: keuntungan yang diperoleh oleh Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen dan masyarakat.
Dari pengukuran kinerja yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan Situs Sangiran dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen
sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah baik.
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACTION

Agustina Supriyaningrum, D0105029. PERFORMANCE DEPARTMENT


OF TOURISM, CULTURE, YOUTH, AND SPORT (DISPARBUDPOR)
SRAGEN REGENCY IN DEVELOPING SANGIRAN ARCHEOLOGICAL
SITE. (97 Pages).
The development of Sangiran Site has purpose to make Sangiran Site as an
internationally ancient human research center and an object of education tourism.
It required Sangiran Site development program conducted by Department of
Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency. This research aims to find
out how the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport
Sragen Regency in developing Sangiran Archeological Site.
This research was conducted in two places, namely Department of
Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency and Sangiran Site,
Kalijambe, Sragen Regency. This research included in basic research and is a
descriptive qualitative research that study or trying to find out how the
performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen
Regency in the development of Sangiran Archeological Site. Sources of data in
this research are: informant, document, and place that has a connection with
performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen
Regency in the development of Sangiran Archeological Site. According to the
data sources, data collection techniques that were used are: interviews, documents,
and observation. While the sampling technique used purposive sampling. In this
research, the validity data used the data triangulation. The data analysis technique
used interactive analysis model with three components, namely data reduction,
data presentation, and making of conclutions/verification.
In the implementation to Sangiran Site development, Department of
Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency has easy and obstacle in
developing Sangiran Site that could affect the course of development program. To
find out the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport
Sragen Regency in developing Sangiran Archeological Site, required a
measurement performance. Performance measurement is done by using
performance indicators. Performance indicators that used in this research include:
(1) input indicators, a primary input: Rp. 14,757,000 and secondary inputs: the
cleaning tools, bathroom fixtures, and promotional tools; (2) output indicators,
namely using resources optimally, functioning of promotional tools which affects
the interest of tourists to visit the Sangiran site; (3) outcome indicators, among
others: increased interest of tourists to visit the Sangiran Site that known from the
revenue and the number of tourists to the Sangiran Site according the amount of
target; (4) benefit-impact indicators, namely: the profit obtained by Department of
Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency and community of Sragen
Regency.
From performance measurement that has been done, it can be concluded
that Sangiran Site development conducted by Department of Tourism, Culture,
Youth, and Sport Sragen Regency in accordance with the indicators that have
been defined previously. Thus the performance of Department of Tourism,
Culture, Youth, and Sport Sragen Regency has good work in developing Sangiran
Site.
commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia telah ditemukan cukup banyak situs yang mengandung unsur

sejarah. Situs merupakan lokasi dimana di dalamnya diduga terdapat benda-benda

yang memiliki nilai budaya atau benda purbakala. Benda-benda ini dapat berupa

bangunan, artefak atau fosil yang penting dalam sejarah suatu negara dan juga

penting bagi perkembangan ilmu sejarah, anthropologi, arkeologi, biologi,

paleontologi, geologi, dan ilmu-ilmu lainnya.

Salah satu situs paleontologi atau situs kepurbakalaan yang terlengkap di

Indonesia dan cukup terkemuka di dunia adalah Situs Purbakala Sangiran. Situs ini

telah ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977 tanggal 5 Maret 1977. Situs ini juga

ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cuture Herritage) No. C 593 oleh

Komite World Herritage UNESCO pada tanggal 5 Desember 1996, sehingga situs ini

berskala internasional.

Secara keseluruhan, Situs Sangiran terletak di wilayah Kabupaten Sragen

(meliputi Kecamatan Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh) dan wilayah Kabupaten

Karang Anyar (meliputi Kecamatan Gondangrejo). Di situs ini telah terdapat

Museum Purbakala Sangiran yang dibangun di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Situs Sangiran sendiri sampai saat ini dikelola oleh dua pihak, pemerintah

pusat dan pemerintah daerah, seperti hasil wawancara dengan Sekretariat Dinas

Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut ini:

World Cuture Herritage


dan sangat penting bagi penelitian kepurbakalaan, maka penanganan situs
terbagi dua. Untuk Museum Sangiran dikelola oleh pemerintah pusat, yaitu
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT Daerah, yakni Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Sedangkan di luar
museum, seluruh situs dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen melalui

(Wawancara tanggal 6 Agustus 2009)

Museum Purbakala Sangiran sendiri namanya telah diganti menjadi Balai

Pelestarian Situs Manusia Purbakala Sangiran (BPSMPS). Hal ini dilakukan karena

Museum Purbakala Sangiran dirasa kurang mewakili semua unsur pengelolaan,

sementara BPSMPS lebih dari sekedar merawat fosil namun juga situs

(www.eljohn.net, diakses tanggal 12 September 2009).

Selain sebagai Situs Purbakala, Pemerintah Kabupaten Sragen memanfaatkan

Situs ini sebagai objek wisata ilmiah, hal ini terutama karena BPSMPS atau Museum

Purbakala Sangiran terdapat di Kabupaten Sragen. Situs Sangiran adalah objek

wisata unggulan di Kabupaten Sragen yang bersifat nasional bahkan internasional.

Sedangkan objek wisata lain di Kabupaten Sragen yaitu: Pemandian Air Panas

Bayanan, Kolam Renang Kartika, dan Gunung Kemukus merupakan objek wisata

andalan yang bersifat lokal.

Selain sebagai satu-satunya objek wisata unggulan, Situs Sangiran juga satu-

satunya objek wisata di Kabupaten Sragen yang pengembangannya dilakukan oleh

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tiga pihak, seperti hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pariwisata Dinas

Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut ini:

Kabupaten. Sedangkan objek wisata yang lain di Sragen dikelola dan dibiayai
oleh Pemda, jadi tidak melibatkan pihak lain kecuali jika meminta bantuan

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Untuk kepentingan pariwisata dan ilmu pengetahuan, telah dilakukan

berbagai upaya pengembangan Situs Sangiran. Pengembangan situs ini berupa

pengembangan fisik dan non fisik. Non fisik misalnya promosi, sosialisasi, baliho,

buku, membuat website, dll. Sedangkan untuk pembangunan fisik, berupa perbaikan

jalan dan museum. Pengembangan yang dilakukan Dinas Parbudpor lebih bersifat

non fisik seperti yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan

Prasarana Pariwisata Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen berikut ini:

arbudpor lebih non fisik. Dinas


hanya mendukung program pemerintah pusat misalnya promosi, sosialisasi,
baliho, buku, membuat website, dll. Kalau soal pembangunan fisik, Dinas
hanya sekedar melaporkan kerusakan atau mengusulkan perbaikan ke
pemerintah. Tapi yang membangun adalah pihak DPU, meskipun yang
mengelola dan menggunakan adalah Dinas Parbudpor
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007, program pengembangan

Kawasan Sangiran terutama untuk Museum Sangiran telah menggunakan dana

sebesar Rp. 13.219.929.000,-. Dana ini diperoleh dari APBN, APBD Provinsi Jawa

Tengah, APBD Kabupaten Sragen, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Tengah, dan BP3 Jawa Tengah. Adapun perincian dana pengembangan Situs

Sangiran tahun 2002 sampai 2007 terdapat pada tabel 1.1.

commit to user

3
4

Tabel 1.1

Dana Pengembangan Objek Wisata Situs Sangiran


perpustakaan.uns.ac.id

Tahun 2002 2007 (dalam Rp)

APBD APBD Dinas Keb & Par

Tahun APBN Prop. Jateng Kab. Sragen Prop. Jateng BP3 Jateng Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2002 - 484.000.000 565.000.000 - - 1.049.000.000

2003 900.000.000 - 1.036.019.000 - - 1.936.019.000

commit to user
2004 800.000.000 825.000.000 450.000.000 - - 2.075.000.000

2005 212.410.000 800.000.000 275.000.000 - - 1.287.410.000

2006 1.000.000.000 400.000.000 122.500.000 - - 1.522.500.000

2007 3.300.000.000 - 1.000.000.000 250.000.000 800.000.000 5.350.000.000

Jumlah 13.219.929.000

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2008)
digilib.uns.ac.id

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran dari tahun 2002 sampai tahun

2007 adalah sebagai berikut:

Dari APBN:

Anggaran pembangunan Kantor, Ruang Laboratorium, Ruang Koleksi

Anggaran gaji pegawai BP3 Jateng di Sangiran

Anggaran Pembangunan Museum

Anggaran pembangunan selasar dari Atrium pengunjung hingga ruang

display bawah tanah

Anggaran penyempurnaan Atrium Pengunjung

Dari APBD:

Anggaran pembangunan sarana dan prasarana

Pembangunan menara pandang dan Ruang Audio Visual

Pembangunan wisma, dan areal parkir

Pembangunan monumen lapangan

Pembebasan jalan akses ke monumen,

Souvenir shop, kafetaria, dan fasilitas pendukung lainnya

Anggaran gaji pegawai Pemda di Sangiran

Anggaran imbalan penemuan fosil

Anggaran pembangunan selasar dari ruang display bawah tanah hingga

laboratorium, pembangunan pagar keliling museum dan talud sepanjang

pagar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

Program pengembangan fisik Kawasan Sangiran tahun 2008 dengan dana

pendamping dari APBD Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:

- Pembangunan pagar dan talud

- Saluran drainase

- Pembangunan masjid dan MCK

- Pembangunan kios souvenir dan parkir

- Pembuatan sumur (artesis) dan jaringan

- Pembebasan tanah

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten


Sragen Tahun 2008)

Untuk dana cadangan penemuan benda cagar budaya dan promosi wisata,

telah menjadi anggaran tahunan dalam APBD Kabupaten Sragen. Sehingga dana

promosi wisata Situs Sangiran dan penggantian penemuan fosil telah menjadi

anggaran rutin bagi Dinas Parbudpor.

Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki peranan penting dalam

mengelola Situs Sangiran karena Dinas ini merupakan unsur pelaksana dari

pemilik wilayah Situs Sangiran di Kabupaten Sragen, yaitu pemerintah dan

masyarakat Kabupaten Sragen. Dalam menjalankan perannya ini, diperlukan suatu

kinerja yang baik dari Dinas Parbudpor dalam pengelolaan dan pengembangan

Situs Sangiran.

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebuah

organisasi perlu mengetahui kinerjanya agar bisa mengetahui kelebihan dan

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

kekurangan organisasi dalam menjalankan suatu program sehingga bisa

memperbaiki kelemahan itu dan meningkatkan kinerjanya di masa datang. Situs

Sangiran sendiri harus terus dikembangkan agar bisa menarik untuk dikunjungi

wisatawan dan tetap dilestarikan sebagai cagar budaya. Hal inilah yang menjadi

latar belakang untuk meneliti tentang kinerja Dinas Parbudpor dalam

mengembangkan Situs Sangiran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Raga Kabupaten Sragen dalam pen

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Tujuan operasional

Penelitian ini akan mengarahkan kajiannya untuk mengetahui kinerja Dinas

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam

pengembangan Situs Purbakala Sangiran.

b. Tujuan Individu

Bagi peneliti, untuk mengetahui tugas dan salah satu persyaratan akademis

guna memperoleh gelar Kesarjanaan Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, jurusan Administrasi Negara Program S-1 Reguler di Universitas

Sebelas Maret.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Praktis

Memperoleh pemahaman mengenai kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs

Purbakala Sangiran.

b. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa dijadikan bahan bagi penelitian lanjutan untuk yang

beminat menggali permasalahan yang sama dengan lebih mendalam

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kinerja

Dalam Prawirosentono (1999:1- to

performance thing done

(suatu hasil yang telah dikerjakan) dan menurut The Scibner Bantam English

Dictionary terbitan Amerika Serikat dan Kanada tahun 1979 diartikan sebagai

berikut:

1. To do or carry out; execute (melakukan, menjalankan, melaksanakan)


2. To discharge or fulfill; as a vow (memenuhi atau menjalankan
kewajiban satu nazar)
3. To portray, as a character in a play (menggambarkan suatu karakter
dalam suatu permainan)
4. To render by the voice or a musical instrument (menggambarkannya
dengan suara atau alat musik)
5. To execute or complete an undertaking (melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab)
6. To act a part in a play (melaksanakan suatu kegiatan dalam suatu
permainan)
7. To perform music (memainkan/pertunjukan musik)
8. To do what is expected of a person or machine (melakukan sesuatu
yang diharapkan oleh seseorang atau mesin)
commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Tidak semua arti kinerja tersebut sesuai dengan kinerja dalam

penelitian ini, hanya empat yang sesuai, yaitu:

1. melakukan, menjalankan, melaksanakan

2. memenuhi atau menjalankan kewajiban

3. melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab

4. melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja adalah melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan.

Pengertian dari Prawirosentono (1999:2):

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang


dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

Lembaga Adminsitrasi Negara Republik Indonesia dalam Widodo

(2008:79) mengartikan kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.

Pengertian kinerja menurut Widodo (2008:79) pada hakikatnya

berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan

apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan Tika (2002:121-122) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-

hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu.

Fungsi pekerjaan/kegiatan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan

hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi

wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Pelaksanaan hasil

pekerjaan/prestasi kerja tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi

dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam

organisasi untuk melaksanakan tanggung jawab dan wewenangnya dalam

mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam jangka

waktu tertentu.

2. Pengukuran Kinerja

Untuk mengetahui kinerja organisasi atau seseorang diperlukan suatu

pengukuran kinerja. Menurut Robinson (dalam Mahmudi, 2005:7):

pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah


ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya
dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa,
perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan

commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Sedangkan menurut Widodo (2008:94):

telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.


Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan misi dan visi instansi pem

Pengukuran kinerja dalam Klassen (2009:47) diartikan sebagai berikut:

Performance measurement is a model that specifies elements that can


and should be measured and monitored in order to ensure a systematic
process of improving quality of services.
(Pengukuran kinerja adalah model yang menentukan unsur-unsur yang
dapat dan harus diukur dan dimonitor untuk memastikan suatu proses
yang sistematis untuk meningkatkan kualitas pelayanan.)

Menurut Rivai (2005:29) penilaian kinerja (performance appraisal),

yang juga dikenal dengan istilah evaluasi kinerja (performance evaluation),

merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian

kinerja.

Dari berbagai pengertian tersebut, disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja adalah proses menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan

dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan untuk mengetahui

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program atau kegiatan suatu

organisasi dalam periode waktu tertentu.

Melakukan pengukuran kinerja diperlukan oleh suatu organisasi untuk

memberi informasi mengenai apa yang ingin dicapai dan apa yang telah

dilakukan untuk mencapainya. Pentingnya pengukuran kinerja dikemukakan

oleh Epstein dan Ammons (dalam Chan, 2009:52-53) sebagai berikut:

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

easurement can provide vital information on gaps


between what the government entity is expected to achieve and what it
has actually accomplished within a fixed period of time. The
information enables government organizations to make timely
adjustments to their ongoing policies and implementation strategies
(Pengukuran kinerja dapat memberikan informasi penting tentang
kesenjangan antara apa yang pemerintah harapkan untuk dicapai dan
apa yang sebenarnya telah dicapai dalam jangka waktu yang tetap.
Informasi yang memungkinkan organisasi pemerintah untuk
melakukan penyesuaian yang tepat waktu dengan kebijakan dan
melaksanakan strategi.)

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja.

Menurut Widodo (2008:91-92), indikator kinerja merupakan ukuran

kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan

organisasi. Indikator tersebut dapat dijadikan patokan/standar menilai

keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai

visi dan misi organisasi.

Mahmudi (2005:165) menyatakan bahwa indikator kinerja dapat

dikategorikan dalam dua jenis, yaitu: indikator kinerja makro dan indikator

kinerja mikro. Indikator kinerja makro adalah indikator kinerja level tinggi

yang bersifat strategik, sedangkan indiktor kinerja mikro merupakan indikator

kinerja level unit kerja yang bersifat operasional.

Sedangkan menurut Ruky (2002:125), indikator hanya

mengidentifikasi apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau bilamana.

Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor:

239/IX/6/8/2003, indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif

yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah

ditetapkan.

commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator

kinerja adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur keberhasilan atau

kegagalan penyelenggaraan kegiatan/program organisasi. Indikator-indikator

tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh

mana keberhasilan pencapaian sasaran.

Dari observasi terhadap berbagai ukuran kinerja yang dilakukan oleh

Agus Dwiyanto (dalam Suacana, 2009) ditemukan data dan metodologi yang

dapat dipergunakan untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu:

produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas dan

akuntabilitas.

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur efisiensi, tapi juga

efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dan output. Konsep ini dirasa terlalu sempit, kemudian

dikembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas yang

memasukkan seberapa besar pelayanan publik memiliki hasil yang

diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas pelayanan

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai birokrasi publik

bersumber pada ketidakpuasan masyarakat akan kualitas layanan birokrasi.

Dengan demikian kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dapat

menjadi indikator kinerja birokrasi publik. Informasi mengenai kepuasan

commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

terhadap kualitas pelayanan tersedia secara mudah dan murah serta dapat

diperoleh dari media massa atau diskusi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini

menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menjadi

indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,

terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang

rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan

kebutuhan masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun

implisit. Responsibilitas adalah kinerja organisasi yang diukur dari

penilaian profesionalisme dalam pelaksanaan kerja.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih

commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik karena dipilih

oleh rakyat, maka mereka merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam

konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat

seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik konsisten denagn

kehendak masyarakat banyak. Jadi, kinerja birokrasi publik tidak hanya

diukur dari ukuran internal yang dikembangkan suatu organisasi publik,

seperti pencapaian target, tapi juga dinilai dari ukuran eksternal, seperti

nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam jurnalnya, Phillips (2005:205) melakukan pengukuran kinerja

untuk perusahaan kecil menengah yang bekerja di bidang pariwisata,

perhotelan, dan rekreasi dengan menggunakan balanced scorecard

menyatakan sebagai berikut:

This study has identified performance measurement among best


practice tourism, hospitality, and leisure small medium-sized
enterprises....However, we have identified priority factors-budgetary
control, customer relationship management, strategic management,
and collaboration-that are slightly different from Kaplan and Norton's
perspectives, which are financial, the customer, internal business
process, and innovation and learning. This reinforces the problems of
small medium-sized enterprises simply implementing management

(Penelitian ini telah mengidentifikasi salah satu pengukuran kinerja


terbaik untuk usaha pariwisata, perhotelan, dan rekreasi kecil
menengah.....meskipun demikian, kita telah mengidentifikasi faktor
prioritas- kontrol keuangan, manajemen hubungan pelanggan,
manajemen strategis, dan kolaborasi- yang cukup berbeda dengan
perspektif kaplan dan norton yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis
internal, dan inovasi dan pembelajaran. Hal ini memperkuat masalah
usaha kecil menengah yang hanya mengimplementasikan alat
manajemen yang dikembangkan di organisasi yang lebih besar.)

commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Menurut Widodo (2008:91-92) terdapat lima macam indikator kinerja,

antara lain:

a. Indikator masukan (inputs), merupakan sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.

b. Indikator keluaran (outputs), merupakan segala sesuatu berupa produk

sebagai hasil langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program

berdasarkan masukan yang digunakan.

c. Indikator hasil (outcomes), merupakan sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan.

d. Indikator manfaat (benefits), merupakan kegunaan suatu keluaran yang

dirasakan secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya

fasilitas yang dapat diakses publik.

e. Indikator dampak (impacts), merupakan pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan, atau kepentingan umum lain karena suatu kegiatan.

Mahmudi (2005:105-107) juga mengemukakan indikator yang

digunakan dalam pengukuran kinerja yaitu:

a. Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam

suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. Input dibagi menjadi

dua, yaitu input primer dan input sekunder. Input primer adalah kas,

sedangkan input sekunder adalah bahan baku, orang, infrastruktur, dan

masukan lainnya yang digunakan untuk proses menghasilkan output.

b. Output adalah hasil langsung dari suatu proses.

commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

c. Outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu program atau aktivitas

dibandingkan dengan hasil yang diharapakan. Pengukuran outcome

merupakan dampak program atau aktivitas terhadap masyarakat.

d. Benefit-impact merupakan efek langsung dan tidak langsung atau

konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaian tujuan program. Manfaat

merupakan keuntungan yang diperoleh dari pencapaian hasil, dan dampak

adalah akibat yang terjadi atas pencapaian hasil tersebut.

Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor:

239/IX/6/8/2003, indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan

dikategorikan dalam beberapa kelompok:

a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam

rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana,

material, waktu, teknologi, dan sebagainya;

b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan

/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan

program berdasarkan masukan yang digunakan.;

c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran

seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat;

commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas

yang dapat diakses publik;

e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan, atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2006,

diperoleh tambahan: keluaran (outputs) adalah barang atau jasa yang

dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian

sasaran/tujuan program atau kebijakan. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu

yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu

program.

Dari beberapa pengertian di atas, secara ringkas dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

a. Indikator input adalah semua jenis sumber daya yang diperlukan (man,

money, material, machine, methods, dan market) untuk menghasilkan

output.

b. Indikator output adalah hasil langsung dari input berupa barang dan jasa

yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program atau aktivitas.

c. Indikator outcome adalah sesuatu yang menunjukkan berfungsinya output

untuk mengetahui hasil dari program dapat memenuhi harapan atau tidak.

commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

d. Indikator benefit adalah kegunaan dan keuntungan dari hasil kegiatan yang

dirasakan langsung oleh masyarakat.

e. Indikator impact adalah akibat yang dirasakan oleh masyarakat karena

suatu kegiatan atau pelaksanaan program.

Ada beberapa cara pengukuran kinerja. Menurut Rivai (2005:29),

keberhasilan atau kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan:

a. Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja direncanakan;

b. Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan;

c. Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun-tahun

sebelumnya;

d. Perbandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang

unggul di bidangnya (benchmarking/patok duga);

e. Perbandingan tahun berjalan dengan rencana dalam (dua, tiga, empat, atau

lima tahun) tren pencapaian.

Menurut Widodo (2008:95), pengukuran kinerja dilakukan dengan

cara:

a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi

b. Membandingkan antara realisasi tahun ini dengan tahun lalu

c. Membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis

d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya.

Mahmudi (2005:105-134) mengemukakan konsep dasar pengukuran

indikator kinerja, yaitu sebagai berikut:

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

a. Pengukuran input

Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan

oleh suatu proses dalam rangka menghasilkan output. Proses tersebut

dapat berbentuk program atau aktivitas. Ukuran input mengindikasikan

jumlah sumber daya yang dikonsumsi untuk suatu program, aktivitas, atau

organisasi. Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan

input sekunder dengan input primer.

b. Pengukuran output

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung suatu proses.

Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program atau aktivitas.

Pengukuran output berbentuk kuantitatif keuangan dan kuantitatif non

keuangan.

c. Pengukuran outcome

Tujuan pengukuran outcome adalah untuk mengukur nilai dari suatu

aktivitas atau program. Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil

yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Outcome pada dasarnya

merupakan ukuran untuk mengetahui apakah program memenuhi harapan

atau tidak.

d. Pengukuran benefit- impact

Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan

antara hasil program dengan perkiraan keadaan yang akan terjadi apabila

program tersebut tidak ada. Pengukuran manfaat dan dampak dari kegiatan

commit to user

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

organisasi sektor publik dapat diketahui dengan cara melakukan survei

kepuasan masyarakat atau melalui studi dampak lingkungan.

3. Pengertian Pengembangan

Pengertian pengembangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Badudu, 1994:655) adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan;

mengembangkan (1) membuka (2) memajukan, menjadikan maju, bertambah

baik (3) memperluas, memperbesar. Sedangkan pengertian pengembangan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:414) adalah proses, cara,

perbuatan mengembangkan.

Pengertian pengembangan organisasi menurut kamus istilah

manajemen (dalam Moekijat, 1988:5) adalah sebagai berikut:

untuk mencapai tujuannya dengan memanfaatkan potensi manusia secara


lebih efektif dan mengevaluasi setiap perubahan dan mengarahkannya

Mengenai pengembangan kepariwisataan, dalam jurnalnya, Okech

(2010:2) menyatakan sebagai berikut:

The case of tourism and development is somewhat different from other


sector of the economy. Because it does not produce goods, tourism's
contribution to development is indirect through generating revenues. It
involves the creation of an infrasructure of attractions, accomodation
facilities, travel and transport, and communications which allow visitors
to go to the source of an attraction
(Kasus pariwisata dan pengembangan agak berbeda dari sektor ekonomi
lainnya. Karena tidak menghasilkan barang, kontribusi pariwisata terhadap
pembangunan tidak dapat diketahui langsung melalui menghasilkan
pendapatan. Ini melibatkan penciptaan suatu infrastruktur atraksi, fasilitas
akomodasi, perjalanan dan transportasi, dan komunikasi yang
memungkinkan pengunjung untuk pergi ke sumber daya tarik)

commit to user

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengembangan

merupakan cara atau proses untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik.

Dengan cara apapun, untuk menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya

disebut pengembangan.

4. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas

Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Situs Sangiran

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Dinas

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)

Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah hasil kerja

Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam menjalankan tanggung jawab dan

wewenangnya untuk mengembangkan Situs Sangiran dalam jangka waktu

tertentu. Pengembangan Situs Sangiran merupakan proses atau cara Dinas

Parbudpor untuk membuat Situs Sangiran menjadi lebih baik.

Untuk mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam

pengembangan Situs Sangiran diperlukan suatu pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diartikan sebagai proses menilai

kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah

ditentukan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs Sangiran dalam jangka waktu

tertentu.

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen untuk

mengembangkan Situs Sangiran dilakukan dengan menggunakan indikator

kinerja. Indikator kinerja dalam penelitian ini antara lain:

a. Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan

(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas

Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk

menghasilkan output.

b. Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang dan

jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas

Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran

c. Indikator outcome, merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya

output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran

yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi

harapan atau tidak.

d. Indikator benefit, merupakan kegunaan dan keuntungan dari hasil kegiatan

Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran

yang dirasakan langsung oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten

Sragen sendiri.

e. Indikator impact, merupakan akibat kegiatan atau pelaksanaan program

Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran

yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen

sendiri.

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Berdasarkan indikator kinerja dapat dilakukan pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan

Situs Sangiran berdasarkan indikator kinerja adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran input

Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan

oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran untuk menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan

jumlah sumber daya yang dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen

untuk pengembangan Situs Sangiran.

b. Pengukuran output

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program

pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi

program pengembangan Situs Sangiran.

c. Pengukuran outcome

Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan

hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Outcome pada

dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah pengembangan

Situs Sangiran memenuhi target dan harapan atau tidak.

d. Pengukuran benefit- impact

Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan

antara hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan

keadaan yang akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran.

commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Pengukuran manfaat dan dampak dari program pengembangan Situs

Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat

diketahui dengan cara melakukan survei kepuasan masyarakat atau melalui

studi dampak lingkungan.

F.Kerangka Pemikiran

Berdasarkan berbagai teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dibuat

kerangka dasar pemikiran yang merupakan dasar dan landasan bagi

pengembangan dalam penulisan penelitian ini. Dalam penelitian ini, kerangka

dasar pemikiran dirumuskan seperti gambar 1.1

Gambar 1.1

Kerangka Dasar Pemikiran

Kinerja dalam
Program pengembangan Situs
Pengembangan Pelaksanaan
program Sangiran
Situs Sangiran
pengembangan
Situs Sangiran - Input
- fisik - Output
- non fisik - Outcome
- Benefit- impact

-kemudahan
-hambatan

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Pengembangan Situs Sangiran memiliki tujuan untuk menjadikan Situs

Sangiran, sebagai pusat penelitian manusia purba bertaraf internasional dan

sebagai objek wisata pendidikan, menjadi lebih baik dan menarik untuk

dikunjungi wisatawan dan peneliti. Untuk itu diperlukan program pengembangan

Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen, baik fisik

maupun non fisik.

Dalam pelaksanaan program pengembangan Situs Sangiran, Dinas

Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki kemudahan dan hambatan dalam

mengembangkan Situs Sangiran yang bisa mempengaruhi jalannya program

pengembangan. Kemudahan bisa mendukung dan memperlancar pengembangan

sedangkan hambatan bisa mempersulit jalannya pengembangan.

Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki peranan penting dalam

mengelola Situs Sangiran, sehingga diperlukan suatu kinerja yang baik dari Dinas

Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran. Untuk

mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan

Situs Sangiran, diperlukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja Dinas

Parbudpor Kabupaten Sragen untuk mengembangkan Situs Sangiran dilakukan

dengan menggunakan indikator kinerja. Indikator kinerja dan pengukuran

indikator kinerja dalam penelitian ini antara lain:

a. Input

Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan

(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk

menghasilkan output.

Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan

oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran untuk menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan

jumlah sumber daya yang dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen

untuk pengembangan Situs Sangiran.

b. Output

Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang

dan jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas

Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program

pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor

Kabuapten Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi

program pengembangan Situs Sangiran.

c. Outcome

Indikator outcome merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya

output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran

yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi

harapan atau tidak.

Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan

hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Outcome pada

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah pengembangan

Situs Sangiran memenuhi target atau tidak.

d. Benefit-impact

Indikator benefit, merupakan kegunaan dan keuntungan dari hasil

kegiatan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten

Sragen sendiri. Indikator impact, akibat kegiatan atau pelaksanaan

program Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten

Sragen sendiri. Indikator benefit-impact memiliki kemiripan, karena itu

dalam penelitian ini dijadikan satu

Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan

antara hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan

keadaan yang akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran.

Pengukuran manfaat dan dampak dari program pengembangan Situs

Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat

diketahui dengan cara melakukan survei kepuasan masyarakat atau melalui

studi dampak lingkungan.

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen

commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

dan Situs Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Pemilihan

kedua lokasi ini dikarenakan kedua empat itu memiliki kaitan dengan

pengembangan Situs Sangiran. Dinas Parbudpor merupakan instansi yang

bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran.

Sedangkan kawasan Situs Sangiran di Kecamatan Kalijambe terdapat Museum

Sangiran yang merupakan pusat dari Situs Sangiran. Semua kegiatan

pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran terpusat di Museum Sangiran.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dasar, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk memahami mengenai suatu masalah. Sedangkan jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu jenis penelitian yang

studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam

mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa

adanya di lapangan studinya (Sutopo, 2002:109-111). Sehingga penelitian ini

akan mampu menggambarkan secara jelas mengenai sebuah fenomena, yaitu

kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas

Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Purbakala

Sangiran.

3. Sumber Data

Jenis sumber data dalam penelitian ini secara menyeluruh dapat

dikelompokkan sebagai berikut:


commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

a. Informan atau narasumber, yaitu jenis data yang berupa manusia. Untuk

mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan kinerja Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam

pengembangan Situs Purbakala Sangiran, maka sebagai narasumber dalam

penelitian ini yaitu:

- Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

Kabupaten Sragen

- Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga Kabupaten Sragen

- Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen

- Pengelola Situs Sangiran

- Pengunjung Situs Sangiran

- Pedagang sekitar Situs Sangiran

b. Dokumen dan arsip, yaitu jenis data yang berupa bahan tertulis, gambat,

atau benda peninggalan yang berkaitan denagn suatu peristiwa atau

aktivitas tertentu. Dalam penelitian ini, arsip dan dokumen mengenai

kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran yaitu:

- Arsip-arsip tentang kegiatan pengembangan Situs Sangiran yang telah

dilakukan.

- Laporan-laporan, yaitu laporan tentang kegiatan yang terkait dengan

pengembangan Situs Sangiran yang telah dilakukan.

commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

c. Tempat dan peristiwa/aktivitas yang terkait dengan Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam

mengembangkan Situs Sangiran.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data

yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada informan yang telah ditentukan sebelumnya.

Informan di sini adalah mereka yang dianggap tahu dan dapat menjadi

sumber data. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pihak

Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen, Pengelola Situs Sangiran, pedagangg,

serta pengunjung Situs Sangian.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam (in-depth

interviewing). Wawancara ini sifatnya terbuka, mengarah pada kedalaman

informasi, dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur formal, dan bisa

dilakukan berulang pada informan yang sama. (Sutopo, 2002:59)

Proses wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab, dengan

terlebih dahulu membuat kerangka garis besar pokok-pokok yang akan

ditanyakan dalam proses wawancara tersebut, serta dilakukan dalam waktu

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

dan kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan kejelasan

tentang hal yang berkaitan dengan kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten

Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman

gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung.(Sutopo, 2002:64)

Teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi langsung, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap objek penelitian lapangan. Observasi dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi yang lebih spesifik tentang keadaan Situs

Sangiran dan Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen. Sehingga dapat

diketahui hal-hal apa saja, baik dari dalam lingkungan organisasi maupun

dari luar organisasi yang akan mempengaruhi kinerja Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs Sangiran.

c. Dokumen dan arsip

Teknik ini akan digunakan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada berbagai instansi

terkait, yaitu Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen maupun pengelola Situs

Sangiran. Selain itu juga menggunakan data yang bersumber dari buku

kepustakaan, hasil penelitian, arsip/dokumen, serta media massa yang

pernah diterbitkan yang berhubungan dengan penelitian ini.

commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

5. Teknik Cuplikan (Sampling)

Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber

data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik cuplikan merupakan suatu

bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian

yang mengarah pada seleksi.

Teknik cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara menentukan key

informant atau informan kunci yang dipandang paling tepat sebagai sumber

data sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini berarti memilih

informan yang dianggap mengetahui permasalahan secara mendalam dan

dapat dipercaya untuk menjadi sumber data (H.B Sutopo, 2002:56). Bahkan di

dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peneliti dalam memperoleh data.

Apabila informasi yang diperlukan masih kurang, maka untuk memperoleh

informasi lain yang dipandang berkompeten sebagai informan selanjutnya,

demikian seterusnya sehingga diperoleh data yang semakin lengkap dan

mendalam. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

- Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga

Kabupaten Sragen

- Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan

Olah Raga Kabupaten Sragen

- Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen

commit to user

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

- Pengelola Situs Sangiran

- Pedagang dan masyarakat sekitar Situs Sangiran

- Pengunjung Situs Sangiran.

Mereka dipilih menjadi informan karena memiliki kaitan dan

mengetahui tentanng pengembangan Situs Sangiran.

6. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang

diperoleh akurat atau sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti

menggunakan cara triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari

pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik

simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. H.B Sutopo

(2002, 77-83) menyatakan ada 4 macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi data (data triangulation), yaitu peneliti memanfaatkan

beberapa sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sama atau

sejenis. Dengan demikian data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa

lebih teruji bebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang

diperoleh dari sumber data lain.

b. Triangulasi metode (methodological triangulation), yaitu peneliti

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan metode/teknik

pengumpulan data yang berbeda.

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

c. Triangulasi peneliti (investigation triangulation), yaitu hasil penelitian

baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan

bisa diuji validitasnya oleh beberapa peneliti.

d. Triangulasi teori (theoretical triangulation), yaitu peneliti menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang

dikaji/diteliti.

Penelitian ini menggunakan triangulasi data, dimana penulis

menggunakan beberapa sumber data dari pihak yang berbeda untuk

memperoleh data dalam konteks yang sama. Dengan cara menggali data dari

sumber yang berbeda-beda, data sejenis bisa teruji kebenarannya. Sumber

yang digunakan dalam triangulasi data ini adalah hal-hal atau pihak-pihak

yang terkait dengan kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah

Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs

Sangiran, misalnya informan, dokumen, arsip dan peristiwa.

7. Teknik Analisis Data

H.B Sutopo (2002:91-92) menyatakan analisis dalam penelitian

kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses seleksi (pemfokusan), penyederhanaan,

abstraksi yang ada dalam catatan lapangan (field note). Reduksi data

adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data

sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis

dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai

hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada

analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian

data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis

matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan juga tabel

sebagai pendukung narasinya.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa

arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan

peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang

mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Peneliti yang ahli

menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, namun tetap terbuka dan

bersikap skeptis. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada

waktu awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat

secara eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat (H.B

Sutopo, 2002: 93).

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Simpulan akhir perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-

benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan

aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali.

Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan

penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.

Miles dan Huberman (dalam Sutopo,2002:94) menyatakan bahwa

terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam

melaksanakan analisis di dalam penelitian kualitatif, yaitu: model analisis

jalinan dan model analisis interaktif.

Dalam model analisis jalinan, ketiga komponen analisis yaitu reduksi

data, sajian data, dan verifikasi masih aktif bertautan dalam jalinan dan masih

tetap dilakukan pada waktu pengumpulan data sudah berakhir. Sedangkan

dalam model analisis interaktif, ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya

dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponen maupun dengan

proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data dalam

penelitian ini adalah model analisis interaktif. Pada model ini, saat

pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data.

Sehingga data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi

dan refleksinya merupakan data yang telah digali dan dicatat.

Dalam model analisis interaktif, reduksi dan sajian data harus disusun

pada waktu peneliti sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir,

peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik simpulan dan verifikasinya

berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya.

Apabila simpulan ada kekurangan atau kurang kemantapan karena rumusan

dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti kembali melakukan

kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung

simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo, 2002:96). Model

analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 1.2

Gambar 1.2
Model analisis interaktif

Pengumpulan data

Reduksi data Sajian data

Penarikan
simpulan/verifikasi

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

E. Kabupaten Sragen

1. Visi dan Misi

a. Visi

Visi Kabupaten Sragen Tahun 2006

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sragen

Tahun 2006 2011 ini merupakan penjabaran dari Visi Pembangunan

Daerah Jangka Panjang Tahun 2006 - 2025. Visi Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2006 2011 menurut

Bupati/Wakil Bupati terpilih ketika pencalonan Cabup/Cawabup adalah

sebagai berikut:

kemajuan dan penegakan supremasi hukum didukung oleh SDM


berkualitas yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil
pertanian, industri, pariwisata, perdagangan/jasa, kesehatan
berwawasan lingkungan dalam ranka mewujudkan keadilan dan

Operasionalisi dari visi RPJPD kedalam visi RPJMD versi

Bupati/Wakil Bupati terpilih adalah bahwa tujuan jangka panjang untuk

mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin sebagai mana dirumuskan

dalam visi RPJPD, untuk jangka 5 tahun mendatang akan direalisasikan

melalui terwujudnya Sragen yang dilandasi oleh kemandirian, kemajuan

dan penegakan supremasi hukum didukung oleh SDM berkualitas yang

commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

bertumpu pada: Ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil pertanian, industri,

pariwisata, perdagangan/jasa, kesehatan berwawasan lingkungan.

Yang dimaksud keadilan dan kesejahteraan lahir batin berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 adalah tercukupinya kebutuhan hidup lahir dan

bathin yang berkeadilan bagi seluruh lapisan dan kelompok masyarakat

Kabupaten Sragen sebagai bagian dari masyarakat Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Yang

dimaksud dilandasi oleh kemandirian, kemajuan dan penegakkan

supremasi hukum adalah kemampuan untuk mewujudkan kehidupan yang

dicita-citakan dengan kekuatan sendiri melalui penguasaan IPTEK dan

dipatuhinya seluruh aturan hukum yang berlaku. Yang dimaksud SDM

berkualitas adalah SDM yang mampu menguasai IPTEK, dan

mengembangkan produk-produk unggulan hasil pertanian, industri,

pariwisata, dan perdagangan/jasa.

Uraian di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Sragen berupaya keras

ingin mewujudkan rakyat yang unggul, produktif, dan sejahtera lahir

bathin. Upaya tersebut tidak lain adalah merupakan upaya yang sangat

tepat oleh karena di dalamnya terkandung unsur-unsur responsif terkait

situasi kondisi dan kebutuhan Sragen, bijak terkait dengan ketepatan

pilihan upaya, dan pintar terkait dengan tingkat pemahaman persoalan dan

pilihan upaya pengatasan. Ringkasnya upaya diatas merupakan upaya yang

cerdas. Oleh sebab itu, berdasar uraian diatas maka penjabaran visi

commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Kabupaten Sragen 2006

menjadi Kabupaten cerdas : Kabupaten Sragen terdepan dalam inovasi

kepemerintahan yang membangun kepercayaan rakyat, menuju Sragen

sejahtera.

b. Misi
Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen adalah "MEWUJUDKAN

RAKYAT YANG UNGGUL, PRODUKTIF, DAN SEJAHTERA".

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

pemerintah daerah dan masyarakatnya, sebagai penjabaran visi yang telah

ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh masyarakat,

pemerintah daerah dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan

mengenal keberadaannya serta fungsi dan peranannya dalam mewujudkan

visi yang telah ditetapkan. Rumusan misi hendaknya mampu :

(1) Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi.

(2) Memberi petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai.

(3) Memberikan petujuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh

pemerintah daerah dan pihak-pihak yang berkepentingan.

(http://www.sragen.org/, diakses tanggal 28 Februari 2010)

2. Kondisi Geografis Kabupaten Sragen

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa

Tengah. Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah kabupaten Sragen:

Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)


commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

Kabupaten Sragen terletak pada:

7 º 15 LS dan 7 º 30LS

110 º 45 BT dan º 10 BT

Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941, 55 km 2 yang terbagi dalam

20 kecamatan, 8 kalurahan, dan 200 desa. Secara fisiologis, wilayah

Kabupaten Sragen terbagi atas:

40.037,93 Ha (42,52%) Lahan Basah (sawah)

54.117,88 Ha (57,48%) Lahan kering

Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata

109 M diatas permukaan laut. Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu

harian yang berkisar antara 19 31 º C. Curah hujan rata-rata di bawah 3000mm

per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun.

Kabupaten Sragen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Sebelah selatan Bengawan Solo (9 Kecamatan, 88 Desa dan

Kelurahan) :

- Luas Wilayah : 32.760 ha (34,79 %)

- Tanah Sawah : 22.027 ha (54,85 %)

b. Sebelah utara Bengawan Solo (11 Kecamatan, 120 Desa) :

- Luas Wilayah : 61.395 ha (65,21 %)

- Tanah Sawah : 18.102 ha (45,15 %)


commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, yaitu: Gemolong, Ngrampal,

Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sragen, Sidoharjo, Sukodono,

Sumberlawang, Tangen, Tanon, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe,

Karangmalang, Kedawung, Masaran, Miri, Mondokan.yang dibagi lagi atas

sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan

Sragen. Keadaan Alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka

ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat

terletak di sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di

seluruh Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol,

latosol dan mediteran.

3. Kondisi Demografi Kabupaten Sragen


Data umum penduduk Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Data Umum
JENIS 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
DATA (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. Jumlah Penduduk
Laki-laki 421.167 422.217 422.948 424.577 426.096 429.839 431.191 432.983
Perempuan 430.416 431.494 432.296 433.689 435.893 439.563 440.760 442.480
2. Usia
0 - 4 Th 69.197 69.372 69.501 84.859 70.027 70.551 70.848 71.170
5 - 14 Th 250.910 251.531 252.023 251.721 210.052 162.568 163.221 163.963
15 - 64 Th 438.587 439.685 440.466 434.528 487.833 573.333 575.168 577.783
64 Th 92.889 93.123 93.254 87.158 94.077 62.030 62.264
62.547
ke atas

Sumber : BPS Sragen Januari 2010

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Data kepadatan penduduk Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2
Data Kepadatan Penduduk Tahun 2010

Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


( Km ² ) ( Jiwa ) ( /Km ² )
Kalijambe 46,96 46,400 988.07
Plupuh 48,36 46,286 957.11
Masaran 44,04 65,661 1490.94

Kedawung 49,78 59,697 1199.22


Sambirejo 48,43 37,074 766.31
Gondang 41,17 43,617 1059.44

Sambungmacan 38,48 44,026 1144.13


Ngrampal 34,40 36,427 1058.92

Karangmalang 42,98 58,089 1352.48


Sragen 27,27 65,673 2408.25

Sidoharjo 45,89 51,169 1115.04

Tanon 51,00 54,797 1074.45

Gemolong 40,23 46,956 1167.19

Miri 53,81 32,532 604.57


Sumberlawang 75,16 45,543 605.95

Mondokan 49,36 34,267 694.23


Sukodono 45,55 31,451 690.47
Gesi 39,58 21,840 551.79

Tangen 55,13 27,101 491.58

Jenar 63,97 26,857 419.84

TOTAL 941,55 875,463 929.86

Sumber : BPS Sragen Januari 2010

commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

F. Kecamatan Kalijambe

1. Kondisi Geografis Kecamatan Kalijambe

a. Batas Wilayah

Utara : Kecamatan Gemolong

Timur : Kecamatan Plupuh

Selatan : Kabupaten Karanganyar

Barat : Kabupaten Boyolali

b. Luas Wilayah : 4.696 km2

c. Penggunaan Lahan:

-Tanah Sawah : 1.933,14 Ha (41,17%)

- Tanah Kering : 2.762,79 Ha (58,83%)

2. Kondisi Demografis Kecamatan Kalijambe

Jumlah penduduk s.d Triwulan II Th 2008 sebanyak 46.136 jiwa terdiri

dari 3.215 penduduk laki-laki dan 22.921 penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk : 978 orang / km2. Jumlah KK s.d Semester II 2008 :

15.305 KK dari 14 Desa.

commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Kecamatan Kalijambe mempunyai luas lahan 5.381 Ha terdiri dari tanah

sawah seluas 1.933,14 Ha dan tanah kering seluas 2.762,79 Ha. Tanah sawah

yang terbagi dalam :

1. Irigasi Teknis 0 Ha

2. Irigasi ½ Teknis 145 Ha

3. Irigasi Sederhana 119 Ha

4. Tadah Hujan 1.669,14 Ha

5. Lahan bukan sawah seluas 2.762,79 Ha yang terbagi dalam :

Pekarangan 1.131,76 Ha

Tegal/kebun 1.467,88 Ha

Padang/Gembala 2,00 Ha

Tambak/Kolam 0 Ha

Rawa-rawa 0 Ha

Hutan Negara 0 Ha

Perkebunan 0 Ha

Lain-lain 161,15 Ha

Pembagian wilayah administratif Kecamatan Kalijambe dapat dilihat pada

tabel 2.3

commit to user

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Tabel 2.3

Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan Kalijambe

No Nama Desa Pusat Desa Jumlah Jumlah Jumlah


Dukuh RT RW
1 Keden Keden 8 16 -
2 Trobayan Trobayan 9 15 -
3 Kalimacan Kalimacan 11 14 -
4 Jetis Kalijambe 13 21 -
Karangpung
5 Krikilan Ngampon 11 22 -
6 Bukuran Toho 8 17 -
7 Ngebung Grasak 11 16 -
8 Tegalombo Sumber 7 13 -
9 Banaran Karangasem 12 23 -
10 Karangjati Karangjati 7 20 -
11 Saren Saren 9 19 -
12 Samberembe Samberembe 5 16 -
13 Donoyudan Donoyudan 11 17 -
14 Wonorejo Wonorejo 15 15 -

G. Situs Sangiran

Situs Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai

bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi,

arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang

kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sanagt bermanfaat untuk mempelajari

kehidupan manusia pra sejarah karena situs ini memiliki sebanyak 50 (lima puluh)

individu fosil manusia Homo erectus yang telah ditemukan. Jumlah ini mewakili

65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar

50 % dari populasi Homo erectus di dunia. Keseluruhan fosil yang telah

ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil

disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan
commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di

Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.

Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah

yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi

manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di

dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Situs ini telah

ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977 tanggal 5 Maret 1977. Dan Warisan

Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun

di Merida, Meksiko.

Luasnya mencapai 56 KM 2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten

Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh serta satu kecamatan

di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo. Penelitian tentang

manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R. Von Koenigswald,

seorang ahli paleonthologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di

Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih

masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk

memperlakukan fosil yang ditemukan. (Kantor Pariwisata, Investasi, dan Promosi

Kabupaten Sragen, 2008:1-6)

Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu

pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat

bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu,

Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah

commit to user

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di

tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis

dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan

tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.

(www.pariwisata.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Fenruari 2010)

1. Museum Purbakala Sangiran

Di Situs Sangiran terdapat Museum Sangiran yang digunakan untuk

merawat dan memamerkan fosil-fosil yang ditemukan di Situs Sangiran

sekaligus merupakan pusat dari Situs Sangiran. Museum Sangiran terdapat di

Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen. Museum Sangiran terletak di

dekat kawasan yang sangat terkenal

(Sangiran Dome) yang menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen (+

2 juta tahun lalu).

Pada awalnya, hasil penelitian G.H.R. Von Koenigswald dan peneliti lain

dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai

tahun 1975. Pada waktu itu, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke

tempat tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum.

Sebelumnya, Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 M2 yang

terletak di samping Balai Desa Krikilan.

Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena

mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk

melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang

nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 M2 dengan ruangan museum seluas

commit to user

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

750 M2. Bangunan tersebut bergaya Joglo dan terdiri dari ruang pameran,

aula, laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film

tentang kehidupan manusia pra sejarah), gudang penyimpanan fosil, mushola,

toilet, area parkir, dan kios souvenir (khususnya menjual handicraft

Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan

bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya

sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu

pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan

yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi

menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.

(www.sangiran.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Februari 2010)

Museum Purbakala Sangiran sekarang namanya telah diganti menjadi

Balai Pelestarian Situs Manusia Purbakala Sangiran (BPSMPS). Hal ini

dilakukan karena Museum Purbakala Sangiran dirasa kurang mewakili semua

unsur pengelolaan, sementara BPSMPS lebih dari sekedar merawat fosil

namun juga situs (www.eljohn.net, diakses tanggal 12 September 2009).

Museum Purbakala Sangiran bisa disebut sebagai pusat pengelolaan seluruh

Situs Sangiran.

2. Koleksi Fosil di Museum Sangiran

Ada beberapa koleksi yang tersimpan dan dipamerkan di Museum

Sangiran antara lain:

commit to user

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika),

pithecanthropus mojokertensis (pithecanthropus robustus) (replika),

pithecanthropus erectus (replika), Homo soloensis (replika), Homo

neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo

sapiens.

2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),

Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus

paleokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),

Rhinocerus sondaikus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cevrus sp

(rusa dan domba).

3. Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Cricodilus sp (buaya), ikan

dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas

Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.

4. Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatome.

5. Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi,

bola batu dan kapak perimbas-penetak.

(Kantor Pariwisata, Investasi, dan Promosi Kabupaten Sragen, 2008:10)

3. Menara Pandang dan Wisma Sangiran

Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan

Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para

wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar

Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang

dilengkapi dengan teropong. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para


commit to user

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di Kawasan Sangiran telah

dibangun Wisma Sangiran (Guest House Sangiran) yang terletak tepat di

sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo

(rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang

dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby.

Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang

dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang

melakukan penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran

memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain: Deluxe Room, sebanyak

dua kamar dilengkapi dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel,

meja rias dan rak ; Standard Room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan

double bed, bak mandi, washtafel, dan meja rias; Ruang Keluarga yang

dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set; Pendopo (Lobby)

yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta tempat parkir. Selain fasilitas-

fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train) untuk memudahkan

mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran.

(www.pariwisata.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Februari 2010)

Jumlah pengunjung ke Museum Sangiran selalu meningkat setiap

tahunnya. Data jumlah pengunjung yang datang ke Situs Sangiran tahun 2002-

2008 dapat dilihat pada tabel 2.4.

commit to user

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Tabel 2.4
Jumlah Pengunjung Objek Wisata Situs Sangiran Tahun 2002-2008
Tahun
Jumlah Pengunjung
(1) (2)
2000 25.598

2001 22.776

2002 15.996

2003 22.970

2004 24.887

2005 30.879

2006 40.744

2007 50.546

2008 55.978

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga


Kabupaten Sragen Tahun 2009)

H. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas

Parbudpor) Kabupaten Sragen

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas

Parbudpor) Kabupaten Sragen merupakan instansi pemerintah yang mewakili

pemerintah dan seluruh rakyat Kabupaten Sragen untuk mengelola dan

mengembangkan Situs Sangiran. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Sragen ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Sragen Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Sragen tanggal 15 Desember 2008, antara lain:

commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Pasal 37

(1) Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan atas otonomi dan

tugas pembantuan dalam bidang pariwisata, kebudayaan, pemuda, dan

olah raga.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga, menyelenggarakan

fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pariwisata, kebudayaan, pemuda,

dan olah raga, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan bupati;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

pariwisata, kebudayaan, pemuda, dan olah raga;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pariwisata, kebudayaan,

pemuda, dan olah raga;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Pasal 38

(1) UPTD Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Pemuda, dan Olah Raga sesuai bidang tettentu dan atau mempunyai

wilayah kerja satu kecamatan atau lebih yang menjadi tanggung

jawabnya.

commit to user

54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPTD

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga menyelenggarakan

fungsi:

a. pelaksanaan sebagian tugas teknis operasional dan / atau tugas teknis

penunjang Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga;

b. pelaksanaan urusan administrasi;

c. pelaksanaan tugas lain yang diberiakn oleh Kepala Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga.

Pasal 39

(1) Susunan Organisasi Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga terdiri dari:

a. Kepala;

b. Sekretariat, terdiri dari:

2. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan;

3. Sub Bagian Keuangan;

4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Pariwisata, terdiri dari:

1. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana;

2. Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata;

3. Seksi Pemasaran.

d. Bidang Pemuda dan Olah Raga, terdiri dari:

1. Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pemuda;

2. Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Olah Raga;

commit to user

55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

3. Seksi Sarana dan Prasarana Olah Raga dan Pemuda.

e. Bidang Kebudayaan, terdiri dari:

1. Seksi Sejarah, Kepurbakalaan, dan Nilai Tradisi;

2. Seksi Pelestarian dan Pengembangan Seni dan Budaya;

3. Seksi Sarana dan Prasarana Seni Budaya.

f. Bidang Bina Program, terdiri dari:

1. Seksi Perencanaa dan Pengembangan Pariwisata, Pemuda, dan

Olah Raga dan Budaya;

2. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pariwisata, Pemuda, Olah

Raga dan Budaya;

g. UPTD

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Organisasi Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga

sebagaiman tercantum pada lampiran XII merupakan bagian tang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

commit to user

56
57

Bagan Organisasi
DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH RAGA KABUPAEN SRAGEN
Kepala Dinas

Kelompok Jabatan Sekretariat


perpustakaan.uns.ac.id

Fungsional

Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian


Perencanaan, Evaluasi, Keuangan Umum dan
dan Pelaporan Kepegawaian

Bidang Bidang Bidang Bidang


Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kebudayaan Bina Program

Seksi Seksi Seksi Seksi

commit to user
Pengembangan Sarana Pemberdayaan dan Sejarah, Kepurbakalaan, dan Perencanaan dan
dan Prasarana Pembinaan Pemuda Nilai Tradisi Pengembangan Pariwisata,
Pemuda, Olah Raga, Budaya
Seksi Seksi Seksi
Objek dan Daya Tarik Pemberdayaan dan Pelestarian dan Pengembangan
Pariwisata Pembinaan Olah Raga Seni dan Budaya
Seksi
Pengawasan dan
Seksi Seksi Pengemdalian Pariwisata,
Seksi Sarana dan Prasarana Olah Sarana dan Prasarana Seni Pemuda, Olah Raga, Budaya
Pemasaran Raga dan Pemuda Budaya

UPTD UPTD UPTD


Objek dan Daya Kepemudaan Keolahragaan
digilib.uns.ac.id

Tarik Wisata
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

BAB III

KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH

RAGA (DINAS PKPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM

PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN

A. Pengembangan Situs Sangiran oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen

Situs Sangiran merupakan Situs Paleontologi yang telah mendunia dan

menjadi Situs berskala Internasional setelah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun

1996 sebagai Warisan Budaya Dunia. Situs ini terletak di Kabupaten Sragen dan

Kabupaten Karang Anyar dengan Museum Sangiran di Kecamatan Kalijambe,

Kabupaten Sragen sebagai pusatnya.

Sebagai Situs berstandar internasional, kepengurusan Situs Sangiran

dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah pusat yang diwakili BP3 (Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala) dan Pemerintah Kabupaten, seperti pernyataan Sekretariat

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut:

World Cuture Herritage


dan sangat penting bagi penelitian kepurbakalaan, maka penanganan situs
terbagi dua. Untuk Museum Sangiran dikelola oleh pemerintah pusat, yaitu
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT Daerah, yakni Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Sedangkan di luar
museum, seluruh situs dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen melalui

(Wawancara tanggal 6 Agustus 2009)

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga Kabupaten Sragen menerangkan hal yang sama. Dari pemerintah pusat melalui

tingkat provinsi yaitu BP3 Jawa Tengah, menempatkan wakilnya di museum


commit to user

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Sangiran yang sekarang berganti nama menjadi Balai Pelestarian Manusia Purba

Sangiran (BPMPS) yang tugasnya mengelola area museum. Sedangkan Pemerintah

Kabupaten Sragen memilki wakil dari Dinas Parbudpor sebagai pengelola yang

bertugas mengelola retribusi dan wilayah Situs Sangiran di luar museum.

pemanfaatan, pembangunan dan pelestariannya di museum. Pemda Sragen

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Dinas PKPOR memiliki wakil di Situs Sangiran untuk melaksanakan tugas

pengelolaan yaitu Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran dan Yang Melaksanakan

Tugas (YMT). PJO Sangiran menjelaskan tugas pengelolaan meliputi pengurusan

retribusi, penataan, pemeliharaan, dan kebersihan di luar gedung museum sebagai

berikut:

kan
juga masuk ke Kabupaten. Kita juga mengurusi kebersihan objek, penataan,

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Retribusi atau tiket masuk diurus oleh Dinas Parbudpor, pendapatan dari tiket

masuk juga masih menjadi milik Kabupaten Sragen. Hal ini karena pendapatan yang

diperoleh dari Situs Sangiran masih dianggap sedikit dan belum bisa sesuai dengan

pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sragen untuk pengembangan Situs Sangiran.

Tapi jika Situs Sangiran sudah bisa menarik banyak pengunjung, bisa jadi ada

pembagian pendapatan atau retribusi antara pemerintah pusat dan daerah seperti

penjelasan dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda,

dan Olah Raga Kabupaten berikut ini:

commit to user

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

haring antara pusat, provinsi, dam daerah. Karena


pendapatan belum bisa menutup dana dari Pemerintah Daerah jadi semua
pendapatan masih masuk ke Pemda. Tapi mungkin jika kondisi sudah
berkembang atau ramai, bisa ada sharing
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Berbagai penjelasan di atas menunjukkan bahwa kepengurusan Situs

Sangiran terbagi menjadi 2 yaitu Pemerintah Pusat melalui BP3 yang bertugas untuk

melestarikan dan merawat benda cagar budaya yang telah ditemukan dan bekerja di

bangunan Museum Sangiran atau sekarang dikenal sebagai BPMPS (Balai

Pelestarian Manusia purba Sangiran), dan Pemerintah Kabupaten melalui Dinas

PKPOR yang bertugas untuk melestarikan Situs Sangiran di luar museum yaitu

tempat penggalian/tempat yang diduga terdapat fosil dan memanfaatkan Situs

sebagai objek wisata.

Pengembangan suatu wilayah pastinya memiliki tujuan tertentu, begitu juga

dengan pengembangan Situs Sangiran. Situs Sangiran perlu dikembangkan, baik

untuk ilmu pengetahuan maupun untuk objek wisata. Sebagai Situs Paleontologi,

Situs Sangiran perlu dikembangkan dan dilestarikan untuk ilmu pengetahuan.

Sebagai objek wisata Situs Sangiran perlu dikembangkan untuk agar bisa menarik

untuk dikunjungi wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik.

Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten

menyatakan tujuan pengembangan Situs Sangiran sebagai berikut:

menarik wisatawan. Untuk menarik wisatawan prasarana harus memadai,


sehingga perlu penyempurnaan sarana dan prasarana, sedikit demi sedikit,

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

commit to user

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga Kabupaten menerangkan sebagai berikut:

pengembangan terus terjadi. Semua tempat objek wisata pasti dikembangkan

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:

Ada daya tarik utama, ada daya tarik


pendukung seperti atraksi wisata. Sarana wisata itu untuk menambah daya

(Wawancara tanggal 18 November 2009)

YMT (Yang Menjalankan Tugas) di Situs Sangiran menyatakan:

yang hidup bagi pengunjung, yang lebih konkrit, replika yang

(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)

Pengembangan Situs Sangiran juga dilakukan oleh 3 pihak yaitu Pemerintah

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten. Setiap pihak memiliki kewenangan masing-masing.

Pengembangan juga dilakukan dengan cara pengembangan fisik dan non fisik. Untuk

pembangunan dan pengembangan fisik dalam museum semua dikelola oleh BP3,

Dinas Parbudpor hanya bisa memberi usulan dan masukan, tapi tidak bisa ikut

campur.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:

commit to user

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

sharing, misalnya fisik dari pusat APBN, non fisik


dari provinsi, Kabupaten penyediaan sarana pembangunan misalnya lahan.
Jika lahan ada pembangunan dananya dari pusat, fasilitas dari provinsi. Dana
non fisik dari provinsi untuk BP3 digunakan untuk pelestarian dan
pembangunan, Dinas tidak ikut menggunakan. Untuk pengembangan museum
Sangiran, dinas hanya usul ke BP3. Jika disetujui, BP3 ke pusat. Jika pusat
disetujui dana turun ke BP3, untuk pendanaan BP3, Kabupaten hanya tahu
tapi tidak ikut campur, hanya sebatas mengusulkan tidak ikut menentukan.
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Meskipun Museum Sangiran sepenuhnya urusan BP3, tapi dalam

pengelolaannya perlu ada koordinasi dengan Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen

selaku pemilik wilayah. Untuk itu Dinas Parbudpor memiliki wakil di Sangiran

sebagai pengelola dan penanggung jawab objek yang juga sebagai koordinator

dengan BP3 seperti pernyataan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut:

ab di sana. Jika ada masalah dia


yang berkoordinasi dengan BP3. Walau yang menentukan BP3, tapi sebelum
dilakukan perlu sharing, koordinasi misalnya pembangunan fisik, kabupaten

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Pembangunan fisik yang dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah melalui BPMPS

untuk menambah fasilitas Museum Sangiran pada tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Anggaran dari APBN sebesar Rp. 16.500.000.000,- digunakan untuk

kebutuhan anggaran penyelesaian pembangunan Museum Sangiran.

2. Anggaran dari BP3 sebesar Rp. 1.180.000.000,- digunakan untuk

pembangunan gedung AVA peneliti dan wisma tamu peneliti.

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten


Sragen Tahun 2008)

commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Untuk pembangunan fisik di museum Sangiran yang dilakukan oleh BPMPS

pada tahun 2008, menurut keterangan dari pengelola Yang Melaksanakan Tugas

(YMT) semua sudah dilaksanakan. Namun Dinas PKPOR dan pengelola tidak

mengetahui rincian pembangunan yang dilakukan oleh BP3:

pembangunan Museum sudah selesai, gedung Audio Visual dan


Wisma tamu peneliti juga sudah selesai. Itu urusan dari BP3, sini tidak ikut
campur sebab di dalam area Museum. Hanya tahu ada proyek itu dan ikut

(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)

Sedangkan pengembangan dan pembangunan fisik di luar area Museum

Sangiran dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen.

Meskipun tetap melibatkan Dinas Parbudpor sebagai pengguna dan pengelola, Dinas

Parbudpor hanya mengusulkan pembangunan pada DPU atau Pemerintah Daerah,

tapi pembangunan fisik dilakukan oleh DPU. Pengembangan yang dilakukan oleh

Dinas Parbudpor sendiri lebih bersifat non fisik.

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:

Pembangunan fisik DPU, sini mengusulkan. Misalnya perbaikan jalan, dinas


sebatas melaporkan ke DPU, pembangunan dari DPU. DPU yang membuat
usulan anggaran, DPU mensurvei, analisa. Usulan juga ke atas, pemda, dari
pemda ke DPRD, lalu ke DPU, DPU melaksanakan, pengelolaan dinas.
Usulan bangunan semua dari sini, yang membangun pihak DPU, sini bisa
juga ikut
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

commit to user

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran menjelaskan usulan tentang

pengembangan Situs Sangiran diajukan ke Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

menugaskan DPU, pengelola hanya menggunakan. Seperti hasil wawancara berikut:

ke PU. DPU bisa menunjuk rekanan, dinas hanya pengguna. Sini mengontrol

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Dengan demikian, dalam pembangunan fisik di kawasan Sangiran, Dinas

PKPOR hanya sebatas mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Sragen.

Pemerintah Kabupaten kemudian mengusulkan ke DPRD Sragen. Jika telah disetujui

DPRD, Pemerintah Kabupaten Sragen menugaskan DPU Sragen untuk

melaksanakan pembangunan fisik di kawasan Sangiran. DPU Sragen sendiri bisa

menunjuk rekanan dalam melaksanakan tugasnya.

Adapun pengembangan dan pembangunan Situs Sangiran secara fisik yang

dilakukan oleh DPU pada tahun 2008 dengan dana dari APBD Kabupaten Sragen

sebesar Rp. 2.000.000.000,- antara lain sebagai berikut:

- Pembangunan pagar dan talud, menggunakan dana Rp. 425.000.000,-

- Saluran drainase, menggunakan dana Rp. 440.000.000,-

- Pembangunan masjid dan MCK, menggunakan dana Rp. 212.000.000,-

- Pembangunan kios souvenir dan parkir, menggunakan dana Rp. 215.000.000,-

- Pembuatan sumur artesis dan jaringan, menggunakan dana Rp. 3000.000.000,-

- Pembebasan tanah, menggunakan dana Rp. 408.000.000,-

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten


Sragen Tahun 2008)
commit to user

64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran dan

pihak Dinas Parbudpor menerangkan bahwa semua kegiatan fisik oleh DPU tahun

2008 telah diselesaikan. Namun baik pengelola maupun Dinas Parbudpor tidak bisa

mengemukakan secara rinci tentang penggunaan dana atau sumber daya lain yang

digunakan dalam pelaksanaan kegiatan itu.

Sedangkan untuk pembangunan fisik tahun 2009, baik pengelola maupun

pihak dinas menyatakan hal yang sama, yaitu tahun 2009 tidak ada pembangunan

fisik karena tidak tersedia dana. Sehingga meskipun terdapat perencanaan program

tahun 2009, program tidak bisa dilaksanakan.

Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran

menyatakan sebagai berikut:

ada anggaran. Jadi tidak ada pembangunan


(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah

Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:

pendukung, tapi dana tidak ada jadi belum t


(Wawancara tanggal 18 Maret 2010)

Dinas Parbudpor mengelola dan menggunakan bangunan fisik di luar

Museum Sangiran yang telah dibangun oleh DPU. Meskipun tidak melaksanakan

pengembangan secara fisik, Dinas Parbudpor melakukan pengembangan Situs

commit to user

65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Sangiran secara non fisik, diantaranya penyuluhan masyarakat, pemeliharaan sarana

dan praarana, serta promosi wisata. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten

Sragen menyatakan sebagai berikut:

dana penemuan fosil, pembuatan website untuk Sangiran, pemeliharaan rutin


untuk museum, penyuluhan masyarakat dan pedagang, promosi dengan
brosur, baliho. Sedangkan anggaran yang digunakan adalah anggaran rutin
yang hanya bersifat operasional saja, seperti untuk pengadaan alat,

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menambahkan dalam

penyuluhan masyarakat, kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor bertujuan

untuk pengembangan SDM masyarakat. Kegiatan yang dilakukan misalnya

kelompok sadar wisata, penyuluhan untuk penyelamatan fosil, dan transportasi.

pengusaha, masyarakat, biro perjalanan, supir angkot, dan tukang ojek.


Penyuluhan ini agar masyarakat menyadari kalau mereka sebenarnya juga
bisa menjadi bagian penting pariwisata, untuk memperkenalkan tempat
wisata. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat menyadari bahwa fosil
harus diserahkan pada pemerintah melalui museum, bukan dijual. Penyuluhan

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran

menambahkan bahwa pembinaan juga dilakukan terhadap pedagang souvenir dan

rumah makan di sekitar Museum Sangiran.

commit to user

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

gadakan pelatihan
bagi masyarakat untuk membuat batu indah bertuah sebagai souvenir. Juga
penyuluhan bagi pedagang souvenir dan rumah makan di sekitar museum

(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)

Untuk pemeliharaan dan perawatan Situs Sangiran, meskipun kegiatan rutin

namun tetap penting untuk mendukung pengembangan suatu objek wisata. Jika suatu

kawasan objek wisata terlihat kotor dan tidak terpelihara dengan baik, akan membuat

wisatawan kurang tertarik untuk datang berkunjung. Ada beberapa hal yang

dilakukan oleh Dinas Parbudpor. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai

berikut:

an kawasan di lingkungan Museum terutama untuk


kebersihan, penampungan sampah, pembinaan terhadap pedagang souvenir
dan rumah makan, pengecatan, pengadaan alat-
(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran menambahkan hal-hal yang

dilakukan oleh pengelola di Sangiran sebagai berikut:

Sifatnya non fisik, pengelola melaksanakan pembuatan CD, penataan,


pemeliharaan, exibition, inventarisasi, pembuatan buku-
(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menambahkan sebagai berikut:

-macam. Areal luas sehingga butuh


alat-alat kebersihan seperti sapu, tempat sampah, pengeruk sampah. Lalu
kamar mandi butuh gayung. Item-
(Wawancara tanggal 18 November 2009)

commit to user

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Dinas Parbudpor juga melakukan berbagai promosi untuk Situs Sangiran agar

wisatawan tertarik untuk datang mengunjungi Situs Sangiran. Untuk promosi Kepala

Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga

Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:

event, JCC
(memperkenalkan produk daerah), hari ultah TMII, Gebyar Wisata, ultah
Jimbrana, Yogyakarta, dll. Untuk promosi, dinas membawa sampel atau foto,

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Pada waktu yang berbeda, beliau menambahkan sebagai berikut:

-pertemuan dengan biro


perjalanan luar maupun dalam negeri, brosur, promosi bersama Solo Raya,
Table top (kumpul dalam meja, koordinasi bisnis pariwisata, membuat
transaksi, saling memberi informasi), membuat paket wisata, melalui

(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menambahkan sebagai berikut:

website, sini yang buat website-nya. Promosi


juga dilakukan melalui pamflet, dan pameran lokal di Sragen, Solo,

(Wawancara tanggal 18 November 2009)

Saat ditanya bagaimana melihat perbedaan pengembangan fisik dan non fisik,

terutama karena alat-alat kebersihan, kamar mandi, dan promosi bisa juga dikatakan

benda fisik, Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga

Kabupaten Sragen menjelaskan sebagai berikut:

-fisik karena bukan merupakan bangunan yang


biasanya diperhatikan, istilahnya kurang dilihat mata. Juga untuk
membedakan saja apa yang kami kerjakan dengan apa yang dikerjakan
commit to user

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

BPMPS dan DPU. Memang seperti alat kebersihan dan kamar mandi itu
berwujud, tapi dari sisi kami, disebut non-fisik karena hanya hal-hal yang
kecil, meskipun penting. Sedangkan gedung dan bangunan kami sebut fisik

(Wawancara tanggal 22 Desember 2010)

Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan

Situs Sangiran dilakukan oleh dua pihak yaitu BP3 melalui BPMPS selaku wakil dari

pemerintah pusat yang mengelola pengembangan di area museum dan pihak

Kabupaten yang mengelola area Sangiran di luar Museum. Pengembangan Situs

Sangiran dari pihak Kabupaten Sragen dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengembangan fisik dan pengembangan non fisik. Pengembangan fisik dilaksanakan

oleh DPU Kabupaten Sragen dan tetap melibatkan Dinas Parbudpor. Sedangkan

pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor lebih bersifat non fisik, antara

lain:

1. Pengadaan alat-alat dan sarana operasional, seperti alat kebersihan dan

perlengkapan kamar mandi.

2. Pengadaan penyuluhan terhadap masyarakat, agar menyadari bahwa fosil

harus diserahkan bukan dijual (sadar wisata).

3. Penyuluhan untuk menciptakan industri wisata.

4. Promosi melalui pembuatan website, mengikuti pameran di berbagai acara,

brosur, baliho, pamflet, dll.

commit to user

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

B. Hambatan dan Kemudahan dalam Pengembangan Situs Sangiran

Dalam suatu kegiatan tentunya ada hal-hal yang dapat mempengaruhi

kelancaran dan keberhasilan pelaksanaannya. Ada hambatan yang bisa mengganggu

kelancaran kegiatan, ada juga kemudahan yang bisa membantu pelaksanaan kegiatan.

Demikian juga dengan pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran, ada hal yang

menjadi kendala yang dihadapi Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen. Kepala Bidang

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen,

menyatakan kendala dalam pengembangan Situs Sangiran sebagai berikut:

fosil belum memadai, masih relatif minim; 2) keterbatasan personel sehingga


pengawasan terhadap fosil yang dijual keluar masih ada, belum bisa meng-
cover penemuan fosil; 3) belum tersedianya laboratorium bagi peneliti, lab.
masih sederhana sekali; 4) tempat penyimpanan fosil masih terbatas; 5)
penataan kawasan Sangiran belum bisa berjalan sesuai harapan karena
keterbatasan dana; 6) dari segi sarana, belum tersedianya transportasi umum

(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Berbagai kendala tersebut bisa mempengaruhi minat pengunjung yang datang

ke Situs Sangiran dan menghambat pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran serta

menghambat pencapaian tujuan dari pengembangan Situs Sangiran yaitu untuk

melestarikan fosil dan menarik kunjungan wisatawan. Seorang pengunjung yang

sudah dua kali datang ke Museum Sangiran menyatakan kesulitan datang ke Museum

Sangiran karena transportasi umum kurang.

Angkot sedikit, ojek mahal, becak tidak ada, jalan kaki jauh. Mungkin mudah
bagi yang ke Museum Sangiran dengan kendaraan pribadi, tapi bagi yang

(Wawancara tanggal 27 September 2010)

commit to user

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, kesulitan transportasi umum

untuk menuju objek wisata Museum Sangiran memang benar. Jarak Museum

Sangiran dari jalan raya sekitar 3 km, terlalu jauh jika ditempuh dengan berjalan

kaki, tarif ojek Rp. 10.000,- dianggap mahal oleh pengunjung. Angkot ke arah

Museum Sangiran sedikit, bahkan jika liburan sekolah justru tidak ada karena tidak

ada anak sekolah yang biasa menggunakan angkot.

Mengenai pengembangan Situs Sangiran, pengunjung tersebut menyatakan

memang ada peningkatan dalam kebersihan dibanding 2 tahun yang lalu.

inya warung makan sama saja, kios


souveir tidak banyak berubah. Areal parkir memang lebih luas, ditambah
patung kepala manusia purba. Tapi yang jelas kebersihan, dibanding dulu

(Wawancara tanggal 27 September 2010)

Pengunjung lain saat ditanya tentang suasana Museum Sangiran dan Menara

Pandang mengatakan Sangiran kurang menarik meskipun merupakan cagar budaya

tingkat internasional, berikut pernyataannya:

Sebenarnya yang bagus dari Museum dan Menara Pandang justru


pemandangan sekitarnya, isinya kurang menarik, padahal tingkat

(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)

Mengenai penataan Museum Sangiran dan ketertarikan untuk berkunjung

lagi, pengunjung tersebut menyatakan tidak tertarik untuk datang lagi meskipun

penataannya bagus.

-patung manusia purba yang


menarik, dioragma evolusi, dan fosil-fosil ditata rapi. Hanya saja memang
commit to user

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

saya tidak terlalu tertarik pada hal-hal yang berbau museum, mungkin banyak
juga pengunjung seperti saya. ...Saya sendiri tidak tertarik datang kembali
kecuali kalau diajak jalan-
(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)

Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi, Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen mengupayakan solusi dengan cara pengelolaan secara profesional.

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:

lusi untuk mengatasi kendala dengan pengelolaan


secara profesional. Ke depan optimis, anggaran penggantian fosil, kegiatan
promosi, lab., ada untuk tahun-tahun ke depan.... Untuk transportasi, kendala
dari pengunjung. Karena mobilisasi dari Museum Sangiran ke jalan utama
sedikit, maka sedikit pula yang mau menydiakan transportasi umum karena
kurang menguntungkan... untuk masalah pencurian fosil, tak terlepas dari
hukum ekonomi yaitu faktor keuangan. Masyarakat mencari uang yang lebih
tinggi dari pada kompensasi yang diberikan. Tapi tahun-tahun ini sudah
berkurang. Hal ini karena ada pembinaan, sosialisasi UU Cagar Budaya, dan
menaikkan nilai ganti penemuan fosil. Jika dikelola secara profesional
setidaknya ada penyelamatan fosil, publikasi dan pengunjung nom
(Wawancara tanggal 18 November 2009)

Selain kendala dalam pengembangan Situs Sangiran yang dapat mengurangi

minat wisatawan dan merusak pelestarian cagar budaya, ada juga kemudahan

yang menjadi pendukung dalam pengembangan Situs Sangiran. Kepala Bidang

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Sragen menyatakan pendukung dalam pengembangan Situs Sangiran sebagai

berikut:

home stay, tersedianya rumah makan, kios souvenir, tersedianya guide


profesional dari Dinas, tersedianya mushola; 2) terdapat menara pandang
yang dapat digunakan untuk melihat lokasi penemuan dan kawasan Situs
Sangiran; 3) adanya pengganti penemuan fosil bagi yang menemukan fosil;

commit to user

72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

4) tersedianya areal parkir yang luas, jalan memadai, audio visual sehingga

(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Pengenai pemanfaatan pendukung tersebut, Kepala Bidang Pariwisata Dinas

Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan

sebagai berikut:

-pendukung tersebut tentu saja diupayakan agar bisa digunakan


sebaik-baiknya untuk menunjang pariwisata, menarik pengunjung, dan
melestarikan cagar budaya. Dengan adanya pendukung wisata yang memadai

(Wawancara tanggal 2 November 2009)

C. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas

Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Situs Purbakala

Sangiran

Kinerja organisasi publik merupakan hasil kerja seseorang atau sekelompok

orang dalam organisasi atau instansi publik untuk melaksanakan tanggung jawab dan

wewenangnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam

jangka waktu tertentu. Kinerja suatu organisasi publik perlu diukur untuk mengetahui

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan

organisasi publik. Dengan mengetahui hasil program yang dijalankan, organisasi bisa

mengetahui kelebihan dan kelemahan organisasi dalam bekerja sehingga bisa

memperbaiki kelemahan itu dan meningkatkan kinerjanya di masa mendatang.

Dalam pengembangan Situs Sangiran pada tahun 2009 sampai sekarang,

setelah melakukan penelitian dan sejumlah wawancara pada beberapa sumber,

Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)

commit to user

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran dapat diketahui melalui

pengukuran kinerja.

Dalam beberapa wawancara yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui

bahwa tujuan dari pengembangan Situs Sangiran adalah untuk melestarikan warisan

nenek moyang yang berupa fosil manusia purba, fosil binatang purba, dan benda-

benda bersejarah, serta menjadikan Situs Sangiran sebagai tempat pariwisata yang

menarik bagi wisatawan. Berdasarkan tujuan program tersebut, untuk mengetahui

kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran

perlu diketahui dahulu sasaran atau target.

Target kinerja dalam pengembangan Situs Sangiran antara lain

penyempurnaan sarana dan prasarana, menarik wisatawan untuk berkunjung ke Situs

Sangiran, penyelamatan benda purbakala, dan memperoleh pendapatan. Setelah

target kinerja ditentukan, tahap berikutnya adalah membuat indikator kinerja.

Indikator kinerja berfungsi sebagai tonggak yang akan menandai sejauh mana

organisasi telah mencapai target yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dalam

penelitian ini antara lain:

1. Indikator Input

Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan

(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas Parbudpor

Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk menghasilkan

output. Dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda

dan Olah Raga Kabupaten Sragen (wawancara tanggal 18 Maret 2010), diketahui

anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2009 sebesar Rp. 14.757.500,-. Anggaran

commit to user

74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

tahun 2009 digunakan untuk biaya pemeliharaan Situs Sangiran terutama untuk

kebersihan, seperti penyediaan alat-alat kebersihan dan perlengkapan kamar

mandi, promosi dll.

Dan untuk pemeliharaan Situs Sangiran diperoleh dari APBD Kabupaten

Sragen, berikut pernyataan Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda,

dan Olah Raga Kabupaten Sragen:

Selain itu untuk kegiatan selain kepariwisataan seperti olah raga... Kebutuhan
anggaran itu dari dinas usul ke Pemerintah Kabupaten Sragen, lalu dari
Pemerintah Kabupaten diajukan ke DPRD Kabupaten Sragen, jika disetujui
baru anggaran turun. Tapi juga kadang tidak sesuai permintaan, maksudnya
anggaran yang disetujui lebih kecil dari permintaan kami. Tahun 2009
anggaran untuk Sangiran saja sebesar Rp. 14.757.000,-
(Wawancara tanggal 25 April 2011)

Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa pengembangan Situs Sangiran

tahun 2009 memiliki indikator input sebagai berikut:

a. Indikator input primer : Rp. 14.757.000,-

b. Indikator input sekunder :

- Alat-alat kebersihan seperti sapu, tempat sampah, pel, ember, dll

- Perlengkapan kamar mandi seperti gayung, sikat kamar mandi, dll

- Alat-alat promosi seperti brosur, baliho, dan situs internet yang berisi

promosi Situs Sangiran.

2. Indikator output

Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang dan

jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas Parbudpor

Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran. Berdasarkan input,


commit to user

75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

maka pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 memiliki indikator output

sebagai berikut:

- Penggunaan sumber daya yang dimiliki Dinas Parbudpor seoptimal mungkin.

- Kebersihan Situs Sangiran yang berpengaruh pada kenyamanan wisatawan

saat berkunjung ke Situs Sangiran.

- Berfungsinya alat-alat promosi yang berpengaruh pada minat wisatawan

untuk berkunjung ke Situs Sangiran.

3. Indikator outcome

Indikator outcome merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya

output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran yang

dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi harapan atau

tidak. Berdasarkan output, maka pengembangan Situs Sangiran tahun 2009

memiliki indikator outcome sebagai berikut:

- Peningkatan minat wisatawan untuk mengunjungi Situs Sangiran yang

diketahui dari jumlah wisatawan ke Situs Sangiran sesuai target.

- Jumlah pendapatan Situs Sangiran sesuai target.

4. Indikator benefit-impact

Indikator benefit merupakan kegunaan, manfaat, atau keuntungan dari

hasil kegiatan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran yang diperoleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dan dirasakan

langsung oleh masyarakat. Atau dengan kata lain, merupakan manfaat yang

commit to user

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar Situs Sangiran. Indikator

impact merupakan akibat yang diperoleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dan

yang dirasakan oleh masyarakat karena kegiatan atau pelaksanaan program Dinas

Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.

Indikator benefit-impact memiliki kemiripan, karena itu dalam penelitian

ini dijadikan satu. Pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 memiliki indikator

benefit-impact sebagai berikut:

- Peningkatan industri wisata di Situs Sangiran.

- Perbaikan fasilitas di sekitar Situs Sangiran

- Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Situs Sangiran

Berdasarkan indikator kinerja tersebut, kemudian dilakukan pengukuran

kinerja. Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam

pengembangan Situs Sangiran berdasarkan indikator kinerja adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran input

Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan oleh

Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk

menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan jumlah sumber daya yang

dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen untuk pengembangan Situs

Sangiran.

Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder

dengan input primer. Dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen (wawancara tanggal 18

commit to user

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

Maret 2010), diketahui anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2009 sebesar Rp.

14.757.500,-. Anggaran tahun 2009 digunakan untuk biaya pemeliharaan Situs

Sangiran terutama untuk kebersihan, seperti penyediaan alat-alat kebersihan dan

perlengkapan kamar mandi, promosi dll.

Jika dibandingkan, sumber daya finansial atau input primer sebesar Rp.

14.757.000,- telah digunakan Dinas Parbudpor untuk memiliki sumber daya

material atau input berupa alat kebersihan, perlengkapan kamar mandi, dan alat-

alat promosi. Narasumber menyatakan realisasi dan anggaran sama, artinya tidak

ada pemborosan dan juga tidak ada penghematan. Berarti tahun 2009 input

pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan Dinas Parbudpor Kabupaten

sesuai dengan rencana.

Dalam hal penggunaan input, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai

berikut:

ang, jadi tidak ada


pemborosan. Misalnya direncanakan pembangunan tertentu, tapi dana

(Wawancara tanggal 2 November 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan hal yang

serupa:

-rata 1 juta per bulan untuk memelihara areal yang


meliputi lapangan parkir, menara pandang, guest house, masjid, kamar

(Wawancara tanggal 18 November 2009)

commit to user

78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Mengenai peningkatan anggaran untuk Situs Sangiran, Sekretariat Dinas

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan

setiap tahun ada peningkatan anggaran untuk Situs Sangiran. Berikut

pernyataannya:

arnya anggaran selalu meningkat, untuk tahun 2008,


diketahui anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2008 sebesar Rp.
13.579.250,-. Anggaran tahun 2008 digunakan untuk perawatan, seperti
cat tembok, cat minyak, semen, kuas, minyak cair, batu bata, plamir,
kayu, dll. Tahun 2008 realisasi dan rencana anggaran sama. Untuk tahun
2009 lebih besar yaitu Rp. 14.757.500,-. Dan setiap tahun sebenarnya
dana yang diberikan selalu meningkat, tapi tetap saja ada kekurangan
karena harga bahan atau peralatan yang dibutuhkan j
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, Dinas Pariwisata, Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen tidak melakukan pengembangan

secara fisik, tapi hanya non fisik yang berupa merawat dan menjaga kebersihan

Situs Sangiran, terutama disekitar Museum Sangiran. Mengenai pendapat apakah

dana untuk area sebesar Situs Sangiran sudah cukup, berikut pernyataan

Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten

Sragen:

harus dicukup-cukupkan. Karena cuma segitu


anggaran yang diperoleh. Area Situs Sangiran kan luas, bukan hanya area
museum tapi juga menara pandang dan guest house. Belum lagi untuk
promosi seperti pembuatan baliho di jalan raya Solo-Purwodadi. Jadi
meskipu
(Wawancara tanggal 25 April 2011)

Dana yang kurang membuat tidak semua rencana pengembangan baik

fisik maupun non fisik bisa dilakukan, sehingga tidak mungkin biaya lebih besar

dari yang telah dianggarkan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa input yang

commit to user

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator

input.

2. Pengukuran output

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program

pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten

Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program pengembangan

Situs Sangiran.

Setelah sebelumnya menentukan indikator output, kemudian bisa

dilakukan pengukuran output untuk mengetahui output sebenarnya yang

dihasilkan. Dalam hal penggunaan sumber daya manusia, Kepala Bidang

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Sragen menyatakan sebagai berikut:

ada.
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

Dalam hal penggunaan sumber daya finansial, Seksi Pengembangan

Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen

menyatakan sebagai berikut:

finansial sudah optimal atau maksimal. Untuk penataan,


kebersihan
(Wawancara tanggal 18 November 2009)

commit to user

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

Dari wawancara tersebut, Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen

menyatakan telah mengoptimalkan personel dan dana yang dimiliki untuk

menghasilkan Situs Sangiran yang bersih dan tertata baik. Kebersihan Situs

Sangiran dapat dilihat dari pendapat para pengunjung tentang kebersihan dan

penataan lokasi yang baik, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara

pengunjung pada tanggal 16 Maret 2010 dan 27 September 2010 yang telah

dikemukakan sebelumnya. Menurut pengunjung, areal sekitar Museum Sangiran

dan Menara Pandang memang terlihat lebih bersih dan penataannya sudah bagus.

Sedangkan untuk berfungsinya alat-alat promosi terhadap wisatawan,

dapat diketahui dari manfaat promosi terhadap pengunjung. Hal ini dapat

diketahui dari wawancara dengan salah satu pengunjung sebagai berikut:

Solo saya sering lihat baliho di depan gapura besar di dekat jalan raya
Solo-Purwodadi. Jadi ingin ke sini. ... Kalau promosi wisata Sangiran di

(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)

Pengunjung lain menyatakan sebagai berikut:

audara saya yang tinggal di


Sragen. Saya baru tahu kalau Sangiran itu cagar budaya yang diakui
UNESCO seperti Candi Borobudur. Jadi saya lalu mengajak saudara saya
ke sini...Tadinya saya kira Sangiran itu di Jawa Timur, ternyata di

(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)

commit to user

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Dengan demikian alat-alat promosi yang digunakan oleh Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen bisa berfungsi dan dapat mempengaruhi minat kunjungan

wisatawan ke Museum Sangiran. Beberapa pengunjung menyatakan tertarik

datang ke Situs Sangiran karena meliht promosi yang dilakukan oleh Dinas

Parbudpor Kabupaten Sragen seperti baliho dan promosi wisata di internet.

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa output yang

dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator

output. Output yang dihasilkan yaitu:

- Dinas Parbudpor menggunakan sumber daya yang dimiliki seoptimal

mungkin.

- Situs Sangiran telah lebih bersih dan membuat wisatawan merasa nyaman

saat berkunjung ke Situs Sangiran.

- Alat-alat promosi Situs Sangiran memiliki pengaruh pada pengetahuan dan

minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs Sangiran.

commit to user

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

3. Pengukuran outcome

Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan

hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Dari indikator

outcome bisa dilakukan pengukuran outcome untuk mengetahui outcome yang

sebenarnya dihasilkan. Mengenai target pengunjung, pengunjung dari Situs

Sangiran juga selalu mencapai target. Berikut pernyataan Kepala Bidang

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Sragen:

pengunjung juga selalu tercapai bahkan melebihi. Misalnya, tahun 2007


target pengunjung 45.000, yang datang melebihi. Target tahun 2008,
50.000 orang, yang datang juga melebihi. Tahun 2009 juga melebihi
target, target pengunjung 55.000 orang, yang datang berkunjung 83.009

(Wawancara tanggal 18 Maret 2010)

Adapun data jumlah pengunjung dari Situs Sangiran dan dari objek wisata

lain di Kabupaten Sragen dari th 2002-2010 terdapat pada tabel 3.1.

commit to user

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

Tabel 3.1
Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Sragen
Tahun 2002-2010 (orang)
Nama Objek Wisata
Tahun
PAP. Bayanan KR. Kartika Gn. Kemukus Situs Sangiran
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 35.357 45.900 62.740 25.598
2001 35.723 49.513 63.933 22.776

2002 47.949 79.063 52.151 15.996

2003 49.869 81.173 43.509 22.970

2004 50.292 81.294 50.152 24.887


2005 50.669 84.106 45.630 30.879

2006 30.471 86.413 45.593 40.744

2007 30.025 92.691 45.002 50.546

2008 32.171 85.355 45.354 55.978

2009 33.060 87.803 42.084 83.099

2010 34.824 80.009 42.056 98.502

(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen
Tahun 2011)

Keterangan:
PAP : Pemandian Air Panas
KR : Kolam Renang
Gn. : Gunung

Mengenai target pendapatan, pendapatan dari Situs Sangiran selalu

mencapai target. Berikut pernyataan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen:

ri Sangiran selalu naik dari tahun ke


tahun. Tapi target selalu tercapai bahkan melebihi. Misalnya, tahun 2007
target pendapatan Rp. 60.000.000, pendapatannya Rp. 60.878.100. Target
tahun 2008 Rp. 65.000.000, pendapatan tahun 2008 Rp. 68.342.400.
Target tahun 2009 Rp. 70.000.000, pendapatan tahun 2009 Rp.

(Wawancara tanggal 18 Maret 2010)

commit to user

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

Adapun data jumlah pendapatan dari Situs Sangiran dan dari objek wisata

lain di Kabupaten Sragen dari th 2002-2008 terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
Rekapitulasi Pendapatan Objek Wisata Kabupaten Sragen
Tahun 2002-2010 (dalam Rp)
Nama Objek Wisata
Tahun
PAP. Bayanan KR. Kartika Gn. Kemukus Situs Sangiran
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 21.042.300 21.376.950 54.468.700 8.941.900
2001 38.145.800 41.162.750 122.929.500 21.040.700
2002 55.791.600 71.485.875 201.691.000 26.355.500
2003 60.363.900 78.675.900 166.417.000 40.191.500
2004 60.166.800 92.364.000 192.338.500 43.309.000
2005 60.066.000 145.907.650 180.004.000 46.029.400
2006 60.286.500 164.474.500 174.105.000 50.727.400
2007 66.174.200 180.008.000 170.101.000 60.878.100
2008 65.125.800 172.900.250 170.070.000 68.342.400
2009 67.404.600 173.645.000 159.217.000 105.119.500
2010 67.503.500 189.789.000 151.390.000 291.097.100
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen
Tahun 2011)

Keterangan:
PAP : Pemandian Air Panas
KR : Kolam Renang
Gn. : Gunung

Untuk memudahkan mengetahui perbandingan target dan realisasi dalam

indikator outcome dapat dilihat dalam tabel 3.3.

commit to user

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

Tabel 3.3

Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Outcome

Pengembangan Situs Sangiran Tahun 2009

Indikator Outcome Target Realisasi Presentase Capaian

Jumlah pendapatan yang


diterima Situs Sangiran Rp. 70.000.000 Rp. 105.119.500 150,17 %

Jumlah pengunjung yang


datang ke Situs Sangiran 55.000 orang 83.099 orang 151,09 %

Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa realisasi jumlah pendapatan dan

jumlah wisatawan yang datang ke Situs Sangiran sesuai dengan target bahkan

melebihi. Dengan demikian outcome yang dihasilkan dari pengembangan Situs

Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator outcome yang diharapkan.

Outcome pada dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah

pengembangan Situs Sangiran memenuhi target atau tidak. Seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya, target kinerja dalam pengembangan Situs Sangiran

tidak hanya untuk memperoleh pendapatan dan menarik wisatawan untuk

berkunjung ke Situs Sangiran, namun juga penyempurnaan sarana dan prasarana

serta penyelamatan benda purbakala.

Pengukuran outcome dalam pengembangan sarana dan prasarana, seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya pengembangan untuk gedung Museum

Sangiran tidak dilakukan oleh Dinas Parbudpor tapi dilakukan oleh Balai

Pelestarian Manusia Purbakala Sangiran (BPMPS) sebagai wakil dari Balai

commit to user

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, sedangkan diluar

Museum Sangiran dilakukan oleh DPU Kabupaten Sragen meskipun Dinas

Parbudpor Kabupaten Sragen ikut mengusulkan, mengawasi, dan menggunakan

sarana dan prasarana itu. Akan tetapi tidak ada pengembangan sarana dan

prasarana pada tahun 2009 seperti hasil wawancara dengan Kepala Bidang

Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

berikut ini:

Detail Enginering
Design. Tapi belum bisa melaksanakan secara keseluruhan dari DED
yang dibuat. DED dilakukan secara bertahap. Meski pembangunan sudah
sesuai dengan DED, sudah sesuai dengan program dan kebijakan, tapi
program dan kebijakan belum bisa dilakukan karena keterbatasan
dana....... Dari sisi perencanaan belum semua mencapai target karena
pembangunan tidak sesuai rencana karena dana tidak ada. Dari sisi
pelaksanaan telah mencapai terget, karena sudah sesuai dengan DED

(Wawancara 2 Oktober 2009)


Beliau menambahkan contoh pembangunan yang seharusnya dibuat tahun

2009 tapi belum dilaksanakan karena belum ada dana, yaitu pembangunan taman

bermain agar bisa menarik kunjungan wisatawan anak-anak. Hal ini sama dengan

pernyataan Yang Melaksanakan Tugas objek wisata Situs Sangiran berikut ini:

direncanakan membuat taman bermain


di bagian bawah dekat dengan mushola yang baru, tapi sampai sekarang

(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)

Tahun 2009 tidak ada pembangunan sarana dan prasarana baik di area

Museum Sangiran maupun di luar area Museum Sangiran yang dilakukan oleh

BPMPS atau DPU Kabupaten Sragen karena tidak ada anggaran sehingga

indikator ini tidak bisa diukur.

commit to user

87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

Mengenai penyelamatan fosil, pemerintah Kabupaten Sragen memberikan

anggaran bagi Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen untuk penemuan cagar budaya

setiap tahun dalam APBD Kabupaten Sragen. Pada tahun 2009, dana cadangan

penemuan benda cagar budaya sebesar Rp. 15.000.000,-, tapi tidak ada benda

cagar budaya atau fosil yang diserahkan kepada negara melalui Dinas Parbudpor

Kabupaten Sragen sehingga indikator ini tidak bisa diukur.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan

Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan jika dilihat dari segi pelestarian,

pengembangan Sangiran sudah sesuai target. Namun secara bisnis kurang.

dikomersilkan, tapi juga dimanfaatkan lebih untuk pelestarian,


pendidikan, penelitian. Dari sisi pelestarian sudah baik, walau untuk
bisnis tidak menguntungkan. Penggalian tidak semua dilakukan sekarang,
karena bisa merusak pelestarian fosil. Jadi menunggu hujan untuk
menggeser tanah sehingga fosil terlihat, baru diangkat. Jadi tidak semua
fosil digali dan diangkat langsung untuk pelestarian. Misalnya generasi
ini angkat 5, generasi selanjutnya bisa 10, pelestarian untuk generasi
selanjutnya. Bisa saja mengijinkan pembangunan hotel, pembangunan
bangunan permanen, penggalian besar-besaran. Hal itu dari segi ekonomi

(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)

4. Pengukuran benefit-impact

Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan antara

hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan keadaan yang

akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran. Mengenai manfaat

pengembangan Situs Sangiran yang diperoleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen, berikut pernyataan Sekretariat Dinas

Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen:

commit to user

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

Kami di sini hanya melakukan tugas saja, jika ada keuntungan semata-
mata, hanya untuk masyarakat saja. Kenyataannya, jika ada peningkatan
pendapatan dari Sangiran, maka PAD otomatis juga meningkat, dari data
penghasilan kan ada. Pendapatan dari Sangiran tentunya masuk ke PAD,
bukan ke kas Dinas. Kalau ada kelebihan kami di sini adalah instansi
pemerintah yang bekerja untuk masyarakat jadi jika masyarakat senang

(Wawancara tanggal 25 Juli 2011)

Selaku pihak yang melakukan pengelolaan dan pengembangan di Situs

Sangiran, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga dan

Pemerintah Kabupaten Sragen telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk

pengelolaan, pengembangan fisik dan pengembangan non-fisik. Mengenai

dampak pengembangan Situs Sangiran terhadap Dinas Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen, berikut pernyataan

Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten

Sragen:

Memang agak sulit dalam pengembangan wisata, istilahnya kita


mengeluarkan uang terus untuk dana pengembangan. Juga untuk dana
promosi, operasional, tapi kita tidak mendapatkan keuntungan.
Masyarakatlah yang mendapatkan keuntungan langsung bukan Dinas.
Pendapatan masuk PAD sragen, jadi setelah masuk ke PAD, kami tidak
tahu lagi. Berbeda dengan tempat wisata yang dimiliki dan dikelola
swasta, mereka mengeluarkan dana untuk pengelolaan atau
pengembangan, penghasilan yang diperoleh memang untuk mereka

(Wawancara tanggal 25 Juli 2011)

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan

Olah Raga Kabupaten Sragen menambahkan sebagai berikut:

commit to user

89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

Jika masyarakat memperoleh keuntungan kami juga ikut senang. Yang


penting kan masyarakat, kami bekerja untuk masyarakat Sragen, semua
pendapatan yang diperoleh setelah masuk PAD Sragen nantinya juga
untuk masyarakat Sragen lagi bukan untuk Dinas. Sebenarnya yang harus
diingat dengan adanya Situs Sangiran sebenarnya merupakan suatu
kebanggaan bagi masyarakat Sragen. Sangiran bukan hanya diakui di
Indonesia tapi juga dunia.
(Wawancara tanggal 25 Juli 2011)

Dalam tujuan untuk menjadikan Situs Sangiran sebagai tempat wisata

yang menarik dan membantu perekonomian masyarakat, kepuasan masyarakat

menjadi acuan ukuran benefit-impact. Masyarakat dalam hal ini dapat

diklasifiksikan menjadi masyarakat sebagai pengunjung atau wisatawan yang

datang ke Situs Sangiran, penduduk sekitar yang terpengaruh pengembangan

Situs Sangiran, dan pedagang di Situs Sangiran. Masing-masing kelompok

masyarakat tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Masyarakat

sebagai pengunjung berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan dan

hiburan dari Situs Sangiran, masyarakat sebagai pedagang dan peduduk sekitar

Situs Sangiran memiliki kepentingan untuk ikut merasakan manfaat

pengembangan Situs Sangiran dalam hal ekonomi dan fasilitas.

Dari beberapa wawancara yang dikemukakan sebelumnya, dapat

diketahui pendapat masyarakat yang berhubungan dengan Situs Sangiran

mengenai pengembangan Situs Sangiran. Beberapa pengunjung dalam

wawancara pada tanggal 16 Maret 2010 dan tanggal 27 September 2010

menyatakan Situs Sangiran lebih bersih dan lebih bagus setelah adanya

pengembangan, meskipun mereka mengakui kurang tertarik datang ke museum

karena cenderung membosankan walaupun bisa menambah pengetahuan.

commit to user

90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

Pengembangan Situs Sangiran berdasarkan pelestarian dan objek wisata

pastinya juga berdampak pada masyarakat sekitar, terutama untuk peningkatan

pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Mengenai dampak pada mayarakat

sekitar, beberapa nara sumber mengemukakan beberapa pernyataan.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan

Olah Raga Kabupaten menerangkan sebagai berikut:

multiplayer effect yang banyak dan besar.


Untuk menumbuhkan industri wisata, pengrajin souvenir, dan patung
diberi pembinaan. Lalu diberi tempat berjualan, ada juga penjual pecel

(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:

destinasi wisata, yang diuntungkan masyarakat dari usaha menjadi guide,


rumah makan di areal parkir dekat museum atau diluar, jual souvenir.

(Wawancara tanggal 18 November 2009)

YMT (yang Menjalankan Tugas) di Situs Sangiran menyatakan:

Dengan adanya pengembangan, semua fasilitas seperti jalan diperbaiki,


kios dan souvenir disediakan dan lebih ramai sehingga membuka pasar
usaha. Dulu juga pernah ada pelatihan batu indah bertuah kerja sana

(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)

Para pedagang yang berdagang di sekitar Museum Sangiran dan

masyarakat yang tinggal di sekitar Situs Sangiran mengatakan mengetahui

commit to user

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

adanya program pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Sragen. Menurut mereka memang ada perubahan setelah dilakukan

pengembangan Situs Sangiran. Seorang penduduk yang tinggal di dekat Museum

Sangiran menyatakan memang ada perbaikan jalan dan penyuluhan dari

pemerintah.

penyuluhan, dulu memang ada penyuluhan jika menemukan fosil


diserahkan ke museum jangan dijual ke orang lain, sebab melanggar
hukum dan bisa dipenjara. Sekarang saja ada beberapa orang yang kena
kasus hukum karena jual beli fosil. Kalau pelatihan membuat
keterampilan dulu pernah ada, diajari bikin patung sama batu-
(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)

Mengenai peningkatan pendapatan, pedagang menyatakan jumlah

pendapatan sebenarnya dipengaruhi jumlah pengunjung. Kadang banyak

pengunjung dan banyak pendapatan terutama saat hari libur, tapi terkadang

pendapatan juga sedikit. Seorang pedagang aksesoris dan souvenir menyatakan

sebagai berikut:

h saat liburan memang meningkat dari pada


hari biasanya. Pengunjung yang kebanyakan pelajar menyukai hiasan
pernak-pernik yang dijual, apalagi perempuan. Terutama saat liburan
sekolah dan lebaran, pengunjung banyak yang datang dan beli,
pendapatan juga bertambah. Tapi pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung
sedikit, yang membeli dagangan juga sedikit. Padahal keuntungan yang

(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)

Saat ditanya berapa rata-rata penghasilan dan apakah penghasilan besar

yang diperoleh pada masa liburan bisa menutup kekurangan penghasilan selama

bukan masa liburan, pedagang aksesoris dan souvenir tersebut menyatakan

sebagai berikut:
commit to user

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

0.000 - Rp. 250.000


per hari kalau sedang liburan. Tapi kalau hari biasa paling hanya Rp.
25.000 per hari, bahkan kadang tidak laku sama sekali... Saat liburan,
Museum ramai, pengunjung banyak, yang beli banyak, uang yang didapat
juga banyak. Tapi saat sepi malah kadang tidak dapat uang. Tentu saja
tidak imbang. Ramainya sebentar, sepinya lebih lama. Jadinya dapat uang
banyak sebentar, tidak punya uang lebih lama. Tapi gimana lagi, namanya
dagang memang kadang laris kadang sepi. Lagi pula tidak ada pekerjaan

(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan

tentang manfaat pengembangan Situs Sangiran bagi masyarakat. Manfaat itu

antara lain peningkatan industri wisata seperti penjualan souvenir, warung

makan, homestay dan pekerjaan sebagai guide yang bisa menambah penghasilan

masyarakat. Juga adanya perbaikan fasilitas untuk menunjang pariwisata yang

tentunya menguntungkan masyarakat seperti perbaikan jalan. Meskipun di sisi

lain, manfaat bagi masyarakat masih dianggap kurang untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat karena pengunjung yang datang saat bukan hari libur sedikit

dan penghasilan masyarakat saat liburan tidak sebanding dengan saat tidak

liburan.

Manfaat dan dampak dari pengembangan Situs Sangiran yang didapatkan

oleh masyarakat sebenarnya cukup baik jika dibandingkan dengan perkiraan

keadaan apabila tidak ada pengembangan. Tanpa program pengembangan Situs

Sangiran, fasilitas penunjang pariwisata, promosi wisata dan peningkatan industri

wisata tidak ada sehingga wisatawan yang datang tidak banyak dan masyarakat

sekitar tidak mendapat penghasilan uang dari pariwisata. Dengan demikian

commit to user

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

benefit-impact yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009

sesuai dengan indikator benefit-impact yang diharapkan.

commit to user

94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kinerja organisai publik merupakan hasil kerja sekelompok orang dalam

organisasi atau instansi publik untuk melaksanakan tanggung jawab dan

wewenangnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya

dalam jangka waktu tertentu. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs

Sangiran adalah hasil kerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam menjalankan

tanggung jawab dan wewenangnya untuk mengembangkan Situs Sangiran dalam

jangka waktu tertentu. Pengembangan Situs Sangiran merupakan proses atau cara

Dinas Parbudpor untuk membuat Situs Sangiran menjadi lebih baik.

Dalam pengembangan Situs Sangiran pada tahun 2009, setelah melakukan

penelitian melalui wawancara, observasi, dan melihat data, Kinerja Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam

pengembangan Situs Sangiran dapat diketahui melalui beberapa indikator kinerja dan

pengukuram kinerja. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Input

Berdasarkan pengukuran input yang telah dilakukan sebelumnya, dapat

diketahui bahwa input yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran

tahun 2009 sesuai dengan indikator input yang ditentukan sebelumnya.

2. Output

commit to user

95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

Berdasarkan pengukuran output yang telah dilakukan sebelumnya, dapat

diketahui bahwa output yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran

tahun 2009 sesuai dengan indikator output yang ditentukan sebelumnya.

Output yang dihasilkan yaitu:

- Dinas Parbudpor menggunakan sumber daya yang dimiliki seoptimal

mungkin.

- Situs Sangiran telah lebih bersih dan membuat wisatawan merasa nyaman

saat berkunjung ke Situs Sangiran.

- Alat-alat promosi Situs Sangiran memiliki pengaruh pada pengetahuan

dan minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs Sangiran.

3. Outcome

Berdasarkan pengukuran outcome yang telah dilakukan sebelumnya,

dapat diketahui bahwa outcome yang dihasilkan dari pengembangan Situs

Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator outcome yang ditentukan

sebelumnya, yaitu realisasi jumlah pendapatan dan jumlah wisatawan yang

datang ke Situs Sangiran sesuai dengan target bahkan melebihi.

4. Benefit-impact

Berdasarkan pengukuran benefit-impact yang telah dilakukan

sebelumnya, dapat diketahui bahwa benefit-impact yang dihasilkan dari

pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator benefit-

impact yang ditentukan sebelumnya, yaitu:

- Perbaikan fasilitas di sekitar Situs Sangiran

- Peningkatan industri wisata di Situs Sangiran.

commit to user

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

- Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Situs Sangiran, meskipun

masih dianggap kurang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

karena pengunjung yang datang saat bukan hari libur sedikit.

Dari pengukuran kinerja yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa pengembangan Situs Sangiran dilakukan sesuai dengan

indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian kinerja

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)

Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah baik.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya penambahan dalam pendanaan dari Pemerintah Kabupaten

Sragen untuk pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran.

2. Perlunya peningkatan jumlah transportasi umum dari dan ke Museum

Sangiran untuk mempermudah mobilitas pengunjung yang menggunakan

transportasi umum. Jika transportasi mudah diperoleh, pengunjung bisa lebih

banyak.

3. Permudah para pengunjung untuk mendapatkan informasi mengenai objek

wisata di Situs Sangiran seperti membuat denah lokasi.

commit to user

97

Anda mungkin juga menyukai